Anda di halaman 1dari 43

KISI KISI UJI KOMPREHENSIF

1. Hadits tentang perkembangan Anak

‫ َفأَبََو اُه يَُهِّ ِو َدانِِه أَْو يَُم ِّ ِج َس انِِه أَْو يَُن ِّ ِص َر ان ِِه‬،‫ُك ُّل َم ْو لُْو ٍد يُْو لَُد َعلَى اْلِفْطَر ِة‬
-Ayat Al-Qur’an tentang kewajiban menuntut ilmu (QS.Shaad:29)

‫كَٰت ٌَب أَنَز ألََٰن ُه إل أَيَك ُم َٰب ََرٌك ل َيدَّبَُّر ٓو ۟ا َء اََٰي ت ۦه َو لَيتَذ ََّك َر أُ۟و لُو ۟ا ٱ أْل أَلَٰب َب‬
Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.”

-Hadits kewajiban menuntut Ilmu

‫َطلَُب ا أل ع أل م ف َر أيَض ٌة َعلَى ُك ل ُم أس لٍم َو ُم أس لَم ٍة‬


Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.”
(HR. Muslim)

2.Dalil sholat. Surat AL-Baqoroh:45

‫َو ا أست َع أين أُو ا بالَّص أ ب ر َو الَّص َٰل وة ۗ َو ا َّنَها لََك ب أيَر ٌة ا ََّّل َعلَى ا ألَٰخ‬
‫ش ع أي َن‬
Artinya: “Dan mohon lah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat)

itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

‫ َش َهاد َة أ أَن ََّل إَلَه إ ََّّل ُهللا َو أََّن ُمَحَّم دًا َر ُس أوُل هللا َو إقَا م‬: ‫ب ُنَي اإل أسالَُم َعلَى َخ أمٍس‬
‫الَّص َال ة َو إ أيتَا ء‬

) ‫ )رواه البخاري و مسلم‬. ‫ َو َص أو م َر َم َض اَن‬,‫ َو َح ج ا ألَب أي ت‬,‫الَّز َك ا ة‬


Artinya : “Islam dibangun atas lima pekara. (1( Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4)
melaksanakan ibadah haji, dan (5( berpuasa Ramadhan”. [HR Bukhari dan Muslim].
-Hadits hablumminallah habluminannas

‫ َو َم أن‬،‫َم أن َك اَن ي أُؤ مُن ب هللا َو ا ألي أَو م اآل خ ر َفأ ليَق أُل َخ أيرًا أ أًو لَي أصُم أت‬
‫َك اَن ي أُؤ مُن باهلل َو األي أَو م اآل خ ر‬

‫ َو َم أن َك اَن ي أُؤ مُن ب هللا َو ا ألي أَو م اآل خ ر َف ألي أُك ر أم َض‬،‫َف ألي أُك ر أم َج اَرُه‬
[‫رواه البخاري ومسلم‬. [‫أيَفُه‬
Artinya : "Barang Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata
baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati
tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia
memuliakan tamunya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Tokoh dan Aliran Pendidikan Islam

• Aliran Agamis Konserpatif (al-Diniy al-Muhafid) Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Imam
al Ghazali, Ibnu Hajar al Haitami, Ibnu Sahnun dan Nasirudin at Thusi.
Aliran ini cenderung murni keagamaan dan aliran ini memaknai ilmu dengan makna yang
sempit. Menurut at Thusi ilmu adalah yang berguna di hari ini dan akan membawa
manfaat di akhirat kelak. Bila kita mau mengamalkan apa yang kita dapatkan dan
terapkan maka inilah makna ilmu yang sebenarnya. Dimana ilmu dapat menjadi sarana
agar menjadi orang yang lebih baik dan mau menjadikan orang lain untuk lebih baik,
inilah ilmu yang sebenarnya. Al-Gazali termasuk filosof pendidikan Islam berpaham
empiris, yang menekankan pentingnya pendidikan terhadap pertumbuhan perkembangan
anak didik.

• Aliran Religius Rasional (al-Diny al-‘Aqlaniy( Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-
Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih.

Aliran ini dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di belahan dunia Timur, dikarenakan
pergumulan intensifnya dengan rasionalitas Yunani. Menurut Ikhwan al-Shafa,12 yang
dimaksud dengan ilmu adalah gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak
(jiwa) orang yang mengetahui. Proses pengajaran adalah usaha transformatif terhadap
kesiapan ajar agar benar-benar menjadi riil, atau dengan kata lain, upaya transformatif
terhadap jiwa pelajar yang semula berilmu (mengetahui) secara potensial, agar menjadi
berilmu (mengetahui) secara riil-aktual. Dengan demikian, inti proses pendidikan adalah
pada kiat transformasi potensi-potensi manusia agar menjadi kemampuan
“psikomotorik”.

• Aliran Pragmatis Instrumental (al-Dzarai’iy( Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan
ilmu pembelajaran adalah pembawaan manusia karena adanya kesanggupan berfikir.
Dalam proses belajar manusia harus sungguh-sungguh dan memiliki bakat. Dalam mencapai
pengetahuan yang beraneka ragam, seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tapi juga
bakat. Seseorang perlu mengembangkan keahliannya dibidang tertentu. Ibnu Khaldun
mengatakan bahwa: al-Ilm wa al-Ta‟lim Thabi‟iyyun fi al‟Umran al-Basyari. (Khaldun,
1979). Pengetahuan dan pendidikan merupakan tuntutan alami dari peradaban (al-
„Umran( manusia. Hal itu dimungkinkan karena manusia dibekali dengan akal, yang dengan
akal itu manusia berpikir dan memiliki motivasi untuk mengetahui sesuatu. Dengan berpikir
berarti bersosialisasi dengan realitas di sekitarnya.

▪ POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling)

POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) adalah sebuah model manajemen
yang meliputi empat tahap penting dalam pengelolaan suatu proyek atau kegiatan. Berikut
adalah penjelasan dan contoh mengenai konsep dan tahapan POAC dalam manajemen
pendidikan Islam:

a. Planning (Perencanaan)

Tahap perencanaan dalam POAC melibatkan pengembangan rencana kerja, anggaran,


dan jadwal kegiatan. Pada tahap ini, lembaga pendidikan Islam mengidentifikasi
tujuan, mengumpulkan informasi, dan membuat strategi untuk mencapai tujuan
tersebut.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang merencanakan program pelatihan untuk


pengajar baru yang mencakup pengembangan keterampilan mengajar dan
pengenalan kurikulum pendidikan Islam.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Tahap pengorganisasian dalam POAC melibatkan alokasi sumber daya dan


pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada tahap
perencanaan.
 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang mengalokasikan sumber daya seperti
anggaran dan fasilitas pendidikan, serta menetapkan tugas dan tanggung jawab staf
pengajar dalam melaksanakan program pelatihan pengajar baru.

c. Actuating (Pelaksanaan)

Tahap pelaksanaan dalam POAC melibatkan implementasi rencana kerja dan


pengawasan terhadap pelaksanaannya untuk memastikan bahwa kegiatan dilakukan
sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang melaksanakan program pelatihan


pengajar baru dengan mempekerjakan instruktur yang berkualitas dan memberikan
dukungan untuk peserta pelatihan agar dapat memanfaatkan pengalaman dan
pengetahuan baru dengan optimal.

d. Controlling (Pengendalian)

Tahap pengendalian dalam POAC melibatkan pengukuran dan evaluasi kinerja untuk
memastikan bahwa kegiatan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan melakukan
perbaikan jika diperlukan.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang melakukan evaluasi kinerja program


pelatihan pengajar baru dengan melakukan survei kepuasan peserta pelatihan dan
mengadakan pertemuan evaluasi dengan staf pengajar untuk memperbaiki program
pelatihan di masa mendatang.

1. Jalur Pendidikan

Dasar-dasar pendidikan adalah pemahaman tentang bagaimana sistem pendidikan nasional


bekerja dan bagaimana pendidikan diterapkan dalam masyarakat. Dalam konteks ini, jalur
pendidikan adalah salah satu aspek penting yang perlu dipahami. Ada tiga jenis jalur
pendidikan, yaitu:

1) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh
institusi resmi seperti sekolah, universitas, dan institusi pendidikan lain yang terakreditasi.
Pendidikan formal biasanya dilaksanakan melalui program belajarmengajar dan dalam bentuk
kurikulum yang terstruktur dan standarisasi. Contoh pendidikan formal adalah sekolah dasar,
sekolah menengah atas, dan universitas.

2) Pendidikan Non-Formal Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan yang tidak


diselenggarakan oleh institusi resmi tetapi melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir dan
terstruktur. Pendidikan non-formal biasanya dilaksanakan melalui kegiatankegiatan seperti
workshop, kursus, dan pelatihan. Contoh pendidikan nonformal adalah kursus bahasa asing,
kursus komputer, dan pelatihan kerja.

3) Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang tidak terstruktur dan
tidak terorganisir, dan terjadi secara alami dalam kehidupan seharihari. Pendidikan informal
bisa terjadi melalui interaksi sosial, pengalaman, dan pengamatan. Contoh pendidikan
informal adalah pengalaman bekerja, berinteraksi dengan orang lain, dan belajar melalui
media massa.

Dengan memahami dasar-dasar pendidikan dan jalur pendidikan, kita dapat memahami
bagaimana sistem pendidikan nasional bekerja dan bagaimana pendidikan diterapkan dalam
masyarakat. Ini akan membantu kita mengambil keputusan yang tepat mengenai pendidikan
yang kita pilih dan memastikan bahwa kita memperoleh pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan kita.

2. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tingkatan atau tahap dalam sistem pendidikan nasional yang
membantu seseorang untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan mempersiapkan
mereka untuk hidup dan bekerja. Dalam sistem pendidikan nasional, ada empat jenjang
pendidikan utama, yaitu:

1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan
yang ditujukan untuk anak-anak usia dini, biasanya dari usia 0 hingga 6 tahun. Tujuan
pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu perkembangan dan pembelajaran anak
sejak dini, sehingga dapat mempersiapkan mereka untuk belajar dan mengikuti jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Contoh pendidikan anak usia dini adalah Taman Kanak-Kanak
(TK) atau Playgroup.
2) Pendidikan Dasar (SD) Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang ditujukan untuk
anak-anak usia 6 hingga 12 tahun. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk membantu siswa
memperoleh pendidikan yang dasar dan menyiapkan mereka untuk mengikuti jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Contoh pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) atau
Elementary School.

3) Pendidikan Menengah (SMP/SMA) Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan yang


ditujukan untuk siswa usia 12 hingga 18 tahun. Tujuan pendidikan menengah adalah untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa dan mempersiapkan mereka untuk
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Contoh pendidikan menengah adalah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Junior High School dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau Senior High School.

4) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan yang ditujukan untuk siswa
usia 18 tahun ke atas yang ingin memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dan
mempersiapkan diri untuk bekerja. Tujuan pendidikan tinggi adalah untuk memperluas

dan memperdalam pengetahuan dan keterampilan siswa dan mempersiapkan mereka


untuk memasuki dunia kerja. Contoh pendidikan tinggi

a) Universitas Universitas adalah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan program-


program pendidikan pascasarjana dan program doktor. Universitas biasanya menawarkan
berbagai program studi, seperti ilmu sosial, teknik, bisnis, dan kedokteran. Contoh universitas
adalah Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Diponegoro.

b) Institut adalah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan program-program pendidikan


tinggi yang lebih terfokus pada bidang-bidang tertentu, seperti teknik, desain, dan pariwisata.
Institut biasanya menawarkan program-program diploma atau program sarjana. Contoh
institut adalah Institut Teknologi Bandung, Institut Desain Bandung, dan Institut Pariwisata
Bali.

c) Sekolah Tinggi adalah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan programprogram


pendidikan tinggi yang lebih terfokus pada bidang-bidang tertentu, seperti teknik, desain, dan
pariwisata. Sekolah tinggi biasanya menawarkan programprogram diploma atau program
sarjana. Contoh sekolah tinggi adalah Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, Sekolah Tinggi
Desain Bandung, dan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.
d) Politeknik adalah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan program-program pendidikan
tinggi yang lebih terfokus pada bidang-bidang teknik, seperti teknik mesin, teknik elektro,
dan teknik industri. Politeknik biasanya menawarkan program-program diploma. Contoh
politeknik adalah Politeknik Negeri Bandung, Politeknik Elektro Bandung, dan Politeknik
Mesin Bandung.

e) Akademi adalah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan program-program pendidikan


tinggi yang lebih terfokus pada bidang-bidang tertentu, seperti desain, pariwisata, dan seni.
Akademi biasanya menawarkan program-program diploma atau program sarjana. Contoh
akademi adalah Akademi Desain Bandung, Akademi Pariwisata Bali, dan Akademi Seni
Bandung.

Dengan memahami jenjang pendidikan, seseorang dapat membuat keputusan yang tepat
tentang jenjang pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Ini akan membantu
mereka memahami bagaimana sistem pendidikan nasional bekerja dan memastikan bahwa
mereka memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Memahami
jenjang pendidikan juga membantu memahami bagaimana sistem pendidikan nasional bekerja
secara keseluruhan dan bagaimana setiap jenjang pendidikan saling terkait dan
mempersiapkan seseorang untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sedangkan memahami jenis-jenis institusi pendidikan tinggi membantu seseorang membuat


keputusan yang tepat tentang jenis institusi pendidikan tinggi yang sesuai dengan minat dan
bakat mereka. Ini juga membantu memahami bagaimana sistem pendidikan nasional bekerja
dan memastikan bahwa mereka memperoleh pendidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan
dan tujuannya. Memahami jenis-jenis institusi pendidikan tinggi juga membantu memahami
bagaimana sistem pendidikan nasional bekerja secara keseluruhan dan bagaimana setiap jenis
institusi pendidikan tinggi mempersiapkan seseorang untuk memasuki dunia kerja.

3. Jenis Pendidikan

Sistem Pendidikan Nasional adalah suatu sistem yang mengatur dan mengelola proses
belajarmengajar di Indonesia. Jenis pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia meliputi pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.
1) Pendidikan Umum Pendidikan umum adalah jenis pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah pertama (SMP), dan
pendidikan menengah atas (SMA). Pendidikan umum bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik agar dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja. Contoh pendidikan umum di Indonesia
adalah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA).

2) Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah jenis pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik pada jenjang pendidikan menengah kejuruan (SMK) atau perguruan tinggi
vokasi (PTV). Pendidikan kejuruan bertujuan untuk memberikan keterampilan dan
pengetahuan yang spesifik di bidang tertentu agar peserta didik siap memasuki dunia kerja
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contoh pendidikan kejuruan di
Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV).

3) Pendidikan Akademik Pendidikan akademik adalah jenis pendidikan yang diberikan pada
jenjang pendidikan tinggi (Sarjana dan Pasca Sarjana). Pendidikan akademik bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang akademik tertentu. Contoh
pendidikan akademik di Indonesia adalah Universitas dan Institut Teknologi.

4) Pendidikan Profesi Pendidikan profesi adalah jenis pendidikan yang diberikan pada jenjang
pendidikan tinggi (Sarjana dan Pasca Sarjana) yang bertujuan untuk memberikan
keterampilan dan pengetahuan khusus dalam bidang profesi tertentu, seperti dokter,
pengacara, akuntan, atau insinyur. Contoh pendidikan profesi di Indonesia adalah Fakultas
Kedokteran, Fakultas Hukum, dan Fakultas Teknik.

5) Pendidikan Vokasi Pendidikan vokasi adalah jenis pendidikan yang diberikan pada jenjang
pendidikan tinggi (Sarjana dan Pasca Sarjana) yang bertujuan untuk memberikan
keterampilan praktis dalam bidang tertentu, seperti perhotelan, kuliner, pariwisata, dan
desain. Contoh pendidikan vokasi di Indonesia adalah Sekolah Tinggi Pariwisata, Sekolah
Tinggi Desain, dan Sekolah Tinggi Kuliner.

6) Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan adalah jenis pendidikan yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah pertama (SMP), dan pendidikan
menengah atas (SMA) serta jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk memberikan
pendidikan agama dan moral kepada peserta didik. Pendidikan keagamaan di Indonesia dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal
meliputi sekolah-sekolah keagamaan yang terakreditasi dan memiliki kurikulum yang
disahkan oleh pemerintah, sedangkan pendidikan non-formal meliputi kursus-kursus agama,
pengajian, dan lain sebagainya. Contoh pendidikan keagamaan di Indonesia adalah Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Sekolah Tinggi Agama Islam.

7) Pendidikan Khusus Pendidikan khusus adalah jenis pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik dengan kebutuhan khusus yang tidak dapat dipenuhi oleh pendidikan umum atau
kejuruan. Pendidikan khusus bertujuan untuk membantu peserta didik dengan kebutuhan
khusus agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan memperoleh keterampilan
yang dibutuhkan untuk hidup mandiri. Contoh pendidikan khusus di Indonesia adalah sekolah
luar biasa (SLB) untuk peserta didik dengan kebutuhan khusus, seperti tuna netra, tuna daksa,
tuna rungu, atau autis.

Setiap jenis pendidikan memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda-beda, namun
semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
Indonesia.

4. Pilar Pilar Pendidikan UNESCO

Sistem Pendidikan Nasional Indonesia memiliki tujuan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di tingkat global. Dalam mencapai tujuan
tersebut, Indonesia mengadopsi prinsip-prinsip dari UNESCO yaitu pilar-pilar pendidikan
yang terdiri dari Learning to know, Learning to do, Learning to be, dan Learning to live
together.

1) Learning to know

Learning to know berarti belajar untuk memahami pengetahuan dan keterampilan


yang diperlukan untuk memahami dunia di sekitar kita. Pilar ini menekankan
pentingnya pendidikan formal yang mengembangkan kemampuan kognitif peserta
didik, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Tujuan dari Learning to
know adalah untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan kreatif peserta didik,
sehingga mereka dapat memahami dunia secara lebih komprehensif dan dapat
mengembangkan solusi untuk masalah yang dihadapi.

 Contoh dari Learning to know adalah pengajaran dalam mata pelajaran seperti
matematika, fisika, biologi, sejarah, geografi, dan lain sebagainya. Melalui
pembelajaran ini, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dasar dan
memahami prinsip-prinsip yang mendasari disiplin ilmu tersebut.

2) Learning to do

Learning to do berarti belajar untuk mengembangkan keterampilan praktis yang


dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Pilar ini menekankan
pentingnya pendidikan kejuruan yang dapat memberikan peserta didik keterampilan
praktis yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Tujuan dari Learning to do adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap untuk memasuki dunia kerja dan dapat
beradaptasi dengan cepat dalam berbagai situasi.

 Contoh dari Learning to do adalah pembelajaran dalam mata pelajaran seperti tata
boga, tata busana, otomotif, kecantikan, dan lain sebagainya. Selain itu,
pendidikan kejuruan seperti SMK atau perguruan tinggi vokasi juga memberikan
pelatihan dan sertifikasi dalam berbagai bidang keahlian, sehingga peserta didik
siap memasuki dunia kerja.

3) Learning to be

Learning to be berarti belajar untuk mengembangkan pribadi yang berkualitas dan


memiliki nilai-nilai moral yang baik. Pilar ini menekankan pentingnya pengembangan
karakter dan moral peserta didik dalam pendidikan. Tujuan dari Learning to be adalah
untuk mengembangkan kepribadian peserta didik yang berkualitas, memiliki rasa
percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, serta memiliki nilai-nilai moral yang baik.

 Contoh dari Learning to be adalah pembelajaran dalam mata pelajaran seperti


pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan karakter. Selain
itu, juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, olahraga,
seni, dan lain sebagainya yang dapat membantu pengembangan karakter dan moral
peserta didik.

4) Learning to live together

Learning to live together berarti belajar untuk hidup bersama dalam masyarakat yang
berag am dan multikultural. Pilar ini menekankan pentingnya pendidikan dalam
membentuk sikap saling menghargai, menghormati perbedaan, dan bekerja sama
dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan sosial. Tujuan
dari Learning to live together adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
emosional peserta didik, sehingga mereka dapat hidup harmonis dan damai dalam
masyarakat yang beragam.

 Contoh dari Learning to live together adalah kegiatan-kegiatan yang melibatkan


interaksi sosial antar peserta didik dari berbagai latar belakang, seperti diskusi
kelompok, program pertukaran pelajar, atau kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
Selain itu, pendidikan agama juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan
sikap toleransi dan kerjasama antar peserta didik dari berbagai agama.

Dalam memahami dasar-dasar wawasan menganai sistem pendidikan nasional, memahami


pilar-pilar pendidikan UNESCO merupakan salah satu hal penting. Pilar-pilar ini saling
terkait dan saling melengkapi dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan
mampu bersaing di tingkat global.

5. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KNNI) Level 1 – Level 9

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan suatu kerangka acuan yang
digunakan untuk menilai dan mengakui kualifikasi seseorang, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun non-formal. KKNI terdiri dari sembilan level yang menggambarkan tingkat
kompleksitas dan kualitas kualifikasi yang dimiliki seseorang.

1) Level 1

Level 1 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan dasar, yaitu Sekolah Dasar (SD). Kualifikasi di level ini
meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta memiliki pengetahuan
dasar tentang lingkungan sekitar.

2) Level 2

Level 2 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan menengah pertama, yaitu Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Kualifikasi di level ini meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
dengan baik serta memiliki pengetahuan dasar tentang sains, teknologi, sosial, dan
kemanusiaan.
3) Level 3

Level 3 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan menengah atas, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
sederajat. Kualifikasi di level ini meliputi kemampuan akademik yang lebih kompleks
dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang, serta memiliki keterampilan sosial dan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik.

4) Level 4

Level 4 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan tinggi program Diploma 1 (D1). Kualifikasi di level ini
meliputi kemampuan praktis dan teoritis dalam bidang tertentu serta mampu bekerja
dalam lingkup pekerjaan yang relatif sederhana.

5) Level 5

Level 5 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan tinggi program Diploma 2 (D2) atau Diploma 3 (D3).
Kualifikasi di level ini meliputi kemampuan praktis dan teoritis yang lebih kompleks
serta mampu berperan sebagai pelaksana dalam lingkup pekerjaan yang lebih
kompleks.

6) Level 6

Level 6 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan tinggi program Sarjana (S1). Kualifikasi di level ini
meliputi kemampuan teoritis dan praktis dalam bidang tertentu serta mampu bekerja
sebagai pelaksana atau pengambil keputusan dalam lingkup pekerjaan yang kompleks.

7) Level 7

Level 7 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan tinggi program Magister (S2). Kualifikasi di level ini
meliputi kemampuan untuk memahami dan menerapkan teori yang lebih kompleks
serta mampu berperan sebagai pengambil keputusan strategis dalam bidang tertentu.
8) Level 8
Level 8 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang setelah
menyelesaikan pendidikan tinggi program Doktor (S3). Kualifikasi di level ini
meliputi kemampuan untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan baru
dalam bidang tertentu serta mampu berperan sebagai ahli atau pemimpin di bidang
yang spesifik.

9) Level 9

Level 9 di KKNI merujuk pada kualifikasi yang dimiliki oleh seseorang yang
merupakan ahli di bidang tertentu dan memiliki pengaruh signifikan di tingkat
nasional maupun internasional.

Dalam konteks sistem pendidikan nasional Indonesia, KKNI digunakan sebagai alat ukur
untuk menilai kualitas dan tingkat kompetensi seseorang. Dengan adanya KKNI, maka
seseorang dapat mengukur kemampuan dan kualifikasinya serta dapat memperoleh
pengakuan yang setara dengan kualifikasi yang dimilikinya, baik melalui pendidikan formal
maupun nonformal.

6. Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan adalah rangkaian tindakan dan keputusan yang diambil oleh
pemerintah dan lembaga terkait untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di
suatu negara. Di Indonesia, kebijakan pendidikan diatur melalui berbagai peraturan dan
standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa
kebijakan pendidikan yang penting dalam konteks pendidikan di Indonesia:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional


Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 menetapkan Standar
Nasional Pendidikan sebagai acuan bagi penyelenggara pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum dan menilai kualitas pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan.

2) Permendikbud Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan


Tinggi Permendikbud Nomor 3 Tahun 2021 menetapkan Standar Nasional
Pendidikan Tinggi sebagai acuan bagi perguruan tinggi dalam mengembangkan kurikulum
dan menilai kualitas pendidikan tinggi. Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar
isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
3) Standar Kompetensi Lulusan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Standar
Kompetensi Lulusan adalah kriteria yang harus dicapai oleh lulusan suatu jenjang
pendidikan. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 menetapkan Standar Kompetensi
Lulusan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.

 Aspek kognitif

Aspek kognitif mencakup kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan,


konsep, teori, prinsip, dan fakta yang terkait dengan mata pelajaran yang
dipelajari. Kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
menciptakan sesuatu yang baru. Contoh dari aspek kognitif adalah kemampuan
siswa dalam memahami konsep matematika, mengingat nama-nama elemen tabel
periodik, atau menganalisis hasil eksperimen dalam ilmu pengetahuan.

 Aspek afektif

Aspek afektif mencakup kriteria-kriteria yang berhubungan dengan nilai-nilai,


sikap, emosi, dan perilaku siswa dalam interaksi sosial. Kemampuan ini meliputi
sikap positif terhadap lingkungan sosial, kemampuan dalam menyelesaikan
konflik, kepedulian terhadap kepentingan umum, dan penampilan yang sopan
dan santun. Contoh dari aspek afektif adalah kemampuan siswa dalam
menunjukkan rasa empati, memiliki sikap menghargai perbedaan, atau mampu
berkomunikasi dengan baik dalam kelompok.

 Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik mencakup kriteria-kriteria yang berhubungan dengan


keterampilan motorik dan kreativitas siswa. Kemampuan ini meliputi
kemampuan siswa dalam mengendalikan gerakan tubuh, melakukan aktivitas
fisik, dan mengembangkan kreativitas dalam seni, olahraga, atau tata boga.
Contoh dari aspek psikomotorik adalah kemampuan siswa dalam menari,
bermain musik, atau membuat karya seni.

4) Standar Isi Permendikbudriset Nomor 7 Tahun 2022 Standar Isi adalah komponen utama
dalam pengembangan kurikulum yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Permendikbudriset Nomor 7 Tahun 2022 menetapkan
Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah yang meliputi mata pelajaran, capaian
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

5) Standar Proses Permendikbudriset Nomor 16 Tahun 2022 Standar Proses adalah kriteria
yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan. Permendikbudriset Nomor 16 Tahun 2022 menetapkan Standar Proses
untuk pendidikan dasar dan menengah yang meliputi aspek pengembangan kurikulum,
metode pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

6) Standar Penilaian Permendikbudriset Nomor 21 Tahun 2022 Standar Penilaian adalah


kriteria yang harus dipenuhi dalam penilaian hasil belajar peserta didik. Permendikbudriset
Nomor 21 Tahun 2022 menetapkan Standar Penilaian untuk pendidikan dasar dan menengah
yang meliputi jenis penilaian, teknik penilaian, dan kriteria penilaian.

7) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Permandiknas Nomor 16 Tahun 2007


Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh
pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Permandiknas Nomor 16
Tahun 2007 menetapkan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang meliputi
kualifikasi pendidik, kompetensi pendidik, dan kualitas pendidikan.

8) Satandar Sarana dan Prasarana Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana
dan Prasarana adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh sekolah dalam menyediakan fasilitas
pendidikan yang memadai untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Permendikbud Nomor
24 Tahun 2007 menetapkan Standar Sarana dan Prasarana yang meliputi ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas olahraga.

9) Standar Pembiayaan Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 Standar Pembiayaan adalah


kriteria yang harus dipenuhi oleh pemerintah dalam menyediakan dana untuk pendidikan.
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 menetapkan Standar Pembiayaan yang meliputi alokasi
dana untuk biaya operasional sekolah, biaya gaji pendidik, dan bantuan operasional sekolah.

10) Standar Pengelolaan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2009 Standar Pengelolaan adalah
kriteria yang harus dipenuhi oleh pengelola pendidikan dalam mengelola kegiatan
pendidikan. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2009 menetapkan Standar Pengelolaan yang
meliputi pengelolaan administrasi, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan sumber daya
manusia.
Kebijakan pendidikan yang diatur melalui berbagai peraturan dan standar tersebut memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di Indonesia. Selain itu,
kebijakan pendidikan juga dapat memberikan arah dan fokus dalam pengembangan
kurikulum, pengelolaan pendidikan, dan penilaian hasil belajar. Dalam memahami kebijakan
pendidikan, penting untuk memahami dan mengikuti perkembangan peraturan dan standar
yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga pendidikan di Indonesia dapat terus berkembang
dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.

7. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memimpin dan mengarahkan orang lain
menuju tujuan yang diinginkan. Dalam konteks pendidikan Islam, kepemimpinan sangat
penting dalam mengarahkan dan mengembangkan lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seseorang
harus memiliki keterampilan kepemimpinan yang baik, termasuk technical skills, human
skills, dan conceptual skills.

Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk


mempengaruhi dan membimbing orang lain menuju tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan
dapat dilakukan oleh siapa saja, baik sebagai pemimpin formal maupun sebagai pemimpin
informal, tergantung pada situasi dan konteks yang dihadapi.

Keterampilan Kepemimpinan

a) Technical skills

Technical skills atau keterampilan teknis adalah kemampuan seseorang dalam


menguasai dan menggunakan teknologi, alat, atau metode yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks pendidikan Islam, technical skills
mencakup kemampuan seseorang dalam mengelola sumber daya manusia, keuangan,
dan teknologi informasi untuk memaksimalkan kinerja lembaga pendidikan. Contoh
dari technical skills adalah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan program
komputer, mengelola anggaran keuangan, atau merencanakan strategi pemasaran
untuk meningkatkan popularitas lembaga pendidikan.
b) Human skills

Human skills atau keterampilan interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam


berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam konteks pendidikan Islam, human skills mencakup kemampuan
seseorang dalam memimpin dan mengelola tim, memotivasi staf, dan membangun
hubungan kerja yang harmonis. Contoh dari human skills adalah kemampuan
seseorang dalam memotivasi staf, membangun komunikasi yang efektif dengan orang
lain, dan membangun hubungan yang baik dengan orang tua siswa.

c) Conceptual skills

Conceptual skills atau keterampilan konseptual adalah kemampuan seseorang dalam


memahami dan mengelola ide-ide yang kompleks, mengidentifikasi masalah, dan
merencanakan strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks
pendidikan Islam, conceptual skills mencakup kemampuan seseorang dalam
merencanakan strategi pengembangan lembaga pendidikan, mengidentifikasi masalah,
dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Contoh
dari conceptual skills adalah kemampuan seseorang dalam merancang kurikulum yang
efektif, memecahkan masalah yang kompleks, atau mengembangkan strategi
pemasaran yang sukses.

Dalam rangka menjadi pemimpin yang efektif dalam konteks pendidikan Islam, seseorang
harus memiliki keterampilan kepemimpinan yang baik, termasuk technical skills, human
skills, dan conceptual skills. Dengan demikian, seorang pemimpin pendidikan Islam dapat
memimpin dan mengarahkan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan dengan baik. Selain itu, seorang pemimpin pendidikan Islam juga harus mampu
memahami nilai-nilai Islam dan mengintegrasikannya dalam kegiatan pendidikan, serta
memperhatikan kebutuhan siswa dan staf dalam menjalankan aktivitas pendidikan. Dengan
memiliki keterampilan kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin pendidikan Islam dapat
menjadi contoh yang baik bagi siswa, staf, dan masyarakat dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai bagian dari lembaga pendidikan.
8. Gaya Dasar Kepemimpinan

Gaya dasar kepemimpinan adalah pola perilaku yang menunjukkan cara seorang pemimpin
dalam memimpin bawahan dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks pendidikan Islam, pemimpin pendidikan perlu memilih gaya kepemimpinan
yang tepat untuk memotivasi staf dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan. Berikut adalah penjelasan tentang beberapa gaya dasar kepemimpinan: a.
Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis memprioritaskan partisipasi dan partisipasi aktif dari


bawahan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang menerapkan gaya ini
memberikan kesempatan kepada staf dan siswa untuk berpartisipasi dalam
memecahkan masalah dan merumuskan kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja
lembaga pendidikan. Contoh dari gaya kepemimpinan ini adalah diskusi kelompok
dan rapat yang melibatkan semua anggota tim.

b. Pseudo Demokratis

Gaya kepemimpinan pseudo demokratis terlihat seperti gaya demokratis, namun pada
kenyataannya pemimpin lebih memilih untuk mengambil keputusan sendiri tanpa
mempertimbangkan masukan dari bawahan. Pemimpin yang menerapkan gaya ini
cenderung lebih memilih untuk mengambil keputusan sendiri dan kemudian
mempresentasikan keputusan tersebut sebagai hasil dari diskusi kelompok. Contoh
dari gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang sering mengambil keputusan tanpa
mempertimbangkan pendapat bawahan.

c. Laissez Faire

Gaya kepemimpinan laissez faire atau tidak campur tangan memberikan kebebasan
yang sangat besar kepada bawahan untuk mengambil keputusan dan memimpin diri
mereka sendiri. Pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung memberikan kebebasan
penuh kepada siswa dan staf untuk mengatur diri mereka sendiri tanpa intervensi dari
pemimpin. Contoh dari gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang hanya memantau
tetapi tidak memberikan arahan dalam pengambilan keputusan. d. Otoriter Gaya
kepemimpinan otoriter adalah gaya yang memfokuskan pada keputusan dan arahan dari
pemimpin. Pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung memimpin dengan
memberikan perintah yang jelas dan menegaskan kekuasaan mereka. Contoh dari gaya
kepemimpinan ini adalah pemimpin yang memberikan arahan secara langsung tanpa
mempertimbangkan masukan dari bawahan.

e. Kharismatik

Gaya kepemimpinan kharismatik memfokuskan pada kepribadian pemimpin yang


karismatik dan mempengaruhi. Pemimpin yang menerapkan gaya ini mampu
menginspirasi dan memotivasi siswa dan staf dengan ide-ide dan visi mereka. Contoh dari
gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang memiliki pengaruh besar dalam
memotivasi orang lain dan menggerakkan mereka untuk mencapai tujuan. f.
Transaksional

Gaya kepemimpinan transaks ional memfokuskan pada memberikan penghargaan dan


hukuman sebagai imbalan atas kinerja staf dan siswa. Pemimpin yang menerapkan
gaya ini menggunakan sistem penghargaan dan hukuman untuk memotivasi dan
mengarahkan staf dan siswa untuk mencapai tujuan organisasi. Contoh dari gaya
kepemimpinan ini adalah pemimpin yang memberikan penghargaan atau hukuman
kepada staf dan siswa berdasarkan kinerja mereka.

g. Transformasional

Gaya kepemimpinan transformasional memfokuskan pada memotivasi staf dan siswa


untuk berubah dan mengembangkan diri mereka sendiri melalui visi, misi, dan
nilainilai organisasi. Pemimpin yang menerapkan gaya ini mampu memotivasi dan
menginspirasi staf dan siswa untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan
mengembangkan potensi mereka. Contoh dari gaya kepemimpinan ini adalah
pemimpin yang mampu memotivasi staf dan siswa untuk mengembangkan diri mereka
dan mencapai tujuan yang lebih tinggi.

h. Visioner

Gaya kepemimpinan visioner memfokuskan pada menciptakan visi dan strategi jangka
panjang untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang menerapkan gaya ini
memiliki kemampuan untuk merumuskan visi dan strategi yang jelas dan memotivasi
staf dan siswa untuk mencapainya. Contoh dari gaya kepemimpinan ini adalah
pemimpin yang memiliki visi jangka panjang untuk mengembangkan lembaga
pendidikan dan mampu menginspirasi staf dan siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
9. Peran Kepala Sekolah

Teori Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang mempelajari cara-cara manusia
berinteraksi dalam konteks organisasi, termasuk di dalamnya dalam konteks pendidikan.
Dalam konteks kepemimpinan pendidikan Islam, Kepala Sekolah memegang peran yang
sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan. Oleh karena itu,
kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam berbagai peran kepemimpinan, seperti
yang akan dijelaskan berikut ini:

a. Educator

Sebagai Educator, Kepala Sekolah berperan sebagai pendidik, yang memberikan


arahan dalam hal kurikulum, metode pembelajaran, dan pengajaran. Kepala Sekolah
juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua guru dan staf pendidikan
memiliki kualifikasi dan pengetahuan yang memadai dalam hal pendidikan Islam.

 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat memberikan pelatihan dan pengembangan profesional
kepada guru-guru di sekolahnya dalam hal pengajaran dan kurikulum Islam.

b. Manajer

Sebagai Manajer, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah secara
keseluruhan, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, dan
fasilitas sekolah. Kepala Sekolah juga harus memastikan bahwa semua operasi
sekolah berjalan dengan efektif dan efisien.

 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat membuat rencana pengelolaan keuangan untuk
sekolahnya yang mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan pendidikan Islam, seperti buku-
buku dan peralatan pendidikan Islam.

c. Leader
Sebagai Leader, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas visi dan misi pendidikan
sekolah, dan membawa seluruh staf dan siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Kepala
Sekolah juga harus memotivasi staf dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam yang diinginkan.
 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat membuat program pengembangan karakter
Islam bagi siswa dan stafnya, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai dan
kualitas pendidikan Islam.

d. Administrator

Sebagai Administrator, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas administrasi dan


pengelolaan tugas-tugas harian sekolah, termasuk dalam hal pengelolaan absensi,
jadwal pelajaran, dan tata kelola sekolah. Kepala Sekolah juga harus memastikan
bahwa seluruh kegiatan dan operasi sekolah berjalan dengan baik.

 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat membuat jadwal pelajaran yang menyeimbangkan
antara pelajaran akademis dan pelajaran Islam, sehingga siswa dapat belajar dan menghargai
kedua aspek tersebut.

e. Innovator

Sebagai Innovator, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas inovasi dalam pendidikan
Islam. Kepala Sekolah harus memastikan bahwa sekolahnya selalu mengikuti
perkembangan terbaru dalam pendidikan Islam, dan menggunakan teknologi dan
metode pembelajaran terbaru untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat mengadopsi teknologi pembelajaran online untuk
mengajar pelajaran-pelajaran Islam yang tidak dapat diakses secara langsung, atau membuat
program pengembangan profesional untuk guru-guru yang menggunakan metode
pembelajaran terbaru dalam pendidikan Islam. f. Motivator

Sebagai Motivator, Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk memotivasi siswa dan
staf untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Kepala Sekolah harus mendorong
semangat belajar siswa dan membantu staf dalam mencapai tujuan mereka dalam
pengajaran Islam.

 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat membuat program penghargaan atau insentif untuk
siswa yang menunjukkan prestasi dalam pelajaran Islam, atau memberikan dukungan dan
bimbingan kepada staf yang memiliki keinginan untuk mengembangkan kualitas pengajaran
Islam mereka.

g. Supervisor
Sebagai Supervisor, Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk mengawasi dan
memantau kinerja staf, serta memberikan umpan balik konstruktif agar kinerja mereka
dapat ditingkatkan. Kepala Sekolah juga harus memastikan bahwa staf menjalankan
tugas-tugas mereka dengan baik.

 Contoh: Seorang kepala sekolah dapat melakukan observasi pengajaran dan


memberikan umpan balik kepada guru-guru di sekolahnya tentang teknik
pengajaran Islam yang dapat ditingkatkan atau diperbaiki. Kepala sekolah juga
dapat memberikan saran tentang cara meningkatkan efektivitas pengajaran Islam
di sekolahnya.

10. Manajemen Peserta Didik

Manajemen Pendidikan Islam adalah bidang studi yang mempelajari cara-cara mengelola dan
memimpin proses pendidikan Islam di sebuah lembaga pendidikan. Manajemen peserta didik
merupakan salah satu aspek penting dari manajemen pendidikan Islam. Berikut adalah
penjelasan dan contoh mengenai tahapan manajemen peserta didik dalam pendidikan Islam:

a. Tahap penerimaan peserta didik baru

Tahap ini adalah tahap awal dalam manajemen peserta didik. Pada tahap ini, lembaga
pendidikan Islam perlu melakukan proses seleksi dan penerimaan siswa baru. Proses
seleksi dapat meliputi tes akademik, wawancara, dan penilaian kualifikasi
nonakademik. Setelah seleksi dilakukan, lembaga pendidikan Islam perlu melakukan
penerimaan siswa baru.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam melakukan seleksi siswa baru dengan
cara tes akademik dan wawancara. Setelah proses seleksi selesai, lembaga tersebut
memberikan pemberitahuan kepada siswa yang diterima dan mengatur proses
pendaftaran dan pembayaran uang sekolah.

b. Tahap pembelajaran

Tahap ini merupakan tahap utama dalam manajemen peserta didik, di mana lembaga
pendidikan Islam perlu menyiapkan program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Program pembelajaran harus mencakup kurikulum yang lengkap dan disesuaikan
dengan standar pendidikan Islam. Selain itu, lembaga pendidikan Islam juga perlu
menyiapkan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam menyusun kurikulum yang


komprehensif dan sesuai dengan standar pendidikan Islam. Lembaga tersebut juga
menyediakan fasilitas seperti ruang kelas yang nyaman, laboratorium, dan
perpustakaan untuk mendukung proses pembelajaran.

c. Tahap Bimbingan Konseling

Tahap ini merupakan tahap di mana lembaga pendidikan Islam memberikan


bimbingan dan konseling kepada siswa dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan akademik, dan bimbingan karir.
Bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah dan mencapai
potensi terbaik mereka.

• Bimbingan Pribadi: Bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalah pribadi seperti masalah emosional, hubungan sosial, dan masalah kepercayaan diri.

 Contoh: Seorang konselor memberikan bimbingan pribadi kepada siswa yang mengalami
masalah kepercayaan diri. Konselor membantu siswa untuk mengidentifikasi sumber
masalah, mengevaluasi kemampuan dan potensi mereka, serta memberikan strategi untuk
meningkatkan kepercayaan diri.

• Bimbingan Sosial: Bimbingan sosial bertujuan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalah sosial seperti bullying, konflik dengan teman, dan masalah perilaku.

 Contoh: Seorang konselor memberikan bimbingan sosial kepada siswa yang mengalami
masalah bullying. Konselor membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi, manajemen konflik, dan pengambilan keputusan yang tepat. Konselor juga
bekerja dengan siswa untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi situasi bullying.

• Bimbingan Akademik: Bimbingan akademik bertujuan untuk membantu siswa dalam


mencapai prestasi akademik yang maksimal.

 Contoh: Seorang konselor memberikan bimbingan akademik kepada siswa


yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu. Konselor membantu
siswa untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan memberikan
saran tentang cara meningkatkan kinerja akademik mereka.

• Bimbingan Karir: Bimbingan karir bertujuan untuk membantu siswa dalam mempersiapkan
diri untuk memasuki dunia kerja setelah lulus.

 Contoh: Seorang konselor memberikan bimbingan karir kepada siswa yang


ingin mengejar karir di bidang pendidikan Islam. Konselor membantu siswa
untuk mengidentifikasi jalur karir yang tersedia, mengevaluasi keterampilan
dan minat mereka, serta memberikan informasi tentang peluang kerja di
bidang pendidikan Islam.

d. Tahap Studi Lanjut dan Bekerja

Tahap ini adalah tahap di mana siswa lulus dari lembaga pendidikan Islam dan
memasuki dunia kerja atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Lembaga
pendidikan Islam perlu memberikan bimbingan dan saran tentang cara melanjutkan
studi atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keterampilan siswa.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam memberikan bimbingan karir kepada


siswa yang telah lulus. Konselor memberikan informasi tentang universitas atau
program pendidikan yang sesuai dengan minat siswa, atau memberikan informasi
tentang peluang pekerjaan di bidang pendidikan Islam yang tersedia.

11. Manajemen Pengelolaan Kelas

Manajemen Pendidikan Islam adalah bidang studi yang mempelajari cara-cara mengelola dan
memimpin proses pendidikan Islam di sebuah lembaga pendidikan. Salah satu aspek penting
dalam manajemen pendidikan adalah manajemen pengelolaan kelas. Berikut adalah
penjelasan dan contoh mengenai manajemen pengelolaan kelas pada berbagai jenjang
pendidikan Islam:

a. Peserta didik SD/MI dalam 1 Rombel

Pada tingkat ini, manajemen pengelolaan kelas dilakukan dengan mengelola siswa
dalam satu rombongan belajar. Kepala sekolah dan guru harus memastikan bahwa
siswa memiliki lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Kepala sekolah dan
guru juga harus memastikan bahwa siswa mendapatkan pengajaran yang sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan mereka.

 Contoh: Seorang guru SD/MI membuat jadwal pelajaran yang menyeimbangkan antara
pelajaran akademis dan pelajaran agama Islam. Guru juga memberikan materi
pengajaran yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.

b. Peserta didik SMP/MTs dalam 1 Rombel

Pada tingkat ini, manajemen pengelolaan kelas harus lebih terstruktur dan fokus pada
pengembangan keterampilan siswa. Kepala sekolah dan guru harus memastikan
bahwa siswa memiliki lingkungan belajar yang kondusif dan memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik.

 Contoh: Seorang guru SMP/MTs mengatur tata tertib kelas dan memberikan reward
dan punishment sesuai dengan perilaku siswa. Guru juga memberikan materi
pelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat siswa.

c. Peserta didik SMA/MA dalam 1 Rombel

Pada tingkat ini, manajemen pengelolaan kelas harus lebih fokus pada pembinaan
karakter siswa dan pengembangan keterampilan akademik. Kepala sekolah dan guru
harus memastikan bahwa siswa memiliki lingkungan belajar yang kondusif dan
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.

 Contoh: Seorang guru SMA/MA mengatur tata tertib kelas dan memberikan motivasi
dan dukungan kepada siswa dalam pengembangan karakter dan kemampuan
akademik mereka. Guru juga memberikan pengajaran yang disesuaikan dengan minat
dan kebutuhan siswa.

d. Peserta didik SMK dalam 1 Rombel

Pada tingkat ini, manajemen pengelolaan kelas harus fokus pada pengembangan
keterampilan teknis dan keterampilan kerja. Kepala sekolah dan guru harus
memastikan bahwa siswa mendapatkan pengajaran yang sesuai dengan standar
industri dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja.
 Contoh: Seorang guru SMK memberikan materi pelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan standar industri. Guru juga memberikan pengajaran praktik dan
mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja.

e. Peserta didik SDLB dalam 1 Rombel

Pada tingkat ini, manajemen pengelolaan kelas harus lebih fokus pada pembinaan
karakter dan pengembangan keterampilan siswa yang berkebutuhan khusus. Kepala
sekolah dan guru harus memastikan bahwa siswa mendapatkan pengajaran yang
sesuai dengan kebutuhan mereka dan memiliki lingkungan belajar yang kondusif.

 Contoh: Seorang guru SDLB memberikan pengajaran yang disesuaikan dengan


kebutuhan siswa yang berkebutuhan khusus. Guru juga memberikan bimbingan dan
dukungan untuk membantu siswa dalam pengembangan keterampilan dan karakter
mereka.

f. Peserta didik SMPLB dan SMALB dalam 1 Rombel

Pada tingkat ini, manajemen pengelolaan kelas harus lebih fokus pada pembinaan
karakter dan pengembangan keterampilan siswa yang berkebutuhan khusus. Kepala
sekolah dan guru harus memastikan bahwa siswa mendapatkan pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka dan memiliki lingkungan belajar yang
kondusif.

 Contoh: Seorang guru SMPLB dan SMALB memberikan pengajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa yang berkebutuhan khusus. Guru juga memberikan
bimbingan dan dukungan untuk membantu siswa dalam pengembangan keterampilan
dan karakter mereka.

Dalam keseluruhan manajemen pengelolaan kelas, kepala sekolah dan guru harus
memastikan bahwa siswa memiliki lingkungan belajar yang kondusif dan memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik. Mereka juga harus memastikan bahwa pengajaran yang
disampaikan sesuai dengan tingkat perkembangan, kebutuhan, dan minat siswa. Dengan
manajemen pengelolaan kelas yang baik, diharapkan siswa akan lebih mudah untuk mencapai
potensi terbaik mereka dan mencapai tujuan pendidikan Islam yang berkualitas dan
bermanfaat bagi masyarakat.
12. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah aspek penting dari manajemen pendidikan Islam yang
melibatkan perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum dalam sebuah
lembaga pendidikan Islam. Berikut adalah penjelasan dan contoh mengenai berbagai
kurikulum yang diterapkan di Indonesia dalam konteks pendidikan Islam:

a. Tahun 1947 – Leer Plan (Rencana Pelajaran)

Pada tahun 1947, pemerintah Indonesia menerapkan Leer Plan sebagai rencana
pelajaran untuk pendidikan dasar. Rencana ini fokus pada pengajaran dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung.
Contoh: Sebuah sekolah Islam menerapkan Leer Plan dalam pengajarannya
dengan fokus pada membentuk keterampilan dasar siswa dalam membaca
AlQuran, menulis huruf Arab, dan berhitung.

b. Tahun 1952 – Rencana Pelajaran Terurai

Pada tahun 1952, Rencana Pelajaran Terurai diterapkan untuk memisahkan mata
pelajaran menjadi kelas-kelas yang berbeda. Kurikulum ini menempatkan lebih
banyak perhatian pada pelajaran agama.

 Contoh: Sebuah madrasah di Indonesia menerapkan Rencana Pelajaran Terurai


dalam pengajarannya dengan menekankan pada pelajaran agama seperti fiqh,
hadits, dan tafsir.

c. Tahun 1964 – Rentjana Pendidikan

Pada tahun 1964, Rentjana Pendidikan diterapkan di Indonesia. Kurikulum ini


mencakup semua tingkatan pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi dan
menekankan pada pendidikan yang berpusat pada siswa.

 Contoh: Sebuah pesantren di Indonesia menerapkan Rentjana Pendidikan dalam


pengajarannya dengan menekankan pada pendidikan yang berpusat pada siswa dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
nonakademik seperti kepemimpinan, kecakapan sosial, dan kreativitas.

d. Tahun 1968 – Kurikulum 1968

Pada tahun 1968, Indonesia mengeluarkan Kurikulum 1968. Kurikulum ini mencakup
semua jenjang pendidikan dan menekankan pada pengembangan keterampilan sosial
dan akademik siswa.

 Contoh: Sebuah sekolah Islam di Indonesia menerapkan Kurikulum 1968 dalam


pengajarannya dengan menekankan pada pengembangan keterampilan sosial dan
akademik siswa seperti kemampuan berbicara, menulis, dan membaca.

e. Tahun 1975 – Kurikulum 1975

Pada tahun 1975, Indonesia mengeluarkan Kurikulum 1975. Kurikulum ini


menekankan pada pendidikan yang berpusat pada siswa dan menekankan pada
pengembangan keterampilan sosial, akademik, dan karakter siswa.
Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam di Indonesia menerapkan Kurikulum
1975 dalam pengajarannya dengan menekankan pada pendidikan yang berpusat
pada siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan non-akademik seperti kepemimpinan, kecakapan sosial, dan
kreativitas.

f. Tahun 1984 – Kurikulum 1984

Pada tahun 1984, Indonesia mengeluarkan Kurikulum 1984. Kurikulum ini


menekankan pada pembentukan warga negara yang memiliki kecakapan hidup dan
kemampuan intelektual yang baik.

 Contoh: Sebuah madrasah di Indonesia menerapkan Kurikulum 1984 dalam


pengajarannya dengan menekankan pada pengembangan keterampilan sosial dan
akademik siswa serta membentuk warga negara yang memiliki kecakapan hidup
dan kemampuan intelektual yang baik.

g. Tahun 1994 dan 1999 – Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Pada tahun 1994, Indonesia mengeluarkan Kurikulum 1994. Kemudian pada tahun
1999, Suplemen Kurikulum 1999 diterapkan untuk menambahkan aspek kurikulum
yang kurang tercakup di Kurikulum 1994. Kurikulum ini menekankan pada
pengembangan keterampilan sosial dan akademik siswa serta menekankan pada
pendidikan karakter.

 Contoh: Sebuah pesantren di Indonesia menerapkan Kurikulum 1994 dan


Suplemen Kurikulum 1999 dalam pengajarannya dengan menekankan pada
pengembangan keterampilan sosial dan akademik siswa serta pembentukan
karakter siswa yang baik.

h. Tahun 2004 – Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pada tahun 2004, Indonesia mengeluarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Kurikulum ini menekankan pada pengembangan keterampilan dan kompetensi siswa
serta mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja.
Contoh: Sebuah sekolah vokasi Islam menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam pengajarannya dengan menekankan pada pengembangan
keterampilan dan kompetensi siswa dalam bidang vokasi serta persiapan siswa
untuk memasuki dunia kerja.

i. Tahun 2006 – Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pada tahun 2006, Indonesia mengeluarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP). Kurikulum ini memperkenalkan fleksibilitas dalam pengembangan
kurikulum di setiap lembaga pendidikan.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam menerapkan KTSP dalam


pengajarannya dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik siswa di setiap
tingkatannya serta memperhatikan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar.

j. Tahun 2013 – Kurikulum 2013

Pada tahun 2013, Indonesia mengeluarkan Kurikulum 2013. Kurikulum ini


menekankan pada pengembangan keterampilan dan karakter siswa serta
memperkenalkan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan partisipatif.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam menerapkan Kurikulum 2013 dalam


pengajarannya dengan menekankan pada pengembangan keterampilan dan
karakter siswa serta memperkenalkan pendekatan pembelajaran yang lebih
interaktif dan partisipatif.

k. Tahun 2022 – Kurikulum Merdeka

Pada tahun 2022, Indonesia mengeluarkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini


menekankan pada pembelajaran yang lebih terbuka, fleksibel, dan inklusif dengan
memberikan kebebasan kepada lembaga pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum mereka sendiri.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam menerapkan Kurikulum Merdeka dalam


pengajarannya dengan memanfaatkan kebebasan untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta kondisi
lingkungan dan masyarakat sekitar. Lembaga pendidikan juga menekankan pada
pengembangan keterampilan dan karakter siswa serta penggunaan teknologi dalam
pembelajaran.
Dalam keseluruhan manajemen kurikulum, kepala sekolah dan guru harus memahami dan
menerapkan kurikulum yang sesuai dengan konteks dan karakteristik siswa serta mengikuti
perkembangan pendidikan yang terus berubah. Mereka juga harus memastikan bahwa
pengajaran yang disampaikan sesuai dengan kurikulum yang digunakan dan mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan manajemen kurikulum yang baik, diharapkan
pendidikan Islam di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat.

13. Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah suatu proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan yang terkait dengan tenaga
pendidik dan kependidikan dalam suatu lembaga pendidikan. Manajemen Pendidik dan
Tenaga Kependidikan bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan
memiliki kompetensi yang diperlukan dan memastikan bahwa mereka selalu
mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan dukungan yang diberikan.

Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup beberapa aspek, seperti


rekrutmen, seleksi, penempatan, pelatihan, evaluasi kinerja, pengembangan karir, dan
manajemen konflik. Sebuah lembaga pendidikan harus memiliki strategi yang baik dalam
mengelola tenaga pendidik dan kependidikan agar dapat memberikan pelayanan pendidikan
yang berkualitas.

Manajemen pendidikan Islam melibatkan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran dan dukungan dalam lembaga pendidikan
Islam. Berikut adalah penjelasan dan contoh mengenai kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan dalam konteks pendidikan Islam:

a. Kompetensi pendidik

Kompetensi pendidik adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh


pendidik untuk mengajar, membimbing, dan menilai siswa. Kompetensi pendidik
meliputi pengetahuan akademik, keterampilan pengajaran, keterampilan komunikasi,
keterampilan manajemen kelas, serta kemampuan untuk mengembangkan diri sebagai
pendidik.

 Contoh: Seorang guru di sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki kompetensi


pendidik yang baik. Ia memiliki pengetahuan akademik yang kuat dalam bidang
studinya, keterampilan pengajaran yang efektif untuk mengajar dan membimbing
siswa, serta keterampilan komunikasi yang baik untuk berinteraksi dengan siswa dan
rekan kerja. Selain itu, guru tersebut mampu mengelola kelas dengan baik dan selalu
mengembangkan dirinya sebagai pendidik dengan belajar dan mengikuti
pelatihanpelatihan yang relevan.

b. Kompetensi tenaga kependidikan Kompetensi tenaga kependidikan adalah


kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kependidikan untuk
memberikan dukungan dalam lembaga pendidikan, seperti administrasi, pelayanan,
kebersihan, dan keamanan. Kompetensi tenaga kependidikan meliputi pengetahuan
teknis, keterampilan administrasi, keterampilan interpersonal, serta kemampuan untuk
mengembangkan diri sebagai tenaga kependidikan.

 Contoh: Seorang petugas administrasi di sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki


kompetensi tenaga kependidikan yang baik. Ia memiliki pengetahuan teknis yang
diperlukan dalam mengelola data dan dokumen, keterampilan administrasi untuk
mengurus tugas-tugas administratif, keterampilan interpersonal untuk berkomunikasi
dengan siswa, guru, dan orang tua siswa, serta selalu mengembangkan dirinya sebagai
tenaga kependidikan dengan mengikuti pelatihan dan seminar yang relevan.

Dalam keseluruhan manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, kepala sekolah dan
manajer harus memastikan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kompetensi
yang diperlukan dan memastikan bahwa mereka selalu mengembangkan diri untuk
meningkatkan kualitas pengajaran dan dukungan yang diberikan. Dengan manajemen
pendidik dan tenaga kependidikan yang baik, diharapkan lembaga pendidikan Islam dapat
memberikan pendidikan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.

14. Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen pembiayaan pendidikan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan


pengawasan terhadap sumber daya keuangan yang terkait dengan kegiatan pendidikan.
Berikut adalah penjelasan dan contoh mengenai setiap definisi dalam manajemen
pembiayaan pendidikan:

a. Perencanaan anggaran (budgeting)

Perencanaan anggaran adalah suatu proses penyusunan rencana penggunaan sumber


daya keuangan dalam suatu lembaga pendidikan. Hal ini meliputi pengidentifikasian
sumber daya keuangan yang tersedia, alokasi anggaran untuk kegiatan pendidikan
yang diperlukan, serta pemantauan dan evaluasi penggunaan anggaran.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam merencanakan anggaran untuk kegiatan


pembelian buku dan alat tulis untuk siswa. Mereka mengidentifikasi sumber daya
keuangan yang tersedia dan mengalokasikan anggaran untuk pembelian buku dan
alat tulis. Setelah kegiatan tersebut dilakukan, lembaga pendidikan tersebut
melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan anggaran untuk memastikan
bahwa anggaran yang dialokasikan digunakan secara efektif.

b. Pembukuan (accounting)

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan transaksi keuangan dalam suatu lembaga
pendidikan. Hal ini meliputi pencatatan pendapatan, pengeluaran, dan penggunaan
sumber daya keuangan secara akurat dan terorganisir.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam mencatat setiap transaksi keuangan


yang terjadi, seperti penerimaan biaya pendaftaran siswa baru, pembayaran gaji
pendidik dan kependidikan, serta pembelian keperluan lembaga. Setiap transaksi
dicatat dengan detail dan terorganisir dalam pembukuan lembaga.

c. Pemeriksaan (auditing)

Pemeriksaan adalah suatu proses pengecekan dan evaluasi terhadap penggunaan


sumber daya keuangan dalam suatu lembaga pendidikan. Pemeriksaan dilakukan oleh
auditor internal atau eksternal untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya
keuangan telah sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam melakukan pemeriksaan internal


terhadap penggunaan anggaran untuk memastikan bahwa penggunaan anggaran
telah sesuai dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan. Selain itu, lembaga
pendidikan juga melakukan pemeriksaan eksternal yang dilakukan oleh auditor
independen untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya keuangan telah
sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

d. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban adalah suatu proses pengakuan dan penyelesaian terhadap


penggunaan sumber daya keuangan dalam suatu lembaga pendidikan. Hal ini meliputi
penyampaian informasi dan laporan keuangan kepada pihak yang berkepentingan,
seperti pemegang saham, sponsor, atau masyarakat.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam memberikan laporan keuangan kepada


dewan pengawas dan pemegang saham untuk mempertanggungjawabkan
penggunaan sumber daya keuangan. Laporan keuangan ini berisi informasi tentang
pendapatan, pengeluaran, aset, liabilitas, serta laporan arus kas. Laporan keuangan
juga dijadikan sebagai dasar evaluasi dan pengambilan keputusan dalam
penggunaan sumber daya keuangan di masa yang akan datang.

15. Manajemen Pemasaran Pendidikan

Manajemen pemasaran pendidikan adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan strategi
untuk mempromosikan lembaga pendidikan, menarik minat calon siswa, serta
mempertahankan siswa yang ada. Berikut adalah penjelasan dan contoh mengenai setiap
definisi dalam manajemen pemasaran pendidikan:

a. Identifikasi pasar

Identifikasi pasar adalah suatu proses identifikasi dan pemahaman terhadap pasar atau
calon siswa yang ditargetkan oleh suatu lembaga pendidikan. Hal ini meliputi
pengidentifikasian karakteristik demografis dan psikografis dari pasar atau calon
siswa.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam mengidentifikasi pasar atau calon siswa
yang ditargetkan, seperti siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa, atau peserta
pelatihan. Mereka juga mengidentifikasi karakteristik demografis dan psikografis
dari pasar tersebut, seperti usia, latar belakang agama, minat, dan kebutuhan
pendidikan.
b. Segmenting, targeting, dan positioning (STP)

Segmenting, targeting, dan positioning adalah suatu proses segmentasi pasar,


pemilihan target pasar, dan penempatan produk atau layanan dalam pikiran konsumen.
Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan efektivitas kampanye pemasaran dan
memenuhi kebutuhan calon siswa.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam melakukan segmentasi pasar dengan


membagi pasar menjadi beberapa segmen, seperti siswa SMP, siswa SMA, atau
peserta pelatihan. Kemudian, mereka memilih target pasar yang akan dituju,
seperti siswa SMA yang memiliki minat dalam pelajaran agama. Setelah itu,
mereka melakukan penempatan produk atau layanan dalam pikiran konsumen,
seperti menyediakan program pelajaran agama yang unik dan berkualitas.

c. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)

Kepuasan pelanggan adalah suatu kondisi di mana kebutuhan dan harapan pelanggan
terpenuhi oleh layanan atau produk yang diberikan. Hal ini penting untuk
mempertahankan siswa yang sudah ada dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam melakukan survei kepuasan pelanggan


untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa terhadap layanan dan produk yang
diberikan. Dari hasil survei tersebut, lembaga pendidikan tersebut dapat
melakukan perbaikan dan pengembangan layanan atau produk untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.

d. Produk jasa

Produk jasa adalah layanan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan Islam kepada
pelanggan, seperti program pendidikan, pelatihan, atau bimbingan.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam menawarkan program pendidikan


agama yang unik dan berkualitas kepada siswa SMP dan SMA. Program ini
mencakup kurikulum yang komprehensif dan berkualitas, pengajaran yang
interaktif, serta kegiatan ekstrakurikuler yang menarik.
e. Price (harga)

Price atau harga adalah nilai moneter yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan Islam
untuk produk atau layanan yang diberikan.
Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam menetapkan harga yang terjangkau
untuk program pendidikan agama yang ditawarkan. Harga yang ditetapkan dapat
bersaing dengan harga dari lembaga pendidikan lain, namun tetap memberikan
nilai yang baik bagi pelanggan.

f. Place (tempat)

Place atau tempat adalah lokasi fisik di mana produk atau layanan diberikan kepada
pelanggan.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki kampus yang strategis dan
mudah dijangkau oleh siswa. Kampus ini memiliki fasilitas yang memadai untuk
mendukung kegiatan pendidikan dan kebutuhan siswa.

g. Promotion

Promotion adalah suatu proses promosi dan pengiklanan produk atau layanan yang
ditawarkan oleh lembaga pendidikan Islam untuk menarik minat calon siswa.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam melakukan kampanye promosi melalui


media sosial, iklan di surat kabar, atau spanduk di lokasi strategis. Kampanye
promosi ini menampilkan keunggulan program pendidikan agama yang
ditawarkan dan nilai-nilai Islam yang dijunjung tinggi.

h. People SDM

People SDM atau Sumber Daya Manusia adalah karyawan atau pendidik yang bekerja
di lembaga pendidikan Islam. Kualitas dan keterampilan SDM sangat berpengaruh
terhadap kualitas layanan dan produk yang diberikan.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki pendidik yang berkualitas dan
berkompeten dalam mengajar program pendidikan agama. Pendidik tersebut
memiliki sertifikasi dan pengalaman yang memadai untuk memberikan layanan
yang berkualitas bagi siswa.

i. Physical Evidence (fasilitas/sarana fisik)

Physical evidence atau fasilitas/sarana fisik adalah lingkungan dan fasilitas yang
mendukung penyelenggaraan layanan atau produk di lembaga pendidikan Islam.
Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki gedung kampus yang bersih,
terawat, dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti laboratorium,
perpustakaan, dan ruang kelas yang nyaman.

j. Process

Process adalah suatu proses atau metode yang digunakan dalam penyelenggaraan
layanan atau produk di lembaga pendidikan Islam.

 Contoh: Sebuah lembaga pendidikan Islam memiliki proses pengajaran yang


sistematis dan terstruktur. Proses tersebut meliputi pengembangan kurikulum yang
komprehensif, pengajaran yang interaktif, serta penilaian yang objektif dan
transparan.

16. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

Manajemen lembaga pendidikan Islam meliputi pengelolaan lembaga pendidikan seperti


pondok pesantren, madrasah, dan majelis ta'lim. Berikut adalah penjelasan dan contoh
mengenai konsep dan prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam:

a. Lembaga Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memberikan pendidikan


agama dan pendidikan formal yang diintegrasikan dengan kurikulum nasional.
Manajemen pondok pesantren meliputi perencanaan program pendidikan, perekrutan
staf pengajar, pengelolaan keuangan, dan pengembangan fasilitas pendidikan.

 Contoh: Pondok pesantren Darul Ulum di Jombang, Jawa Timur yang memiliki
program pendidikan formal dan non-formal, serta pengembangan fasilitas
pendidikan seperti laboratorium komputer dan perpustakaan.

b. Lembaga Madrasah

Madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang menyediakan pendidikan formal dan
non-formal, dan diatur oleh Kementerian Agama. Manajemen madrasah meliputi
perencanaan program pendidikan, perekrutan staf pengajar, pengelolaan keuangan,
dan pengembangan fasilitas pendidikan.
Contoh: Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Jakarta yang menyediakan pendidikan
formal dan memiliki program ekstrakurikuler yang beragam.

c. Lembaga Majelis Ta'lim

Majelis Ta'lim adalah lembaga pendidikan Islam non-formal yang memberikan


pengajaran agama Islam di masyarakat. Manajemen majelis ta'lim meliputi
perencanaan program pengajaran, perekrutan pengajar, dan pengelolaan keuangan.

 Contoh: Majelis Ta'lim Nurul Fikri di Jakarta yang memberikan pengajaran agama Islam di

masyarakat dan memiliki program pengembangan keterampilan. d. Prinsip Aksesibilitas

Prinsip aksesibilitas menjamin akses pendidikan yang setara bagi semua orang, tanpa
diskriminasi dan batasan tertentu. Prinsip ini penting dalam manajemen lembaga
pendidikan Islam untuk memastikan bahwa semua peserta didik memiliki kesempatan
yang sama dalam mendapatkan pendidikan.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memastikan bahwa semua peserta didik, tanpa
memandang latar belakang atau kondisi ekonomi, memiliki akses yang sama terhadap
fasilitas dan layanan pendidikan.

e. Prinsip Efektivitas dan Efisiensi

Prinsip efektivitas dan efisiensi menjamin bahwa lembaga pendidikan Islam mencapai
tujuan mereka secara optimal, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara
efektif dan efisien.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memiliki program pendidikan yang


berkualitas dengan biaya yang terjangkau, serta memanfaatkan sumber daya
seperti dana dan tenaga kerja dengan optimal.

f. Prinsip Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas menjamin bahwa lembaga pendidikan Islam bertanggung jawab


atas kinerja mereka dan memastikan bahwa tujuan pendidikan tercapai dengan baik.
Hal ini meliputi pengelolaan keuangan, pengawasan program pendidikan, dan evaluasi
kinerja.
Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memberikan laporan keuangan secara
teratur dan transparan, serta melakukan evaluasi kinerja dan pemantauan program
pendidikan secara berkala.

g. Prinsip Transparansi

Prinsip transparansi menjamin bahwa lembaga pendidikan Islam mempublikasikan


informasi secara terbuka dan jujur kepada semua pihak terkait, termasuk peserta didik,
orang tua, staf pengajar, dan masyarakat umum.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memberikan informasi yang jelas dan
transparan mengenai biaya pendidikan, program pendidikan, dan kebijakan
lembaga secara umum.

h. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi menjamin bahwa lembaga pendidikan Islam memiliki kemandirian


dalam pengelolaan lembaga pendidikan, seperti dalam pengambilan kebijakan dan
pengaturan program pendidikan.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memiliki kebijakan dan program


pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal, serta memiliki
kemandirian dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia.

i. Prinsip Kepemimpinan Efektif

Prinsip kepemimpinan efektif menjamin bahwa lembaga pendidikan Islam memiliki


pemimpin yang memimpin dengan baik, memiliki visi yang jelas, dan mampu
mengembangkan staf pengajar dan peserta didik.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang dipimpin oleh pemimpin yang memiliki
visi yang jelas dan memprioritaskan pengembangan staf pengajar dan peserta
didik.

j. Prinsip Kerjasama

Prinsip kerjasama menjamin bahwa lembaga pendidikan Islam bekerja sama dengan
stakeholder terkait, seperti orang tua, masyarakat, dan pemerintah, dalam mencapai
tujuan pendidikan.
Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang melakukan kerjasama dengan orang tua,
masyarakat, dan pemerintah dalam memperkuat program pendidikan dan
memastikan bahwa peserta didik mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

17. Manajemen Stratejik

Manajemen stratejik adalah salah satu aspek penting dari manajemen pendidikan Islam yang
melibatkan perencanaan jangka panjang dan pengambilan keputusan strategis untuk mencapai
tujuan pendidikan. Berikut adalah penjelasan dan contoh mengenai konsep dan metode dalam
manajemen stratejik:

a. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Visi, misi, tujuan, dan sasaran merupakan bagian penting dalam manajemen stratejik,
karena memberikan arah dan panduan dalam mencapai tujuan pendidikan. Visi adalah
gambaran ideal tentang masa depan lembaga pendidikan, misi adalah tujuan umum
yang ingin dicapai, tujuan adalah target spesifik yang ingin dicapai, dan sasaran
adalah langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai tujuan.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam dengan visi "Menjadi pusat pendidikan Islam
yang terbaik di wilayah ini", misi "Meningkatkan kualitas pendidikan dengan
mengintegrasikan pendidikan Islam dan pengetahuan umum", tujuan
"Meningkatkan rasio siswa yang lulus ujian nasional", dan sasaran "Meningkatkan
kualitas pengajaran dengan memperbaiki fasilitas pendidikan dan merekrut staf
pengajar yang berkualitas".

b. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode manajemen stratejik yang melibatkan identifikasi


kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dari suatu lembaga pendidikan Islam. Analisis ini dapat membantu lembaga
pendidikan Islam untuk mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan yang lebih
baik dalam pengembangan strategi.

 Contoh: Analisis SWOT pada lembaga pendidikan Islam mengidentifikasi


kekuatan seperti reputasi yang baik, pengajar yang berkualitas, dan lingkungan
yang kondusif untuk belajar. Kelemahan seperti kurangnya fasilitas pendidikan
dan keterbatasan sumber daya manusia. Peluang seperti meningkatnya minat
masyarakat terhadap pendidikan Islam, dan ancaman seperti persaingan yang
semakin ketat dan perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi
pendanaan lembaga. Berdasarkan analisis ini, lembaga pendidikan Islam dapat
mengembangkan strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang, serta
mengatasi kelemahan dan ancaman.

18. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Manajemen mutu terpadu pendidikan adalah salah satu aspek penting dari manajemen
pendidikan Islam yang melibatkan perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan peningkatan
mutu secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pendidikan. Berikut adalah penjelasan dan
contoh mengenai konsep dan prinsip manajemen mutu terpadu pendidikan:

a. Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu adalah prinsip atau pernyataan yang menyatakan komitmen lembaga
pendidikan Islam terhadap mutu pendidikan dan strategi yang akan diambil untuk
mencapai tujuan mutu.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memiliki kebijakan mutu "Menghasilkan


lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang tinggi dalam bidang
pendidikan Islam dan pengetahuan umum".

b. Filosofi Mutu

Filosofi mutu adalah pandangan atau nilai-nilai yang mendasari pengelolaan mutu
pendidikan Islam.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memiliki filosofi mutu "Mengutamakan


pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai Islam dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat".

c. Tujuan Mutu

Tujuan mutu adalah target yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan Islam dalam
pengelolaan mutu pendidikan.
 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang memiliki tujuan mutu "Meningkatkan
kualitas pengajaran, memperbaiki fasilitas pendidikan, dan memperluas jaringan
kerja sama dengan masyarakat dan dunia industri".

d. Standar Mutu

Standar mutu adalah parameter atau kriteria yang harus dipenuhi oleh lembaga
pendidikan Islam untuk mencapai mutu pendidikan yang optimal.

 Contoh: Standar mutu yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan Islam seperti
kompetensi pengajar, kualitas fasilitas pendidikan, kurikulum yang relevan, serta
evaluasi dan penilaian yang berkualitas.

e. Struktur Mutu

Struktur mutu adalah kerangka atau sistem pengelolaan mutu yang terdiri dari
berbagai elemen, seperti pengukuran mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan
mutu.

 Contoh: Struktur mutu lembaga pendidikan Islam yang meliputi program


pengukuran mutu, pengendalian mutu, evaluasi kinerja, dan program peningkatan
mutu.

f. Penilaian Mutu

Penilaian mutu adalah pengukuran kualitas pendidikan yang dilakukan secara periodik
untuk memastikan bahwa tujuan mutu tercapai.

 Contoh: Lembaga pendidikan Islam yang melakukan penilaian mutu dengan


melakukan survei kepuasan siswa, evaluasi kinerja pengajar, serta pengukuran
prestasi akademik siswa.

Anda mungkin juga menyukai