Anda di halaman 1dari 21

RESUME

MEMBINA ANGKATAN MUJAHID (SA’ID HAWWA)

NAMA : IBRAHIM RIFAI

KOMSAT : KHAIRUN
PENDAHULUAN

Risalah Ta’lim hadir dengan penjelasan tentang batasan-batasan bai’at yang yang
dibutuhkan dewasa ini, bahwa ia adalah :

1. Bai’at untuk memahami islam secara benar


2. Bai’at untuk berikhlas
3. Bai’at untuk beraktivitas
4. Bai’at untuk melakukan jihad
5. Bai’at untuk berkorban dengan segala yang dimiliki
6. Bai’at untuk taat
7. Bai’at untuk tegar
8. Bai’at untuk memberikan loyalitas total bagi dakwah ini
9. Bai’at untuk berukhuwah
10. Bai’at untuk tsiqoh

Islam tidak akan bangkit tanpa kelompok semacam ini. Kelompok semacam ini tidak
akan mampu melaksanakan syarat-syarat kebangkitan kecuali jika mereka memiliki komitmen
penuh dengan risalah ini, yakni komitmen terhadap rukun-rukun bai’at dan menunaikan
kewajiban-kewajibannya.
BAB I

HASAN AL-BANNA PELETAK TEORI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER

Hasan Al-Banna adalah sang peletak dasar teori gerakan Islam. Dialah yang telah
mengemukakan gagasan yang aplikatif dan dapat diterima oleh setiap muslim dari awal sampai
akhirnya. Hasan Al-Banna adalah seorang pembaharu di masa kini, sebagaimana telah
disepakati oleh semua orang yang berbicara tentangnya dengan penuh kepahaman dan
objektivitas. Boleh jadi, berdasarkan pengalaman, bahwa gagasan modern manapun tentang
gerakan islam tidak lepas dari pengaruh ide Hasan Al-Banna. Fikrah Hasan Al-Banna adalah
fikrah yang Syamil (komprehensif), yang memnuhi seluruh kebutuhan kita. Sekalipun pernah
ada persoalan, namun persoalan tersebut tidak sampai keluar dari prinsip fikrah di perjalanan
dakwahnya.

Dari semua itu jelas bahwa Hasan Al-Banna, dengan segala produktivitas yang
dihasilkannya adalah salah satu personil jamaah pada masa tertentu, yang lalu menebarkan
benih dan memliharanya. Sebenarnya landasan yang dikemukakan oleh Sayyid Quthub
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan landasan yang dikemukakan oleh Hasan Al
Banna.
BAB III

KUNCI MEMAHAMI DA’WAH IKHWANUL MUSLIMIN

Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi Wasallam bersabda kepada Khudzaifah, “Hendaklah kamu beriltizam
(berkomitmen) dengan jama’ah muslimin dan Imamnya”. Dan inilah kunci pertama untuk
memahami dakwah Ikhwanul Muslimin yaitu kewajiban utama bagi setiap muslim adalah
beriltizam dengan jama’ah muslimin dan imamnya.

Menegakkan hukum Islam merupakan kewajiban setiap muslim, dan maka hal ini
menuntut adanya sebuah jama’ah yang memperjuangkan tujuan tersebut, karena pelaksanaan
hukum Islam tidak akan terjadi kecuali dengan adanya jama’ah. Karena Ikhwanul Muslimin
telah bekerja untuk tujuan-tujuan ini, maka keberadaan Ikhwanul Muslimin merupakan tuntutan
yang harus diperjuangkan, dan inilah kunci kedua untuk memahami Ikhwanul Muslimin.

Ikhwanul Muslimin merupakan partai politik yang berpijak seratus persen pada ajaran
Islam dalam segala aktivitasnya. Ikhwan tetap berpandukan pada ajaran Islam, beriltizam
dengan Islam, serta lahir sebagai refleksi dari ajaran Islam itu sendiri.

Pembaharuan dan paham zaman menjadi kata kunci mengetahui dakwah pokok
ikhwanul muslimin. Adapun kata kuncinya sebagai berikut :

1. Rasulullah telah mewariskan Al qur’an dan as sunnah yang harus kita pelajari, fahami,
dan amalkan.
2. Proses menghidupkan islam, melalui:

a. Menghidupkan fiqih dusturi (fiqih negara) dan memformat kehidupan islami


dengannya
b. Menghidupkan fiqih anniqabah (system perserikatan dagang)
c. Menghidupkan qawanin (undang-undang)
d. Menghidupkan system rumah tanggga islam
e. Mengembalikan dinamika kehidupan umat islam: menegakkan risalah islam

3. Menghidupkan system nilai, baik global maupun sektoral. secara dasar (ushul) maupun
furu’iyahnya. Jangan sampai ada pemahaman parsial.
Sejumlah prinsip umum dakwah ini agar dengannya kita dapat memahami kunci-kunci
lain dari dakwah ikhwan dan permasalahannya:

1. Ikhwah adalah muslim, kepada islamlah ia bersandar, terhadap islam ia berkomitmen,


dan dari islam ia bertitik tolak.
2. Pendapat para mujtahid, setelah menggali kandungan Al Qur’an, Assunnah dan
berdasar pada kaidah-kaidah ushuliyah yang berlaku.
3. Memelihara opini umum
4. Ada dua hal yang dapat dicatat berkaitan dengan hal-hal yang dijadikan sebagai
pegangan oleh ikhwan. Pertama, ia harus dibenarkan syariat. Kedua, harus sebanding
dengan senjata musuh dan dapat mencapai tujuan.
5. Prinsip yang menjadi pegangan ikhwan dalam kaitan politik luar negeri adalah prinsip
maslahah dengan maslahah.
6. Dalam perjalanannya menuju sebuah wilayah islam bersatu, tidak terlintas dalam hati
ikhwan untuk menjadikan berbagai wilayah ini saling mendominasi sesamanya.
7. Ikhwanul Muslimin ingin menjelaskan kepada semua orang bahwa dalam islam, ada
hukum yang dapat berubah mengikuti perubahan masa. Akan tetapi perubahan ini
terikat dengan kaidah-kaidah perubahan dalam perspektif islam itu sendiri.

Kita hendaknya memahami permasalahan dakwah kita : memahami dakwah,


mendakwahkannya, serta mentarbiyah dan menarik perhatian orang untuk mendukungnya. Dan
yang harus disentuhkan kepada semua orang adalah pembicaraan tentang ruh, jiwa, hati,
kebutuhan hati akan dinamika, kebutuhan jiwa akan kebersihan, dan kebutuhan ruh akan
pengabdian yag ikhlas kepada Allah. Terakhir, kita harus memahami kapasitas intelektual orang
yang kita ajak bicara. Kepada seorang sufi yang khusyuk, kepada seorang muslim yang tidak
memahami persoalan kita, harus kita pahamkan. Kepada seorang muslim yang beriman tetapi
bodoh tentang islam, kita harus mengajarinya pengetahuan tentang islam. Kepada seorang
muslim yang berpaham salafi kita jelaskan bahwa dakwah ikhwan adalah dakwah salafiyah.
Kepada putra-putra islam yang telah disesatkan oleh musuh-musuh Allah, ia harus disadarkan
kembali agar yakin kepada islam. Ketika menghadapi golongan kafir, kita harus memfokuskan
perhatian kita pada titik awal yaitu iman kepada Allah, Rasulullah serta Al Qur’an.
BAB III

TANGGUNG JAWAB BESAR

Tanggung jawab terbesar kita adalah melakukan tajdid (pembaruan) dan naql (alih
generasi).

1. Pertama, ikhwan sebagai sebuah jamaah yang memusatkan perhatian pada pelayanan
umum. Kedua, ikhwan sebagai sebuah gerakan pembaruan (ikhwan memahami betul
berbagai kebutuhan amal islami dewasa ini). Islam memerlukan sebuah gerakan yang
menyeluruh, yang menjadikan seorang muslim bisa merasakan bahwa dirinya muslim,
merasakan bahwa kita hidup secara bersama-sama, juga merasakan keterikatan secara
umum dengan islam dan kaum muslimin, serta merasakan pula ikatan khusus
dengannya. Pengenalan islam, dilanjutkan dengan proses takwin kemudian berakhir
dengan pelaksanaan secara menyeluruh. Sarana-sarana umum dakwah ini tidak berubah,
tidak diganti dan tidak akan melampaui tiga hal berikut : iman yang mendalam,
pembinaan yang cermat, dan aktivitas yang tiada putus-putusnya. Dan unsur yang harus
ada dalam gerakan ini adalah manhaj yang shahih, mukmin yang aktif serta pemimpin
yang tegas serta terpercaya.
2. Mengubah umat sebagai prolog dari proses mengubah dunia. Orang muslim kini lemah
rasa keislamannya dan lemah pula rasa emosi penisbatan dirinya kepada islam. Karena
itu, pekerjaan pertama kita adalah membangkitkan perasaan muslim tentang eksistensi
keislamannya dan eksistensi kejamaahannya.
BAB VI

TENTANG TUJUAN

Dua tujuan asasi Ikhwan menurut Hasan Al Banna yaitu:

1. Seluruh tanah air Islam harus harus terbebas dari semua kekuasaan asing, dan ini
merupakan hak asasi bagi setiap insan yang tidak dapat diing kari kecuali oleh mereka
yang zalim, kejam, dan tiran.
2. Di atas tanah air yang bebas dan merdeka, harus tegak sebuah Negara (daulah) Islam
yang bebas dan merdeka. Daulah yang mengamalkan hukum-hukum Islam,
melaksanakan sistem syari’at Islam, memproklamasikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai
Islam, dan menyampaikan dakwah Islamiyah dengan bijaksana kepada seluruh umat
manusia. Selama daulah ini belum tegak, seluruh ummat Islam berdosa dan bertanggung
jawab di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala atas kealpaan dan kelalaian mereka dalam
usaha dalam menegakkan daulah tersebut.

Tujuan Ikhwan secara rinci, antara lain untuk membentuk :

1. Individu Muslim yaitu individu yang memiliki akidah yang kuat, ibadah yang baik,
fikiran yang berilmu pengetahuan, mampu berusaha, kuat jasmani, senantiasa
menampilkan dirinya secara sungguh-sungguh, menjaga waktu, mengatur urusan,
bermanfaat kepada orang lain, membimbing keluarga supaya menghormati fikrahnya,
menjaga tata krama Islam dalam lahiriah keluarganya, pandai memilih isteri, dan pandai
mendidik anak agar selaras dengan ajaran Islam
2. Rumah Tangga Muslim yaitu rumah tangga yang beranggotakan suami isteri yang
menyadari hak dan tanggung jawab masing-masing dan beriltizam dengan tanggung
jawab tersebut.
3. Masyarakat Muslim yaitu masyarakat yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
menjawab seruan kebaikan, memerangi kemungkaran, melaksanakan sifat-sifat
kemuliaan, karakteristik Islam dan akhlak rabbani, mewarnai seluruh hidupnya dengan
identitas Islam baik lahir maupun bathin, seluruh pemikiran, konsep dan sikapnya
bersifat Islami.
4. Pemerintahan Islam. Ikhwan menghendaki suatu pemerintahan Islam tegak di semua
kawasan yang didiami oleh orang-orang Islam. Diantara sifat-sifat Pemerintahan Islam
yaitu rasa tanggung jawab, belas kasihan terhadap rakyat, bersikap adil sesama manusia,
menahan diri dalam menggunakan harta umum dan menghemat dalam penggunaannya.
Pemerintahan Islam menurut pandangan Imam Hasan Al Banna:

a. Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang beranggotakan orang-orang yang


melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diwajibkan oleh Islam, tidak
melakukan maksiat secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan ajaran
Islam
b. Jika perlu, tidak dianggap suatu kesalahan mengangkat pegawai-pegawai yang
bukan muslim dalam jabatan yang tidak termasuk dalam kategori wilayah umum.
c. Dan tidak ditentukan bentuk dan jenis pemerintahan yang dipilih oleh pemerintahan
Islam, selama ia bertepatan dengan kaidah-kaidah umum dalam system
pemerintahan Islam

5. Daulah Islamiyah. Ikhwan menghendaki Daulah Islamiyah sebagai suatu Negara yang
dapat memimpin Negara-negara Islam, menyatukan ummat Islam, mengembalikan
keagungannya, dapat mengembalikan bumi mereka yang telah hilang dan tanah air
mereka yang telah dirampas. Kewajiban yang dipikul oleh Daulah Islamiyah antara lain:

a. Memimpin Negara-negara Islam


b. Menyatukan Ummat Islam
c. Mengembalikan keagungan Ummat Islam

6. Tegaknya Daulah dan Khilafah Islamiyah. Ikhwanul Muslimin menginginkan tegaknya


sebuah Daulah Islamiyah, atau tegaknya persatuan Negara-negara Islam yang dipimpin
oleh seorang Khalifah yang memiliki pemerintah pusat yang satu. Kewajiban Daulah
Islamiyah menurut Hasan Al Banna:

a. Mengamalkan hukum-hukum Islam


b. Melaksanakan sistem masyarakat Islam dengan segala aktivitasnya
c. Memproklamasikan prinsip-prinsip yang jelas dan tahan uji sehingga dengan
demikian segala prinsip yang kabur tidak akan berpengaruh
d. Menyampaikan dakwah Islamiyah dengan bijaksana kepada seluruh ummat
manusia, sehingga dengan adanya dakwah di permukaan bumi ini, tidak ada
manusia yang tidak tersentuh oleh dakwah Islamiyah yang disertai dengan
argumentasi yang jelas.
7. Dunia Seluruhnaya Hanya Tunduk Kepada Alloh SWT. Alloh berfirman “ perangilah
mereka (orang-orang kafir itu ) agar tidak ada fitnah dan agar agama itu semata-mata
bagi Alloh ” (Al-Anfal: 39)

“ Dialah yang mengutus Rasul_Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar,
agar dia memenangkanNya di atas segala agama-agama, meskipun orang-orang
musyrik benci”. Imam Hasan Al-Banna berkata “ Kemudian Daulah Islamiyah itu
mengibarkan panji-panji jihad dan dakwah, sehingga dunia seluruhnya akan menjadi
berbahagia dengan ajaran-ajar islam”.

Dari Ketujuh tujuan ini, tujuan pokoknya adalah menegakkan islam.


Banyak orang beranggapan bahwa dunia akan memusuhi dan memerangi kita lantaran kita
membangun dengan menggunakan nama islam. Mereka beranggapan bahwa kita pasti akan
menghadapi berbagai macam tekanan sebagai akibatnya. Oleh karena, kita harus membuat
batasan minimal pembicaraan tentang islam.

1. Sistem yang kita kehendaki ialah sistem yang dapat memberikan ketenangan kepada
semua bangsa, kecuali mereka yang dzalim. Dan harus memenuho sejumlah karakter
berikut :

a. Sistem yang dapat menjamin kedaulatan undang-undang yang adil.


b. Sistem yang di dalamnya terdapat sejumlah poin dengan pola redaksi yang umum
untu semua masyarakat (setiap warga negara measa bahwa undang-undang ini
adalah undang-undang mereka).
c. Sistem itu harus mempertemukan antara potensi tokoh dan kelurusan manhaj; antara
fleksibilitas aturan dan pelayanan yang baik dan segera untuk semua orang.
d. Sistem yang menjadikan setiap warga negara adalah tentara.
e. Sistem yang mewujudkan bagi setiap orang suatu pelayanan dan kemakmuran
minimal.
f. Sistem yang dapat mendidik bangsa dengan kesadaran yang paripurna dalam
berpolitik.
g. Sistem yang mendapat kepercayaan penuh dari rakyat.
h. Sistem yang dapat menyatukan potensi rakyat.
i. Sistem yang dapat membendung semua aksi yang destruktif.
j. Sistem yang tidak membelajakan sepeser pun uang negara kecuali dengan tepat guna
dan tepat sasaran.
2. Orang-orang yang beranggapan bahwa penerapan hukum-hukum islam berarti sebuah
kemunduran atau penyimpangan dari semangat modernisasi, sesungguhnya merupakan
anggapan yang salah dan tertipu.
3. Orang-orang yang beranggapan bahwa penerapan syariat islam berarti merampas
berbagai hal yang disenangi dan digemari oleh orang adalah salah satu dari dua
golongan : mungkin ia adalah orang yang salah dalam mempersepsi hakikat
kesenangan, atau orang yang tidak mengenal islam dengan benar.
4. Orang-orang beranggapan bahwa penerapan islam berarti perampasan kesempatan
berkembang dari seseotang, maka anggapan mereka keliru besar.
5. Orang-orang yang takut kepada islam karena menyaksikan keputusasaan seseorang,
karena kebencian yang sangat kepada suatu persoalan yang multi interpretasi, atau
karena mendengar fatwa seorang tokoh agama yang berpandangan sempit.
6. Orang-orang yang khawatir terhadap serangan dunia apabila kita menerapkan sistem
islam, maka kami katakan bahwa dunia sebenarnya memiliki kesiapan untuk dengan
realitas bagaimanapun wujudnya.
BAB V

SARANA

1. Sarana pada Tujuan Pertama

Membentuk individu muslim (murobbi, manhaj dan lingkungan yang sehat). Dalam
rangka kematangan individu, seorang akh harus membiasakan diri dengan mengamalkan :

a. wirid wirid harian


b. i’tikaf tahunan yang di program oleh jamaah
c. berkhalwat
d. berdzikir, qiyamullail, dan berakhlah mulia, serta
e. mengikuti berbagai kegiatan ruhiyah dan ilmiah

2. Sarana pada Tujuan Kedua

Rumah tangga muslim. Sarana-sarananya antara lain:

a. Setiap akh harus memberikan perhatian yang besar terhadap persoalan rumah
tangganya.
b. Jamaah harus memberikan hak sewajarnya bagi aktivitas wanita
c. Setiap akh harus memilik istri yang shalihah
d. Setiap akh seyogyanya diikat dengan anak-anaknya, saudara-saudaranya, baik laki-
laki maupun perempuan, juga dengan perangkat-perangkat jamaah.
e. Jamaah seharusnya mendirikan unit-unit tertentu guna memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut.
f. Memelihara rumah tangganya dari penyelewengan.
g. Menyelenggarakan majelis-majelis untuk wanita.
h. Pemimpin harus memberikan perhatian secara khusus terhadap buku-buku tentang
wanita.
i. Jamaah harus menggalakkan pernikahan di kalangan anggotanya dan mau menikahi
para janda.
j. Semua ini harus terwujud sebelum dan sesudah kekuasaan.

3. Saran pada Tujuan Ketiga


Pembentukan Masyarakat muslim. Dakwah yang haq pertama kali berbicara kepada
ruh, lalu membisikan hati, selanjutnya mengetuk pintu-pintu jiwa yang terkunci. Ringkasnya
ada dua kalimat : iman dan amal, kasih sayang dan persaudaraan. Dakwah ikhwan berusaha
menanamkan iman ke dalam hati umat islam agar menjelma menjadi tingkah laku, dan agar hati
berhimpun kepadanya. Jika mereka melakukan hal itu, maka Allah akan mendukung dan
memenangkannya, serta menunjukkan selurus-lurusnya jalan kepadanya. Pada kehidupan
Rasulullah saw. Ada dua hal yang sangat urgen bagi kita : pertama, berbicara kepada umat
manusia dengan menyentuh perasaan mereka bahwa segala kebutuhan pokok dan cita-cita besar
mereka akan terwujud dengan islam. Kedua, mendidik shaf untuk memiliki itsar dengan kadar
setinggi-tingginya. Kita harus mengkaji umat ini secara keseluruhan, mengkaji apa yang bisa
kita berikan menyangkut manfaat dan maslahat atas dasar islam, menumbuhkan kesadaran
mereka atasnya, sehingga umat merasa puas hatinya terhadap pemberian kita. Pada sisi lain,
shaf harus ditarbiyah agar memiliki niat tulus ikhlas hanya karena Allah semata dan memiliki
itsar dalam segala hal.

4. Sasaran pada Tujuan Keempat

Menegakkan pemerintahan islam di setiap negeri. Hasan Al Banna berkata, ”Ikhwan


tidak memperjuangkan pemerintahan islam untuk dirinya sendiri. Jika di tengah umat ada
golongan yang siap memikul beban, menunaikan amanat, dan pemerintahan ini menggunakan
manhaj islami, maka mereka siap menjadi pasukan dan pembelanya”. Kenyataan menunjukkan
bahwa seseorang secara sendirian tidak akan mampu menerapkan totalitas islam. Qs. Al
Qashash :83. Kita harus terus berjuang agar islam dapat tegak di negara kita. Tegaknya islam
di negara kita hendaknya menjadi titik tolak bagi gerakan islam yang universal; dengan
permulaan yang benar dan akhir yang selamat dengan izin Allah. Harus ada rentang waktu di
mana prinsip-prinsip ikhwan dapat berkembang dan umat belajar bagaimana mengutamakan
keperntingan umum dapripada kepentingan dirinya sendiri. Hasan Al Banna berkata, ”Medan
kata-kata bukanlah medan khayal, medan aksi bukanlah medan kata-kata, medan jihad
bukanlah medan aksi, medan jihad yang benar bukanlah medan jihad yang salah. Banyak orang
berkhayal, tetapi tidak semua khayalan dalam benak mereka dapat diungkapkan dengan kata-
kata. Banyak orang dapat berkata, tetapi sedikit di antaranya yang tegar ketika beramal. Dari
yang sedikit ini banyak yang dapat bekerja, namun sedikit dari mereka yang sanggup memikul
tanggung jawab jihad yang berat dan kerja keras. Sungguh, kepahlawanan hanya lahir bersama
kesabaran, ketabahan, kesungguhan dan kerja yang berkesinambungan. Ustadz Hasan Al Banna
labih mandahulukan kekuatan aqidah, iman, persatuan, dan ikatan hati sebelum kekuatan
lainnya.

5. Sasaran pada Tujuan Kelima

Terwujudnya negara islam inti. ”Negara yang memimpin negara-negara islam lainnya,
yang menggabungkan semua umat islam, yang mengembalikan keagungannya, serta
mengembalikan tanah airnya yang telah hilang dan negerinya yang telah dirampas orang”.

6. Sasaran pada Tujuan Keenam

Menegakkan negara islam yang tunggal atau menegakkan negara kesatuan islam yang
menghimpun seluruh negara islam yang tunduk di bawah satu pucuk pimpinan pusat dan
diketuai oleh seorang imam. Itulah yang dilakukan Rasulullah saw. Dan para khalifah dalam
memimpin dan membimbing umat.

7. Sasaran pada Tujuan Ketujuh.

Menegakkan negara islam intenasional yang berkah dan rahmatnya menaungi semua
bangsa di dunia.
BAB VI

TAHAPAN-TAHAPAN DAKAWAH

Dalam Risalah Ta’alim, Imam Hasan Al Banna menyebutkan bahwa tahapan dakwah
itu ada tiga macam :

1. Ta’rif. Yaitu menyebarkan fikrah (ide) umum kepada orang banyak.


2. Takwin. Yaitu memilih calon-calon kader yang baik dan layak untuk memikul tanggung
jawab jihad dan menggabungkannya.
3. Tanfidz. Yaitu jihad yang tidak mengenal kompromi, bekerja dalam mencapai tujuan
yang berkesinambungan dan mengarungi berbagai ujian dan cobaan yang tidak akan
mampu diatasi kecuali mereka yang benar-benar ikhlas.

Apakah Ta’rif, Takwin, Dan Tanfidz Itu?

Ta’rif terlaksana dengan menyampaikan dakwah kepada semua orang. Tahapan seruan,
pengenalan, penyebaran fikrah, dan menyampaikannya kepada seluruh lapisan masyarakat.

Takwin itu memilih unsur-unsur yana baik untuk mengemban beban jihad, dan
memadukannya antara yang satu dengan yang lain. Tahapan menyeleksi pendukung,
mempersiapkan pasukan, dan memobilisasi shaf dari kalangan para mad’u.

Dakwah di era tanfidz adalah jihad yang tiada ragu dan perjuangan yang terus menerus
untuk meraih cita-cita. Kesabaran dan cobaan tidak mungkin ditanggung kecuali oleh mereka
yang jujur. Tidak mungkin meraih sukses di tahapan ini kecuali bersama totalitas ketaatan juga.
Tahapan aksi dan produksi. Tandzim yaumi (pelaksanaan harian) dan tanfidz syamil
(pelaksanaan total) berkaitan dengan realisasi tujuan-tujuan besar jama’ah.
BAB VII

RISALAH TA’ALIM DAN SENDI-SENDI PEMBENTUKAN PRIBADI ISLAMI

1. Al-Fahm

Adalah engkau yakin bahwa fikrah kita adalah ‘fikrah islaniyah yang bersih’.
Hendaknya engkau memahami islam sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas
ushulul ‘isyrin :

a. Islam adalah sistem menyeluruh yang menyentuh seluruh segi kehidupan


b. Al Qur’an yang mulia dan sunnah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap
muslim untuk memahami hukum-hukum islam
c. Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam
beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di dalam hati
hamba-Nya yang Dia kehendaki.
d. Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan, penyingkapan perkara ghaib, dan
semisalnya merupakan sebuah kemungkaran yang harus diperangi, kecuali mantera
dari ayat Al Qur’an atau ada riwayatnya dari Rasulullah saw.
e. Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya,
tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang
membawa kemaslahatan umum bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan
dengan kaidah-kaidah umum syariat.
f. Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali al ma’shum
(Rasulullah saw).
g. Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan menelaah terhadap dalil-dalil
hukum furu’, hendaklah mengikuti pemimpin agama.
h. Khilaf dalam masalah fiqih furu’ hendaknya tidak menjadikan faktor pemecah belah
agama, tidak menyebabkan permusuhan, dan tidak menyebabkan kebencian.
i. Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya, sehingga menimbulkan
perbincangan yang tidak perlu, adalah kegiatan yang dilarang secara syar’i.
j. Ma’rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian (Dzat)-Nya adalah
setinggi-tinggi tingkatan aqidah islam
k. Setiap bid’ah dalam agama Allah yang tidak ada pijakannya tetapi dianggap baik
oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun pengurangan, adalah
kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan dengan menggunakan sarana yang
sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan bid’ah lainnya yang lebih parah.
l. Perbedaan pendapat dalam masalah bid’ah idhafiyah, bid’ah tarkiyah dan iltizam
terhadap ibadah mutlaqah adalah perbedaan dalam masalah fiqih.
m. Cinta kepada orang-orang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan
memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarub kepada Allah.
n. Ziarah kubur, kubur siapapun, adalah sunnah yang disyariatkan dengan cara-cara
yang diajarkan Rasulullah.
o. Doa apabila diiringi dengan tawasul kepada Allah dengan salah satu makhluk-Nya
adalah perselisihan furu’ menyangkut tata cara berdoa, bukan termasuk masalah
aqidah.
p. Istilah keliru yang sudah mentradisi tidak akan mengubah hakekat hukum syar’inya
q. Aqidah adalah pondasi segala aktivitas.
r. Islam itu membebaskan akal pikiran, menghimbaunya untuk melakukan telaah
terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan ulamanya sekaligus, serta menyambut
hadirnya segala sesuatu yang melahirkan maslahat dan manfaat.
s. Pandangan syr’i dan pandangan logika memiliki wilayah masing-masing yang tidak
dapat saling memasuki secara sempurna
t. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat
syahadat, mengamalkan kandungannya, dan menunaikan kewajiban-kewajibannya.

2. Ikhlas

Hasan Al Banna berkata, “Yang kami kehendaki dengan sikap ikhlas adalah bahwa
akhul muslim dalam setiap kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk
mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan,
pangkat, gelar, kamajuan atau keterbelakangan. Dengan itulah ia menjadi tentara fikrah dan
aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi. Qs. 6 : 162-163

3. Amal

Hasan Al Banna berkata,”Yang saya maksud dengan amal(aktivitas) adalah buah dari
ilmu dan keikhlasan”. Qs. 9 : 105

Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah :
a. Perbaikan diri sendiri (terciptanya syaksiyah muslim)
b. Pembentukan keluarga muslim
c. Pembimbingan masyaraka
d. Pembebasan tanah air dari setiap penguasa asing
e. Memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi pemerintahan islam yang baik
f. Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk kemaslahatan islam
g. Penegakkan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah islam di seluruh
negeri

4. Jihad

Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban
yang hukumnya tetap hingga hari kiamat.” Qs. Al Hajj : 78

Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati dan peringkat terakhirnya
adalah berperang di jalan Allah.

5. Pengorbanan

Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan tadhiyah (pengorbanan) adalah
jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih
tujuan.” Qs. 9 : 111 & 24

6. Taat

Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan taat adalah menunaikan perintah
dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.”
Hal demikian karena tahapan dakwah ini ada tiga, yakni ta’rif, takwin dan tanfidz.

7. Tsabat (Teguh Pendirian)

Hasan Al Banna berkata, “Yang saya maksud dengan tsabat adalah bahwa seorang akh
hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan pada tujuan,
betapapun jauh jangkauannya dan lama masanya hingga bertemu dengan Allah dalam keadaan
yang tetap demikian.

8. Tajarrud ( Totalitas)
Adalah bahwa engkau harus membersihkan pola pikir dari prinsip nilai dan pengaruh
individu yang lain, karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengap fikrah. Qs. 2 : 138,
Qs. Al Mumtahanan : 4

9. Ukhuwah (persaudaraan)

Adalah terkaitnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh dan
semulia-mulianya ikatan. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahana
adalah saudaranya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada
persatuan tanpa cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan standar
maksimalnya adalah itsar Qs. Al Hasyr : 9, Qs. 9 : 71

10. Tsiqah (percaya)

Adalah rasa puasnya seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas
kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan
perasaan cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan. Qs. 4 : 65, Al Anfal : 63

Kewajiban-kewajiban Seorang Mujahid :

Hasan Al Banna berkata, “Imanmu kepada bai’at ini mengharuskanmu menunaikan


kewajiban-kewajiban berikut, sehingga engkau menjadi ‘batu bata’ yang kuat bagi bangunan.”

1) Memiliki wirid harian dari kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk
mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari
satu hari.
2) Membaca Al Qur’an dengan baik, memperhatikannya dengan seksama, dan
merenungkan artinya.
3) Mengkaji sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia.
Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasulullah saw minimal hafal 40
hadits; ditekankan untuk menghafal Al Arba’in An Nawawiyah. Hendaklah engkau juga
mengkaji risalah pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.
4) Bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit
terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan
perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan
5) Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi teh, kopi, dan minuman
perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat
dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.
6) Memperhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal,
pakaian, makanan, badan dan tempat kerja, karena agama ini dibangun atas dasar
kebersihan
7) Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.
8) Menepati janji; janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.
9) Menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah
terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani
mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan
marah sekalipun
10) Senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun jangan keseriusan itu
menghalangimu dari canda yang benar, senyum dan tawa.
11) Memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif, dan peka oleh kebaikan dan
keburukan, yakni muncul rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang
kedua. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri,
tidak bersikap taklid, dan tidak terlalu berlunak hati. Hendaklah engkau juga menuntut
dari orang lain yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabatmu yang
sesungguhnya.
12) Bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Janganlah
kemarahan melalaikanmu dari dari berbuat kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau
pejamkan dari perilaku yang buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari
pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu
atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.
13) Menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktivitas sosial
14) Berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia maupun
binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-
etika sosial islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar,dsb.
15) Pandai membaca dan menulis, memperbanyak muthala’ah terhadap risalah ikhwan,
koran, majalah dan tulisan lainnya. Membangun perpustakaan, konsentrasilah terhadap
spesifikasi keilmuan dan keahlianmua jika engkau seorang spesialis dan kuasailah
persoalan islam secara umum.
16) Memiliki proyek usaha ekonomi
17) Memperhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana kecermatan dan kualitasnya),
jangan menipu dan tepatilah kesepakatan.
18) Memenuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurna tanpa
dikurangi dan dilebihkan dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.
19) Menjauhkan diri dari judi dan segala macamnya dan menjauhi mata pencaharian yang
haram.
20) Menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitasmu dan sucikanlah ia sama sekali dari
riba.
21) Memelihara kekayaan umat islam secara umum dengan mendorong berkembangnya
pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi islam.
22) Memiliki kontribusi finansial dalam dakwah
23) Menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit.
24) Bekerja semampu yang engkau lakukan untuk menghidupkan tradisi islam dan
mematikan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupanmu.
25) Memboikot peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak islami, demikian juga
gelanggang-gelanggang, penerbit-penerbit, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah dan
segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.
26) Senantiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingat akhirat.
27) Bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam keadaan berwudhu (suci) di
sebagian besar waktumu.
28) Melakukan shalat dengan baik dan senantiasa tepat waktu dalam menunaikannya.
Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid jika itu mungkin dilakukan.
29) Berpuasa ramadhan dan berhaji dengan baik.
30) Menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid.
31) Memperbarui taubat dan istigfarmu
32) Meningkatkan kemampuanmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima
tongkat kepemimpinan.
33) Menjauhi khamer dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-
jauhnya.
34) Menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rusak,
serta jauhilah tempat-tempat maksiat.
35) Memerangi tempat-tempai iseng, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhilah gaya
hidup mewah dan bersantai-santai.
36) Mengetahui anggota katibahmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap dan
kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-
hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya.
37) Menghindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun, jika tidak membawa
maslahat pada fikrahmu.
38) Menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang
segala kondisi yang melingkupimu.
39) Menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun ’amali, dengan jamaah dan
menempatkan dirimu sebagai tentara yang berada di tangsi tengah menanti instruksi
komandan

Anda mungkin juga menyukai