Anda di halaman 1dari 26

Pertama

MEMAKNAI HAKIKAT TARBIYAH ISLAMIYAH

Makna Tarbiyah Islamiyah

Terkait dengan kehidupan manusia, Islam memberi banyak perhatian pada aspek tarbiyah (pendidikan).
Diantara bukti yang dapat diungkapkan adalah banyaknya istilah Ar Rabb yang digunakan dalam Al Qur′an,
yang menurut Ibnu Manzur, diturunkan dari akar yang sama dengan kata tarbiyah. Abul A′la Al Maududi
menyatakan, "mendidik dan memberikan perhatian" adalah salah satu dari makna-makna kata Rabb. Al
Qurthubi berpendapat, kata Rabb dipakai untuk menggambarkan siapa saja yang melakukan sesuatu menurut
cara yang sempurna.
Ar Razi membuat perbandingan antara Allah sebagai Murabbi dan manusia sebagai murobbi. Ia
menyatakan bahwa Allah sebagai Murobbi berbeda dengan manusiayang tahu betul dengan segala kebutuhan
yang dididiknya lantaran Dia adalah Dzat Pencipta. "Perhatiannya tidak terbatas hanya pada sekelompok
manusia; Allah memperhatikan dan mendidik seluruh makhluk dan karenanya kemudian digelari Rabbul
Alamin", lanjut Ar Razi.
Abdurrahman Al Bani mengambil empat unsur penting dalam pendidikan. Pertama, menjaga dan
memelihara fitrah obyek didik. Kedua, mengembangkan bakat dan potensi obyek didik sesuai kekhasan
masing-masing. Ketiga, mengarahkan potensi dan bakat tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Keempat, seluruh proses tersebut dilakukan secara bertahap.
Segala sisi yang memungkinkan hasil tarbiyah menjadi lebih baik, perlu mendapat perhatian dari para
Da′i. Sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Quthb bahwa metodologi Islam dalam melakukan tarbiyah
adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang
tertinggal dan terabaikan sedikitpun, jasmani maupun rohani, kehidupan secara fisik maupun mental, dan segala
aktivitasnya dimuka bumi ini. Ia bukan model pendidikan yang hendak mematikan potensi atau memandulkan
bakat manusia dalam wacana kritik pendidikan-kapitalis, proses pematian atau pemandulan ini oleh Paulo Freire
sering digambarkan sebagai "Proses dehumanisasi".
"Islam tidak hanya menmberikan konsumsi yang tepat pada setiap segi kemanusiaan, tetapi juga
memberikan takaran pada setiap bagian secara tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Setelah masing-masing
menerima bagianyya secara tepat dengan takaran yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin, produktif dan
aktif sepanjang hidupnya", tulis Muhammad Quthb tentang proses Tarbiyah Islamiyah.

Tujuan Tarbiyah Islamiyah

Tujuan tertinggi dari proses tarbiyah, menurut Omar Mohammad Al Toumy Al Syaibani, bias
dirumuskan dengan beberapa rumusan berikut: perwujudan diri, persiapan untuk kewarganegaraan yang baik,
pertumbuhan yang menyeluruh dan terpadu, serta persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dengan
demikian, proses tarbiyah merupakan proses penyiapan anggota (tarbiyah) guna mencapai tujuan tertinggi
tersebut, atau dalam bahasa Muhammad Quthb diistilahkan dengan ungkapan ringkas, "manusia yang baik",
sebagaimana ungkapan Al Qur′an :
"Sesungguhnya orang yang terbaik diantara kalian adalah yang paling bertakwa" (Al Hujurat:13).

Secara global tujuan tarbiyah Islamiyah, sebagaimana dituliskan Dr. AliAbdul Halim Mahmud
adalah "menciptakan keadaan yang kondusif bagi manusia untuk hidup didunia secara lurus dan baik, serta
hidup diakhirat dengan naungan ridha dan pahala Allah SWT". Sedangkan rumusan tujuan rincinya adalah
sebagai berikut:
1. Ibadah kepada Allah semata sesuai dengan syari ′atNya.

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Aku" (Adz Dzariyat:56)

2. Tegaknya khalifah Allah dimuka bumi.

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi" (Al Baqoroh :30)

3. Saling kenal mengenal sesama manusia

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal" ( Al
Hujurat : 13 )

4. Kepemimpinan dunia

"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal
saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka dan Dia bener-bener akan menukar ( keadaan)
mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa" ( An Nur : 55 )

5. Menghukum dengan syari′at

"Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu syari′at (peraturan) dan urusan (agama) itu, maka
ikutilah syari′at itu" (Al Jatsiyah : 18)

"Hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan oleh allah dan
janganlah mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu" ( Al Maidah : 49 )

Upaya mewujudkan tujuan-tujuan Tarbiyah Islamiyah dari dataran konsep kedataran realitas
dilakukan dengan cara :

1. Memberdayakan sumber daya manusia untuk dapat mengabdi kepada Allah, dengan cara :
a. Menajamkan unsure-unsur keimanan dalam diri manusia sebagai hamba Allah.
b. Mernghidupkan unsure-unsur Islam dalam diri manusia.
c. Menerapkan unsur ihsan dalam ibadah dan kegiatan keseharian.
d. Menegaskan dan membiasakan sikap keadilan, serta membantu manusia untuk menegakkannya.

e. Mengelola amar ma′ruf nahi munkar dan membantu manusia untuk merealisasikannya.
f. Menangani operasional operasional jihad fi sabilillah agar kalimat Allahtegak dimuka bumi.

2. Menjalankan misi kekhalifahan dimuka bumi dan membantu manusia untuk memahami tujuannya dengan
cara :

Kedua
Ketiga
Bagian Ketiga

PIRANTI KERAS DAN KESUKSESAN TARBIYAH

Manajemen operasional dalam tarbiyah

Yang dimaksud dengan manajemen operasional adalah seluruh proses pengelolaan kelompok tarbiyah dalam rangka mencapai tujuan. Dengan kata lain, bisa
disebut juga sebagai manajemen pencapaian tujuan tarbiyah. Adapun orientasi dari manajemen dari tingkatan ini adalah :
1. Mengelola kelompok tarbiyah secara tertib dan rapi dengan disiplin ketarbiyahan.
2. Menghindari berbagai macam Kendal dalam tarbiyah yang disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan.
3. Mengoptimalkan seluruh tindakan selama proses tarbuiyah hanya dalam kerangka mencapai tujuan.
4. Meenghindari tindakan dan pengelolaan pentarbiyahan yang tidak mendukung ke arah pencapaian tujuan.

Manajemen operasional ini meliputi tujuh kegiatan manajemen, yang bisa diklasifikasikan menjadi dua
bagian besar, sebagai berikut :
Pertama, Manajemen Hardware (piranti /perangkat keras ), meliputi : manajemen sarana, manajemen forum, manajemen lingkungan, dan manajemen kegiatan.
Kedua, Manajemen Software (piranti/ perangkat lunak ) :manajemen materi ( madah ), manajemen pemantauan, manajemen problem, dan manajemen seleksi.
Pada bagian ini khusus akan dibahas Manajemen Perangkat Keras. Adapun Manajemen Perangkat
Lunak akan dibahas pada bagian kekempat.Insya Allah.
A.Manajemen Sarana
Manajemen pada tingkatan ini adalah prinsip dasar penetuan dan pemgelolaan saran penunjang
kebehasilan tarbiyah. Tujuan pembahasan manajemen ini ada dua :
1. Menentukan, menyiapkan dan mengelola saran yang tepat bagi upaya pencapaian ttujuan.
2. Menghindarkan berbagai sarana yang tidak berhubungan dengan keberhasilan tarbiyah.

Prinsip dasar manajemen saran tarbiyah adalah penentuan dan pengelolaan saran yang meliputi : saran bagi murabi, saran bagi mutarabi, sarana bagi
keberlangsungan tarbiyah, dan sarana penunjang.

Sarana bagi Murabi

Ada banyak sarana yang bisa digunakan oleh murabi dalam mengelola forum tarbiyah. Di antara saran yang diperlukan murabi adalah :
 Mushaf Al Qur’an
 Kitab hadits Al Arba’in An Nawawiyah
 Buku induk Kumpulan Paket Materi Tarbiyah
 Buku catatan materi, yang disiapkan oleh murobi sendiri
 Buku-buku referensi induk, seperti Tafsir Ibnu Katsir, kitab Riyadlus Shalihin, Fikih Sunnah, Nailul Authar, Fikih Sirah, dan lain sabagainya sesuai
kemampuan
 Buku-buku rujukan (referensi ) setiap kelompok materi
 Buku catatan perkembangan mutarabi
 Perlengkapan administrasi pemantauan
 Whiteboard, spidol dan perlengkapannya
 Sarana transportasi, seperti mobil, motor, sepeda atau kendaraan umum untuk memudahkan secara teknis
 Sarana komunikasi, seperti telepon rumah, ponsel atau pager (bila memungkinkan ), untuk memudahkan berkomunikasi dengan dan dari mutarabi

Sarana bagi Mutarabi

Mutarabi perlu beberapa sarana yang akan memudahkannya untuk berinteraksi dalam forum tarbiyah. Di antara sarana yang diperlukan bagi mutarabi adalah
:
 Mushaf Al Qur’an
 Kitab hadits Arba’in
 Buku Al Ma’tsurat
 Buku tulis untuk mencatat dan alat tulis
 Buku-buku rujukan (refernsi ) materi
 Uang untuk infaq dan keperluan transportasi
 Alat transportasi, bisa mobil, motor, sepeda, atau kendaraan umum

Sarana bagi Keberlangsungan Tarbiyah

Selain sarana bagi murabi dan mutarabi, diperlukan juga sarana-saran lain yang membuat forum tarbiyah berjalan lancar. Di antara sartana keberlangsungan
tarbiyah adalah :
 Whiteboard, spidol dan kelengkapannya
 Tempat berlangsungnya acara tarbiyah, bisa di dalam ruangan atau di luar ruangan (di alam terbuka )
 Jika tarbiyah dilaksanakan di dalam ruangan, mak ruangan terebut harus memenuhi kriteria :
 Bersih, suci dan rapi
 Terbebes dari polusi suara, polusi bau yang tak sedap,polusi pandangan yang tidak memnyenangkan atau tak Islami
 Ventilasi yang baik sehingga udaranya segar
 Pecahayaan yang cukup
 Cukup luas untuk menampung semua anggota kelompok
 Terjaga keamanannya dari pandangan publik
 Jika tarbiyah dilaksanakan di alam terbuka, pemilihan lokasi yang digunakan harus memperhatikan hal-hal berikut :
 Bersih dan indah
 Terbebas dari polusi udara, polusi bau yang tak sedap, polusi pandangan yang tak menyenangkan atau tak Islami
 Memenuhi persyaratan keamanan
 Teduh dan nyaman, kecuali untuk acara tarbiyah jasadiyah
 Tikar atau karpet untuk alas duduk lesehan, dengan criteria :
 Bersih dan suci
 Cukup luas untuk menampung seluruh peserta
 Kursi untuk sejumlah peserta, jika bentuk forumnya bukan lesehan
 Kotak infaq, atau yang serupa fungsinya untuk menampung infaq
 Perangkat administrasi forum

Sarana Penunjang

Di forum tarbiyah, selain berbagai sarana di atas, masih diperlukan beberapa sarana penunjang untuk optimalisasi keberhasilan tarbiyah. Di antara saran
penunjang yang diperlukan di tempat berlangsungnya tarbiyah adalah :
 Minuman dan sekedar makanan ringan, jika memungkinkan
 Kalender, untuk membuat rancangan kegiatan
 Perpustakaan
 Tempat sampah bersih
 Alat-alat peraga sesuai kebutuhan materi dan forum
 Overhead Projector (OHP) dan transparansi
 Televisi, VCD player, kaset VCD Islami, seperti dokumen jihad Ambon, jihad Poso, jihad Bosnia, jihad Palestina, jihad Afganistan atau kaset VCD Al
Qur’an dan seri Harun Yahya
 Kamar kecil (toilet) di rumah yang digunakan tempat p[ertemuan, agar memudahkan bagi para peserta nyang memerlukanya selam tarbiyah berlangsung

B. Manajemen Forum

Yang dimaksud manajemen forum adalah prinsip penyipan dan pengelolaan forum dalam proses tarbiyah. Manajemen pada tingkatan ini meliputi penentuan
bentuk forum, persiapan sebelum forum, pengelolaan forum, dan pengelolaan pasca forum.

Penentuan Bentuk Forum

Dalam dunia pendidikan modern dewasa ini, dikenal berbagai bentuk forum. Ada forum formal dengan menggunakan media kelas atau ruangan, ada forum
terbuka dengan belajar di alam bebas. Proses tarbiyah bisa memenafaatkan bebagai macam bentuka forum dalam rangka membuat suasana tidak membosankan dan
berkesan lebih mendalam.
Ada materi-materi tertentu yang lebih tepat disampaikan di forum kelas atau ruangan, karena memerlukan konsentrasi atau pemikiran yang lebih serius. Ada
pula materi yang lebih tepat disampaikan di alam terbuka, sekaligus untuk upaya tadabur alam, menghayati keindahan ciptaan Allah, atau dzikrul maut di kuburan orang
shaleh.
Pertemuan melingkar di sebuah taman, atau di pinggir pantai, atau di hutan wisata, menjadi salah satu alternatif bentuk forum di alam terbuka. Upaya untuk
membuka diri, ta’arruf, menyampaikan permasalahan bisa lebih santai dan enak dalam suasana udara terbuka seperti itu. Taujih ( nasehat ) juga bisa disesuaikan dengan
suasana forum.
Ada pula materi yang memerlikan alat peraga tambahan, seperti OHP, slide projector, atau perlengkapan audiovisual. Dengan demikian, lebih tepat
disampaikan di ruang kelas tertutup.

Persiapan Sebelum Forum

Persiapan sebelum forum meliputi tiga sisi yaitu persiapan pribadi murabi, persiapan pribadi mutarabi serta pengelolaan tempat dan teknis.
1.Persiapan pribadi murabi
Murabi harus memiliki persiapanyang mantap sebelum dating di forum tarbiyah. Di antara persiapan yang tidak boleh terlewatkan adalah :
a. Menyiapkan ‘setting’ mental dalam dirinya untuk tampil menjadi murabi
b. Mengetahui muwashafat yang hendak dicapai bagi mutarabinya
c. Menyiapkan madah atau kegiatan yang akan dilaksanakan di forum
d. Menyiapkan taujihat dan ta’limat ( pengumuman ) yang akan disampaikan
e. Menyiapkan bahan-bahan dan sarana-sarana yang diperlukan, seperti mushaf Al Qur’an, lembart mutaba’ah, buku catatan madah, dan lain sebagainya
f. Menyiapkan diri secara ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah.

2. Persiapan pribadi mutarabi


Sebagaiman para murabi dituntut untuk melakukan persiapan sebelum memasuki forum tarbiyah, maka mutarabipun demikian. Mereka dituntut untuk
melakukan berbagai macam persiapan sebagai berikut :
a. Menyiapkan diri secara ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah
b. Menyiapkan sarana-sarana yang diperlukan dalam forum tarbiyah, agar tidak tertinggal, seperti mushaf Al Qur’an, buku catatan, alat tulis, uang untuk
infaq, dan lain sebagainya
c. Menyiapkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, seperti hafalan ayat atau hadits, tugas membuat makalah, meringkas buku, presentasi dan lain
sebagainya
d. Membaca madah yang telah disampaikan pekan sebeluymnya dan menyiapkan bahan madah yang nanti akan dibicarakan.
3.Pengelolaan Teknis

Ada hal-hal yang bersifat teknis, tetapi apabila diabaikan bisa membuat forum terganggu bahkan tidak efektif. Oleh karena itu berbagai aspek pengelolaan
perlu diperhatikan sebelum forum dimulai, di antaranya :

a. Mengelola tempat pertemuan, untuk menumbuhkan tadhiyah ( pengorbanan ) serta keakraban bagi
seluruh anggota kelompok. Tempat bisa bergantian di rumah anggota kelompok yang memungkinkan secara
teknis dan amni ( keamanan )
b. Kesepakatan teknis pertemuan yang meliputi waktu ( hari dan jam ) serta tempat harus jelas, tegas dan detail
agar tidak menimbulkan kebingungan dan salah penafsiran.
c. Menyiapkan perlengkapan teknis yang diperlukan di tempat acara
d. Menyiapkan ruangan yang akan digunakan agar forum bersuasana kondusif demi tercapainya tujuan tarbiyah
e. Pengaturan kedatangan mutarabi ke tempat acara agar bisa tertib dan tidak menarik perhatian
f. Penjagaan ketertiban, kerapian dan keamanan dalam mengatur kendaraan, sendal atau sepatu dan perlengkapan mutarabi di tempat acara.

Pengelolaan Forum
Pengelolaan forum meliputi iga aspek, yaitu persiapan awal, pengelolaan agenda forum, dan pengelolaan suasana forum.

1. Persiapan awal
Yang dimaksud dengan persiapan awal adalah persiapan sebelum forum dimulai. Persiapan ini meliputi :
a. Pengecekan kehadiran anggota di forum, termasuk keterlambatan yang terjadi
b. Pengecekan kesiapan perlengkapan teknis untuk dimulainya forum
c. Penataan forum tarbiyah.

Dalam forum tarbiyah, sebaiknya forum dibuat melingkar dengan teknik ‘lesehan’. Artinya, murabi
dan mutarabi duduk dalam satu majlis, di atas tikar atau karpet, dalam satu ruangan yang memungkinkan
secara amni dan kondusif bagi suasan apentarbiyahan. Duduk lesehan ini secara psikologis akan
mendatangkan perasaan kedekatan, kesejajaran, keakraban dan tidak formal.
Forum diatur dengan duduk di kursi ata bangku akan mendatangkankesan psikologis yang berbeda. Suasana yang bisa muncul dari forum berkursi
adalah formal, berjarak ( menjaga jarak ), kurang akrab dan kurang kedekatan. Hanya saja, tidak berarti bahwa forum tarbiyah tidak boleh berkursi, sebab kursi
adalah sarana, sebagaimana juga tikar atau karpet. Yang penting dijaga adalah suasana forum agar tetap hangat, akrab, dekat dan bersahabat.

2.Pengelolaan agenda forum tarbiyah


Agenda forum tarbiyah perlu disusun untuk memperlancar jalannya forum. Di antara agenda pokok dalam forum terbiyah adalah :
a. Pembukaan
b. Tilawah Al Qur’an bergantian
c. Infaq
d. Kultum ( tahdir )
e. Taujih dan penyampaian madah, atau presentasi makalah oleh mutarabi
f. Diskusi sekitar madah
g. Syura, meliputi penyampaian masalah pribadi, keluarga, studi, kerja, da’wah amah, da’wah khaslah beserta pembahasannya
h. Penyampaian ta’limat
i. Penyampaian kesimpulan
j. Penutup
k. Pengecekan syi’ar dan hafalan

Keseluruhan agenda tersebut hendaknya dikelola oleh setiap murabi secara serius, dan diperhatikan alokasi waktunya untuk setiap poin agenda. Untuk
kelompok tarbiyah tahp pertam, agenda taujih dan penyampaian madah serta diskusi sekitar madah mendapatkan porsi yang lebih besar daripada agenda syura.
Sedangkan pada tarbiyah tahap kedua, porsi syura minimal seimbang dengan agenda taujih atau penyampaian madah.

3. Pengelolaan suasana forum


Suasana forum tarbiyah bisa beragam, dan setiap bentuk akan menghasilkan kondisi dan suasana tertentu bagi mutarabi. Ada forum yang kaku dan
menegangakan, ada forum yang terbuka dan lancar, ada forum yang penuh canda dan tawa, dan lain sebagainya. Ada forum yang cenderung monolog dan
searah, ada forum yang cenderung dialog, ada pula forum yang cenderung bebas tanpa pengaturan manajerial. Berbagai suasan forum tersebut akan
mendatangkan suasana yang berbeda-beda bagi mutarabi dalam perjalanan tarbiyahnya.
Setiap murabi hendaknya memilih suasana forum yang kondusif bagi suasan pentarbiyahan, dengan memperhatikan kondisi serta mustawa
(tingkatan / tahapan ) mutarabi, juga memperhatikan orientasi kerja dakwah darai kelompok yang dihadapi. Sebagi contoh bisa disebutkan di sini :
 Untuk kelompok binaan yang diorientasikan terjun ke medan dakwah kampus atau dakwah sekolah, dipilih bentuk forum yang dialogis, dengan
mengupayakan seluruh anggota kelompok senantiasa aktif berpendapat atau berkomentar. Hal ini penting untuk melatih mereka dalam berdiskusi
dan mengeluarkan pendapat.
 Untuk menyampaikan madah hari akhir, surga dan neraka, tazkiyah dan tema yang serupa, dipilih bentuk forum yang tenang, bersuasan dzikir
dan tafakur yang mengharukan, tanpa canda, sampai menghadirkan perasaan jiwa yang paling dalam.
 Untuk madah yang bersifat wawasan, bisa dibut forum yang berbentuk diskusi bebas, sesekali diselingi dengan canda untk menyegarkan suasan
forum.
Murabi bisa menentukan bentuk forum yang tepat bagi kelompok binaan tertntu dan materi tertentu.

Pengelolaan Pascaforum

Manajemen setelah forum berakhir meliputi :


1. Merapikan seluruh perlengkapan pribadi mutarabi agar tidak tertinggal
2. Merapikan kembali ruangan beserta perlengkapan yang digunakan
3. Menjaga ketertiban dan keamanan saat mutarabi meninggalkan tempat pertemuan, agar tidak menarik perhatian.

C. Manajemen Lingkungan

Lingkungan yang baik ( al bi’ah as shalihah ) amat besar pengaruhnya bagi kehidupan setiap peserta tarbiyah. Lingkungan yang dimaksud bisa berupa
lingkungan global ( seperti lingkungan ideology, politik, ekonomi, social dan budaya di negaranya ), bisa juga lingkungan kecil (seperti masyarakat di sekitar,
keluarga, asrama, organisasi dan lain sebagainya ). Yang akan dibicarakan pada pembahasan buku ini hanyalah lingkungan kecil, sebab untuk mengubah lingkungan
global harus melibatkan seluruh kekuatan dan potensi umat.
Rasulullah SAW berhasil membina para sahabat ridlwanallah alaihim salah satu faktornya adlah karena lingkungan yang kondusif. Beliau menciptakan
lingkungan kecil di rumah Al Arqam bin Abil Arqam pada awalnya, ketika kaum muslimmn masih sedikit dan memerlukan penjagaan dan penguatan kepribadian di
Makkah. Barulah ketika berhijrah ke Madinah, beliau membina lingkungan besar, yakni di Madinah al Munawarah.
Mutarabi akan terakselerasi kepahaman , ghirah, keterlibatan dan ruh keberjama’ahannya karena llingkungan di sekitarnya. Sebaliknya, mutarabi akan
terhambat kepahaman , proses takayuf ( penyesuaian diri ) dengan nilai-nilai Islam, dan keterlibatannya dalam amal islami juga karena factor lingkungan. Oleh
karena itu, lingkungan harus menjadi perhatian integral dengan proses pencapaian tujuan.
Manajemen lingkungan ini memiliki dua tujuan pokok :
1. Mengakselerasi proses tarbiyah mutarabi melalui lingkungan yang kondusif
2. Mengenali berbagailingkungan yang punya peluang menjadi kendala dalam kebaikan tarbiyah mutarabi.

Memahami Pengaruh Lingkungan

Ada berbagai macam ebaikan bisa didapatkan dari lingkungan yang kondusif, sebagaimana ada berbagai keburukan tertularkan oleh lingkungan. Contoh
pengaruh kebaikan lingkungan adalah sebagai berikut :

 Disiplin menunaikan sholat fardhu berjama’ah, karena dibiasakan oleh lingkungan tempat tinggal
 Banyak bertilawah Al Qur’an, karena lingkungannya senantiasa memperdengarkan murattal Al Qur’an
 Rajin membaca buku, karena lingkungannya adalah pecinta buku
 Disiplin dan rajin menunaikan sholat malam, karena lingkungan yang senantiasa salng membangunkan untuk sholat malam
 Disiplin berpuasa sunnah, karena lingkungan terdri dari orang-orang yang terbiasa menjalankannya
 Sensitif terhadap keburukan dan kesia-siaan, karena terbiasa melihat hal-hal positif di lingkungannya.

Di sisi lain, contoh pengaruh buruk lingkungan adalah sebagai berikut :


 Banyak memubadzirkan waktu dan menunda pekerjaan karena lingkungan terdiri dari orang-orang yang tidak menghargai waktu
 Malas menunaikan sholat berjama’ah karena tinggal di lingkungan yang tidak terbiasda menjalankan sholat berjama’ah
 Berat membaca Al Qur’an karena llingkungan terdiri dari orang-orang yang suka membaca Koran
 Terlalu banyak menonton televisi karena lingkungan yang merupakan komunitas pecinta televisi
 Menganggap ringan adanya kema’siatan karena tinggal bersama orang-orang yang banyak melakukan kema’siatan berat
 Suka mengeluh atau mengumpat karena terbiasa mendengar kata-kata umpatan dari lingkungan.

Mengenal Lingkungan Mutarabi

Di antara lingkungan yang harus mendapatkan perhatian darai murabi agar proses tarbiyah berjalan efektif adalah :

1. Lingkungan tempat tinggal

Pada sekelompok mutarabi mahgasiswa yang tinggal di asrama atau kompleks kos, akselerasi kebaikan mereka amat dipengaruhi oleh lingkungan asrama
atau kos tersebut. Pada asrama mahasiswa yang plural, berbagai jenis manusia tinggal di dalamnya, ada yang kafir, ada yang muslim, ada pemabuk, ada pezina dan lain
sebagainya, pengaruh tarbiyah dalam diri mutarabi bertarung setiap hari dengan realitas di asramanya.
Akan lebih baik apabila para mahasiswa tersebut tinggal di asrama yang akan memungkinkan mereka mendapatkan kebaikan dalam kehidupan
kesehariannya. Lingkungan asram yang kondusif, di mana seluruh penghuninya telah mengikuti program tarbiyah, akan memudahkan berbagai kebaikan terjaga dan
bahkan tertingkatkan.
Apabila mutarabi tinggal di asrama yang relatif homogen penghuninya, mereka bisa saling bekerjasama dan saling membantu dalam menunaikan berbagai
tugas ataupun syi’ar ta’abudiyah di asrama tersebut. Merekasaling membangunkan untuk sholat malam an sahur puasa sunnah. Mereka saling berlomba menghafalkan
Al Qur’an dan Al Hadits. Dengan demikian, di asrama itu terjadi akselerasi dan penguatan ma’nawiyah para penghuninya.
Sedangkan bagi mutarabi yang tinggal bersama keluarganya, hendaknya mereka senantiasa diingatkan tentang kewajiban menciptakan lingkungan yang
Islami. Kadang dalam keluarga, terdapat ‘orang lain’ yang tinggal di dalamnya, seperti pembantu rumah tangga, atau mahasiswa yang kos di rumah atau ada ipar yang
menumpang di rumah tersebut. Adab-adab islami harus tetap ditegakkan dalam lingkungan tempat tinggal para mutarabi, agar bisa menjadi pendukung dalam proses
tarbiyah.
Pun ddemikian apabila mutarabi berposisia sebagai suami atau istri dalam rumah tangga, ia wajib membuat lingkungan ubudiyah dan tarbawiyah di
rumahnya. Mereka bekerja sama mengerjakan syi’ar-syi’ar ta’budiyah dalam rumah tangga tersebut, seperti peninaian sholat malam, berpuasa sunnah, tilawah Al
Qur’an, dan hafalan Qur’an.

2. Lingkungan masyarakat

Kita membedakan dua macam masyarakat, yaitu masyarakat ‘dalam’ dan masyarakat ‘luar’. Yang dimaksud dengan masyarakat ‘dalam’ adalah para peserta
tarbiyah dalam berbagai tahapannya, sedangkan masyarakat ‘luar’ adlah masyarakat pada umumnya. Interaksi dengan masyarakat ‘dalam’ bisa dilakukan melalui
forum-forum bersam, seperti ta’lim masajid, daurah bersama, aktivitas bersama, pertandingan olahraga, dan mukhayam bersama.
Kebersamaan dengan linkungan masyarakat ‘dalam’ ini akan berdampak menguatkan ikatan dan komitmen para peserta tarbiyah, bahkan diharapkan akan
menjadi factor akselerasi kepahaman mereka tentang jalan tarbiyah. Mereka bisa saling menimba pengalaman satu dengan yang lainnya.
Sedangkan interaksi dengan masyarakat ‘luar’ harus bermakna dakwah, ishlah, dengan penunaian bebeagai adab-adab social, seperti berwajah ceria,
menyebarkan salam, menjenguk orang sakit, mengurus dan mengantarkan jenazah muslim, dan membantu proyek-proyek kebaikan di masyarakat. Hal ini akan menjadi
saran pelatihan dan laborato9rium dakwah bagi mutarabi.

3. Lingkungan kegiatan atau organisasi

5.Keterlibatan dalam dakwah amah


Dakwah umum di masyarakat ataupun di sekolah, di kampus, di kantor dan tempat bekerja menuntut
peran mutarobi untuk terlibat di dalamnya. Mereka bisa menjadi pengeloala berbagai kegiatan dakwah umum di
tempat tinggalnya, baik mengurus kelembagaannya ataupun di luar kelembagaan. Sebagai contoh mereka
dilibatkan dalam aktivitas masyarakat untuk mengurus pengajian atau mengurus TPA di masjid, atau
mengelolah dakwah di sekolah dan di kampus.
Keterlibatan dalam dakwah umum ini akan memberikan pembelajaran kepada mutarobi tentang realitas
permasalahan umat dan upaya antisipasinya. Hal ini diharapkan membuahkan kepekaan sosial, perasaan
tanggung jawab dakwah dan islahul ummah pada mutarobi.
Demikianlah beberapa contoh kegiatan baik yang bersifat Tarqiyah maupun Tadribiyah.
Keempat

PIRANTI LUNAK TARBIYAH : AGAR TARBIYAH TAK SEKEDAR RUTINITAS


Pada bagian terdahulu telah dibahas Manajemen Hardware (Piranti / Perangkat Lunak) dalam tarbiyah.

Manajemen Materi
Manajemen materi yang dimaksudkan adalah prinsip dasr pengelolahan dan penyampaian materi, sesuai
tujuan yang diharapkan. Manajemen materi ini meliputi: manajemen pencapaian tujuan lewat materi, logika
urutan materi, gaya dan variasi penyampaian, kelengkapan materi, cakupan materi, sebaran materi dan
konsentrasi pengajaran.
Manajemen Pencapaian Tujuan Lewat Materi
Tujuan tarbiyah setiap tahap hendaknya dikuasai dengan baik oleh setiap murabi. Prinsip pokok dalam
mentarbiyah adalah mencapai seluruh tujuan tersebut, sedangkan materi dan kegiatan hanyalah sebagai sebuah
sarana. Tersampaikannya materi bukanlah tujuan dari tarbiyah, tetapi semata – mata sarana mencapai tujuan
tarbiyah.
Apabila tujuan tahap maupun muwashafat telah terkuasai oleh murabi, maka berbagai kreativitas, inovasi
dan improvisasi diharapkan masih dalam ruang lingkup pencapaian tujuan tersebut. Yang berbahaya adalah
kreasi dan improvisasi di luar konteks pencapaian tujuan. Manajemen pencapaian tujuan ini sangat luwes dan
memungkinkan banyak variasi, sesuai tingkat apresiasi setiap murabi terhadap poin – poin tujuan tarbiyah
tersebut , dan kemampuannya untuk menghadirkan alat serta sarana pendukung.
Apabila materi yang telah tersedia tidak mampu diserap dan diapresiasi secara baik oleh murabi, dia bisa
mencari sarana atau materi lain guna tercapainya tujuan yang ada. Demikian pula jika diantara poin – poin
tujuan setiap tahap ada yang belum terpresentasikan oleh materi yang tersedia, setiap murabi bisa mencari cara
lain lewat moel kegiatan tertentu guna tercapainya tujuan yang dimaksud.
Termasuk pula upaya untuk menumbuhkan karakter khusus yang diperlukan oleh mutarabi sesuai tujuan
pembinaan, bisa disiasati dengan penambahan materi, taujih, atau model kegiatan semacam dauroh atau bedah
buku atau diskusi kelompok, jika materi – materi yang tersedia dirasakan belum representatif untuk maksud itu.
Contoh dari karakter tertentu yang dimajsud adalah:
 Upaya untuk menumbuhkan semangat belajar atau semangat kuliah di kampus untuk mengejar prestasi
akademik.
 Upaya menumbuhkan sikap kemandirian ( istiqlaliyah ) terutama masalah ekonomi pada diri mutarabi.
 Upaya menumbuhkan wa’yu siyasi ( kesadaran politik ) pada diri mutarabi.
 Upaya menumbuhkan semangat mutarabi untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat.
 Upaya memahamkan fiqh munakahat bagi mutarabi lajang.
 Upaya menumbuhkan kepahaman akan peran rabatul bait bagi peserta wanita, dan peran qawam dalam
kaderisasi bagi peserta laki – laki.
Berbagai kebutuhan yang menunjang tercapainya tujuan pembinaan bisa diusahakan dengan serangkaian
program kegiatan tambahan di luar forum tarbiyah ataupun bisa dengan penambahan madah dan taujihat di
dalam forum. Setiap murabi dan kaderisasi harus memiliki ihtimam ( perhatian ) yang cukup bagi upaya
pencapaian tujuan tarbiyah.
Logika Urutan Materi
Apabila diasumsikan mutarabi dalam tarbiyah adalah kaum muslimin awam, yang belum memahami
detail – detail ajaran Islam, belum banyak terlibat dalam aktivitas dakwah Islam, dan belum sepenuhnya
memenuhi muwashafat peserta tahap pertama, maka logika urutan materi bisa diterapkan.
Namun tentu saja kondisi itu tidak selamanya berlaku. Sebab ada kondisi di mana mutarabi yang akan
ditangani bukan saja telah memenehi muwashafat peserta tahap pertama, namun juga telah memenuhi
muwashafat peserta tahap kedua. Mereka bukan orang yang awam akan ajaran Islam, mereka adalah
kelompok aktivis yang telah lama terlibat dalam dakwah Islam< baik secara infiradi ataupun terlibat dalam
suatu organisasi. Tentu saja logika urutan materisebagaimana standar asumsi di atas menjadi tidak berlaku.
Demikian pula jika mutarabi yang baru direkrut diketahui telah memenuhi sebagian tujuan tahap pertama,
maka tak ada keharusan untuk mengawali secara urut dari depan. Mereka tinggal diajarkan poin – poin
tujuan lainnya yang belum dimiliki di tahap pertama.
Oleh karena itu, untuk urutan materi ini tentu berhubungan erat dengan manajen personal dan
manajemen kelompok yang telah dibicarakan pada bagian kedua. Materi harus disesuaikan dengan definisi
kelompok yang bersangkutan, apakah kelompok tahap pertama atau tahap kedua. Selain itu juga disesuaikan
dengan sejauh mana telah dijumpainya tujuan setiap tahap pada diri mutarabi.

Gaya dan Variasi Penyampaian

Harus dihindari gaya indoktrinasi dan monolog dalam penyampaian materi. Murabi harus
mengusahakan suasana dialogis sekaligus menjauhi sikap monoton, dengan mencari berbagai macam gaya dan
variasi penyampaian materi yang menarik dan memberi kesan yang kuat pada diri mutarabi. Hal ini penting
untuk menjaga dinamika forum, keterbukaan, dan jauh dari sifat “pemaksaan”. Aspek lainnya adalah menjaga
kebetahan mutarabi dalam fourm kelompok.
Diantara contoh variasi penyampaian materi adalah:
Bagan materi ditulis semuanya pada whiteboard, kemudian dijelaskan kandungan materinya.
Disampaikan terlebih dahulu isi materi dan gaya paparan,setelah selesai baru dituliskan bagan materi
keseluruhan.
Sambil menyampaikan, ditulis bagan materi secara simultan.
Materi ditulis sebagai sebuah makalah ringkas, kemudian didiskusikan.
Materi diambil dari salah satu buku rujukan – sebelumnya mutarabi diberi tugas membaca bab – bab
tertentu sesuai pokok pembahasan – kemudian dipresentasikan oleh murabi dan didiskusikan bersama.
Mutarabi diberi tugas meresensi buku atau membuat makalah sesuai arahan / tujuan materi yang akan
dibicarakan, kemudian dipresentasikan dan didiskusikan.
Materi disampaikan sebaigai sebuah bahan diskusi oleh nara sumber yang diundang dalam forum halaqoh
tarbawiyah, sebagai dosen tamu.

Sedangkan di antara contoh gaya penyampaian materi adalah:


Mengawali dengan ilustrasi berupa cerita di zaman Rasulullah, sahabat, tabi’in, atau zaman setelah itu
yang relevan dengan tema pembahasan yang akan disampaikan.
Mengawali dengan pengalaman pribadi, atau kisah dalam kehidupan sehari – hari yang relevan dengan
tema pembahasan.
Mengawali dengan menyampaikan Tujuan Instruksi Umum ( TIK ) dan Tujuan Instruksional Khusus ( TIK
) materi yang hendak dibahas.
Mengawali dengan ulasan ayat Qur’an atau Hadits yang menjadi semagat materi.
Mengawali dengan pertanyaan kepada mutarabi atau meminta pendapat merika tentang suatu kejadian
tertentu yang akan dihubungkan dengan urgensi materi.
Mengawali dengan studi kasus aktual, menganalisis bersama, untuk kemudian dihubungkan dengan materi.
Menyampaikan materi dengan senantiasa melandaskan atau mengembalikan pada nash – nash.
Menyampaikan materi dengan penekanan pada “logika materi”, dan bukan kepada nash – nash
pendukukungnya.

Gaya atau variasi penyampaian materi bisa berbeda – beda antara satu murabi dan murabi yang lain, dan
antara satu kelompok binaan dan kelompok yang lainnya. Penerapannya tentu harus memperhatikan faktor
kecenderungan dan mustawa (tingkatan/tahapan) mutarabi yang dihadapi.
KELENGKAPAN MATERI
Idealnya materi yang dibuat dengan lengkap guna mencapai tujuan yang diharapkan. Kelengkapan materi
ini mencakup:
1. Jumlah dan cakupan materi yang sesuai upaya pencapaian tujuan setiap tahap
2. Penjelasan TIU dan TIK materi
3. Penjelasan mengenai isi materi
4. Dalil syar’I setiap materi
5. Buku rujukan setiap materi berbahasa Arab dan, khususnya, yang berbahasa Indonesia
6. Ilustrasi yang mendukung materi
7. Alat-alat peraga untuk materi-materi tertentu yang memerlukan peragaan
Dengan materi yang lengkap ini, ibarat tentara, seorang murabi telah menyandang senjata lengkap.
Permasalahan berikutnya tinggal bagaimana menggunakan senjata tersebut sehingga tepat sasaran. Diharapkan
murabi bisa memilih senjata yang akan digunakan, dan mengerti cara penggunaannya.
Murabi hendaknya memiliki kreativitas untuk menambah kelengkapan materi (yang telah disediakan dalam
buku paket) dengan berbagai keterangan dan ilustrasi pendukung, sehingga materi bernas. Di antara cara yang
bisa digunakan untuk menambah kelengkapan materi tersebut adalah pengadaan buku catatan pribadi murabi
sebagai tempat menulis berbagai tambahan keterangan, dalil syar’I, perkataan ulama, kisah sahabat yang
relevan dengan materi, hasil-hasil penelitian ilmiah yang relevan dengan arahan materi, dan lain sebagainya.
Buku catatan pribadi murabi tersebut amat bermanfaat, karena kan senanatiasa dipakai untuk waktu-
waktu selanjutnya. Oleh karena itu, murabi harus rajin membaca, banyak menambah wawasan, dan rajin pula
menuliskan hasil bacaan dalam buku catatan sehingga semakin lama buku tersebut semakin kaya akan khazanah
pengetahauan. Untuk menyampaikan suatu materi tertentu, ia telah memiliki kelengkapan yang membuatnya
semaki percaya diri.

Cakupan Materi

Dalam rangka mengantarkan mutarabi menuju kepada tujuan tarbiyah sesuai tahapannya, maka telah
disiapkan empat topik kelompok kajian yang mempresentasikan 24 bidang studi. Hal ini sebagai respon atas
upaya perealisasian syumuliyatul Islam dalam kehidupan keseharian. Dengan demikian, materi-materi
tarbitahpun harus komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan, sehingga mengantarkan mutarabi
memiliki langkah awal memiliki kepahaman yang utuh dan menyeluruh tentang Islam, sebagai langkah awal
untuk mengaplikasikan pada kehidupan.
Empat topik kelompok kajian yang merupakan kurikulum dasar tarbiyah di seluruh fasenya tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertama,
Dasar-dasar Keislaman

1. Al Qur’an dan ulumul Qur’an


2. Hadits dan ulumul Hadits
3. Aqidah
4. Fiqh
5. Akhlak dan Kepribadian Muslim

Kedua,
Pengembangan Diri dan Ketrampilan Dasar

1. Metodologi berfikir dan Riset


2. Belajar Mandiri
3. Rumah Tangga Muslim
4. Manajemen Organisasi
5. Bahasa Arab
6. Kesehatan dan Kekuatan Fisik
7. Kependidikan dan Keguruan

Ketiga,
Dakwah dan Pemikiran Islam

1. Fiqh Dakwah
2. Sejarah dan Peradaban Umat
3. Dunia Islam Kontemporer
4. Pemikiran, Gerakan dan Organisasi Pembaruan
5. Islam dan Kekuatan-Kekuatan Musuh

Keempat,
Sosial Kemasyarakatan

1. Tata Sosial Kemasyarakatan


2. Perundang-undangan
3. Sistem Politik dan Hubungan Internasional
4. Ekonomi
5. Seni dan Budaya
6. Iptek dan Lingkungan
7. Politik Kontemporer
8. Lain-lain

Setiap tahap memiliki paket materi tersendiri sebagaimana telah termaktub dalam buku panduan
materi tarbiyah.

Sebaran Materi dan Konsentrasi Pengajaran


Untuk setiap tahap dalam tarbiyah, keempat kelompok kajian dari 24 bidang studi tersebut
diberikan keseluruhannya, hanya saja konsentrasi untuk setiap tahapannya senantiasa berbeda-beda.
Berikut adalah persentasi konsentrasi waktu pengajaran sesuai dengan tujuan tarbiyah (sesuai
tahapannya):

Kelompok kajian Tahap Pertama Tahap Kedua

Dasar-dasar Keislaman 55 % 50 %
Pengembangan Diri 25 % 20 %
Dakwah dan Pemikiran 15 % 20 %
Islam
Sosial Kemasyarakatan 5 % 10 %
Jumlah 100 % 100 %

Pada tahap pertama, konsentrasi pengajaran Dasar-dasar Keislaman amat dominan, karena
memang hendak membentuk kepribadian yang kokoh di atas landasan aqidah dan syariah. Namun untuk
tahap kedua, kendati tetap dominan, pengajaran Dasar-Dasar Keislaman mulai berkurang prosentase
konsentrasinya, sebagaimana juga Kelompok Kajian Pengembangan Diri. Yang ditambah porsinya
adalah kelompok dakwah dan pemikiran Islam, serta sosial kemasyarakatan.
Besarnya konsentrasi pengajaran dari sebaran materi pada dua tahap tersebut adalah representasi
dan sekaligus konsekuensi dan upaya untuk mengantarkan mutarabi menuju kepada tujuan dan
muwashafat tarbiyah pada tahapannya masing-masing.

B.Manajemen Pemantauan
Mutaba’ah (pemantauan) adalah bagian penting dari program tarbiyah. Pekerjaan apapun akan
punya peluang yang besar untuk melenceng dari sasaran yang telah ditetapkan dari awal, apabila tidak ada
proses pemantauan. Demikian pula dalam kerja mentarbiyah, kesalahan dalam menangani suatu kelompok
mutarabi bisa berdampak fatak pada kelanjutan dan kebaikan kondisi mutarbi tersebut. Dengan adanya proses
pemantauan, penyimpangan sekecil apapun bisa terdeteksi sejak awal untuk segera diluruskan dan diperbaiki.
Adanya bermacam-macam permasalan yang muncul dalam proses tarbiyah, apabila tidak
terpantau bisa menjadi api dalam sekam yang siap membakar dan menghanguskan berapapun banyaknya sekam
yang menumpuk. Permasalahan akan lebih sulit terselesaikan apabila terlanjur membesar. Oleh karena itulah
proses pemantauan harus dilakukansecara efektif pada segala sisi, agar tidak ada penumpukan (bahkan, naudzu
billah, pembusukan !) masalah yang akan mempersulit proses penyelesaiannya.
Pemantauan tidak saja berorientasi pada permasalahan mutarabi, tetapi juga bisa potensi-potensi
mutarabi. Tanpa adanya pantauan , bisa jadi potensi-potensi yang tidak atau belum teroptimalkan, bahkan
terkubur begitu saja. Pemantauan yang akan dibahas meliputi: pemantauan mutarabi, perkembangan kelompok,
dan murabi. Insya Allah ketiganya akan dibahas satu persatu.

Perkembangan Mutarabi
Mutarabi harus senantiasa dipantau perkembangannya, baik menyangkut aspek penguasaan
ma’nawiyah (emosional), fikriyah (konsepsional), harakiyah (opersional) dan tanzhimiyah (struktural), maupun
pada aspek ketertarikan terhadap empat hal tersebut. Keempat bentuk penguasaan serta ketertarikan tersebut
berkaitan erat dengan poin-poin tujuan setiap tahap pembinaan.
Pantauan secara rutin dilakukan oleh murabi, untuk kemudian disyura’kan dalam Kaderisasi.
Pelaksanaan syura’ di tingkat kaderisasi ini berkala, sesuai kebutuhan dan kesepakatan, meliputi: pengisian
administrasi pemantauan, presentasi murabi, dan evaluasi menyeluruh.

1. Pengisian administrasi pemantauan

Administrasi pemantauan yang dimaksud adalah sebentuk format isian. Murabi mengisi format
pemantauan tarbiyah yang telah disiapkan oleh Kaderisasi dengan serius dan penuh
pertanggungjawaban. Format pemantauan inidimaksudkan sebagai upaya perencanaan dan evaluasi
bersama secara rutin terhadap setiap kelompok tarbiyah.
Format administrasi ini penting artinya, agar pelaksanaan tarbiyah tidak berjalan monoton dan
mekanis, yang tidak mustahil bisa menyebabkan kehilangan orientasi. Dengan adanya proses
perencanaan dan evaluasi, diharapkan ada sebentuk pertanggungjawaban murabi maupun Kaderisasi
terhadap pelaksanaan program tarbiyah. Lebih-lebih lagi jika dikaitkan dengan upaya menuju keadaan
“Kaderisasi Produktif”, perencanaan dan evaluasi bersama terhadap pelaksanaan tarbiyah ini menjadi
sebuah konsekuensi logis.
Memang diakui ada kendala teknis yang muncul di Kaderisasi, misalnya sempitnya waktu
pertemuan di Kaderisasi dengan agenda pembahasan dan evaluasi bersama program tarbiyah hanya
memperoleh porsi yang sedikit dan sangat terbatas. Meskipun demikian, permasalan teknis ini harus
diatasi justru untuk mendapatkan sesuatu yang amat strategis

2. Pengisian administrasi pemantauan bagi peserta tarbiyah tahap pertama, meliputi mutaba’ah pada hal-
hal berikut:

a. Pelaksanaan semua paket program tahap pertama


b. Respon terhadap pelaksanaan program
c. Interaksi antara mutarabi-paket program dan mutarabi-murabi
d. Pengaruh terhadap program
e. Hasil proram
Kegiatan mutaba’ah dengan pengisian administrasi pemantauan tersebut,berdasarkan jangka waktu,
terbagi menjadi:

Pertama, mutaba’ah pekanan, meliputi:


Bacaan dan hafalan Al Qur’an
Bacaan dan hafalan Al Hadits
Penunaian shalat malam
Infaq
Olah raga
Shalat berjamaah di masjid, bagi laki-laki.
Kedua, mutaba’ah bulanan, meliputi:
Berpuasa (Shaum) sunnah, sehari dalam sebulan
Kajian sirah Rasul dan para sahabat
Mengkaji dan membaca kitab paket
Menghadiri majelis taklim sekali sebulan
Perkembangan studi bagi yang masih sekolah atau kuliah
Keterlibatan sosial di tengah masyarakat
Peran qawamah bagi suami
Peran rabatul bait bagi ummahat
Berbakti kepada orang tua (birrul walidain).

Ketiga, mutaba’ah tahunan, meliputi:


Rihlah sekali setahun
Ziarah kubur, dua kali dalam setahun
Haji sekali seumur hidup
I’tikaf pada bulan Ramadhan
Ziarah syuyukh tiga kali pertahun
Keterlibaatan dalam berbagai kegiatan tambahan
Perkembangan pencapaian muwashafat tahap pertama

Sebagaimana pada peserta tarbiyah tahap pertama, maka peserta tarbiyah tahap kedua juga
memerlukan perangkat administrasi pemantauan. Proses mutaba’ah bagi peserta tarbiyah tahap kedua meliputi:
a. Pelaksanaan seluruh program ilmiyah dan amaliyah
b. Pelaksanaan amanah-amanah yang dibebankan kepadanya
c. Respon peserta tahap kedua terhadap pelaksanaan program
d. Interaksi peserta dengan murabi dan progam
e. Keterlibatan sosial peserta di tengah kehidupan masyarakat
f. Pengaruh program terhadap peserta tahap kedua dalam meningkatkan potensi dan kualitas diri
g. Hasil-hasil nyata yang terlihat pada diri peserta
h. Tingkat produktifitas dilihat dari berbagai segi sesuai kemampuan dan potensinya.
Adapun pelaksanaan mutaba’ah bagi peserta tarbiyah tahap kedua dengan perangkat administrasi
pemantauan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

Pertama, mutaba’ah pekanan, meliputi:


Bacaan dan hafalan Al Qur’an
Bacaan dan hafalan Al Hadits dari Arba’in Annawawi
Penunaian shalat malam
Infaq
Olah raga
Shalat berjamaah di masjid, bagi laki-laki.
Kedua, mutaba’ah bulanan, meliputi:
Berpuasa (Shaum) sunnah, sehari dalam sebulan
Kajian sirah Rasul dan para sahabat
Mengkaji dan membaca kitab paket
Menghadiri majelis taklim sekali sebulan
Perkembangan studi bagi yang masih sekolah atau kuliah
Penunaian amnah-amanah yang dibebankan kepadanya
Peran qawamah bagi suami
Peran rabatul bait bagi ummahat
Berbakti kepada orang tua (birrul walidain).

Ketiga, mutaba’ah tahunan, meliputi:


Rihlah sekali setahun
Ziarah kubur, dua kali dalam setahun
Haji sekali seumur hidup
I’tikaf pada bulan Ramadhan
Ziarah syuyukh tiga kali pertahun
Memberi hadiah di hari Raya
Perkembangan pencapaian muwashafat tahap pertama
Masing-masing perlu dipersiapkan perangkat administrasinya agar memudahkan dalm memantau
perkembangan mutarabi.

3. Presentasi murabi

Murabi secara periodik perlu mempresentasikan kondisi dan aktivitas kelompok tarbiyahnya
sebagaimana sebagian telah ditulis dalam format isian dalam forum kaderisasi. Presentasi ini antara lain
mencakup:
a. Rencana materi dan pelaksanaan kegiatan bulan ini
b. Evaluasi penyampaian materi dan pelaksanaan kegiatan bulan kemarin
c. Permasalahan individu atau kelompok yang dianggap penting
d. Perkembangan setiap individu atau kelompok, termasuk amanah-amanah dakwah yang
dibebankan kepada mereka.

Presentasi dimaksudkan untuk mendapatkan masukan, pengayaan wawasan dan evaluasi dari
majelis kaderisasi. Dengan demikian secara moral bagi murabi akan terasakan adanya
kebersamaan dalam melakukan proses tarbiyah. Murabi melangkah telah dengan upaya syura, baik
dari segi materi, kegiatan maupun bentuk pengelolaan.
Presentasi di forum kaderisasi dilaksanakan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Pada
pekan terakhir setiap bulan, murabi mempresentasikan kerja tarbiyah nya sebulan yang telah
berjalan, apakah sesuai dengan program yang telah disepakati di kaderisas atau ada perubahan
beserta alasan-alasannya. Selain itu juga ia menyampaikan perkembanhan an permasalahan yang
dianggap signifikan untuk dibicarakan. Pada saat yang sama, murabi mempresentasikan rencana
materi dan kegiatan sebulan yang akan datang. Presentasi program tersebut dibahas dalam forum
kaderisasi, hingga akhirnya mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan.
Manfaat lain dari adanya presentasi ini adalah mencegah adnya improvisasi yang diluar
konteks ketarbiyahan. Berbagai kreasi, improvisasi dan inovasi di sekitar materi, kegiatan dan
pengelolaan kelompok tarbiyah akan senantiasa terpantau dan terarahkan.

4. Evaluasi menyeluruh
Evaluasi ini bisa dihubungkan dengan manajemen seleksi yang akan dibicarakan
kemudian.Evaluasi menyeluruh dilaksanakan secara periodik,khususnya lagi pada saat seorang mutarabi tiba
saat megikuti seleksi.Yang dievaluasi adalah keseluruhan aspek kepribadian mutarabi ,sejak
mafahim(pemahaman)aqidah,fikrah,maupun suluk (perilaku).
Evaluasi menyeluruh ini berkaitan dengan aspek waktu ,tersampaikannya madah,terlaksananya
kegiatan,dan tentu saja tercapainya tujuan dan muwashafat pembinaan.Banyak cara untuk mengevaluasi
keseluruhan aspek tersebut,diantaranya:
a. Melihat format pemantauan yang telah diisi selama kurun waktu tertentu ,untuk melihat madah apa saja
yang telah disampaikan, kegiatan apa saja yang telah diikuti,berapa kali absen dalam kurun waktu
tersebut, dan lain-lain.
b. Mengadakan investigasi ringan dengan kunjungan murabi ke rumah mutarabi dan diskusi di sekitar
kehidupan mutarabi .
c. Mengadakan tes tes tertulis untuk mengevaluasi pemahaman atau tingkat penyerapan materi selama ini.

Di antara hal yang perlu di beri catatan tambahan disini adalah aspek kualitatif serta kuantitatif
dalam evaluasi. Sebuah evaluasi yang ideal, semestinya menyertakan pertimbangan aspek kualitatif dan
kuantitatif sacara integral. Dalam proses tarbiah, tidak semua hal ini bisa di nilai secara kuantitatif, meskipun
tidak tepat juga jika hanya dinilai secara kualitatif.
Aspek kuantitatif yang bisa disertakan dalam evaluasi mutarabi antara lain:
a. Berapa juz dari Al Qur’an yang dihafal mutarabi
b. Berapa hadits dari kitab Arbain yang dihafal mutarabi
c. Berapa kali mutarabi (rata-rata) melaksanakan solat malam dalam sepekan
d. Berapa lembar setiap harinya mutarabi membaca Al Quran berapa kali dalam satu semester mutarabi
absen dalam pertemuan
e. Berapa kali dalam satu semester mutarabi absen dalam pertemuan
f. Berapa nilai mutarabi dalam program ujian pemahaman secara tertulis

Sedangkan penilaian pada hal-hal yang bersifat komitmenaqidah serta lebih banyak menekankan
aspek kualitatif, misalnya:
a. Sejauh mana keyakinan mutarabi terhadap kebenaran Islam?
b. Sejauh mana keyakinan mutarabi terhadap kesucian Al Qur’an?
c. Sejauh mana kualitas solat dan ibadah-ibadah mutarabi?
d. Bagaimana nilai akhlaq mutarabi dalam bermuamalah dalam rumah tangganya?

Sekalipun poin-poin tersebut bisa dikuantifikasikan, akantetapi secara teknis akan dijumpai
banyak kesulitan. Oleh karena itu, penilaian dari hal-hal yang sulit dikuantifikasikan bisa dengan
penilaian kualitatif, misalnya ungkapan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang,dan lain
sebagainya.
Pemantauan Perkembangan Kelompok
Setelah pemantauan kondisi dan perkembangan setiap mutarabi, pemantauan berikutnya adalah
terhadap kelompok. Perkembangan tiap kelompok harus senantiasa dievaluasi secara berkala, sehingga setiap
permasalahan yang bisa menghambat kebaikan mutarabi bisa segera terpantau dan terselesaikan . aspek yang
perlu dievaluasi dari kelompok antara lain:
a. Kekompakan (tingkat ukhuwah) kelompok
b. Rentang perkembangan pemahaman antar personal dalam kelompok
c. Rentang tingkat aktivitas antar personal dalm kelompok
d. Perbedaan kecenderungan kejiwaan atau pemikiran antar personal dalam kelompok
e. Permasalahan dinamika kelompok, seperti forum yang cenderung tidak dinamis, lebih banyak diam, tak
ada ide atau kreativiitas personal
f. Perasalahan fiksi antar personal dalam kelompok
Segala permaalahn kelompok tersebut kalau tidak terpantau danterselesaikan bisa menghambat
proses pematangan mutarabi dan tarbiyah.

Pemantauan Murabi

Evaluasi terhadap murabi dilakukan secara periodik, terlebih lebih lagi jika mulai dirasakan
adanya hubungan yang tidak baik antara murabi dan mutarabi dalam kelompok tarbiyah, atau
ketika muncul permasalahan-permasalahan besar dalam kelompok yamg tak bisa segera
terselesaikan.Murabi mengevaluasi dirinya sendiri, kemudian dibahas dalam kaderisasi, untuk
bisa diketahui secara pasti:apakah masalah dalam kelompok tarbiyah muncul karena faktor
pribadi murab; karena lemahnya metode pengelolaan forum yang ditetapkan murabi; karena
buruknya manajemen kegiatan, atau lanaran faktor”potensi” mutarabi yang memang bermasalah.
Jika disimpulan oleh kaderisasi ahwa permasalahan yang muncul dalam kelompokbisa
diselesaikan dengan pergantian murabi,maka hal semacam itu sesuatu yang wajar dalam proses
tarbiyah. Artinya, murabi tidak perlu merasa berputus asa atau merasa kecewa atas kenyataan
tersebut. Yang perlu lebih diutamakan adalah kebaikan bersama.

3. Manajemen Problem
Yang dimaksud dengan problem (masalah) adalah kesenjangan antara idealita dan realita.
Seberapa besar distansi (jarak) yang terentang antara keduanya, adalah ukuran seberapa besar
problem yang ada. Manajemen problem adalh sebentuk pengelolaan masalah yang ada dalam
tarbiyah sampai dengan upaya pemecahannya secara Islami.
Seluruh manusia tentu memliki masalah, sebab rasanya tidak ada satupun manusia yang
berada pada tingkat sempurna. Hanya saja, cara pandang terhadap masalah setiap pribadi sangat
beragam, berbeda antara satu orang dan orang yang lain. Cara persepsi yang beragam ini akan
menimbulkan cara menikmati dan menyelesaikan masalah secara beragam pula.
Ada orang yang memiliki masalah kecil, tetapi karena dipersepsi sebagai besar, dirasakan
dengan berat, akhirnya menjadi problem yang tak terpecahkan. Sebaliknya ada orang yang
dihimpit masalah berat dan rumit, namun karena dipersepsi dengan proporsional, dinikmati
dengan penuh kewajaran, akhirnya ia pun tidak mengeluh dan mampu keluar dari masalah
tersebut.
Demikian pula masalah yang berkembang dalam kelompok tarbiyah. Cara mempersepsi
dan meletakkan masalah tersebut sangat berpengaruh terhadap cara-cara yang ditempuh untuk
penyelesaiannya. Oleh ke\arena itu diperlukan manajemen problem yang bertujuan untuk :
1. Mendefinisikan masalah secara tepat.
2. Mencari solusi Islami atas masalah tersebut.
Murabi memiliki peranan yang amat penting dalam mengelola problem secara
proporsional. Beberapa prinsip berikut hendaknya menjadi perhatian dalam mengelola masalah :

Mendefinisikan Masalah Secara Tepat

Masalah harus dibatasi ruang lingkupnya. Apabila masalah tersebut terjadi pada lingkup
individu, maka perlu batasan dimana wilayah masalah berada. Apakah masalah pemahaman
(mafahim), apakah masalah perilaku (suluk), apakah masalah fisik, dan lainsebagainya.
Masalah pemahaman atau perilaku pun masih harus dibatasi pada sisi yang mana.
Apakah mafahim aqidah, apakah mafahim ibadah, mafahim muamalah, atau apakah suluk
ta’abudi, suluk aqa’idi, atau suluk ijtima’i. Batasan wilayah masalah yang jelasa akan
mempermudah penyelesaiannya.
Apabila masalah tersebut terjadi pada lingkup kelompok, maka perlu didefinisikan
apakah masalah tersebut menyangkut aspek manajerial, ataukah dinamika kelompok, atau
endahnya tingkat kohesivitas dalam kelompok, atau terjadi gejala social loafing (keengganan
social) dalam kelompok dimana personal dalam kelompok tersebut saling memberikan dampak
melemahkan satu sama lain.
Masalah yang terjadi dalamlingkup kelompok (namun bermula dari personal), perlu
dipertegas “ apakah problem bermula dari pribadi murabi ataukah dari pribadi salah seorang
mutarabi. Dalam konteks tarbiyah, murabi harus senantiada mengevaluasi diri sendri, bukan
mengelak dengan menisbatkan masalah hanya kepada mutrarabi saja. Murabi bukan pihak yang
berada pada posisi can do no wrong.
Masalah harus dengan jelas didefinisikan, apakah termasuk dalam kategori pelanggaran
langsung terhadap hukum-hukum syariah atau bukan. Apabila hal itu merupakan pelanggaran
syar’iahapakah terjadinya secara sengaja dengan penuh kesadara atatu karena ketidaktahuan akan
masalah tersebut. Apabila bukan merupakan pelanggaran langsung atas hukum-hukum syar’iah
maka apakah perbuaatan itu termasuk pelanggaran terhadap aturandan mekanisme
kebrjama’ahan?
Tatkala berupaya mendefinisikan masalah, apabila melibatkan aib seseorang, maka
beberapa hal berikut harus diperhatikan murabi :
a. Hendaknya dibicarakan dengan orang-orang yang tepat, yaitu orang yang dianggap bisa
menyelesaikan masalah tersebut.
b. Hendaknya bicara dengan data dan bukan dengan analisis, apalagi kesimpulan.
c. Hendaknya data masalah disampaiakn dengan mendetail, bukan global.
d. Hendaknya menjauhkan driri dari prasangka bruk, dan mengedepankan husnuzhan.

Membatasi Berkembangnya Masalah

Setelah masalah terdefinisikan dengan jelas, langkah berikutnya adalah membatasi


permasalahan tersebut agar tidak melebar dan menjadi perbincangan public. Cara yang bisa
ditempuh adalah dengan mempercayakan masalah ini kepada beberapa orang untuk dibicarakan,
atau bisa juga dengan menyelesaikannya secra formal lewat lembaga-lembaga structural,
bergantung pada konteks permasalahan.
Apabila masalah tersebut berkisar pada manajemen, dinamika, aktivitasa dan lain-lain hal
umum, bisa dibicarakan secra terbuka untuk menjadi pembelajaran secara umum. Namun apabila
menyangkut wilayah aib atau keburukan seseorang, maka ditempuh pembahasan tertutup melalui
beberapa personal tertentu, namum tetap mengaitkan mereka secra structural.
Kadang-kadang upaya penyelesaian masalah malah berdampak sosialisasi (masalah
makin meluas) sehingga menimbulkan masalah baru yang juga perlu diselessikan. Hal ini terjadi
karena beberapa sebab, diantaranya dalah ketidaktepatan dalam menentukan siapa yang diajak
berdiskusi masalah itu. Bisa juga karena adanya sifat beberapa personal yang “hobi”
menceritakan aib orang sehingga masalah semakin melebar dan berubah menjadi pengetahuan
umum.
Menceritakan aib seseorang dalam forum halaqoh tarbawiyah atau dalam pertemuan
Kaderisasi tidak mesti tepat, sebab tidak seluruh personal yang ada di dalamnya punya
kompetensi untuk menyelesaikan masalah atau aib tersebut. Untuk itulah murabi atau mas’ul
Kaderisasi harus tegas memberikan pengarahan agar permasalah yang bersikap aib tidak
diungkapkan secara terbuka di dalam forum, tetapi cukup dibicarakan berdua (antara murabi dan
mutarabi tersebut).
Hendaknya aib seseorang disampaikan mutarabi melalui murabi, atau dari murabi ke
mas’ul Kaderisasinya. Dengan demikian aib tidak akan menyebar dan tersosialisasikan di forum
halaqoh tarbawiyah ataupun di Kaderisasi. Upaya pembatasan permasalahan seeprti ni tampak
pada pengarahan Ustadz Hasan al Banna berikut :
“Evaluasilah dirimu dengan detail dalam konteks ketaatan dan kemaksiatan, setelah itu
hendaklah setiap kalian bersediamenasihati saudaranya yang lain begitu aib tampak padanya.
Hendaklah seorang akh menerima nasihat saudaranya dengan penuh rasa sukacita dan ucapan
terimaksaih kepadanya.”
Selanjutnya beliau menambahkan, “Untuk akh yang menasihati, berhati-hatilah jangan
sampai hatimu – yang secra ikhlas memberikan nasihat kepada saudaramu – berubah niat, meski
hanya sehelai rambut. Jangan sampai ketika ia merasa ada kekurangan pada sasaran nasihat,
lantas menganggap dirinya lebih utama dari saudaranya itu. Kalau ia merasa tidak mampu
memperbaiki dirinya biarknlah ia selama sebulan penuh, lalu janganlah diceritakan aib yang ia
lihat itu, kecuali pada mas’ul kaderisasinya saja. Setelah itu tetaplah dalam keadaan mencintai
dan menghargainya sehingga Allah menetapkan kepuusan-Nya.”
Denagn menceritakan aib hanya kepada mas’ul Kaderisasi, akan berdampak adanya
pembatasan maalah pada lingkup yang amat terbatas; tidak berkembang menjadi pembahasan da
pengetahuan umum. Upaya seperti ini amat penting bukan saja unutk menyelesaikan masalah,
tetapi juga untuk menjaga kebaikan semua pihak. Dan murabi atau mas’ul Kaderisasilah yang
kemudian akan menindaklanjuti masalah tersebut secara bijak dan hati-hati.
Contoh hukuman tidak langsung adalah ditundanya mutarabi untuk mengikuti seleksi ketahap berikutnya.Artinya ,waktu tarbiyah dia pasti pada sebuah tahap menjadi
lebih lama ,sebagai bagian dari ‫׳‬ilaj.
g.Hukuman sisesuaikan dengan tahap tarbiyah mutarabi.

Pasca Penyeleseian Masalah

Setelah masalah terseleseikan (entah dengan melibatkan hukuman atau tidak),langkah berikutnya adalah merehabilitasi atau memulihkan nama baik yang
bersangkutan .Apabila masalah tersebut tidak melibatkan orang nlain,karena dilokalisasi pada beberapa kalangan saja ,maka cukuplah orang-orang yang bersangkutan
mengerti bahwa masalah dianggap selesai.
Seseorang yang telah dinyatakan selesai dari suatu masalah,maka ia tak boleh dipersepsi sebagai orang yang bermasalah.Ka ‫׳‬ab bim Malik seusai menerima
hukuman dari Rasul sae langsung bias berinteraksi secara normal dan wajar seperti sedia kala (seperti sebelum melakukan kesalahan).Rasul saw dan para sahabat tidak
pernah mengungkit-ungkit kesalahan masa lalunya.Ia bias diterima secara utuh sebagai Ka'ab bukan sebagai orang yang bermasalah.
Demikian juga Hatib bin Abi Balta'ah ra ,kendatipun tidak dihukum oleh rasul saw ,tetapi ia bias berinteraksi kembali secara wajar dan normal diantara
para sahabat .Ia tidak dileceehkan dan ditinggalkan karena kesalahan yang pernah dilakukannya.Ia tetap Hatib yang memiliki sejumlah potensi istimewa,terlepas dari
sifat kemanusiaannya pada sisi lain yang mengantarkannya bberbuat salah.
Inilah perlunya masalah diseleseikan secara tuntas atau dihukumkan secara tegas.Tanpa adanya penyeleseian yang jelas,masalah seseorang tidak pernah
terdefinisikan sebagai selesai.Ia akan senantiasa dipersepsi dengan kesalahan tersebut ,yang bias membuatnya terhambat mendapatkan hak-haknya secara wajar.

4.Manajemen Seleksi

Yang dimaksud dengan seleksi adalah upaya peningkatan mutarabi dari satu tahap ke tahap berikutnya.Sebelumnya perlu dipahami bahwa fenomena
seleksi merupakan sesuatu yang bersifat fitrah dan alamiah.Dalam Al Qur'an fenomena seleksi ini adalah sebuah proses seleksi rumit.Disebutkan oleh Allah SWT
dalam sebuah kisah panjang Bani Israel .Kisah perlawanan terhadap Jalut ,yang berakhir dengan dimunculkannya sekelompok kecil pembela kebenaran sebagai
pemenang .Sementara ,sebagian besar Bani Israel tak lolos seleksi Rabbani tersebut.

"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah"(Al baqarah :249).
Pada sisi yang lain ,fenomena seleksi juga disebutkan Allah SWT sebaai keharusan sejarah perjuangan umat Islam.

"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini(kaum muslimin bercampur baur dengan kaum munafik-
edt),sehingga Dia menyisihkan yang buruk dengan yang baik"(Ali Imran:179).

" Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia(agar mereka mendapat pelajaran),dan agar AAllah memisahkan orang-orang
kafir),dan agar sebagian kamu dijadikan sebagai syuhada"(Ali Imran :140-141)

"Supaya Allah memisahkan (golongan ) yang buruk dati yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya diatas sebagian yang lain…"(Al Anfal:37).

Bahkan Allah telah menyebutkan telah adanyaa seleksi dalam memasuki agamaNya:
"Dia telah memilihmu ,dan dia sekali-kali tidak akan menjadikan suatukesempitan untukmu dalam beragama "(AL Hajj:78).

"Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya …"(Asy Syura :13).
Seleksi untuk menjadi mujahid yang tergabung dalam struktur gerakan dakwah adalah kemendesakan (dhauriyah):demi keselamatan organisasi ,demi
kelangsungan gerakan ;demi efektifitas kegiatan ;demi kelancaran perjuangan ;demi optimalisasi hasil program ;demi kesinambungan perjalanan.
Yang amat perlu mendapatkan catatan adalah bahwa seleksi bukanlah upaya mencatat keburukan orang lain untuk kemudian membiarkannya dalam
keadaan seperti itu.Seleksi lebih berpretensi untuk membuat rekaman perubahan,untuk kemudian mencetuskan rekomendasi perbaikan .Perhatikan bagaimana Allah
Ta’ala memberikan gambaran ,bahwa cirri ketakwaan seseorang adalah:
"…dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri ,maka ingat akan Allah ,lalu memohon ampun akan dosa-dosa mereka
,dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,sedang mereka mengetahui"(Ali Imran:135).
Tidak digambarkan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang tak pernah berbuat salah,tak pernah berbuat dosa ,tak pernah khilaf dan lalai.Tak
digambarkan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang senantiasa bersih ,tanpa cela tanpa kekurangan dan kelemahan.Setiap manusia" berhak " untuk melakukan
kesalahan dan memiliki kekurangan ,sebagaimana kemudian I berhak mendapatkan ampunan Allah atas kesalahannya itu.Ayat diatas menggambarkan bahwa
perbedaan antara orang bertaqwa salah satunya terletak pada sikap setelah melakukan perbuatan salah.Orang bertaqwa apabila terlanjur melakukan
ketidakbaikan,mereka segera ingat kepada Allah ,beristighfar,bertobat,dan tidak meneruska perbuatan buruknya tersebut.
Dengan adanya proses seleksi ini ,bukan berarti gerakan dakwah mencari personal yang tak memiliki kekurangan .Sebab ,memang hal ini tidak
mungkin,untuktidak mengatakan mustahil terjadi,selama personal itu masih bernama manusia.Yang diinginkan hanyalah sebuah kesadaran aktif tiap personal untuk
terus memperbaiki diri,menyadari berbagai kekurangan ,menerima nasehat serta terus berproses dalam kebaikan,dengan segenap kemampuan yang dimiliki.Gerakan
dakwah akan senantiasa berada dalam kebaikan selama didukung oleh personal semacam itu.
Dalam konteks gerakan dakwah,patokan dasar yang digunakan untuk proses seleksi adalah terpenuhinya sepuluhpokok kepribadian muslim
.Terpenuhinya sepuluh poin tersebut bukan perkara gampang.Ini dapat kita lihat dilapangan ,dari kesulitan mengkuantifikasikan hal-hal yang kualitatif.Patokan –
patokan manusiawi kita senantiasa berbeda-beda atas ukuran "baik dan tidak baik",atau juga "diterima atau tidak diterima",sebagaimana juga "ditoleransi atau tidak
ditoleransi" dari fenemena-fenomena perbuatan manusia. Untuk itulah diperlukan kerja tim ,yang salah satunyaa berfungsi melakukan obyektifikasi atas akumulasi
subyektifitas masing-masing personal anggotanya.Diharapkan penilaian atas " baik"," diterima" dan yang serupa dengan itu ,merupakan pandangan tim.Penilaian ini
menafikan subyektifitas pandangan anggota tim,namun tidak menjadikan pandangan subyektif priadi sebagai satu-satunya tolok ukur penilaian.
Teknik seleksi bias dilakukan dengan memilih beberapa alternative kegiatan ,diantaranya adalah daurah tarqiyah,olahraga,ziarah,investigasi.Untuk
ziarah dapat dilakukan tim seleksi ,atau bersama-sama mengunjungi syuyukh.Pelaksanaan seleksi maksimal berlangsung tiga bulan ,dan tidak direkomendasikan
melampaui batas waktu tersebut.
Diantara model pendekatan yang perlu diketahui dalam seleksi untuk membawa seseorang dari kondisi awal ke proses tarbiyah tahap pertama dan
seleksi dari tahap pertama menuju tahap keua ,dimungkinkan ada beberapa model
Pertama,pendekatan waktu
Secara teoritis ,tahap pertama diseleseikan dalam waktu satu tahun.Artinya ,setelahseorang mutarabi memasuki kelompok tahap pertama sampai waktu
satu tahun,telah tiba sat evaluasi untuk melakukan seleksi ke tahap kedua.
Kedua,pendekatan materi
Secara teoritis,ada materi yang seharusnya terseleseikan dalam kelompok tahap pertama maupun tahap kedua.Dengan demikian ,jika suatu kelompok
tahap pertama telah menyeleseikan seluruh rangkaian materi dan kegiatan tahapannya,maka telah tiba saatnya untuk dievaluasi keadaan mutarabi tersebut,agar bias
dilakukan seleksi.Pendekatan waktu dan materi ini bersifat kuantitatif.
Ketiga,pendekatan tujuan dan muwashafat
Pendekatan tujuan ini bersifat kualitatif.Dengan melihat pencapaian tujuan pada tahap pertama maupun kedua,mutarabi bias diseleksi sesua
tahapannya .Misalnya seorang mutarabi yang secara kualitatf dianggap mencaoai tujuan tahap pertama ,ia berhak diikutkan seleksi untuk menjadi peserta tahap kedua.
Keempat,pndekatan integral
Pendekatan ini menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif ,sebab pendekatan parsial memiliki kelemahan Kelemahan masing-
masing pendekatan tersebut antara lain, kalau hanya menekankan pada pendekatan kuantitatif bisa berakibat terabaikannya kualitas mutarabi
sesungguhnya.Tersampaikannya seluruh materi dan terlaksanakannya seluruh kegiatan bukan indikasi tercapainya tujuan .Demikian pula terlaluinya waktu satu tahun
atau dua tahun bukan indikasi talah terpenuhinya tujuan umum dan khusus setiap tahap.
Namun ,jika hanya menekankan pada pendekatan kualitatif bisa kehilangan target-target waktu.Demi mencapai tujuan umum maupun khusus (baik
tahap pertama maupun kedua) ,waktu pembinan=an dibiarkan berlarut-larut sampai sekian lama ,tanpa batas waktu evaluasi yang jelas.Akibatnya mutarab kurang
terpacu dengan target-target waktu.
Pendekatan integral ini menjadikan pencapaian tujuan dan muwashafat sebagaai dasr seleksi,dengan tetap memperhatikan target waktu dan
penyampaian materi maupun kegiatan.Harapannya ,pendekatan integral lebih terpilih sebagai landasan seleksi,sehingga seluruh aspek bisa ternilai dan terevaluasi
secara proporsional.

**********
PENUTUP
Demikianlah beberapa prinsip pengelolaan halaqahtarbawiyah yang bisa menunjang keberhasilan program tarbawiyah. Pada akhirnya, hanya Allah
jualah yang menentukan hasil usaha kita .Yang dituntut dari kita adalah kesungguhan bekerja dengan itqan dalam segala aspek pekerjaan ,termasuk dalam tarbiyah.
Oleh karena itu, selain berbagai macam usaha manajerial diatas,harus senantiasa dilandasi dengan doa pengharapan kepada Aallah bgikelancaran dan kesuksesan
program tarbiyah yang dikelola.
Pekerjaan tarbiyah adalah sebuah bidang kerja yang amat strategis.Ia menjadi motor penggerak keseluruhan aktifitas dakwah.Ia juga menjadi roh
dalam jasad dakwah.Apabila pekerjaan tarbiyah ditinggalkan ,akan berakibat mandek bahkan matinya keseluruhan aktifitas dakwah.Kita berkewajibanmmelaksanakan
seluruh aktifitas dengan penuh ketekunan dan kesabaran.Tak boleh tergesa-gesa untuk memetik hasil,kendatipun juga tak berarti harus berlambat-lambat dalam
mencapai tujuan .
Sebagai kata akhir ,kita bersama renungkan taujihat Ustadz Hasan Al banna berikut:
Sesungguhnya setiap umat yang ingin membina dan membangun dirinya ,serta berjuang untuk mewujudkan cita-cita dan mebela agamanya ,haruslah memiliki
kekuatan jiwa yang dahsyat .Kekuatan jiwa itu terekspresikan dalam beberapa hal sbb.:
*Tekad membaja yang tak pernah melemah
*Kesetiaan yang teguh dan tidak tersusupi oleh penghianatan
*Pengorbanan yang tidak terhalangi oleh keserakahan dan kekikiran
*Pengetahuan, keyakinan dan penghormatan yang tinggi terhadap ideology yang diperjuangkan
Semua ekspresi itu akan menghindarkannya dari kesalahan ,penyimpangan ,tawar-menawarnya dengan pihak lain ,atau tertipu ileh pihak lain.Hanya
diatas pilar-pilar dasar inilah yang sepenuhnya meruoakan kekhususan jiwa dan hanya diatas kekuatan spiritual yang dahsyat ini,sebuah ideology akan hidup,bangsa
yang muda dan sedang bangkit akan terbina dan sungai kehidupan akan mengalir kembali dalam jiwa mereka setelah sekian lama mengalami kekeringan.
Inilah hokum dan sunah Allah yang berlaku dalam kehidupan makglukNya ,dan tidak akan pernah ada perubahan dalam hokum dan sunah Allah itu :
"Sesungguhnya Aallah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah apa –apa yang ada dalam jiwa mereka sendiri" (AR ra' du:11)
Tidakkah Anda melihat bahwa Rasulullah SAW telah menjelaskan sebab kelemahan dan kehinaan suatu bangsa ,yaitu karena kelemhan hati dan jiwa
mereka,dank arena hati mereka kosong dari keluhuran akhlak lagi sifat-sifatksatria ,sekalipun jumlah mereka banyak dan kekayaan merekaa melimpah ruah.
Sesungguhnya suatu umat yang selaluterbuai dalam kenikmatan,terlena oleh kemewahan tenggelam dalam kemilau harta benda, dan terlupakan dari
menegakkan nilai-nilai kebaikan ,tegasnya mereka tertipu oleh bunga-bunga dunia,dan lupa pada beratnya menghadapi siksa di akhirat -kepada umat seperti ini
katakanlah:Selamat jalan "kehormatan dan kemuliaan! "
Hanya kepada Allah kita mmohon petunjuk dan kekuatan agar diberikan kemudahan dalam mencetak kader-kader berkualitas untuk menjunjung tinggi
kalimatNya dan mengagungkan kebesaranNya dimuka bumi ini.
Wallahu a' lam bish shawab
***********
Lampiran
MUWASHAFAT PESERTA TARBIYAH

Muwashafat adalah sifat-sifat individu yang menjadi sasaran akhir taebiyah sesuai tahapannya ,mencakup sepuluh poin kepribadian islami.
1 Salimul aqidah .Setiap individu dituntut untuk memiliki kelurusan aqidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap AL Qur an dan
Assunah.
2 Shahihul Ibadah .Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan tuntutan syariat.ASpek-aspek ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui
penambahan,pengurangan atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan zaman.
3 Matinul Khuluq.Setiap individu dituntut un tuk memiliki ketangguhan akhlak sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwatnya.
4 Qadirun Alal Kasbi.Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreativitasnya dalam dunia kerja.
5 Mutsaqaful Fikri .Setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan .Ia harus mampu memanfaatkan setiap kesenpatan untuk mengembangkan
wawasan
6 Qawiyul Jismi.Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang disiapkan Islam.
7 Mujahidun LInafsihi.Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengokohkan diri diatas hokum-hukum Allah melalui ibadah dan amal
sholeh.Artinya, setiap pribadi dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskn manusia dalam kebatilan dan kejahatan.
8 Munazhamun fi Syu unihi.Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan aturan Islam.Pada dasarnya segala pekerjaan
yang tidak teratur hanya akan berakhir pada kegagalan.
9 Harisun ala Waqtihi.Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari kelalaian.Setiap individu juga dituntut untuk
mampu menghgargai waktu orang lain ,sehingga tidak akan membiarkan orang lain mmelakukan kesia-siaan .
10 Nafi un li Ghairihi .Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain

MUWASHAFAT TAHAP PERTAMA

Salimul Aqidah
a.Tidak meruqyah kecuali dengan Qur an ma tsur
b.Tidak berhubungan fengan jin
c.Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin
d.Tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan
e.Tidak menghadiri majelis hokum dan peramal
f.Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan
g.Tidak meminta tolong pada orang yang telah dikubur
h.Tidak bersumpah dengan selain Allah SWT
i.Tidak tasya um (merasa sial karena melihat ataun mendengar sesuatu
j.Mengikhlaskan amal untuk Allah SWT
k.Mengimani rukun iman
l.Beriman kepada nikmat dan siksa kubur
m.Mensyukuri nikmat Allah SWT saat mendapatkan nikmat
n.Menjadikan setan sebagai musuh
o.Tidak mengikuti langkah-langkah setan
p.Menerima dan tunduk secara penuh kepada Allah SWT dan tidak bertahkim kepada selain yang duturunkanNya

Sahibul Ibadah
a.Tidak sungkan untuk beradzan ,bagi laki-laki
b.Ihsan dalam thaharah
c.Senantiasa menjaga kondisi thaharah,jika mungkin
d.Bersemangat untuk shalat berjamaah
e.Bersemangat untuk berjamaah di masjid
f.Ihsan dalam shalat
g.Qiyamul lail(salat malam) minimal sekali dalam sepekan
h.Membayar zakat bagi yang wajib zakat
i.Berpuasa fardhu
j.Berpuasa sunnah minimal sekali dalam sebulan
k.Menunaikan haji bagi yang mampu ,berniat melaksanakan haji bagi yangbelum mampu
l.Komiymen dengan adab tilawah
m.Khusyu dalam membaca Al Qur an
n.Hafal satu juz Al qur an
o.Komitmen dengan wirid tilawah harian
q.Menutup hari-harinya dengan wirid dan istighfar
r.Berniat setiap melakukan perbuatan
s.Menjauhi dosa besar
t.Merutinkan dzikir pagi hari dan sore hari
u.Dzikir kepada Allah dalam setiap keadaan
v.Memenuhi nadzar
w.Menyebarluaskan salam
x.Menahan aanggota tubuh dari segala yang haram
y.Ber itikaf pada bulan ramadhan ,jika mungkin
z.Mempergunakan siwak

Matinul khuluq
a.Tidak takabur
anggota tubuh dari segala yang haram
b.Tidak bersikap imam ah(asl ikut tidak punya prinsip)
c.Tidak dusta
d.Tidak mencaci maki
e.Tidak mengadu domba
f.Tidak ghibah(menggunjingkan orang lain)
g.Tidak mematikan pembicaraan orang lain
h.Tidak mencibir dengan isyarat apapun
i.Tidak menghina dan meremehkan orang lain
j.Tidak menjadikan orang lain berperangai buruk sebagai teman
k.Menyayangi yang muda
l.Menghormati yang tua
m.Memenuhi janji
n.Birrul walidain(berbakti pada ibu bapak)
o.Menundukkan pandangan dari hal-hal terlarang (bukan muhrim ,misalnya- edt)
p.Menyimpan rahasia
q.Menutupi dosa orang lain
r.Memiliki ghuirah (rasa cemburu)pada jkeluarganya
s.Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada agamanya

Qadirun alal Kasbi

a.Menjauhi sumber penghasilan haram


b.Menjauhi riba
c.Menjauhi judi dengan segala macamnya
d.Menjauhi tindak penipuan
e.Membayar zakat,bagi yang wajib zakat
f.Menabung ,meskipun seduikit
g.Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain
h.Menjaga fasilitas umum
i.Menjaga fasilitas khusus

Mutsaqqaful fikri

a.Baik dalam membaca dan menulis


b.Membaca asatu juz tafsir Al Qur an
c.Memperhatikan hokum-hukum tilawaah
d.Menghafalkan separoh arba in
e.Menghafalkan 20 Hadist pilihan dari Riyadhush –Shalihin
f.Mengkaji marhalah makkiyah(dakwah periode Mekah) dan menguasai karakteristiknya
g.Mengenal sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga
h.Mengetaahui hokum thaharah
i.Mengetahui hokum shalat
j.Mengetahui hokum puasa
k.Membaca sesuatu diluar spesialisnya empat jam setiap pecan
l.Memperluas wawasan diri dengan saranaa-sarana baru
m.Menyadari adanya peperangan zionisme terhadap dunia Islam
n.Mengetahui bahaya Al ghawzul Fikri (invasi pemikiraan asing)
o.Mengetahui organisasi-organisasi terselubung
p.Mengetahui bahaya pembatasann kelahiran (KB)
q.Menjadi peendengar yang baik
r.Mengemukakannpendapatnya secara baik
s.Berpartisipasi dalam kerja-kerja jamaa i
t.Tidak menerimaa suara –suara miring tentang organisasi daakwah kita

Qawwiyul Jismi

a.Bersih badan
b.Bersih pakaian
c.Bersih tempat tinggal
dd.Komitmen dengan adab makan daan minum sesuai dengan sunah
e.Tidak isrof (berlebihan) dalam berjaga (kurang tidur)
f.Komitmen dalam berolahraga dua jam setiap pekan
g.Bangun sebelum fajar
h.Meemperhaatikan tata cara membaca yang sehat
i.Meninggalkan kebiasaan merokok
j.Menghindari tempat-tempat kotor dan berpolusi
k.Menghindari tempat-tempat kotor dan berpolusi(bila masih diluar lokasi bencana)

Mujahidun Linafsihi

a.Menjauhi segala yang haraam


b.Menjaauhi tempat-tempat yang haram
c.Menjauhi tempat-tempat yang maksiat

Munazham fi Syu unihi

a.Memperbaiki penampilannya (perfomannya)


b.Tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang menentang Islam

Haarishun ala Waqtihi

a.Bangun oagi
b.Mengoptimalkan waktununtuk belajar

MUWASHAFAT TAHAP KEDUA


a.Tidak mengkafirkaan seorang muslim
b.Tidaak mendahulukan m
Salimul Aqidah
akhluk atas khaliq
c.Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allaah SWT dan tidak bergabung dalam majeelis mereka
.d.Mengesakan Allaah SWT dalam Rububiyyah dan Uluhiyah
e.Tidak menyekutukaan Allah SWT ,baik dalam AsmaNya maupun Af alNyaa
f.Tidak meminta berkaaah dengan mengusaap-usap kuburaan
g.Meempelaajari madzab-madzab Islam yang berkaitan dengaan Asmaa dan sifat dan mengikuti madzab salaf
h.Mengetahui batasan –batasaan berwaala dan ber-bara
i.Bersemangat untuk berteman dengan oraang-orang saaleh dari sisi-sisi kedekatan dan keteladanan
j.Meyakini terhapusnya dosa dengan taubatan nashuhah
k.Memprediksi (berjaagaa-jaga)datangnya kematian
l.Meyakini bahwa masa depan ada ditangan Islam
m.Berusaahaa meraih manisnya beriman
n.berusaha meraih manisnya beribadah
o.Merasakaan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya
p.Merasaakan adanya istighfar dan do a para malaikat

Shahihul Ibadah
a.Khusyu dalam shalat
b.Melaakukan qiyamul lail minimal dua kali dalam sepekan
c.Bersedekah
dd.Berpuasa sunah minimal dua hari dalam satu bulan
e.Menjaga tubuh daari dosa
f.Haji,jika mampu
g.Khusyu’dalam membaca Al- qur ’an
h.Khatam Al- Qur’ an setiap dua bulan
i.Banyak berdzikir kepada Allah SWT disertai hafalan ringan
j.Banyak berdo a dengan memperhatikan syarat-syarat dan tata kramanya
k.Banyak bertobat
l.Selalu memperbarui niat dan meluruskannya
m.Memerintahkan kepada yang ma’ ruf
n.Mencegah dari yang munkar
o.Ziarah kubur untuk mengambil ibrah
p.Merutinkan ibadah-ibadah sunnah rawatib
q.Senantiasa bertafaakkur
r.Ber’ itikaf satu malam pada setiap bulannya

Matinul Khuluq

a.Tidak inad
b.Tidak banyak mengobrol
cc.Sedikit bicara
d.Tidak berbisik dengan sesuatu yang batil
e.Tidak hiqd (menyimpan kemarahan)
f.Tidak hasad
g.Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan
h.Menjalin hubungan baik dengan tetangga
i.Tawadhu tanpa merendaahkan diri
j.Pemberani
k.Berhati lembut
l.Menjenguk orang sakit
m.Komitmen dengan adzab meminta izin
n.Mensyukuri orang yang berbuat baik padanya
o.Merendaahkan suara
p.Menyambung silaturahim
q.Komitmen dengan tata karma sebagai pendengar
r.Komitmen dengan adab berbicara
s.Memuliakan tamu
t.Menebarkan senyum pada orang lain
u.Menjawab salam

Qadirun alal Kasbi


a.Bekerja dan berpenghasilan
b.Tidak berambisi menjadi pegawai negeri
c.Mengutamakan bidang spesialis yang penting ,langka daan dinamis
dd.Berusaha memiliki spesialisasi
e.Memiliki nafkah
f.Mengutamakan produk-produk Islam
g.Hartanya dibelaanjakan dipihak non muslim
h.Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai
i.Menjaga kepemilikan khusus

Mutsaqafful Fikri
a.Hafal dan bertajwid
b.Membaca tafsir dua juz Al- Qur’ an
c.Mampu mengaitkan Al -Qur’an dengan realita
d.Menghafal seluruh Arba in
e.Menghafal lima puluh hadist Riyadhush Salihin
f.Mengkaji marhalah madaniyyah (dakwah periode Madinah)
g.Mengenal sirah dua puluh sahabat yang syahid
h.Mengetahui hokum zakat
i.Mengetahui fikih haji
j.Membaca tuju jam setiap pekan diluar spesialisnya
k.Mengetahui sisi-sisi Syumuliyyatul Islam
l.Mengetahui problematika kaum muslimin ,baik internal maupun eksternal
m.Mengetahui kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin
n.Mengetahui urgensi khilafah dan kesatuan kaum muslimin
o.Mengetahui arah-arah pemikiran Islam kontemporer
p.Menghadiri konferensi dan seminar-seminar organisasidakwah kita
q.Mengetahui dan mengulas Tiga Risalah ,yaitu Da’ watuna, Ila Ayyi Syaai –in Nad un –Nass dan Ilsy Syabab
r.Mengetahui dan mengulas risalah aqaid
s.Memahami amal jama I dan taat
t.Membantah suara –suara miring yang dilontarkan pada organisasi dakwah kita
u.Mengetahui bagaimana proses berdirinya Negara Israel
v.Mengenali hal-hal baru dan problematika (permasalahan) kontemporer
w.Mempunyai kemampuan mengulas apa yang ia baca
x.Menyebarluaskan apa saja yang dditerbitkan oleh koran dan terbitan-terbitan organisasi kita
y.Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah

Qawiyyul Jismi
a.Mengikuti petunjuk-petunjuk kesehatan dalam makan dan minum (sesuai kemampuan),seperti:
*Membersihkan peralatan makan dan minum
*Menjauhi makanan dan minuman yang diawetkan,dan menggunakan yang alami
*Mengatur jadwal makan
*Mampu mempersiapkan makanan
*Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi lemak
*tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam
*Tidaak berlebihan dalam mengkonsumsi gula
b.Memilih-milih produsen-prpdusen makanan
c.Mengikuti petunjuk kesehatan dalam tidur dan bangun tidur (sesuai kemampuannya),seperti:
*Tidur 6-8 jam dan bangun sebelum fajjar
*Berlatih 10-15 menit setiap hari
*Berjalan 2-3jam setiap pekan
*Mengobati diri sendiri
*Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk Dokter

Mujahidun Linafsihi
a.Memerangi dorongan-dorongan nafsu
b.Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi maakaanan /minuman mubah
c.Selalu menyertakan niat jihat
dd.Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik
e.Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan
f.Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islam
g.Sabar atas bencana
h.Meenyesuaikan perbuatan dengan ucapannya
i.Menerima dan memikul beban-beban dakwah

Munazham fi Syu' unihi


a.Shalat menjadi barometer manajemen waktunya
b.Teratur didalam rumah dan kerjanya
c.Menertibkan ide-ide dan pikirannya
d.Bersemangat memenuhi janji-janjinya
e.Memberitahu murabbi apabila ada permasalahan yang muncul

Harishun ’ ala Waqtihi


a.Memperhatikaaan aadb Islaam dalam berkunjung ;mempersingkat pemenuhan hajatnya
b.Menjaga janji-janji umum dan khusus
c.Mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat

Nafi’ un li Ghairihi
a.Komitmen dengan adab Islam didalam rumah
b.Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri)
c.Membantu istrinya
d.Melaksanakan hak-hak anak
e.Memberi hadiah pada tetangga
f.memberikan pelayanan umum karena Allah SWT
g.Memberikan sesuatu dari yang dimiliki
h.Mendekati orang lain
i.Mendorong orang lain berbuat baik
j.Membantu yang membutuhkan
k.Membantu yang kesulitan
l.Membantu yang terkena musibah
m.Menolong yang terzhalimi
n.Berusaha memenuhi hajat orang lain
o.Bersemangat mendakwahi suami/istri ,anak-anaknya dan kerabatnya
p.Memberi makan orang lain
q.Mendo' akan yang bersin
************************

Anda mungkin juga menyukai