Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL
Dosen Pengampu : Dr. Sumirah, M. Pd.

Kelas : 2D MPI
Disusun Oleh : Kelompok 8
1. Nur Indah (203190109)
2. Selly Oktaviana Dayanti (203190094)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI STS JAMBI
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat, serta penyertaan-Nya sehingga penulisan Makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan ringkasan dari serangkaian
materi dari mata kuliah Sosiologi Pendidikan oleh mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam
di Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Syaifuddin Jambi. Dengan adanya makalah ini
kiranya dapat berguna bagi mahasiswa dalam mempelajari “Pendidikan dan Mobilitas Sosial”
dan dapat dimanfaatkan dengan baik.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan mohon maaf,
apabila materi yang di sampaikan ini memiliki kekurangan, semoga kritikan dan saran untuk
menyempurnakan tulisan ini benar-benar berguna untuk pembaca dan penulis sendiri.

Jambi, Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................5

C. Tujuan Penulisan................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

A. Pengertian Pendidikan........................................................................................6

B. Jenis-Jenis Pendidikan........................................................................................6

C. Pengertian Mobilitas Sosial..............................................................................10

D. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial..............................................................................11

E. Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas..........................................................13

F. Mobilitas Sosial melalui Pendidikan................................................................13

G. Strategi Pembaharuan Pendidikan demi tercapainya Mobilitas Sosial............14

BAB III PENUTUP.....................................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................................16

B. Saran.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta
didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam
pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanannya pendidikan kerap malah
memisahkan peserta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena
pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan
tetapi lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.  Sehingga peserta
didik setelah selesai mendapatkan pendidikan bukan peka akan realitas
sosial, justru malah hilang dari realitas sosial.
Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari
pendidikan tersebut agar pendidikan dapat memainkan peranannya sebagai motor
penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual
peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan yang
terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam masyarakat
tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya.
Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami
kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari
pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin
untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Dari gambaran diatas maka dalam
makalah ini kami akan mencoba membahas sedikit perubahan orientasi
pendidikan, mobilitas sosial dan peranan pendidikan dalam upaya melakukan
mobilitas.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa saja jenis-jenis pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial?
4. Apa saja jenis-jenis mobilitas sosial?
5. Bagaimana hubungan pendidikan dengan mobilitas?
6. Bagaimana mobilitas sosial melalui pendidikan?
7. Bagaimana strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya mobilitas
sosial?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan.
2. Mengetahui jenis-jenis pendidikan.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial.
4. Mengetahui apa saja jenis-jenis mobilitas sosial.
5. Memahami bagaimana hubungan pendidikan dengan mobilitas.
6. Memahami bagaimana mobilitas sosial melalui pendidikan.
7. Memahami bagaimana strategi pembaharuan pendidikan demi tercapainya
mobilitas sosial.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut KBBI (V 0.2.1 Beta, 2016) berarti proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

B. Jenis-jenis Pendidikan
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan
formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.
Pendidikan formal ini terstruktur, jelas yang mengelolanya, memiliki
sistem yang jelas dan diakui sehingga setiap menyelesaikan suatu pendidikan
anak didiknya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Satuan
pendidikan penyelenggara pendidikan formal ini adalah:
 Taman Kanak-kanak (TK)
 Raudatul Athfal (RA)
 Sekolah Dasar (SD)
 Madrasah Ibtidaiyah (MI)
 Sekolah Menengah Pertama (SMP)
 Madrasah Tsanawiyah (MTs)
 Sekolah Menengah Atas (SMA)
 Madrasah Aliyah (MA)
 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

6
 Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
 Perguruan Tinggi
 Akademi
 Politeknik
 Sekolah Tinggi
 Institut
 Universitas
2. Pendidikan Non-formal
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil
pendidikan non-formal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan.
Pendidikan non-formal ini sering kita temukan disekitar kita dan
banyak yang mnegikutinya. Contohnya, seorang yang sudah berusia remaja
namun tidak punya Ijazah SD kemudian dia ingin Ijazah SD tersebut maka
dia bisa mengikuti penyetaraan.
a. Sasaran
Pendidikan non-formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
b. Fungsi
Pendidikan non-formal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.

7
c. Jenis
Pendidikan non-formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi
Paket A, Paket B, dan Paket C. Serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain
sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan
penyelenggara:
 Kelompok bermain (KB)
 Taman penitipan anak (TPA)
 Lembaga kursus
 Sanggar
 Lembaga pelatihan
 Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM)
 Majelis taklim
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui
dengan pendidikan formal dan non-formal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan (RPP Silabus Kurikulum 2013
Revisi 2020).

8
Dikutip dari (www.pelajaran.co.id) berikut adalah penjelasan lebih
lengkap tentang pendidikan Informal:
a. Ciri-ciri Pendidikan Informal
 Kegiatan belajar terbentuk secara mandiri.
 Tidak terikat waktu dan tempat.
 Terjadi antara orangtua dengan anak, atau antara kakak dengan
adik.
 Peserta didik tidak harus mengikuti ujian tertentu.
 Tidak ada kurikulum tertentu yang harus dijalankan.
 Tidak ada jenjang dalam proses pendidikannya.
 Tidak menggunakan metode yang komplikatif yang sulit di
mengerti atau sulit dilaksanakan.
 Tidak terorganisasi secara struktural.
 Bahan pembelajaran cukup sederhana.
b. Fungsi dan Peran Pendidikan Informal
Fungsi dan peran utama pendidikan informal yaitu untuk membentuk
karakter dan kepribadian seseorang. Beberapa fungsi dan peran
lainnya adalah sebagai berikut:
 Membantu meningkatkan hasil belajar anak, baik pendidikan
formal maupun non-formal.
 Membantu pertumbuhan fisik dan mental anak, baik dari dalam
keluarga maupuun lingkungan.
 Membentuk kepribadian anak engan metode yang disesuaikan
dengan kebutuhan, kemampuan dan perkembangan anak.
 Memotivasi anak agar mampu mengembangkan potensi atau
bakat yang dimilikinya.
 Membantu anak lebih mandiri dan mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya.

9
c. Contoh Pendidikan Informal
 Pendidikan budi pekerti
 Pendidikan agama
 Pendidikan moral
 Pendidikan etika
 Pendidikan sopan santun
 Sosialisasi dengan lingkungan

C. Pengertian Mobilitas Sosial


Mobilitas Sosial menurut KBBI (V 0.2.1 Beta, 2016) berarti perubahan
kedudukan warga masyarakat kelas sosial yang satu ke kelas sosial yang lain.
Menurut Mudikawaty dan Utep (2019 : 285) dalam bukunya menjelaskan
pengertian Mobilitas Sosial menurut para ahli ialah sebagai berikut:
1. Horton dan Hunt: gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas
sosial lainnya.
2. Soerjono Soekanto: suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
3. Kimbal Young dan Raymond W. Mack: suatu mobilitas sosial dalam
struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial.
4. William Kornblum: perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga
dan kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
5. H. EdwardRansford: perpindahan ke atas atau ke bawah dalam
lingkungan sosial secara hirarki.
6. Robert M. Z. Lawang: perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya.

10
D. Jenis-jenis Mobilitas Sosial
1. Mobilitas Vertikal
Menurut Narwoko dan Suyanto dalam (Purwasih dan Fitria, 2019: 44-45)
Mobilitas sosial vertikal dapat diartikan sebagai perpindahan individu
dari suatu kedudukan ke kedudukan lain yang sifatnya tidak sederajat.
Berdasarkan arahnya, mobilitas sosial vertical dibedakan menjadi dua
jenis yaitu:
a. Mobilitas Sosial Vertikal Naik (Social Climbing)
Mobilitas sosial vertikal naik merupakan kenaikan kedudukan
individu dari kedudukan rendah menuju kedudukan yang lebih
tinggi (Soekanto dan Sulistyowati, 2014: 218). Hal ini dipengaruhi
oleh usaha yang dilakukan seseorang untuk mengubah nasibnya
menjadi lebih baik. Usaha yang dimaksud ialah meningkatkan
prestasi kerja dan pendidikan. Contohnya: seorang karyawan yang
mengalami kenaikan jabatan.
b. Mobilias Sosial Vertikal Turun (Social Sinking)
Mobilitas sosial vertikal turun merupakan turunnya kedudukan
individu dari kelas sosial lama menuju kelas sosial yang lebih
rendah (Haryanto dan Sujatmiko, 2012: 153). Turunnya kelas sosial
seseorang biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam
mempertahankan usahanya. Contohnya: kebangkrutan, PHK dan
kegagalan dalam berwirausaha.
2. Mobilitas Horizontal
Mobilitas sosial horizontal diartikan perpindahan individu dari satu
kedudukan ke kedudukan lain yang sifatnya sederajat atau dalam strata
sama (Setiadi dan Kolip, 2011: 508). Contohnya: seorang pedagang buah
beralih menjadi pedagang sayur karena dagangan awal tidak laku.
3. Mobilitas Sosial Lateral

11
Mobilitas sosial lateral merupakan perpindahan atau pergerakan
seseorang/kelompok dari satu wilayah ke wilayah lain (Giddens, 2009:
463). Mobilitas ini dipengaruhi oleh sistem pemerataan penduduk, mutasi
kerja, dan keinginan untuk berpindah ke tempat tinggal yang dirasa lebih
baik. Ditinjau dari segi sifatnya, mobilitas sosial lateral dibagi menjadi
dua, yaitu:
a) Mobillitas Sosial Lateral Bersifat Permanen
Keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik mendorong
manusia melakukan mobilitas sosial. Sebagai contoh, mobilitas
sosial yang dilakukan oleh penduduk Jawa melalui program
transmigrasi.
b) Mobilitas Sosial Lateral Bersifat Sementara/ Tidak Permanen
Mobilitas sosial tidak permanen menunjukkan perpindahan
seseorang atau kelompok dari satu wilayah ke wilayah lain yang
bersifat tidak menetap. Sebagai contoh, mobilitas sosial literal tidak
permanen yang dilakukan tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar
negeri.
4. Mobilitas Sosial Intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi merupakan perpindahan status dan
kedudukan seseorang dalam kehidupannya (Schaefer, 2012: 239).
Mobilitas sosial intragenerasi dapat bersifat naik dan turun bergantung
usaha yang dilakukan melalui saluran mobilitas sosial.
5. Mobilitas Sosial Antargenerasi
Mobilitas sosial antargenerasi merupakan perpindahan status atau
kedudukan yang dialami oleh dua generasi atau lebih (Henslin, 2006:
221). Apabila seseorang dapat mencapai status atau kedudukan yang
lebih tinggi daripada generasi sebelumnya, artinya ia telah melakukan
mobilitas sosial antargenerasi naik. Sebaliknya, apabila status atau

12
kedudukan menjadi lebih rendah berarti ia telah melakukan mobilitas
sosial antargenerasi turun.

E. Hubungan Pendidikan Dengan Mobilitas


Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang
lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh maka
besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian, terbukalah
kesempatan untuk ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dapat
dikatakan jalan bagi mobilitas sosial karena pada zaman dahulu keturunanlah
yang menentukan status sosial. Para tokoh pendidikan percaya dengan
memperluas dan meratakan pendidikan dapat mencairkan batas-batas golongan
sosial. Kewajiban belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan
dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua golongan
sosial. Sehingga perbedaan golongan sosial akan dikurangi sekalipun tidak dapat
dihapuskan sepenuhnya.
Pendidikan secara merata memberi kesamaan hak kepada warga negara
dalam mengenyam pendidikan. Dalam hal ini akhirnya warga negara dapat
membaca surat kabar dan majalah yang sama, dapat memikirkan masalah-
masalah politik, sosial, dan ekonomi yang sama.

F. Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan


Disekitar lingkungan kita banyak sekali contoh-contoh tentang orang
yang meningkat status sosialnya berkat pendidikan yang diperoleh. Saat ini
pendidikan yang tinggi dianggap suatu syarat bagi moilitas sosial. Pendidikan SD
sampai SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial, bahkan bagi
lulusan perguruan tinggi pun kini sudah bertambah dan sukar untuk mendapatkan
kedudukan yang lebih baik.
Di samping ijazah perguruan tinggi ada lagi faktor-faktor lain yang
membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dalam

13
dunia usaha. Dapat kita lihat bahwa anak-anak golongan rendah lebih sukar
mendapat kedudukan sebagai pemimpin perusahaan dibandingkan dengan anak
pemimpin perusahaan itu sendiri. Hubungan pribadi dan rekomendasi dari orang
yang berkuasa cukup mempengaruhi jabatan yang akan kita terima. Jadi ijazah
saja tidaklah cukup. Seseorang yang ingin memiliki jabatan yang lebih tinggi
haruslah memiliki prestasi yang banyak.
Guru juga dapat mempengaruhi individu untuk mencapai kemajuan, bila
mereka mendorong anak agar mencapai prestasi yang tinggi. Prestasi disini
mencakup dalam bidang akademis sampai non-akademis. Seperti olahraga, seni,
ekstrakulikuler dan lain sebagainya.

G. Strategi Pembaharuan Pendidikan Demi Tercapainya Mobilitas Sosial


Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga
jenis pendidikan yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal,
dan pendidikan non-formal, tampaknya dua dari yang terakhir lebih bisa
diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih
mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan
naik status. Akan tetapi, seiring berjalannya mereka lebih mempercayai
kemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus menghormati
kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi pemilik ijazah
tersebut.
Fenomena diatas akhirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya
pendidikan-pendidikan non-formal, yang lebih bisa memberikan keterampilan
praktis pragmatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada
pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas,
memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam
masyarakat dan biasanya lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran
pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan
ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.

14
Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia
pendidikan yang mulai dirintis sebagai alternatif untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan
pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam
dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang
lebih memberikan harapan kemajuan kedepan.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran
yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Pendidikan harus berpengaruh terhadap perubahan masyarakat.
2. Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses
transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani.
Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana
dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu mengidentifikasi berbagai problem
yang menghambat terlaksananya pendidikan dan merumuskan lankah-langkah
pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan praktis sehingga dapat
diimplementasikan di lapangan. Oleh karena itu, pendidikan berpengaruh
terhadap perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan sumbangan
optimal terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan (Misbahusurur, 2019).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Mobilitas sosial berarti perubahan kedudukan warga masyarakat kelas
sosial yang satu ke kelas sosial yang lain.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran
yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Pendidikan harus berpengaruh terhadap perubahan masyarakat.
2. Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses
transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani.

B. Saran
Seperti yang sudah dipaparkan diatas, penulis berharap agar pendidikan di
Indonesia terutama disekitar kita bisa menjadi dasar utama menuju mobilitas
sosial yang lebih baik. Penulis juga mengharapkan agar teman-teman para
pembaca karya ilmiah ini bisa mengambil sebanyak-banyaknya ilmu dan di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Para mahasiswa seperti kita harusnya tidak hanya mengandalkan ijazah
dalam mencari pekerjaan kelak. Tetapi, kita juga harus meningkatkan kompetensi
dalam diri kita masing-masing. Semoga karya ilmiah ini dapat membantu
memudahkan teman-teman dalam usaha meningkatkan status sosial yang bisa
mendatangkan manfaat untuk semua orang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mudikawaty, Meity dan Utep Badrusalam. 2019. Super Complete IPS. Depok:
Magenta Media.

Purwasih, Joan Hesti Gita dan Fitria Wijayanti. 2019. Struktur dan Mobilitas Sosial.
Klaten: Cempaka Putih.

Rahmadi, Duwi. 2017. Smart Book Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Solo:
Genta Smart Publisher.

Sunendar, Dadang. 2016. KBBI V 0.2.1 Beta (21). Jakarta.

https://misbahusurur24.blogspot.com/2019/09/pendidikan-dan-mobilitas-sosial.html

www.pelajaran.co.id

www.rpp.silabus.com

17

Anda mungkin juga menyukai