DOSEN PENGAMPU:
Disusun Oleh
Kelas 7E
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt karena dengan
limpahan rahmat, karunia, beserta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Motivasi Belajar Siswa di SMP
Negeri 10 Pekanbaru”. Kami sebagai penulis makalah, berterima kasih kepada
Bapak Drs. Alzaber, M.Si selaku dosen pemangku Mata Kuliah Seminar
Pendidikan Matematika yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dalam
rangka menambah wawasan pengetahuan serta menjadi bekal dasar bagi mahasiswa
dan mahasiswi Universitas Islam Riau. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari nilai
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
reguler maupun kelas olahraga, mereka ada yang memiliki motivasi tinggi
maupun masih rendah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Wlodkowski (dalam Badaruddin, 2015:28), ada 6 faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu:
4
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
b. Motivasi aspirasi
Yaitu motivasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar
memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi
pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu
gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses
terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh guru kepada pelajar
agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau
kegagalan ditentukan oleh ‘usaha’, bukan oleh kemampuan atau
kecerdasan.
c. Motivasi Persaingan
Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam
belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di
kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak
sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara
berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun
5
persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan
motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.
d. Motivasi Afiliasi
Motivasi afilisi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan
belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang
lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan
prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa,
iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar
untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh
kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil
hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap
peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi
pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk
meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.
e. Motivasi kecemasan
Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi
kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil
belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika
mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga
dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau
mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka
menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk
meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan
yang memiliki kecerdasan tinggi.
f. Motivasi penguatan
Motivasi penguat dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan
belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan
peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah
menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama
untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan
6
pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan
yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.
7
praktisnya, tetapi konsep motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori
utama di dalam motivasi kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang
menyatakan babwa motivasi intrinsik ada di dalam hierarki yang paling
tinggi, yaitu aktualisasi diri. Pendapat ahli lain mengenai motivasi intrinsik
dikemukakan oleh Beach (1980). Ia mengatakan bahwa motivasi intrinsik
sebagai suatu hal yang terjadi ketika seseorang menikmati suatu aktivitas dan
memperoleh kepuasan selama melakukan tugas dari aktivitas tersebut.
Telaah dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di
atas dapat diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu bentuk
motivasi dari dalam diri individu dalam menyikapi suatu tugas dan pekerjaan
yang diberikan kepa individu dan membuat tugas dan pekerjaan tersebut
mampu memberikan kekuatan batin bagi individu sendiri (Ghufron dan
Risnawita, 2011: 86-87).
8
semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi
instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar
dengan sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain. (Dimyati & Mudjiono,
2017: 91)
9
b) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai
prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi
berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan: “Melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-
obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat
mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi
kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk
diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting.
Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “Relatedness”
10
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow
dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan
manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:
11
persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-
rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif
tentang penetapan tujuan.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan,
para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi
yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut
menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar
bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan
imbalan dengan prestasi seseorang individu.
12
2.4 Upaya Guru untuk Meningkatkan Motivasi dalam Belajar
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar
mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai
di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya
ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan
norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
b. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan
sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan
mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus
yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab
merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester,
guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan)
bagi siswa ranking 1-3.
c. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa
dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si
Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.
e. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat
proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal,
mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang
13
bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari
memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa
lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak
didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja,
tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya
orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara
belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara
kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam
mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-
buku yang mendukung.
h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada urutan ke f.
i. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode
belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa,
yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah
bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning,
Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM,
mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk
memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru
ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode
mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil
meningkatkan motivasi belajar siswa.
j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga
tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia
untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, mendorong
timbulnya tingkah laku atau perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah,
motivasi berfungsi sebagai penggerak cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Teori – teori motivasi dalam belajar adalah Teori Abraham H. Maslow
(Teori Kebutuhan), Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi), Teori
Clyton Alderfer (Teori “ERG), Teori Herzberg (Teori Dua Faktor), Teori
penetapan tujuan (goal setting theory), Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan),
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar di SMP Negeri 10 Pekanbaru adalah menjelaskan tujuan belajar ke
peserta didik, memberikan hadiah, saingan/kompetisi, pujian, hukuman,
membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk
kebiasaan belajar yang baik, membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok, menggunakan metode yang bervariasi,
menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.2 SARAN
Motivasi dalam belajar sangat penting untuk di pelajari oleh peserta didik
karena dari situlah mereka bisa memahami apa fungsi motivasi dalam belajar
serta mereka dapat termotivasi untuk belajar. Oleh sebab itu penulis
menyarankan makalah ini dibaca dan dipelajari dengan baik serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
15
DAFTAR PUSTAKA
16