Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

METODE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM TUJUAN


IBADAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PEMBIMBING : Deprizon, S.Pd.,M.Pd.I

Oleh:

Donnie Hafiz Prasetya Ritonga


1907155401

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah swt. karena atas nikmat sehat dan nikmat
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Agama Islam dengan judul
Metode pendidikkan agama islam dalam tujuan ibadah. Tujuan utama dari
pembuatan makalah ini bagi penulis adalah sebagai syarat untuk pengganti UAS
susulan mata kuliah Agama Islam, sedangkan manfaat bagi pembaca sekalian,
mudah - mudahan dapat menjadi referensi pembelajaran sesuai dengan judul
makalah dan menambah ilmu - ilmu yang berguna serta bermanfaat. Tidak lupa
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah swt. atas kelancaran yang
diberikan kepada penulis selama pembuatan makalah ini.
Akhirnya, sekali lagi penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Makalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
2.1. Pengertian Metode pendidikkan agama islam dalam pembelajaran ibadah..3
2.2. Macam-macam metode pembelajaran ibadah...............................................4
2.3. Langkah-langkah metode dalam Mengajar Ibadah.......................................4
2.4 Metode dalam Mengajar Ibadah...................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agama Islam memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan,
yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan
mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia,
serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti,
etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal
maupun sosial. Mengingat betapa urgennya pendidikan agama bagi umatnya,
maka peran guru yang profesional sebagai ujung tombak di dunia pendidikan
sangat diharapkan untuk dapat  mentransfer ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan agama kepada peserta didiknya dengan berbagai metode.

Pendidikan Agama Islam merupakan bagian penting dalam pendidikan


untuk membentuk insan kamil. Salah satu alat pendidikan Agama Islam yakni
metode pendidikan Agama Islam Dengan menggunakan metode yang tepat
maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-
baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi
pembelajaran. Sebagai seorang calon pendidik agama islam, kita perlu
mengetahui metode-metode dalam pendidikan Agama Islam. Dengan
mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu
menyampaikan materi-materi ajaran agama Islam dengan berbagai variasi
sehingga tujuan pendidikan agama Islam dapat tercapai dengan lebih mudah.
Salah satu materi ajaran agama Islam adalah materi ibadah. Bahkan Ibadah
merupakan hal yang amat penting dalam agama Islam, karena tujuan manusia
diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana
Firman-Nya dalam Qs. Ad- Dzariyat ayat 56 yang artinya ''dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku''

Karena pentingnya ibadah buat umat Islam, maka teramat penting materi
ibadah untuk anak didik. Demikian juga metode, adalah hal yang sangat
penting. Materi ibadah akan lebih bisa dipahami dan diamalkan oleh anak
didik apabila metode yang digunakan dalam pengajaran materi ibadah
merupakan metode yang tepat. Apa sajakah metode yang tepat untuk
pengajaran ibadah? Maka dari itu, dalam makalah ini akan di bahas mengenai
metode pendidikan agama islam dalam pembelajaran ibadah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Metode pendidikkan agama islam dalam pembelajaran


ibadah?
2. Bagaimana langkah-langkah pendidikan agama islam dalam pembelajaran
ibadah?
3. Metode apa saja yang dapat digunakan pendidikan agama islam dalam
pembelajaran ibadah?

1.3. Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian metode pendidikkan agama islam dalam
pembelajaran ibadah.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah pendidikan agama islam dalam
pembelajaran ibadah.
3. Untuk mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan pendidikan
agama islam dalam pembelajaran ibadah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Metode pendidikkan agama islam dalam pembelajaran
ibadah.
Metode pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu metode dan pembelajaran.
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” dan dalam
bahasa Inggris ditulis dengan “Method” yang berarti “cara”. Secara terminologi,
metode diartikan sebagai tata cara untuk melakukan sesuatu. Metode ialah istilah
yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu”. (A.Tafsir, 2007:9). Pembelajaran adalah suatu
kombinasi tersusun unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari anak didik,
guru dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, film, audio, dan lain-lain.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan
juga komputer. Sedangkan prosedur meliputi jadwal, metode penyampaian,
belajar, dan lain-lain. Gagne dan Bringgs (1970) mendefinisikan pembelajaran
sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dan lain-lain) yang
secara sengaja dirancangkan untuk mempengaruhi anak didik sehingga proses
belajar dapat berlangsung dengan mudah.
Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan oleh
guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin
mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Sedangkan ibadah,
secara bahasa berarti : taat, tunduk, turut, mengikut, dan doa.
Bisa juga diartikan menyembah, sebagaimana disebutkan dalam Qs. Al-
Dzariyat : 56 yang artinya : ”Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali
untuk menyembah-Ku” atau Qs. Al-Fatihah : 5 yang artinya : “Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan”. Prof R.H.A. Soenarjo, S.H., dkk., mendefinisikan pengertian ibadat
dalam Qs, al-Fatihah : 5 itu adalah : “kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan
oleh perasaan tentang kebesaran Allah SWT, sebagai Tuhan yang disembah,
karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak
kepadanya”.
Jadi metode pembelajaran ibadah adalah suatu cara menyampaikan bahan
pembelajaran yang dilakukan secara sadar, terarah, dan terancang mengenai
materi ibadah kepada peserta didik yang bertujuan agar anak didik mengetahui,
memahami, serta melaksanakan ibadah sehari-hari. Pengajaran ibadah adalah
pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari

3
pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.
Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan
ibaadah.

2.2. Macam-macam metode pembelajaran ibadah


Secara garis besar, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu : Pertama : ibadah
mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti) atau ibadah khassah (ibadah
murni,ibadah khusus), yakni ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah
ditetapkan oleh nas dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT. Seperti : salat,
zakat, puasa, dan haji. Kedua : ibadah ghairu mahdah : sosial, politik, budaya,
ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup, kemiskinan, dan sebagainya. Kedua
bentuk kategori ini, menurut M. Amin Abdullah, pengertian pertama merujuk
pada aspek normatifitas, wahyu, yang dihukumi oleh para fuqoha sebagai fardu
‘ain, sedangkan pengertian kedua merujuk pada aspek historisitas, yang tersudut
pada kategori fardu kifayah.
Selanjutnya, jika ditinjau dari segi pelaksanaannya, ibadah dapat dibagi dalam
tiga bentuk yaitu :
1. Ibadah jasmaniah rohiah (rohaniah), yaitu perpaduan ibadah jasmani dan
rohani, seperti solat dan puasa.
2. Ibadah rohiah dan maliah, yaitu perpaduan antara ibadah rohani dengan
harta, seperti zakat.
3. Ibadah jasmaniah, rohiah, dan maliah sekaligus, seperti melaksanakan
ibadah haji.
Jika ditinjau dari segi kepentingannya, ibadah dapat dibagi dalam dua bentuk
yaitu :
1. Kepentingan fardi (perorangan), seperti solat, zakat, puasa.
2. Kepentingan ijtima’i (masyarakat), seperti zakat dan haji.
Ibadah jika ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ada lima macam, yaitu :
1. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan ibadah), seperti :
berdzikir, berdoa, tahmid, membaca Al-Qur’an.
2. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
menolong orang lain, jihad, mengurus jenazah.
3. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya,
seperti solat, zakat, dan haji.
4. Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri, seperti
puasa, I’tikaf, dan ihram.
5. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang
telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan seseorang
yang berhutang kepadanya.

4
2.3. Langkah-langkah metode dalam Mengajar Ibadah
Yang dimaksud dengan langkah-langkah mengajar ibadah adalah tahap
perencanaan dan pelaksanaan pengajaran, dengan menggunakan metode dan

3
teknik yang tepat dalam penyampaian materi ibadah kepada peserta didik.
Perencanaan dibuat untuk memberikan arah yang jelas dalam proses belajar
mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih efektif dan
efisien. Demikian pula metode dan teknik mengajar ditujukan agar materi
pelajaran dapat dengan mudah diterima murid, di samping untuk memberikan
motivasi murid agar dapat mencerna dan menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah. Adapun langkah-langkah mengajar
ibadah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perencanaan.
Guru harus merencanakan tujuan, penentuan bahan, pemilihan metode dan
alatnya, juga bentuk evaluasinya. Perencanaan ini juga meliputi persiapan mental
guru. Misalnya, guru akan mengajarkan materi bacaan takbiratul ihram, maka ia
harus tentukan tujuannya, misalnya : agar anak mampu menghafal dengan fasih
dan lancar bacaan takbiratul ihram. Metode yang dipakai bisa dalam bentuk
ceramah, drill (pengulangan). Alat yang dipakai : papan tulis, buku pelajaran,
tulisan tempel atau memakai slide. (Penggunaan alat pembelajaran ini sangat
tergantung pada sarana dan prasarana, serta kemampuan guru untuk
mengoprasikan alat yang bersangkutan). Selanjutnya guru juga harus menentukan
evaluasi yang biasanya dilakukan setelah materi disampaikan , yang tepat untuk
mengukur berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang telah dilakukan,
misalnya : menyuruh murid satu persatu untuk menghafal bacaan takbiratul ihram,
atau jika waktunya terbatas, bisa secara acak yakni tidak semua anak disuruh,
tetapi hanya beberapa saja sebagai sampel keberhasilan proses belajar mengajar.
2. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
Setelah guru melakukan perencanaan tentang apa yang akan dilakukan di
kelas, tiba saatnya guru melakukan action di depan murid-muridnya. Kegiatan
guru ini meliputi : tahap-tahap apersepsi, pretes, presentasi, mengorganisir kelas,
memberi motivasi, membantu kesulitan belajar siswa, memberi contoh,
menerangkan sejelas-jelasnya, mengadakan evaluasi dan sebagainya. Sementara
itu, dilain pihak murid akan melakukan kegiatan sensual (mendengarkan,
mengamati, dan sebagainya), kegiatan intelektual (memahami, memecahkan
masalah), kegiatan spiritual (dalam praktek ibadah dan nilai-nilai agama),
kegiatan motorik (melafadzkan, mengerjakan, melatih, dan sebagainya), kegiatan
psikologis (adanya minat, dorongan, motivasi, dan sebagainya). Dalam kegiatan
belajar mengajar ini, guru harus mampu mengorganisir kelas, agar kegiatan yang
dilakukan berlangsung secara dinamis, melibatkan partisipasi semua siswa.
3. Tahap Evaluasi.
Tahap evaluasi dimaksudkan untuk memonitor berhasil tidaknya proses
belajar mengajar. Guru bisa mengevaluasi murid secara individual, juga klasikal
untuk mengetahui keberhasilan kelas. Guru juga harus membuka diri untuk

5
dievaluasi muridnya. Apakah penggunaan bahasa guru sudah tepat, metode atau
alat yang digunakan sudah sesuai, dan sebagainya. Akan tetapi, evaluasi guru oleh
muridnya ini jarang sekali dilakukan karena mungkin guru takut dikritik.
Tujuan lain dari evaluasi adalah perbaikan di masa-masa mendatang. Artinya, jika
hasil dari proses belajar mengajar itu memuaskan, maka perlu ditingkatkan lagi.
Dan jika sudah baik, maka perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan agar lebih
baik lagi.
Dalam mengajar ibadah, guru dapat mengikuti langkah-langkah berikut :
a. Pendahuluan, guru mengadakan apersepsi antara pelajaran yang telah lalu
dengan pelajaran yang akan diajarkan, pengarah pikiran murid-murid
terhadap pelajaran baru.
b. Penyajian, guru menguraikan pelajaran baru secara praktis, jika pelajaran
itu menghendaki praktek. Seperti pelajaran wudlu dan sholat umpamanya.
Kemudian murid-murid membaca pelajaran itu dalam buku bacaan
sekolah. Guru menuntun perhatian mereka kepada hal-hal yang penting
dan menuliskan secara teratur di papan tulis.
c. Menghubungkan pelajaran baru dengan pengetahuan yang telah mereka
ketahui dengan realita kehidupan mereka.
d. Kesimpulan, guru menarik kesimpulan melalui diskusi yang matang
terhadap hukum-hukum syara’ yang ada dan perlu diketahui anak.
Membimbing perhatian mereka dalam cara penarikan kesimpulan
pelajaran.
e. Ulangan dan latihan, ulangan dan latihan dapat ditempuh melalui diskusi
atau mengajukan kembali pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menyempurnakan pemahaman mereka dengan tekanan pada keaktifan
murid-murid berdiskusi dan menarik kesimpulan.
Perlu ditegaskan bahwa ibadat adalah syi’ar agama yang sangat penting, yang
harus mendapat perhatian sepenuhnya. Melaksanakan ibadat dengan sebaik
mungkin dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu seorang guru harus
mengajarkannya dengan metode dramatisasi, yaitu melaksanankannya bersama-
sama dengan murid dalam bentuk yang sesempurna mungkin. Kegemaran
mengerjakan ibadat merupakan latihan akhlak yang dikenal dengan pembentukan
pembiasaan, ketabahan, kedisiplinan dan ketaatan yang murni. Kita harus
merealisasikan tujuan ini dengan tetap mengerjakan ibadat tepat pada waktunya,
tanpa ada unsur materi lain dan tidak pula menganggap remeh. Guru harus
mampu menyadarkan murid-murid bahwa ibadat itu mengandung makna akhlak
utama, hikmatnya dari segi sosial sehingga mereka mengerjakannya dengan penuh
perhatian, senang dan yakin terhadap faedah dan keutamaannya.
Janganlah dalam mengajar ibadah perhatian kita tertuju pada uraian hukum-
hukum dan perbedaan ulama madzab sama dengan perhatian pada jiwa ibadat itu
sendiri, pelaksanaan dan peranannya terhadap kesucian jiwa, hubungan manusia

6
dengan Tuhannya dan perhatian pada disiplin dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban dengan baik. Untuk itu hendaklah diperhatikan hal-hal berikut :
 Melandaskan hukum-hukum ibadat kepada ayat-ayat al-Qur’anul-Karim
dan hadist-hadist nabi.
 Uraian pelajaran lebih dititik beratkan pada aspek praktis, seperti dalam
mengajar wudlu guru langsung berwudlu di depan murid-murid dan ketika
mengajar sholat juga guru mengerjakan sholat didepan kelas. Tidaklah
berdosa guru mengerjakan solat subuh misalnya di depan murid tanpa
wudlu dan bukan pada waktunya, selama tujuannya hanya untuk mengajar.
 Buku bacaan murid merupakan unsur penting dalam pelaksanaan
pegajaran. Peranannya jelas terlihat ketika mengajar ibadat, terutama bila
buku bacaan itu dilengkapi petunjuk-petunjuk gambar, dan telah
dipergunakan oleh para pendidik dalam era pendidikan modern.
 Lebih baik lagi jika guru tersebut, apabila waktu tidak cukup atau kondisi
kelas tidak memungkinkan guru menyuruh murid-murid membaca
pelajaran tersebut di rumah dan akan didiskusikan pada minggu berikutnya
untuk memantapkan bacaan dan pengertian mereka terhadap pelajaran.
Dengan demikian guru telah mempertemukan situasi kelas dengan rumah
tangga dalam mempergunakan buku pelajaran.
 Hendaknya guru dalam mengemukakan contoh-contoh diambil dari
lingkungan dan realitas murid-murid. Dalam mengajar masalah zakat
misalnya, benda-benda yang wajib zakat dan kadarnya diambil dari
penghasilan lingkungan masyarakat setempat. Dan apabila menilai kadar
zakat dengan uang hendaknya didasarkan pada harga pasaran yang berlaku
sehari-hari.
Dalam menentukan materi ibadat terutama zakat hendaklah perhatiannya
diarahkan kepada aspek-aspek tertentu, seperti menjelaskan nisab zakat mata
uang, ukuran takaran atau timbangan yang berlaku di negeri tersebut. Banyak
buku-buku yang menguraikan zakat fitrah umpamanya, ukurannya disebut satu
sha’ gandum, atau sya’ir, kurma ataupun anggur. Dan jika suatu negeri tidak
didapati benda-benda tersebut dapat dibayarkan dengan biji-bijian lain yang
merupakan makanan pokok masyarakat setempat, seperti jagung, beras, dan lain-
lain. Dan kadar sha’ sama dengan kl. 2 2/3 kg.
Hal-hal yang harus diperhatikan guru waktu mengajar ibadah :
Mengajar sebenarnya merupakan suatu proses transfer of knowledge, artinya
guru sebagai pengajar (mu’allim), bertugas mengajarkan berbagai ilmu
pengetahuan kepada peserta didik, sehingga peserta didik mengerti, memahami,
menghayati, dan mengamalkan berbagai ilmu pengetahuan tersebut. Guru juga
berperan sebagai pendidik (mu’addib), yang berusaha memebentuk budid pekerti
yang baik (akhlakul karimah), pembentukan nilai-nilai moral (transfer of values).
Di samping berperan sebagai mu’allim dan mu’addib, guru juga berperan untuk
menularkan keterampilan, serta mengembangkan semua potensi peserta didik
semaksimal mungkin. Di sini kegiatannya termasuk menciptakan suasana belajar,

7
mengorganisir lingkungan, menumbuhkan kegiatan belajar, membimbing,
mentransfer kebudayaan (transfer of culture) serta menanamkan nilai-nilai
keutamaan (fadilah). Jika dilihat dari berbagai tugas, tanggung jawab, dan
kewajiban yang harus dipikul di pundaknya sebagaimana yang telah dikemukakan
diatas, tugas guru ternyata memang amat berat.
Oleh karenanya guru dituntut untuk lebih profesional di bidangnya, menguasai
berbagai macam metode mengajar yang tepat, dapat digugu dan ditiru oleh murid-
muridnya, dan tuntutan-tuntutan lain dari masyarakat. Kembali pada persoalan
awal, bahwa untuk pengajaran ibadah yang materinya termasuk luas, bisa
digunakan materi pengajaran yang tidak material-oriented (penekanan pada
perolehan materi), tetapi process-oriented (penekanan pada keterampilan proses).
Cara kedua ini lebih berorientasi pada siswa (student centered), berlangsung lebih
demokratis, yang lazim disebut PKP (Pendekatan Keterampilan Proses) atau
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Disamping kedua hal di atas, yakni guru harus
menyadari profesinya dan pengajaran yang berorientasi pada siswa, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan guru waktu mengajar ibadah yakni :
1. Tujuan.
Guru harus mengetahui dengan jelas, apakah tujuan dari proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung itu. Guru harus da pat memilih dan memilah,
mana materi pengajaran yang mengarah pada tujuan kognitif, afektif, atau
psikomotorik atau bahkan ketiga-tiganya. Jadi tujuan harus jelas cakupan
spesifikasi sasarannya. Sebagai contoh dalam kurikulum Pendidikan agama Islam,
ketika guru mengajarkan tentang solat, tujuannya adalah agar peserta didik
mampu melaksanakan ibadah solat. Perumusan tujuan ini akan mencakup
pemahaman tentang teori solat (kognitif), sikap senang dan merasa bahwa solat
merupakan kebutuhan spiritual (afektif), serta terampil dan hafal dalam
melafadzkan bacaan-bacaan serta gerakan-gerakan solat (psikomotorik).
Dan kalau kita hendak menggunakan pendekatan comprehension, maka
penekanannya adalah pada pemahaman menyeluruh dan utuh dalam solatm
meliputi : pengertiannya, syarat dan rukunnya, dasar hukumnya, latar belakang
diperintahkannya solat, tujuan solat, macam-macam solat sunat, fungsi solat,
hikmah solat, dan segala aspek permasalahan yang ada kaitannya dengan solat
seperti : wudku, tayammum, kebersihan, kesehatan, kedisiplinan, aspek sosial,
dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik yang menjalankan ibadah slat
dapat memahami dan menghayati ajaran tentang solat, dan lebih dari itu juga
mampu menjelaskan arti penting ibadah solat di dalam ajaran islam.
2. Bahan / Materi.
Bahan atau materi ini menyangkut apa yang harus diberikan kepada
peserta didik. Pengetahuan, sikap atau nilai serta keterampilan apa yang harus
dipelajari peserta didik. Bahan atau materi berfungsi memberi isi dan makna
terhadap tujuan pengajaran. Pedoman materi pelajaran sudah tertuang dalam

8
GBPP(Garis-garis Besar Program Pengajaran), dan materinya terdapat dalam
buku-buku panduan dan buku wajib yang harus dipelajari dan dikuasai oleh guru.
Guru diperbolehkan mempelajari buku lain yang membahas materi yang sama,
untuk menambah wawasan pola pikirnya, sehingga ia mampu mengetahui materi
secara komprehensif. Dalam perencanaan bahan atau materi ini cukup ditulis
konsep garis besarnya saja dan tidak perlu terlalu rinci.
3. Metode / Alat.
Guru harus mampu memilah dan memilih metode mana yang paling tepat
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada pserta didik, jangan monoton
dalam menggunakan metode ceramah, tanpa pernah mencoba metode lain yang
seharusnya lebih tepat dan sesuai. Karena hal ini akan membosankan peserta
didik. Memang tidak ada satu metode yang paling baik, yang ada adalah metode
yang sesuai. Oleh karena itu, carilah variasi metode yang bisa menggugah
semangat dan motivasi. Penggunaan suatu metode mengajar harus dilihat materi
per materi. Misal : metode mengajarkan materi solat tentu berbeda dengan metode
mengajar pokok bahasan zakat. Dalam materi solat bisa menggunakan berbagai
macam metode, misalnya ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi (penugasan),
demonstrasi (praktek). Namun untuk pokok bahasan zakat, tentunya metode yang
tepat adalah ceramah dan diskusi.
4. Evaluasi / Penilaian.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan materi
oleh peserta didik, memonitor keberhasilan proses belajar mengajar, memberikan
feed back (umpan balik) guna penyempurnaan dan pengembangan proses belajar
mengajar lebih lanjut. Misalnya, apakah bahsa yang disampaikan sedah sesuai
dengan kemampuan peserta didik, apakah penggunaan metode sudah tepat atau
belum, dan sebagainya.
5. Perbedaan Individu.
Prinsip ini harus benar-benar diperhatikan oleh guru, karena pada
kenyataannya walaupun anak itu kelihatannya sama, tapi ternyata manusia itu
tidak ada yang sama, baik rupa, bentuk, maupun psikhisnya. Perbedaan ini
meliputi bakat, minat, kecenderungan, sikap, perhatian, kebiasaan, cara belajar,
lingkungan sosial, ekonomi, rumah tangga, tingkat inteligensi, cara bergaul,
pembawaan, dan sebagainya. Inilah yang disebut al-faruq al-fardiyah (perbedaan
individu) oleh Syaibany. Kondisi seperti ini pasti dialami guru. Oleh karenanya
guru harus bersikap arif dan bijak serta tidak memaksakan kehendaknya, karena
antara anak yang satu dengan lainnya tidak akan pernak disamakan. Untuk
pengajaran solat mislanya, guru memerintahkan si A untuk mempraktekkan solat
subuh, si A, menurut sang guru memang benar-benar bisa, karena solat yang
dilakukan si A memakai qunut. Ketika giliran si B yang tidak membaca doa
qunut, guru tidak boleh serta merta menyalahkannya, karena mungkin saja
pengalaman blajar si B dari ustadz atau orang tuanya seperti itu.

9
Jadi memang diperlukan kearifan dalam menghadapi perbedaan individual
ini, jika guru tidak arif, bisa jadi ia ditudidh bersikap otoriter, merasa menang dan
benar sendiri. Contoh lain misalnya, ada anak yang diterangkan sekali saja
(misalnya tentang makmum masbuk) ia sudah faham, karena ia keluarga santri.
Sedangkan lainnya belum, bahkan mendengarnya pun baru sekali, karena
pendidikan keluarganya minim, ditambah lagi keadaan ekonomi keluarganya yang
tidak menentu. Menghadapi kenyataan seperti ini, guru harus bersikap bijak,
jangan sampai yang belum bisa tertinggal, dan yang sudah bisa jangan sampai
bosan. Guru harus mengulangi keterangannya sekali lagi, atau mungkin harus
mencoba metode lain.
Karena tak jarang materi pelajaran yang sebenarnya ringan-ringan saja,
tetapi disampaikan dengan metode yang tidak tepat maka murid akan sulit
menyerap apa sebenarnya yang dikehendaki dan diterangkan oleh guru. Atau guru
membentuk grup kecil, dipimpin oleh anak yang lebih pandai (atau yang
menguasai materi pelajaran), kemudian yang pandai menerangkan kepada teman-
temannya yang lebih bisa. Guru hanya berperan sebagai pemandu, kegiatan ini
disamping variasi penerapan metode, juga dimaksudkan agar anak yang satu
dengan lainnya bisa saling membantu, terjadi komunikasi, partisipasi, dinamika
kelas, sehingga akan membantu memperjelas materi pelajaran.
6. Tujuan mengajar ibadah
Tujuan dari pengajaran ibadah yang dilakukan oleh guru, orang tua, ustadz
maupun kyai sebenarnya sama, yakni agar murid atau peserta didik dapat :
Mengetahui teori (aspek kognitif) tentang ibadah yang diajarkannya.
Misalnya, guru mengajarkan materi thaharah kepada murid, tentunya pengajaran
yang disampaikannya harus mempunyai tujuan yang jelas. Contoh : agar murid
mengetahui dasar-dasar pelaksanaan wudlu, dan sebagainya. Begitu juga dengan
solat, zakat, puasa, dan haji, semuanya dimaksudkan agar peserta didik
mempunyai pengetahuan dasar tentang materi ibadah yang diajarkan. Pengetahuan
(aspek kogninif) ini penting, dan merupakan dasar pijakan bagi langkah-langkah
selanjutnya. Namun yang perlu dicatat adalah : jika anak atau peserta didik belum
mengetahui tentang solat misalnya, bukan berarti ia tidak boleh melaksanakan
ibadah tersebut.
Solat tetap bisa dipraktekkan, tetapi tugas guru atau pendidik adalah
memberikan pengetahuan-pengetahuan misalnya bacaan-bacaan solat yang belum
diketahuinya, jadi untuk praktek solat tidak harus menunggu semua bacaan solat
harus hafal dulu. Justru jika guru hanya melulu mendasarkan pola pengajaran
pada teori, misalnya bacaan-bacaan solat tanpa pernah mempraktekkannya, maka
pelajaran yang diterima murid akan mudah lupa, tidak bisa membekas dalam
ingatannya. Mengamalkan (aspek psikomotorik-skill) : keterampilan
menjalannkan ibadah yang diajarkan. Setelah mengetahui suatu teori, lebih-lebih

10
pengetahuan tentang ibadah, diharapkan peserta didik mengamalkan dengan baik.
Bentuk pengamalan ibadah ini misalnya, ditandai dengan terampil dan hafal
dalam melafadzkan bacaan-bacaan solat, gerakan-gerakan dalam solat sudah
benar, mendirikan solat secara rutin, solat berjamaah, dan lain-lain. Bentuk
pengalaman ibadah ini juga merupakan indikator keberhasilan atau kebenaran
suatu teori yang mengatakan bahwa ada korelasi positif antara pengetahuan
peserta didik dengan perubahan tingkah laku.
Apresiatif terhadap ibadah (aspek afektif) : pada tahapan ini, diharapkan
peserta didik mempunyai sikap apresiatif (menghargai) dan senang serta merasa
bahwa solat merupakan kebutuhan rohani-spiritualnya, bukan semata-mata
merupakan suatu perbuatan yang hanya menjadi beban atau menggugurkan
kewajiban. Pada tahapan ini diharapkan peserta didik mampu menjalankan ibadah
sebagai integral dari hidup dan kehidupannya, ada kristalisasi dan internalisasi
nilai-nilai solat dalam dirinya, serta solat yang dilakukan mampu menjiwai
perilakunya, menghiasi dirinya dengan amalan soleh, mencegah dari bentuk
kemungkaran, dan sebagainya. Tujuan mengajar ibadah yang lain yaitu :
 Supaya murid-murid mengetahui hukum-hukum agamanya, dalam bidang
ibadah agar mereka dapat melaksanakannya dengan benar dan mengharap
penerimaan dari Allah.
 Ibadah dapat mengutkan akidah dalam jiwa murid.
 Ibadah dapat menghubungkan manusia dengan Allah, menambah
kepatuhannya kepada Tuhan, melalui solat, puasa, zakat, haji, dan ibadah
lainnya.
 Menumbuhkan rasa sosial dalam interaksi dengan teman-teman
sepergaulannya seperto solat jamaah.
 Membentuk rasa persamaan diantara orang dewasa dengan anak muda
antara si miskin dan orang kaya, ini jelas terlihat dalam ibadah solat,
puasa, dan haji.
 Memelihara kebersihan dan kesucian badan dan rohani.

2.4 Metode dalam Mengajar Ibadah


1. Metode Ceramah.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode
ceramah sebagai berikut :
a. Langkah persiapan.
Persiapan yang dimaksudkan disini adalah menjelaskan kepada siswa tentang
tujuan pelajaran tersebut. Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi
untuk membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan.
b. Langkah penyajian.

11
Pada tahap ini, guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok
masalah.
c. Langkah generalisasi.
Dalam hal ini, unsur yang sama dan berlainan dihimpun untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
d. Langkah aplikasi penggunaan.
Pada langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi
sehingga nyata makna kesimpulan itu. Namun perlu diketahui juga bahwa untuk
menggunakan metode ceramah secara murni itu sukar, maka dalam
pelaksanaannya perlu menaruh perhatian untuk mengkombinasikan dengan
teknik-teknik penyajian lain sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan
dapat berlangsung dengan intensif.
2. Metode Kerja Kelompok.
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
a. Membentuk kelompok : pendidik bersama peserta didik membentuk
kelompok-kelompok belajar. Berapa jumlah kelompok dan berapa jumlah
anggota dalam satu kelompok disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan
yang hendak dicapai. Pada kesempatan ini pendidik menjelaskan tujuan,
kebutuhan, dan gambaran kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan oleh
kelompok, sehingga peserta diidk menyadari mengapa, dan untuk apa
dibentuk kelompok-kelompok.
b. Pemberian tugas-tugas kepada kelompok-kelompok : pendidik
memberikan tugas-tugas peserta didik menurut kelopoknya masing-
masing. Pada kesempatan ini, pendidik memberikan petunjuk-petunjuk
mengenai pelaksanaan tugas dan berbagai aspek kegiatan yang mungkin
dilakukan oleh setiap kelompok dalam rangka mewujudkan hasil kerja
kelompok sebagai satu kesatuan.
c. Masing-masing kelompok melakukan tugas-tugasnya : peserta didik
bekerjasama secara gotong royong menyelesaikan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dalam rangka mewujudkan hasil kerja
kelompoknya masing-masing. Pendidik mengawasi, mengarahkan, atau
mungkin juga menjawab beberapa pertanyaan dalam rangka menjamin
ketertiban dan kelancaran kerja kelompok.
d. Pendidik bersama peserta didik dilakukan penilaian bukan saja terhadap
hasil kerja yang dicapai kelompok, melainkan juga terhadap cara bekerja
sama dan aspek-aspek lain sesuai dengan tujuannya dan meliputi penilaian
secara individual, kelompok, maupun kelas sebagai satu kesatuan.
3. Metode tanya jawab.
Metode Tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau

12
12
sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab
pertanyaan. Metode tanya jawab akan merangsang anak untuk kreatif atau berani
mengungkapkan pendapat.
Langkah-langkah penerapan metode tanya jawab yaitu sebagai berikut :
 Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas-
jelasnya.
 Guru harus menyelidiki apakah metode Tanya jawab satu-satunya metode
yang paling tepat digunakan.
 Guru harus meneliti untuk apa metode ini digunakan, apakah:
1. Dipakaikan untuk menghubungkan pelajaran lama dengan pelajaran baru.
2. Untuk mendorong murid supaya mempergunakan pengetahuan untuk
pemecahan suatu masalah.
3. Untuk menyimpulkan suatu uraian.
4. Untuk mengingatkan kembali terhadap apa yang dihafalkan murid.
5. Untuk menuntun pemikirannya.
6. Untuk memusatkan perhatiannya.

 Kemudian guru harus meneliti pula apakah:


1. Corak pertanyaan itu mengandung banyak permasalahan atau tidak.
2. Terbatasnya jawaban atau tidak.
3. Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk mendorong murid-
murid berpikir untuk menjawabnya.
4. Guru memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak itu dapat
diterima.

 Guru harus mengajarkan cara-cara pembuktian jawaban, dengan:


1. Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah, dan lain
sebagainya.
2. Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.
3. Dengan menjelaskan di papan tulis dengan berbagai argumentasi.
4. Membandingkan dengan yang pernah dilihat murid-murid.
5. Menguji kebenarannya terhadap orang-orang yang ahli.
6. Melakukan eksperiman untuk membuktikan kebenaran.
4. Metode Resitasi.
Metode resitasi adalah penyajian kembali atau penimbulan kembali
sesuatu yang sudah dimiliki, diketahui atau dipelajari. Metode resitasi biasa
disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus di luar
jam pelajaran.Langkah-langkah penerapan metode resitasi
 Tahap pemberian tugas yang menyangkut:
 Tujuan harus dirumuskan secara spesifik.

13
 Tugas-tugas yang diberikan harus jelas arahnya.
 Para siswa harus diberikan petunjuk-petunjuk dalam pelaksanaannya
untuk menhindari kebingungan mereka.
 Pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang pokok dengan tidak
menghilangkan aspek-aspek lainnya yang berkaitan.
b. Tahap belajar, yakni siswa melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan dan
petunjuk yang diberikan oleh guru.
c. Tahap resitasi, yakni tahap di mana siswa bertanggungjawab atas hasil yang
dikerjakan.

14
BAB III

PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. lajaranMetodologi pembelajaran ibadah adalah suatu cara
menyampaikan bahan pembe yang dilakukan secara sadar, terarah, dan
terancang mengenai materi ibadah kepada peserta didik yang bertujuan
agar anak didik mengetahui, memahami, serta melaksanakan ibadah
sehari-hari.
2. Langkah-langkah mengajar ibadah yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar, Tahap Evaluasi.
3. memahami ketentuan-ketentuan solat wajib. Metode yang dapat
dipakai yaitu metode ceramah, kerja kelompok, tanya jawab, dan
resitasi.

15

12
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Chabib. 1999. Metodologi Pengajaran Agama. Metodologi : Pustaka


Pelajar Offset.
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Ahmad. 1995. Tafsir Metodologi Pengajaran Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Dewan Redaksi. 1993. Ensiklopedi Islam. Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve.
Soenarjo, R.H.A, dkk. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahannya.Semarang : Toha
Putra.
Amin, Abdullah M. 19995. Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Darwis, Djamaluddin. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Langgulung, Hasan. 1975. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Ramayulis. 2007. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta :
Kalam Mulia.

16

12

Anda mungkin juga menyukai