Anda di halaman 1dari 20

MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 10 PEKANBARU

Mata Kuliah Seminar Pendidikan Matematika

DOSEN PENGAMPU:

Drs. Alzaber, M.Si

Disusun Oleh

Shenia Aurelia Purwandari


(166410730)

Kelas 7E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt karena dengan
limpahan rahmat, karunia, beserta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Motivasi Belajar Siswa di SMP
Negeri 10 Pekanbaru”. Kami sebagai penulis makalah, berterima kasih kepada
Bapak Drs. Alzaber, M.Si selaku dosen pemangku Mata Kuliah Seminar
Pendidikan Matematika yang telah memberikan tugas ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dalam
rangka menambah wawasan pengetahuan serta menjadi bekal dasar bagi mahasiswa
dan mahasiswi Universitas Islam Riau. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari nilai
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Sebelumnya penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata


dan penulisan yang kurang berkenan. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna
bagi siapapun yang membacanya.

Pekanbaru, 12 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengerian Motivasi Belajar ..................................................................... 3
2.2 Fungsi Motivasi...................................................................................... 4
2.3 Teori-Teori Motivasi dalam Belajar........................................................ 9
2.4 Upaya Guru untuk Meningkatkan Motivasi dalam Belajar ................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah kebutuhan hidup setiap manusia karena disadari bahwa


tidak ada satu orang pun yang dilahirkan membawa ilmu (kepandaian). Dalam
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan
pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta terampil yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangasa dan bernegara, Kadir (2012: 59)
menyatakan bahwa “Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”.

Dalam proses pendidikan disekolah, belajar merupakan kegiatan yang


paling pokok. Artinya berhasil atau tidak nya pencapaian tujuan pendidikan
ditentukan oleh proses belajar dan pembelajaran sisiwa disekolah tersebut,
sedangkan keberhasilan belajar seeorang tersebut dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adalah motivasi siswa tersebut dalam belajar. Siswa yang
bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar
yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha
dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi hasil belajar yang
diperolehnya. Siswa melakukan berbagai upaya atau usaha untuk meningkatkan
keberhasilan dalam belajar sehingga mencapai keberhasilan yang cukup
memuaskan sebagaimana yang diharapkan.

Dalam pelaksanaan Kegiatan Praktek Lapangan Pendidikan (KPLP) yang


telah dilakukan di SMP Negeri 10 Pekanbaru, didapatkan masih banyak siswa
yang mengalami kesulitan belajarnya, terlihat dari adanya siswa-siswa yang
enggan belajar dan tidak bersemangat dalam menerima pelajaran di kelas.
Siswapun yang belum aktif dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan.
Terkait dengan motivasi yang dimiliki siswa, baik siswa yang berasal dari kelas

1
reguler maupun kelas olahraga, mereka ada yang memiliki motivasi tinggi
maupun masih rendah.

Motivasi dalam belajar memiliki fungsi serta dilandasi oleh teori-teori


yang mendukung agar siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena itu,
penulis membahas tentang apa saja fungsi teori-teori motivasi dalam belajar,
serta bagaimana peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya


dapat disusun sebagai berikut:

1. Apa pengertian motivasi dalam belajar?


2. Apa saja fungsi motivasi dalam belajar?
3. Apa saja teori-teori motivasi dalam belajar?
4. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar?

1.3 Tujuan Masalah


Sesuai dengan masalah yang dibahas diatas tujuannya adalah:
1. Menjelaskan pengertian motivasi dalam belajar.
2. Menjelaskan fungsi motivasi dalam belajar.
3. Menjelaskan teori-teori motivasi dalam belajar.
4. Menjelaskan upaya guru untuk meningkatkan motivasi dalam belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga
tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Istilah motivasi berasal dari kata
motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu,
yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Berawal dari kata
“motif”, maka motifasi dapat diartikan sebagai dorongan yang terdapat didalam
diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih
baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Motivai belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2014: 23). Husamah
(2016: 22) menyatakan bahwa “Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar
demi mencapai suatu tujuan”.
Menurut Prawira (2014: 320) motivasi adalah segala sesuatu yang ditujukan
untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang
melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajar sehingga
memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang
(pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan
kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik,
berprestasi dan kreatif.

3
Menurut Wlodkowski (dalam Badaruddin, 2015:28), ada 6 faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu:

a. Sikap (attitude), merupakan kecendrungan untuk merespon kebutuhan


untuk belajar, yang didasarkan pada pemahaman pembelaaran tentang
untung-rugi melakukan perbuatan belajar yang sedang dilakukan.
b. Kebutuhan (need), kekuatan dari dalam diri yang mendorong
pembelajaran untuk berbuat menuju kea rah tujuan yang ditetapkan.
c. Rangsangan (stimulation), perasaan bahwa kemampuan yang diperoleh
dari belajar mulai dirasakan dapat meningkatkan kemampuan untuk
menguasai lingkungannya dan merangsang untuk terus belajar.
d. Emosi (affect), perasaan yang timbul sewaktu menjalankan kegiatan
belajar.
e. Kompetensi (competence), kemampuan tertentu untuk menguasai
lingkungan dalam arti luas.
f. Penguatan (reinforcement), hasil belajar yang baik merupakan penguatan
untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih lanjut.

2.2 Fungsi Motivasi


Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu sebenarnya
dilatarbelakangi oleh sesuatu yang secara umum disebut dengan motivasi.
Motivasi inilah yang menjadi dorongan individu tersebut untuk melakukan
suatu kegiatan dan pekerjaan. Belajar juga sangat memerlukan adanya motivasi,
sehinngga motivasi akan senantiasa mennetukan intensitas usaha belajar siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran menurut Sardiman (2010:85),
fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

4
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Berikut ini ada beberapa jenis-jenis motivasi yaitu:


1. Berdasarkan Arahnya:
a. Motivasi Tugas
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas
yang ditetapkan sama ada oleh guru, murid sendiri, mahupun yang
dirancangkan oleh guru dan murid secara bersama-sama. Pelajar yang
memiliki motivasi tugas memperlihatkan keterlibatan dan ketekunan yang
tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Motivasi tugas hendaklah
dibangun di dalam diri pelajar dan ini dapat dilakukan oleh guru kalau dia
mengetahui cara-caranya.

b. Motivasi aspirasi
Yaitu motivasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau pelajar
memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat menghancurkan aspirasi
pelajar dalam belajar. Oleh kerana itu guru jangan menjadikan pelajar selalu
gagal, walaupun ini bukan bermakna guru harus menjadikan pelajar sukses
terus menerus. Suatu konsep yang harus ditanam oleh guru kepada pelajar
agar ia memiliki aspirasi yang tinggi adalah bahawa kesuksesan atau
kegagalan ditentukan oleh ‘usaha’, bukan oleh kemampuan atau
kecerdasan.

c. Motivasi Persaingan
Persaingan yang sehat dapat menjadi motivasi yang kuat dalam
belajar. Namun memupuk rasa persaingan yang berlebih-lebihan, di
kalangan pelajar dalam belajar dapat menimbulkan persaingan yang tidak
sihat, kerana pelajar bukan menjadi giat belajar, tetapi dengan berbagai cara
berusaha mengalahkan pelajar lain untuk mendapatkan status. Membangun

5
persaingan dengan diri sendiri pada setiap pelajar akan menimbulkan
motivasi persaingan yang sihat dan berkesan dalam belajar.

d. Motivasi Afiliasi
Motivasi afilisi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan
belajar dengan sebaik-baiknya, kerana ingin diterima dan diakui oleh orang
lain. Pelajar-pelajar yang masih kecil berusaha meningkatkan usaha dan
prestasi dalam belajar agar dia dapat diterima dan diakui oleh orang dewasa,
iaitu guru dan ibu bapanya. Namun para remaja lebih terdorong belajar
untuk mendapatkan penerimaan dan perakuan dari rakan sebaya. Oleh
kerana itu, guru-guru yang mengajar pelajar-pelajar yang masih kecil
hendaknya memberikan perhatian dan penghargaan yang penuh terhadap
peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh pelajar. Bagi
pelajar remaja, guru hendaknya dapat memanfaatkan kelompok untuk
meningkatkan usaha dan prestasi belajar ahli kelompok.

e. Motivasi kecemasan
Kecemasan dapat mendorong usaha dan hasil belajar. Tetapi
kecemasan yang berlebihan dapat menurunkan keghairahan dan hasil
belajar. Pelajar yang telah memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar jika
mengalami kecemasan dapat menurunkan motivasinya itu. Demikian juga
dengan pelajar-pelajar yang memiliki kecerdasan (IQ) rendah kalau
mengalami kecemasan menyebabkan usaha dan hasil belajar mereka
menjadi bertambah merosot. Tetapi kecemasan sangat berkesan untuk
meningkatkan usaha dan hasil belajar pelajar yang bermotivasi rendah dan
yang memiliki kecerdasan tinggi.

f. Motivasi penguatan
Motivasi penguat dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan
belajar murid, memberikan komentar pada setiap kertas tugas, ujian dan
peperiksaan pelajar dan memberikan penghargaan. Guru hendaklah
menjauhi pemahaman bahawa pemberian angka sebagai sumber utama
untuk menimbulkan motivasi penguatan, kerana menitik-beratkan

6
pemberian angka dalam memotivasi pelajar dapat menimbulkan persaingan
yang tidak sihat dan akan menimbulkan kecemasan di dalam kelas.

g. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri


Motivasi ini sangat berkesan dalam meningkatkan motivasi pelajar
dalam belajar. Pelajar-pelajar ini menunjukkan tingkah laku yang mandiri
dalam belajar dan mempunyai sistem nilai yang baik yang melatar-belakangi
tingkah laku mereka itu. Pembentukan sistem nilai-nilai yang menjadi
tanggung jawab guru pada setiap pelajar, sehingga pelajar-pelajar memiliki
motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri adalah sangat penting. Bagi pelajar-
pelajar yang telah memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri, guru
hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktiviti
belajar mereka.

2. Berdasarkan faktor pembangkitnya:


a. Motivasi internal (intrinsik)
Motivasi internal (intrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku
seseorang yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai
ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui
kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang
mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa
tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk
memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan
menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini,
motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi
berprestai.

Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefisinikan


sebagai ketertarikan dan kenyamanan di dalam melakukan aktivitas di dalam
pekerjaan itu sendiri, sedangkan Hirst (1988) mengatakan bahwa motivasi
intrinsik adalah keyakinan individu tentang tingkat, yang mana sesuatu
aktiviatas dapat dilakukan dengan nyaman dan atas dasar keinginan diri
sendiri. Konsep dari motivasi intrinsik tidak hanya ada pada definisi

7
praktisnya, tetapi konsep motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori
utama di dalam motivasi kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang
menyatakan babwa motivasi intrinsik ada di dalam hierarki yang paling
tinggi, yaitu aktualisasi diri. Pendapat ahli lain mengenai motivasi intrinsik
dikemukakan oleh Beach (1980). Ia mengatakan bahwa motivasi intrinsik
sebagai suatu hal yang terjadi ketika seseorang menikmati suatu aktivitas dan
memperoleh kepuasan selama melakukan tugas dari aktivitas tersebut.

Telaah dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di
atas dapat diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu bentuk
motivasi dari dalam diri individu dalam menyikapi suatu tugas dan pekerjaan
yang diberikan kepa individu dan membuat tugas dan pekerjaan tersebut
mampu memberikan kekuatan batin bagi individu sendiri (Ghufron dan
Risnawita, 2011: 86-87).

b. Motivasi eksternal (ekstrinsik)


Motivasi ekternal (ekstrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku
seseorang tang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat
sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari
hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui
tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ingign ikut-ikutan belajar di SMP
karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas
satu SMP, ssiswa memahami faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa
tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut
sangat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia
menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan pelajaran di SMA.Di SMA ia
belajar dengan penuh semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat
ketekunan dan semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai sangat
baik, dan diterima di AKABRI.
Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar
dengan tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa
menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh

8
semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi
instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar
dengan sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain. (Dimyati & Mudjiono,
2017: 91)

2.3 Teori-Teori Motivasi dalam Belajar


Untuk memahami tentang motivasi, ada beberapa teori tentang motivasi,
antara lain (Danumiharja, 2014: 243):
a) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada
intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau
hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs),
seperti : rasa lapar, haus; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam
arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri
(esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua


(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia
itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.

9
b) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai
prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi
berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan: “Melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-
obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat
mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi
kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk
diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high


achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu: (1) sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
(3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

c) Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam


teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E =
Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk
berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan)

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting.
Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang
dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan
identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “Relatedness”

10
senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow
dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan
manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:

 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula


keinginan untuk memuaskannya;
 Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin
besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih
mendasar.

d) Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam


pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan
“Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene
atau “Pemeliharaan”.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal


yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber
dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.

e) Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki


empat macam mekanisme motivasional yakni: (a) tujuan-tujuan mengarahkan
perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan

11
persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-
rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif
tentang penetapan tujuan.

f) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”


mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”.
Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai
oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan
mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang
sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk
memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata


bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh
sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh
hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi
rendah.

g) Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan,
para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi
yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut
menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar
bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan
imbalan dengan prestasi seseorang individu.

12
2.4 Upaya Guru untuk Meningkatkan Motivasi dalam Belajar

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar
mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai
di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya
ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan
norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
b. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan
sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan
mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus
yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab
merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester,
guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan)
bagi siswa ranking 1-3.
c. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa
dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si
Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.
e. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat
proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal,
mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang

13
bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari
memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa
lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak
didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja,
tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya
orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara
belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara
kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam
mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-
buku yang mendukung.
h. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada urutan ke f.
i. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode
belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa,
yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah
bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning,
Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM,
mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk
memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru
ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode
mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil
meningkatkan motivasi belajar siswa.
j. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga
tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah mendorong manusia
untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, mendorong
timbulnya tingkah laku atau perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah,
motivasi berfungsi sebagai penggerak cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Teori – teori motivasi dalam belajar adalah Teori Abraham H. Maslow
(Teori Kebutuhan), Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi), Teori
Clyton Alderfer (Teori “ERG), Teori Herzberg (Teori Dua Faktor), Teori
penetapan tujuan (goal setting theory), Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan),
Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar di SMP Negeri 10 Pekanbaru adalah menjelaskan tujuan belajar ke
peserta didik, memberikan hadiah, saingan/kompetisi, pujian, hukuman,
membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar, membentuk
kebiasaan belajar yang baik, membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok, menggunakan metode yang bervariasi,
menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3.2 SARAN
Motivasi dalam belajar sangat penting untuk di pelajari oleh peserta didik
karena dari situlah mereka bisa memahami apa fungsi motivasi dalam belajar
serta mereka dapat termotivasi untuk belajar. Oleh sebab itu penulis
menyarankan makalah ini dibaca dan dipelajari dengan baik serta dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badaruddin, Achmad. 2015. Peningkatan Motivasi Belaar Siswa Melalui


Konseling Klasikal. Jakarta: CV Abe Kreatifindo
Dimyati & Mudjiono. 2017. Belajar & Pempelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan. Yohyakarta:
Deepublish
Ghufron, MN & Risnawita, R. 2011. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Husamah., dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Kadir, Abdul., dkk. 2012. Dasar Dasar Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Prawira, Purwa Atmaja. 2014. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
RajaraGrafindo Persada
Uno, Hamzah B. 2014. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara

16

Anda mungkin juga menyukai