Hasan Al-Banna hadir di saat kaum muslimin dalam keadaan tidak menentu.
Walaupun mereka berjuang, namun hasil perjuangannya tidak sesuai dengan
tuntutan zaman. Fikrah Hasan Al-Banna adalah fikrah yang syamil (komprehensif),
yang memenuhi seluruh kebutuhan kita, dan mengandung gagasan yang dapat
memenuhi kebutuhan masa kini, dan dapat pula mengantarkan pada kemenangan
islam secara total dengan izin Allah. Barangsiapa yang mengamati realitas kaum
muslimin kini, niscaya ia akan mendapati bahwa kapan pun dan di mana pun
ide Hasan Al-Banna hadir, di situ muncul dinamika islam dan kaum muslimin.
Sebaliknya, pada ketiadaannya kita akan menyaksikan mentalitas yang hina dan
tunduk pasrah kepada kekuatan internasional yang kafir, di samping kekuatan
regional yang zhalim.
Jika kita dapat memenuhi kesempurnaan kita, maka kita akan menjadi saksi bagi
makhluk Allah dalam urusan agamanya juga saksi bagi seluruh kaum muslimin
yang kita seru. Jalan satu-satunya untuk memperjuangkan ini emua adalah jalan
yang dirintis dan ditempuh oleh Ustad Hasan Al-Banna.
Kunci Memahami Dakwah Ikhwanul Muslimin
Salah satu prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan seorang muslim adalah
bahwa umat islam harus mempunyai jamaah dan imam. Kewajiban utama setiap
muslim adalah memberikan kesetiannya pada jamaah dan imamnya. Inilah kunci
pertama untuk memahami persoalan Ikhwanul Muslimin. Untuk masa sekarang
agaknya hanya Ikhwanul Muslimin yang telah memenuhi syarat-syarat itu, karena
jamaah islamiyah adalah jamaah yang mempunyai pemimpin yang lurus, yang
lahir dari rahim shaf yang lurus pula, dan dibidani oleh sistem syura yang islami.
Memiliki ciri-ciri kislaman sejati tanpa tambahan sifat lainnya. Berikap kritis,
mengembangkan, dan mempelopori kebaikan di bawah naungan sifat-sifat itu.
Aktif menegakkan islam secara total dalam segala lingkup, memahami islam
secara baik dan komitmen penuh dengan mengikuti cara-cara yang dipraktekkan
oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Karena Hukum islam tidak akan terlaksana kecuali dengan adaanya jamaah,
sementara Ikhwanul Muslimin telah bekerja untuk mewujudkan tujuan-tujuan
tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dan tegaknya Ikhwanul
Muslimin merupakan salah satu tuntutan yang harus diperjuangkan. Ini kunci
kedua untuk memahami dakwah Ikhwanul Muslimin.
Kunci ketiga dari dakwah Ikhwanul Muslimin adalah bahwa Ikhwanul Muslimin
merupakan simbol bagi berkiprahnya panji politik islam di banyak wilayah islam.
Ikhawnul Muslimin telah mengibarkan kembali panji-panji perjuangan untuk
menegakkan sistem politik islam.
• Qawanin (undang-undang)
2. Ikhwan adalah jamaah yang masuk ke dalam syariat islam. Pendapat yang
beragam terhadap satu persoalan menjadikan daulah islam berhadapan dengan
berbagai pilihan, yang dapat disesuaikan dengan waktu dan tempat. Ikhwan
pada hakekatnya menegakkan komitmen kepada islam sekaligus
mengakomodasi kepentingan zaman dengan jangkauan operasional seluas
mungkin.
5. Prinsip politik luar negeri Ikhwan adalah prinsip maslahah dengan maslahah
dan pergaulan adil sama adil
7. Ada hukum yang dapat berubah mengikuti perubahan masa, akan tetapi
perubahan ini berkaitan dengan kaidah-kaidah perubahan dalam perspektif islam
2. Cara dakwah harus dapat menyentuh pembicaraan tentang ruh, jiwa, hati,
serta nilai-nilai islam yang dapat dicapai. Memahami bekal perjalanan, prinip-
prinsip langkah, dan kendala-kendala mendadak yang mungkin muncul di tengah
perjalanan dakwah
1. Ta’arif
2. Takwin
3. Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad tanpa kenal sikap plin-plan, kerja
terus menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan kesiapan menanggung
cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang
yang tulus.
Agar ketiga tahapan ini sukses maka kita harus memiliki tiga perangkat,
yakni : perangkat ta’rif, perangkat takwin, dan perangkat tanfidz. Setiap
perangkat memiliki manhaj, perencanaan, metode dan kecakapan.
Bentuk pertama
Bentuk kedua
Bentuk ketiga
Seluruh unsur jamaah secara serentak bergerak di tahapan ta’rif, lalu berpindah
secara serentak untuk melakukan takwin terhadap unsur-unsur yang dihasilkan dari
tahapan sebelumnya, lalu bergerak secara serentak pula menuju tanfidz
Bentuk keempat
Jamaah hanya memusatkan kegiatan pada ta’rif dan takwin pada saat yang
bersamaan. Pemimpin mempersiapkan langkah tanfidz dan kajian berbagai
kemungkinan.
Bentuk kelima
Ta’rif, takwin, tanfidz dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan diawasi oleh
suatu unit tersendiri. Bentuk ini menuntut setiap personil memiliki kemampuan
melakukan ta’rif, takwin, dan tanfidz.
Sejauh mana kadar ketepatan kita memilih bagi setiap persoala, sejauh itulah
kesempurnaan perjalanan yang kita tempuh. Persoalan-persoalan itu ada tiga :
Penjelasan Tambahan
Pertama:
Yang dimaksud dengan ta’rif adalah memperkenalkan islam secara umum kepada
orang baik secara ilmiah maupun praktis. Adapun yang dimaksud dengan
takwin adalah mentarbiyah orang dengan standar keanggotaan dalam jamaah
untuk memainkan perannya yang optimal bagi pelayanan islam. Tanfidz yang
tidak tegak di atas pondasi ta’rif dan takwin, akan berakhir dengan kegagalan oleh
sebab-sebab berikut :
1. Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari
satu juz. Usahakanlah untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu tidak lebih
dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.
3. Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf
sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasa mencukupi kebutuhan ini
minimal nadalah buku Hummatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak mebaca
hadits Rasulullah SAW, minimal hafal 40 hadits, ditekankan untuk menghafal Al-
Arba’in An-Nawawiyah. Hendaklah engkau Juga mengkaji risalah tentang pokok-
pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.
11. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang
sensitive, dan peka oleh kebaikan dan keburukan, yakni munculnya rasa bahagia
untuk yang pertama dan rasa yang tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah
engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri, tidak
bersikap taklid, dan tidak terlalu berlunak hati. Hendaklah engkau juga menuntut –
dari orang lain – yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan
martabatmu yang sesungguhnya.
12. Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu
perkara pada setiap situasi. Janganlah kemarahan melalaikanmu dari berbuat
kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku yang
buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik,
dan Hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan
orang yang paling dekat denganmu.
13. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktifitas sosial.
Hendaklah engkau merasa bahagia jika dapat mempersembahkan bakti untuk
orang lain, gemar membesuk orang sakit, membatu orang yang membutuhkan,
menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang tertimpa
musibah meskipun hanya dengan kata-kata yang baik. Hendaklah engkau juga
senantiasa bersegera untuk berbuat kebaikan.
17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan
jadikanlah ia sebagai sesempit-sempit pintu rezeki, namun jangan pula engkau
tolak jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya kecuali jika
benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwah.
18. Hendaklah engkau perhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana
kecermatan dan kualitasnya), jangan menipu, dan tepatilah kesepakatan.
19. Hendaklah engkau penuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain
dengan sempurna, tanpa dikurangi dan dilebihkan, janganlah menunda-nunda
pekerjaan.
21. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitasmu dan
suscikanlah ia sama sekali dari riba.
27. Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingat akhirat
dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk menuju
ridha Allah dengan tekad yang kuat, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT,
puasa tiga hari – minimal – setiap bulan, mempeerbanyak dzikir (hati dan lisan),
dan berusaha mengamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesempatan.
28. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa
dalam keadaan berwudhu (suci) di sebagaian besar waktumu.
29. Hendaklah engkau melakukan shalat dengan baik dan senantiasa tepat
waktu dalam menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid
jika itu mungkin dilakukan.
30. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji dengan baik, jika
engkau mampu melakukannya. Kerjakanlah sekarang juga jika engaku telah
mampu.
31. Hendaklah engkau senantaiasa menyertai dirimu dengan niat jihad dan
cinta mati syahid. Bresiaplah untuk itu kapan saja kesempatan untuk itu tiba.
34. Hendaklah engkau menjauh dari khamer dan seluruh makanan atau
minuman yang memabukkan sejauh-jauhnnya.
Pertama:
Beberapa kaidah yang sesuai dengan Tabiat Dakwah Kita dalam Manhaji
Tsaqofah, Ta’lim dan Tarbiyah :
1. Persoalan pertama yang harus diperhatikan dalam manhaj kita adalah, bahwa
ia harus selaras dengan dakwah dan harakah kita. Kita adalah harakah Islam
modern yang ingin melakukan pembaharuan Islam di suatu masa yang
memiliki spesifikasi tertentu, di samping, bahwa kita ingin mewujudkan
tujuan-tujuan di tingkat nasional maupun internasional. Kata “Islam”
menunjukkan kita untuk mengakomodasi semua prinsip tsaqafah Islam
dan cabang-cabangnya. Kata “modern” menuntut kita untuk
mengakomodasikan wawasan kekinian dengan tabiat dan spesifikasinya. Hal
ini karena fatwa dikeluarkan berdasar waktu, tempat dan situasi saat itu.
2. Suatu hal yang harus mendapat perhatian dalam manhaj kita adalah bahwa
ia harus memberikan kepada setiap muslim ketahanan moral. Agar terhindar
dari kesesatan dan ketergelinciran, di samping terhindar pula dari
penyelewengan pemikiran Islam atau pemikiran Jamaah.
3. Termasuk yang harus diperhatikan dalam manhaj kita adalah bahwa kita
harus meletakkan di tangan setiap muslim sebuah barometer yang dapat
mengukur segala sesuatu yang melingkupinya dengan standar Islam.
4. Salah satu yang harus diperhatikan dalam manhaj kita adalah bahwa
persepsi umum tentang ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam. Ada
beberapa cabang ilmu yang diwajibkan dan merupakan fardhu’ain; ada yang
studinya merupakan fardhu’ain; ada yang dianjurkan bagi sebagian orang
namun fardhu kifayah bagi sebagian yang lain; ada cabang ilmu yang sunah
hukumnya; ada yang hukumnya mubah; ada lagi yang diharamkan dan dibenci.
Pendalaman terhadap cabang ilmu yang fardhu kifayah adalah sunah, bahkan
adanya seorang pakar di setiap disiplin ilmu merupakan fardhu kifayah.
8. Yang harus juga diperhatikan dalam manhaj kita adalah agar dalam manhaj
tidak terdapat ruang yang memungkinkan masuknya kekufuran dan kesesatn,
sehingga merusak hati, jiwa dan pikiran kaum muslimin. Banyak masalah
detail yang jika tidak mendapat perhatian serius akan menyebabkan
kehancuran dunia dan akhirat, atau salh satu dari keduanya.
12. Jamaah Islam harus memepunyai sistem. Sistem ini harus tegak di atas
suatu prinsip nilai, mempunyai perencanaan, dan program kerja, serta memiliki
konsep Tarbiyah dan Ta’lim yang saling berjalin dengan hal-hal di atas.
Jamaah Islam juga harus memiliki kaidah-kaidah yang dijadikan pijakan bagi
semua anggota. Semua itu harus mendapat perhatian utama dalam
penyusunan manhaj, baik manhaj Tarbiyah maupun Ta’limnya.
13. Di tubuh umat ini ada pejuang kebenaran yang tidak pernah terputus
geraknya walau sejenak pun. Rasulullah SAW bersabda,”Senantiasa ada
kelompok dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, mereka tidak
terpengaruh oleh pihak yang merintanginya hingga hari kiamat.”
14. Kita adalah gerakan tajdidi (pembaru). Salah satu indikator tajdidi adalah
bahwa kita harus menghidupkan kembali seluruh ajaran Islam dan
memperbarui wawasan, tindakan, serta moralitas di setiap level.
15. Kita tidak boleh lupa, bahwa kita senantiasa berhadapan dengan dua
aliran pemikiran besar, yakni: kapitalisme dan sosialisme komunis. Kita juga
tidak boleh lupa, bahwa di antara keduanya sesungguhnya terjadi pertarungan
hebat dalam hal pemikiran. Pada saat yang sama kita – dan umat Islam pada
umumnya – kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentangnya,
sehingga tidak memiliki imunitas yang baik.
Kedua:
Ketiga:
Standar keberhasilan pada peringkat pertama dalam manhaj kita dan di awal
perjalanan keanggotaannya adalah pelaksanaan yang sempurna akan tuntutan
iman, shalat, infaq dan loyalitas secara penuh kepada jamaah,