Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

1. Pendidikan islam pada hakekatnya merupakan suatu usaha bertahap, terencana dan
sistematis untuk membantu manusia dalam mengembangkan seluruh potensi yang
secara fitrah dikaruniakan Allah kepadanya semaksimal dan seoptimal mungkin
menuju kesempurnaannya sesuai dengan tuntunan islam sehingga ia mampu
menjalankan fungsi dan perannya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi
ini.
2. Tujuan ideal Pendidikan Islam adalah melahirkan manusia terbaik, insan kamil atau
manusia takwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dalam
kehidupan ini serta mendasarkannya pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Tujuan ideal
tersebut selanjutnya dijabarkan dan diklasifikasikan ke dalam tujuan individual yang
berkaitan dengan peningkatan kemampuan setiap individu berupa pengetahuan,
perubahan tingkah laku, pertumbuhan kedewasaan, serta kesiapan-kesiapan yang
sudah semestinya dimiliki dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tujuan
sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dengan
tingkah laku masyarakat umumnya dan dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan
ini tentang perubahan yang diinginkan, dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman
dan kemajuan yang ingin dicapai. Tujuan profesional yang berkaitan dengan
pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi, dan sebagai suatu aktivitas di
antara aktivitas-aktivitas masyarakat. Tujuan pendidikan islam tersebut bersifat final,
ideal dan tidak akan pernah berubah yang berpusat pada kesempurnaan insani
dengan menjadikan pendidika akhlak sebagai ruh dan fisik, akal serta jiwa sebagai
sasaran pendidikan secara terpadu.
3. Tujuan pendidikan islami yang dijabarkan oleh Al-syaibani diklasifikasikan ke dalam
tiga tujuan asasi sebagai berikut: a) tujuan individual yang berkaitan dengan
peningkatan kemampuan setiap individu berupa pengetahuan, perubahan tingkah
laku, pertumbuhan kedewasaan, serta kesiapan-kesiapan yang sudah semestinya
dimiliki dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat; b) tujuan sosial yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dengan tingkah laku
masyarakat umumnya dan dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang
perubahan yang diinginkan, dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan
kemajuan yang ingin dicapai; c) tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan
dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi, dan sebagai suatu aktivitas di antara
aktivitas-aktivitas masyarakat.
4. Al tarbiyyah dalam kamus Bahasa Arab berasal dari tiga kata, yaitu raba’yarbu’ yang
berarti bertambah dan bertumbuh, rabiya yarba’ dengan wazn (bentuk) khafiyah
yakhfa’ yang berarti menjadi besar, dan rabba yarubbu dengan wazn (bentuk) madda
yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan
memelihara, dengan begitu Pendidikan tarbiyah terdiri atas empat unsur, yaitu: 1)
menjaga dan memelihara fitrah manusia menjelang ia dewasa; 2) mengembangkan
seluruh potensi manusia dengan segala kesiapannya; 3) mengarahkan fitrah dan
seluruh potensinya menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan; 4) semua proses di
atas dilaksanakan secara bertahap. Sedangkan Al ta’lim memiliki jangkauan makna
yang lebih luas daripada tarbiyah, kata ta’lim (prosesnya) tidak berhenti sampai anak
menjelang dewasa melainkan seumur hidup serta ta’lim juga lebih bersifat universal,
dan al ta’dib ini lebih tepat mewakli pendidikan sebab maknanya tidak terlalu sempit
sekadar mengajar saja sebagaimana yang ditunjukkan makna ta’lim. Ta’dib
digunakan hanya pada manusia tapi bukan sekadar mengajar dan kata ini sudah
termasuk di dalamnya ta’lim dan tarbiyah.
َ ‫علَ ْي ُك ْم ٰايٰ ِتنَا َويُزَ ِك ْي ُك ْم َويُعَ ِل ُم ُك ُم ْال ِك ٰت‬
5 . ۗ َ‫ب َو ْالحِ ْك َمةَ َويُعَ ِل ُم ُك ْم َّما لَ ْم تَ ُك ْونُ ْوا تَ ْعلَ ُم ْون‬ ُ ‫س ْلنَا فِ ْي ُك ْم َر‬
َ ‫س ْو اًل ِم ْن ُك ْم يَتْلُ ْوا‬ َ ‫َك َما ٓ ا َ ْر‬
Artinya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul
(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan
kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta
mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
Ayat di atas berkaitan dengan kata ta’lim (proses), dengan penjelasan yang
memperkuat kata ta’lim ini. Sebagaimana pengalihan kiblat, pengutusan seorang nabi
dari bangsa Arab juga merupakan suatu kenikmatan yang besar. Kenikmatan yang
besar itu adalah sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul, yakni
Nabi Muhammad, dari kalangan kamu.di antara tugasnya adalah membacakan ayat-
ayat Kami, yaitu Al-Qur’an yang menjelaskan perkara yang hak dan yang batil, atau
tanda-tanda kebesaran Allah, kenabian Nabi Muhammad, dan adanya hari
kebangkitan. Rasul itu juga Kami tugasi untuk menyucikan kamu dari kemusyrikan,
kemaksiatan, dan akhlak yang tercela. Dia juga mengajarkan kepadamu KitabAl-
Qur’an dan hikmah, yakni sunah, serta mengajarkan apa yang belum kami ketahui,
yaitu segala pengetahuan yang terkait dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Al-
Qur’an juga menuturkan kisah para ahli terdahulu. Hal ini tidak mungkin didapat
kecuali melalui wahyu.
BAB 2
1. Kebudayaan adalah salah satu sisi penting dari kehidupan manusia dan Islam pun
telah mengatur dan memberikan batasan-batasannya, Allah Swt. menciptakan
manusia di muka bumi ini dengan membawa fungsi sebagai Khalifatullah fil
ard/khalifah Allah di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah: 30). Artinya, manusia
berkedudukan sebagai wakil Allah dalam mengatur, mengubah, dan mengelola alam.
Untuk melaksanakan fungsinya ini, Allah Swt. memberikan bekal berupa potensi-
potensi kepada manusia yang dengan potensi-potensi itu jika diaktualisasikan oleh
manusia akan dapat membantu manusia dalam mengimplementasikan fungsinya itu.
Potensi-potensi yang dimaksud berupa potensi fisik, akal, rasa, dan hati (qalbu).
Ketika manusia mengaktualisasikan potensi-potensi iu, maka lahirlah apa yang
dikenal dengan sebutan karya, rasa, dan cipta atau kebudayaan. Dengan demikian,
pada dasarnya kebudayaan merupakan manifestasi dari fungsi kekhalifahan manusia.
2. A. Kebudayaan yang bertentangan dengan agama islam (contoh: Ngaruat Bumi
karena mengagungkan selain Allah (karuhun-karuhun). Tradisi ngameli yang di
dalamnya ada lilin yang dianggap untuk menerangi manusia di alam kubur jelas
sebuah kemusyrikan, karena dalam islam yang dapat menerangi di dalam kubur
berupa tilawah Al-Qur’an); B. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam
(contoh: Sawér, karena di dalamnya berisi petuah-petuah untuk pengantin,
pertunjukkan wayang karena memuat ajaran islam yang dikenalkan oleh para wali);
C. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan islam yang kemudian
direkonstruksi sehingga menjadi islami (contoh: tradisi jahiliyah yang melakukan
ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran islam, seperti lafadh
talbiyah yang sarat dengan kesyirikan lalu islam datang untuk merekonstruksi budaya
tersebut menjadi bentuk ibadah yang telah diterapkan aturan-aturannya, kebudayaan
untuk melantunkan syair-syair jahiliyah yang oleh islam kebudayaan tersebut tetap
dipertahankan akan tetapi direkonstruksi isinya agar sesuai dengan nilai-nilai islami)
3. Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk
berpikir, berkarya, dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, islam mengakui
bahwa budaya merupakan hasil karya manusia. Sedang agama adalah pemberian
Allah Swt. untuk kemaslahatan manusia itu sendiri sebagai jalan yang mengarahkan
dan membimbing karya-karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai
nilai positif, dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan kepada umatnya
untuk selali beramal dan berkarya, menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk
mengolah alam di dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan
manusia. Dengan demikian, islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk
berbudaya dan dalam satu waktu islamlah yang meletakkan kaidah, norma, dan
pedoman. Islam datang untuk mengatur dan membimbing manusia menuju kepada
kehidupan yang baik dan seimbang, serta dalam waktu bersamaan pula, islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak
bermanfaat. Dengan begitu, peran umat islam dalam mengembangkan kebudayaan
yaitu untuk meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di
masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi
derajat manusia.
4. 1) Menyiapkan sumber daya manusia yang tangguh serta berkualitas sehingga
mampu menyikapi budaya global dengan baik dan sesuai tuntunan agama Islam; 2)
Menyiapkan pendidikan dengan baik guna menyiapkan generasi-generasi yang
berkualitas dan siap menyikapi budaya global yang ada; 3) Ketika seorang muslim
hendak berbudaya, sebaikanya memperhatikan norma-norma islam sebagai
pedomannya, sebab pada kenyataannya tidak semua kebudayaan yang lahir sebagai
sebuah karya, rasa, dan cipta manusia itu selasar dengan ketentuan-ketentuan yang
telah Allah Swt, tetapkan.
5. Q.S. Al-Baqarah ayat 30
ٰۤ
َ ُ‫الد َم ٰۤا َۚ َء َونَحْ نُ ن‬
ُ ‫سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونََُد‬
ُ ِ ِ ‫َواِذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ٰل ِٕى َك ِة اِنِ ْي َجا ِع ٌل فِى ْاًلَ ْر‬
ِ ُ‫ض َخ ِل ْيفَةا قَالُ ْٓوا اَتَجْ عَ ُل فِ ْي َها َم ْن يُّ ْف ِسدُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفك‬
َ‫لَكَ قَا َل ا ِِن ْٓي ا َ ْعلَ ُم َما ًَل تَ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Allah Swt. menciptakan manusia di muka bumi ini dengan membawa fungsi sebagai
khalifatullah fil ard, artinya manusia berkedudukan sebagai wakil Allah dalam
mengatur, mengubah, dan mengelola alam. Untuk melaksanakan fungsinya ini, Allah
Swt. memberikan bekal berupa potensi-potensi kepada manusia yang dapat
diaktualisasikan agar membantu mengiplementasikan fungsinya itu. Potensi yang
dimaksud berupa potensi fisik, akal, rasa, dan hati (qalbu)
Q.S. As-Sajdah ayat 7-9

َ ‫ ث ُ َّم‬. ‫ين‬
‫س َّواهُ َونَفَ َخ فِي ِه ِم ْن‬ ٍ ‫س ََللَ ٍة ِم ْن َماءٍ َم ِه‬ ُ ‫ ث ُ َّم َج َع َل نَ ْسلَهُ ِم ْن‬.‫ين‬
ٍ ‫ان ِم ْن ِط‬ِ ‫س‬ ِ ْ َ‫ش ْيءٍ َخلَََهُ َوبَدَأ َ خ َْلق‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ْ‫ا َّلذِي أَح‬
َ ‫سنَ ُك َّل‬
ُ
َ‫تشك ُرون‬ ْ َ ‫َما‬ ‫ا‬ َ
‫ق ِليَل‬ ْ َ ْ
َ ‫َواْلفئِدَة‬ ‫ار‬َ ‫ص‬ َ ْ
َ ‫َواْل ْب‬ ‫الس َّْم َع‬ ُ
‫لك ُم‬َ ‫َو َج َع َل‬ ‫وح ِه‬
ِ ‫ُر‬

Artinya: “(Dia) yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunanya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan
dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Islam memandang bahwa setiap manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur
tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah ke dalam tubuhnya. Maksudnya, Allah
telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk
berpikir, berkarya, dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, islam mengakui
bahwa budaya merupakan hasil karya manusia.
6. Perkembangan budaya saat ini tidak menyeluruh. Maksudnya, di sebagian tempat
mengamalami kenaikan dan berkembang sementara di sebagian lain mengalami
penurunan. Perkembangan budaya yang belum merata serta tidak stabil ini
disebabkan karena banyaknya orang yang berbondong-bondong melestarikan
budaya, ada pula orang yang tidak peduli terhadap budaya yang ada. Sebagai generasi
penerus, hendaknya kita mampu mengatur diri dan mengembangkan potensi kita
sebagai khalifatullah fil ard yang berkedudukan sebagai wakil Allah dan ditugaskan
untuk mengatur, mengubah, dan mengelola alam, begitupun dalam hal berbudaya.
7. - Gagasan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma,peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau
disentuh. Contoh: pupujian Sunda yang di dalam liriknya berisi tentang islam dan
dipengaruhi oleh bahasa Arab, cerita wayang yang ada di Sunda pada kisah
Mahabharata yang telah direkonstruksi, di dalamnya dipengaruhi oleh gagasan islam.
- Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Contoh: tata cara pernikahan yang telah dipengaruhi oleh
gagasan silam.
- Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat, berupa benda-benda atau hal-hal yang
dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Contoh: naskah-naskah Sunda kuno
yang dipengaruhi oleh agama Islam di antaranya, naskah Tarékat berisi tentang
ajaran islam.
BAB 3
1. a. Q.S. Yusuf: 108
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah Swt. dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. Ayat tersebut berarti dalam dakwah
islam hendaklah dilaksanakan dengan kesadaran yang tumbuh di atas keilmuan yang
disebut dakwah pada Allah (‘alal bashirah’). Hal ini penting dilaksanakan agar
dakwah bisa tepat sasaran dan dengan tidak menghalalkan segala cara. Kata bashirah
dapat dirinci atau dijelaskan dan direfleksikan dalam bentuk kekuatan baik yang
bersifat fisik, jika memenuhi prosedur maupun bersifat kekuatan ilmu dan amal.
b. Q.S. An-Nahl: 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Ayat tersebut berarti dalam
dakwah ada kalimat hikmah yang merupakan kearifan dan kelenturan dalam
menyampaikan ajaran islam, yang tentunya dengan tidak mengorbankan batasan
antara yang halal dan yang haram.
c. Q.S. Al-Ankabut: 46
“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah:
“Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu;Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu dan kami hanya
Kepada-Nya berserah diri”. Ayat tersebut berarti dalam dakwah perlu adanya
kekuatan berupa kemampuan untuk berdebat (ghazwatul fikr) yang hendaknya
dilakukan dengan sadar dan tidak mengorbankan tata etika yang baik.
2. Dakwah islam hendaklah dilaksanakan dengan kesadaran yang tumbuh di atas
keilmuan yang disebut Dakwah pada Allah (‘alal bashirah’). Hal ini penting
dilakukan agar dakwah bisa tepat sasaran dan dengan tidak menghalalkan segala cara.
Oleh karena itu, seorang muslim hendaklah memperhatikan “bashirah” tadi, dimana
kata bashirah dapat dirinci atau dijelaskan dan direfleksikan dalam bentuk kekuatan
baik yang bersifat fisik, jika memenuhi prosedur maupun bersifat kekuatan ilmu dan
amal. Adapun kaliman hikmah merupakan kearifan dan kelenturan dalam
menyampaikan ajaran islam. Inilah yang dimaksud dengan Mauizhatul hasanah.
Adapun kekuatan berupa kemampuan untuk berdebat yang hendaknya dilakukan
dengan sadar dan tidak mengorbankan tata etika yang baik. Inilah yang dimaksud
dengan “al-Jidal billati hiya ahsan”.
3. Mengenai prinsip-prinsip dakwah dalam islam sesungguhnya bisa dijabarkan dari
hikmah itu sendiri, dimana hikmah adalah lebih dekat pada kenabian atau kepada
pemahaman tentang kemampuan dalam menetapkan hukum-hukum Allah. Prinsip-
prinsp dakwah haruslah berpatokan pada hikmah itu sendiri yang rukunnya dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Harus berdasarkan ilmu, dalam arti bahwa semua yang kita lakukan dalam
dakwah ini tidak bersifat emosional pengendaliannya, melainkan harus
berdasarkan pemahaman yang sebenarnya sehingga tidak berbuah kepada hal-hal
yang membuat Islam itu sendiri terpuruk.
b) Hendaknya memiliki sifat Hilm (sipat santun).
c) Hendaklah memiliki sifat sabar tidak tergesa-gesa untuk mendapatkan hasil.
4. Dakwah bil-hal merupakan upaya menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
serta kemampuan jama’ah untuk mengatasi masalah. Setiap kegiatan dakwah ada
tindak lanjutnya yang berkesinambungan, bentuk dakwah bil-hal adalah kegiatan
nyata yang dapat dilakukan untuk umat. Kegiatannya tentu beraneka ragam, misalnya
memberi bantuan moril atau materil. Berikut urgensi dari dakwah bil-hal:
a) Dengan memperhatikan tempatnya, dalam arti ketika menyampaikan dakwah
faktor setting tempat harus diperhatikan agar kejenuhan objek bisa dinetralisir.
b) Dengan memperhatikan pemahaman dan usia objek dakwah itu sendiri.
Pemahaman terhadap persoalan ini akan menyampaikan seoranh pendakwah
untuk mampu memilah dan memilih materi dan bahasa sehingga konten dari
dakwah itu sendiri bisa dipahami.
c) Dengan memperhatikan kondisi sosial politik yang ada. Kondisi ini penting untuk
dipahami oleh si pendakwah (da’i) agar ia dapat memanage sejauh mana materi
bisa dikemas dengan kondisi sosial politik yang ada itu.
d) Dengan memberikan contoh tauladan yang benar.
5. Dakwah dengan menggunakan kuda tunggangan yang berupa ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak bisa dipungkiri, namun demikian penafsiran Al-Qur’an hendaklah
tidak dimutlakan kepada apa yang berkembang dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
dalam arti kita tidak boleh menafsirkan Al-Qur’an secara mutlak dengan teori-teori
ilmu pengetahuan pada saat ini.
6. Dakwah di era global berarti melibatkan sosial politik yang tengah berkembang untuk
dijadikan patokan dengan metode apa kita bisa menyampaikan dakwah salah satunya
haruslah menguasai pemikiran dan kebudayaan, karena dengan berkembangnya
zaman sarta perlu diketahui bahwa di era global saat ini yang tengah manggung itu
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu, perang pemikiran dan
kebudayaan menjadi sarana utama kaum muslimin untuk menyampaikan risalah
Allah.
7. Apabila negeri-negeri kaum muslimin kalah perang dalam hal pemikiran dan
budayanya, serta budaya kuffur mampu menguasai kebudayaan kaum muslimin,
maka dakwah ini akan banyak menemui kendala sebagaimana kita rasakan saat ini.
Dakwah akan terasa asing dan sangat sulit untuk disebarluaskan bahkan yang lebih
parah aka nada umat yang saling menyalahkan satu sama lain.
BAB 4
1. Politik islam (as-siyasah al-islamiyah) bermakna pengaturan urusan umat dengan
aturan-aturan Islam, baik didalam maupun luar negeri. Dalam Islam, politik dikenal
dengan istilah siyasah. Sasa yang berarti mengatur, mengurus, dan memerintah dan
bisa juga berarti pemerintahan dan politik atau membuat kebijaksanaan. Arti siyasah
tidak jauh beda dari kata politik yang berarti to govern atau to lead. Namun karena
politik dalam Islam berkaitan dengan berbagai konsep kehidupan yang didasari pada
agama, maka siyasah memiliki dimensi moral yang kuat.

2. Politik secara epistimologis berarti sebuah pendekatan-pendekatan dalam ilmu


politik dan tradisi ilmu politik. Pendekatan-pendekatan dalam ilmu politik antara lain
tradisionalism, behavioralism, post behavioralism, marxisme, rationale choice,
institutionalism, feminism, normative theory dan interpretive theory. Politik dalam
arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa.
Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadilan, jalan, cara dan alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki.
3. Di zaman Nabi, khususnya setelah Nabi wafat, masalah politik Islam yang paling
mengemuka dan menonjol adalah konsep kepemimpinan, ini tidak lepas dari karakter
masyarakat islam yang meletakkan para pemimpin begitu central dan menentukan.
Landasan mengapa pemimpin dan keterampilan berpolitik serta moralitasnya sangat
penting dalam Islam merujuk kepada keteladanan Rasulullah sendiri. Nabi tidak bisa
hanya dianggap sebagai pemimpin agama yang hanya mengurus masjid dan ritual
peribadatan. Nabi adalah kepala negara di Madinah, pemimpin perang, pengatur
kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang serta pelindung mereka. Orang-orang
yang dapat menjadi pemimpin menurut Al-Farabi haruslah orang-orang yang
memiliki ilmu-ilmu teoritis dan dapat merealisasikan dalam kepemimpinannya
sehingga ekspetasi masyarakat terhadap dirinya semakin kuat.
4. Kepemimpinan diktator merupakan sebuah istilah spesifik yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pemerintahan, dimana kekuasaan politik memegang kendali
secara terpusat dan absolut dalam seluruh aspek kehidupan. Individu merupakan
subordinat negara, dan aposisi politik maupun kultural ditekan dengan keras, jadi
diktator tidak hanya mewujudkan sebuah kepemimpinan negara yang sentralistik tapi
juga ketundukan rakyat yang luar biasa terhadap keputusan-keputusan pemimpin dan
tidak ada mekanisme untuk menampung aspirasi masyarakat. Sedangkan
kepemimpinan demokrasi memiliki konsep kedaulatan rakyat yang hadir laksana
pembebas manusia dari diktator. Kedaulatan rakyat yang berarti pemerintah atau
pemimpin dipilih dan melaksanakan peraturan-peraturan atas kehendak rakyat
dianggap sebagai konsep yang paling baik dalam pengaturan masyarakat.
Kepemimpinan politik islam dalam skala negara bukanlah pemerintahan yang
diktator, sekalipun formatnya adalah kekuasaan yang sentralistik. Pemerintahan
islam juga bukan pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat, karena
kedaulatan dalam islam hanya ada ditangan hukum-hukum islam syari’ah Islamiyah.
Kepemimpinan politik islam adalah kepemimpinan yang unik. Islam sebagai sebuah
pandangan hidup mampu menggabungkan kepemimpinan dunia dan akhirat, dalam
Islam kekuasaan memang milik rakyat yang akan mereka percayakan kepada salah
seorang di antara mereka untuk memimpin, tetapi kedaulatan hanya milik Allah.
5. Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang konsep kepemimpinan politik Islam:
konsep Khilafah di bumi terdapat dalam QS. Al-Baqarah:30, QS. An-Nur:55, QS.
An-Naml:62, QS. Al-Sad:26, QS. Al-An’am:165. Berkaitan erat dengan konsep
hukum dan keadilan QS. An-Nisa:58,105,135, QS. Al-Maidah:6. Dan juga
kepemimpinan QS. Ali-Imran:118, QS. An-Nisa:49, QS. Al-Syu’ara: 150-152.
Hadits Nabi yang menjelaskan tentang konsep kepemimpinan politik Islam yaitu:
Rasulullah SAW bersabda: “Aku diutus untuk bangsa yang berkulit merah hingga
yang berkulit hitam”. (HR. Imam Ahmad dalam musnad Imam Ahmad). Rasulullah
SAW bersabda: “Seseorang yang ditetapkan oleh Allah untuk mengurus kepentingan
umat, tetapi dia tidak memberikan nasihat kepada mereka, tidaklah akan mencium
bau surga”. (HR. al-Bukhari dari Ma’qil bin Yasar Ra).
BAB 5
1. Ekonomi Islam didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
disimpulkan dari Al-Quran dan As-Sunah yang berkaitan dengan kegiatan produksi,
distribusi, pertukaran dan konsumsi sebagai upaya manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang Bahagia di dunia dan akhirat.
2. Ajaran Islam secara garis besar memuat tiga ajaran pokok, pertama aqidah, kedua
akhlak dan yang ketiga Syari’ah. Kegiatan ekonomi dalam sistem islam merupakan
salah satu bagian dari kegiatan muamalah dan itu termasuk pada ajaran pokok
kelompok syari’ah yang membahas mengenai sistem aturan untuk dijadikan
pedoman baik dalam kegiatan ibadah yang khas (Mahdoh) maupun dalam kegiatan
mu’amalah (ibadah ghair mahdoh). Dalam kegiatan mua’malah itu terdapat suatu
kaidah hukum yakni “hukum asal muamalah itu boleh sampai ada dalil yang
melarang”. Dengan demikian dalam sistem islam kegiatan ekonomi tidak dibatasi
ragam dan jenisnya karena segala bentuk kegiatan ekonomi itu hukum asalnya adalah
boleh dan dalam kegiatan ekonomi islam mendorong untuk senantiasa berinovasi
didalamnya selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang digariskan oleh Al-
Quran dan sunnah Nabi.
3. Kunci dari falsafah ekonomi islam terletak pada:
a. Hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan ini dirumuskan dengan konsep
Tauhid yang berarti bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan sehingga
harus tunduk dan taat pada setiap peraturan yang telah digariskan oleh Allah
melalui para Nabinya dan menolak setiap peraturan yang tidak sesuai dengan
aturan Allah sehingga semua perbuatan manusia bermuatan ibadah sebagaimana
tujuannya di ciptakan.
b. Hubungan manusia dengan Alam, dalam islam hubungan manusia dengan alam
terlihat dari satu keyakinan bahwa Allah swt adalah satu-satunya pencipta alam
semesta beserta isinya yang berarti Dialah pemilik mutlak alam semesta ini (QS.
Al-Baqarah:29). Manusia dimuka bumi ini memiliki fungsi sebagai khalifah
untuk mengelola, menjaga, dan tidak membuat kerusakan atas sumber daya alam
yang telah Allah amanatkan kepada manusia sehingga setiap bentuk pemanfaatan
atas sumber daya alam, sekecil apapun manusia harus senantiasa
mempertanggung jawabkan kepada Sang Pencipta.
c. Hubungan manusia dengan manusia, setiap manusia dihadapan Tuhan memiliki
kedudukan yang sama dan memiliki kesempatan yang sama pula dalam
memanfaatkan sumber-sumber ala mini sebagai karunia dari Allah, akan tetapi
dalam pemanfaatannya manusia senantiasa memiliki motif yang berbeda-beda
sehingga pasti akan menimbulkan pertentangan-pertentangan satu sama lainnya,
untuk menghindari hal tersebut maka pola hubungan manusia dengan manusia
yang lain dalam memanfaatkan sumber daya alam perlu diatur.
4. Sistem ekonomi islam adalah sistem yang berdasarkan sisi pandang paradigma
Syariah dengan basis fondasi mikro melihat manusia sebagai seorang muslim (homo
islamicus) yang tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai akidah yang tercermin dalam
sikap hidup manusia (akhlak). Sistem ekonomi islam sendiri menjadikan dasar
filosofisnya bahwa manusia sebagai individualisme yang tunduk akan perintah
Tuhan dan bertindak sebagai khalifah di muka bumi yang bertujuan mencapai falah
(kemenangan, kebahagiaan) di dunia dan akhirat dengan mempertanggung jawabkan
perbuatannya selama hidup didunia, serta senantiasa bekerja keras dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan sistem ekonomi sosialisme berpedoman
pada paradigma marxisme dengan dasar filosofis dialektika-materialistik yang
memberikan basis fondasi mikro bahwa tidak ada kepemilikan pribadi dalam hal
produksi, negaralah yang mengklaim kepemilikan itu, dan sistem ekonomi
kapitalisme yang menjadikan paradigma ekonomi pasar sebagai cara pandangnya
dengan basis fondasi mikro melihat manusia sebagai manusia ekonomi (homo
economicus) dimana dasar filosofinya bersumber pada paham Utilitarianisme,
Individualisme dengan Laissezfaire, sehingga sistem ini tidak mengakui kepemilikan
umum tetapi hanya mengakui kepemilikan swasta/pribadi. Perbedaanya terletak pada
hak kepemilikan, sistem ekonomi islam berada di antara sosialis dan kapitalis yakni
multitype ownership yakni mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan baik
untuk swasta, negara atau campuran akan tetapi kepemilikan disini bersifat Amanah
karena pemilik mutlak dalam islam adalah Allah.
5. Ragam dari bekerja dan berusaha tidak dibatasi bentuknya selama terhindar dari
unsur- unsur berikut:
a. Maksiat, mengandung arti bahwa setiap usaha yang dijalankan harus
terhindar dari bentuk-bentuk yang mengarah kepada kerusakan aqidah,
sosial, moralitas, dan alam sekitar seperti perdukunan, penyuapan,
pelacuran, perjuadian, boros dan bermewah-mewah.
b. Aniaya, mengandung arti bahwa setiap usaha yang dijalankan harus
terhindar dari bentuk-bentuk kedzaliman, seperti keterpaksaan, korupsi, dll.
c. Gharar (samar), mengandung arti bahwa suatu bentuk usaha harus terhindar
darikesamaran atau ketidakjelasan baik dalam benda yang dijadikan obyek
atau bentuk transaksi, seperti menyembunyikan aib suatu barang, transaksi
secara ijon, dll.
d. Riba, berarti bahwa setiap transaksi bisnis harus terhindar dari riba yakni
pengambilan keuntungan yang ditetapkan dalam transaksi utang piutang
dengan mengeksploitasi kesulitan dan kelemahan orang lain dalam
pengadaan harta.
e. Bathil, mengandung arti bahwa setiap bentuk usaha harus senantiasa
mengacu pada rambu-rambu yang telah disediakan oleh syar’i yakni
memenuhi rukun dansyarat dalam suatu bentuk transaksi sebagaimana yang
dirumuskan ulama dalam kitab-kitab fiqihnya atau berdasarkan kebijakan
pemerintah yang tidakbertentangan dengan syar’i.
6. Bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia
seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zalim dan obyek yang haram. Pada bank syariah sumber pendapatan diperoleh
dengan sistem bagi hasil. Prinsip sistem bagi hasil ini sama seperti perdagangan pada
umumnya di mana bank syariah berperan sebagai perantara antara penjual dan
pembeli. Selisih harganya yang antara lain menjadi sumber pendapatan bank Syariah,
Bank syariah berinvestasi hanya pada usaha yang halal, Pada bank syariah besaran
bagi hasil berubah-ubah tergantung kinerja usaha. Sedangkan bank konvensional
yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang mana dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prosedur
dan ketentuan yang telah ditetapkan, bank konvensional menggunakan sistem bunga
yang sifatnya tetap, pada bank konvensional tidak dibatasi/bebas nilai. pada bank
konvensional besaran bunga tetap.

7. Kewajiban kita adalah saling mengingatkan dalam kebaikan untuk mencapai ridha
Allah, ketika ada saudara kita yang akan melakukan sebuah kesalahan maka kita
wajib untuk menegur dan mengingatkan, untuk masalah ini mungkin ada dua
pendapat dan kita juga tidak bisa menyalahkannya karena pendapat itu pasti memiliki
dasarnya dan alasannya masing-masing tetapi akan lebih baik jika kita menghindari
hal tersebut agar lebih aman dan kita tetap ada dalam ridha Allah, Adapun Sebagian
ulama berpendapat bahwa bunga bank konvensional termasuk dalam kategori riba.
Karena itu, sebagai seorang Muslim, kita tidak diperbolehkan bertransaksi
menyimpan uang di bank konvensional. Kita harus menyimpan uang di bank syariat.
Namun, sebagian ulama berpendapat lain bahwa bunga bank konvensional itu tidak
sama dengan riba. Menyimpan uang di bank konvensional diperbolehkan karena
bunga tidak masuk dalam kategori riba. Nahdlatul Ulama (NU) memiliki tiga
pendapat tentang bunga bank konvensional dan riba. Pertama, NU menganggap
antara bunga bank dan riba itu sama. Kedua, pendapat mengatakan bahwa bunga
bank berbeda dengan riba. Karena itu menyimpan uang di bank konvensional
diperbolehkan. Ketiga, bunga bank konvensional berkedudukan syubhat yang berarti
ada di di antara halal dan haram. Untuk keputusan akhirnya dikembalikan kepada
yang menjalankan transaksi.
BAB 6
1. Syari’ah menurut Bahasa artinya adalah “jalan menuju air”, Syari’ah berarti jalan
besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi
petunjuk bagi setiap manusia. Syari’ah identik dengan agama atau Din, atau Millah,
yakni aturan atau tuntunan yang diturunkan Allah SWT untuk kehirupan manusia
yang meliputi akidah, hukum dan akhlak, maka syari’ah adalah segala aturan yang
berkaitan dengan perbuatan manusia serta berupa wahyu Allah SWT itu sendiri yang
dalam wujudnya berupa nash Al-Quran dan Hadits Nabi yang benar-benar shahih
dan tidak ada keraguan.
Fiqih menurut Bahasa berarti paham, sedangkan menurut istilah fikih adalah ilmu
atau kumpulan tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang
bersumber dari nash Al-Qur’an dan Hadits. Fikih merupakan pemahaman terhadap
nash Al-Quran dan Hadits berkaitan dengan perbuatan manusia yang tentu sudah
tidak identic lagi dengan nash itu sendiri, bisa juga fikih merupakan hasil pemahaman
ahli fikih yang memiliki pengetahuan terbatas dan tidak sempurna sehingga memiliki
kebenaran relatif.
Hukum islam merupakan sebuah hukum (aturan) yang memiliki cakupan yang
sangat luas, seluas perbuatan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah SWT
(fikih ibadah), sesama manusia (fikih muamalah: ekonomi, sosial, budaya, politik,
pidana), maupun dengan lingkungan (fikih lingkungan). Istilah hukum islam juga
harus diletakkan pada konteks istilah syari’ah dan fikih.
2. Secara garis besar hukum islam terbagi menjadi dua, yaitu ibadah (hubungan
langsung dengan Allah SWT) dan muamalah (dalam pengertian luas: hubungan
dengan sesama manusia). Dalam fiqih ibadah dibahas masalah: thaharah (bersuci),
shalat, puasa, zakat dan haji. Muamalah terbagi lagi menjadi munakahat
(pernikahan), mu’amalah (dalam arti sempit: ekonomi), mawaris (ilmu tentang
waris), siyayah (ilmu politik dan kenegaraan), jinayah (hukum pidana), dan qadla
(pengadilan). Pembagian ini tidak bersifat baku, artinya selalu terbuka peluang untuk
cabang-cabang yang baru sesuai dengan kebutuhan, seperti yang baru-baru ini
muncul yaitu: fikih sosial, fikih lingkungan, fikih Wanita, dan fikih Pendidikan.
3. Bentuk hukum islam dapat ditemukan dalam empat produk diantaranya yaitu:
a. Fatwa-fatwa ulama atau mufti bersifat kasuistik karena merupakan respon
terhadap permasalahan yang diajukan peminta fatwa. Fatwa tidak mempunyai
daya ikat dalam arti si peminta fatwa tidak harus mengikuti isi/hukum fatwa yang
diberikan kepadanya tapi fatwa cenderung bersifat dinamis.
b. Keputusan-keputusan pengadilan, bentuk ini sifatnya mengikat kepada pihak-
pihak yang berperkara, dan sampai tingkat tertentu juga bisa bersifat dinamis.
c. Peraturan perundangan, produk perundangan yang pertama kali di dunia islam
adalah al-majallah al-ahkam al-Adaliyah pada masa dinasti Turki Usmani.
Hukum islam bentuk ini juga bersifat mengikat atau mempunyai daya ikat yang
lebih luas. Orang yang terlibat dalam perumusannya juga tidak terbatas pada para
fuqaha atau ulama, tapi juga para politisi dan cendikiawan lainnya.
d. Kitab-kitab fiqh yang pada saat ditulis pengarangnya, kitab-kitab itu tidak
dimaksudkan untuk diberlakukan secara umum di suatu negeri dan juga tidak
dimaksudkan untuk digunakan pada masa atau periode tertentu. Kitab-kitab fiqih
cenderung dianggap harus berlaku untuk semua masa, yang oleh Sebagian orang
lalu dianggap sebagai jumud atau beku alias tidak berkembang. Kitab-kitab fiqih
sifatnya menyeluruh dan meliputi semua aspek bahasan hukum islam.
4. Perbedaan prinsipil dimaksud adalah pada sumber dan proses pembentukan undang-
undang. Sebagaimana diketahui, hukum islam bersumber pada Al-Quran dan Hadits
sedangkan hukum umum hanya berdasar pada pertimbangan nalar manusia.
Sedangkan pada proses pembentukan, hukum islam harus dilakukan oleh orang-
orang yang seluruhnya atau sebagiannya merupakan orang-orang yang layak
melakukan ijtihad. Adapun pada materi atau isi, bisa jadi terdapat perbedaan antara
undang-undang yang dibuat oleh orang-orang non muslim atau undang-undang yang
dalam pembentukannya tidak berdasar pada Al-Quran dan Hadits, tetapi bisa jadi
tidak ada perbedaan prinsipil antara keduanya sehingga jikalau orang islam (Fuqaha)
melakukan ijtihad ulang pada masalah yang sama akan melahirkan bentuk hukum
yang tidak jauh berbeda.
5. Peraturan yang bersifat memaksa, sifat memaksa dari hukum juga terdapat pada
hukum islam hanya saja sifat ini pada hukum islam (jika berupa produk peraturan
perundang-undangan) berasal dari dua sumber, yaitu dari penguasa yang memiliki
wewenang untuk menegakkan hukum tersebut dan dari Allah SWT sebagai hakim
(pencipta hukum) yang sebenarnya. Jika hukum islam bukan beruppa peraturan
perundang-undangan (seperti kewajiban bersuci setelah buang air atau kewajiban
solat), maka sifat memaksa tetap ada, yaitu dari Allah SWT.
6. Mengatur tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat hukum islam juga
mengatur tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat. Fikih muamalah
mengatur manusia dalam berbisnis, fikih munakahat mengatur manusia dalam
hubungan keluarga, dan fikih siyasah mengatur manusia dalam menjalankan roda
pemerintahan. Namun hukum islam bukan hanya mengatur tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat, tetapi tingkah laku manusia dalam urusan pribadi pun
diatur oleh hukum islam, seperti solat dan puasa. Bahkan, urusan yang paling pribadi
pun, seperti mandi, tidur, berjalan, dan berpakaian tidak luput dari jangkauan hukum
islam.
7. Ada sanksi juga terdapat dalam hukum islam bedanya, pada hukum islam saksi bisa
dari satu arah dan bisa dari dua arah. Pada hukum islam yang diberlakukan oleh
Lembaga atau penguasa, maka sanksi bisa datang dari Lembaga atau penguasa
tersebut tetapi dari Allah SWT tidak, atau sebaliknya tidak, atau dari keduanya.
Sedangkan pada hukum islam yang diberlakukan atau tidak mendapat penguatan
keberlakuannya dari Lembaga atau penguasa, maka sanksi hanya datang dari Allah
SWT di akhirat kelak.
BAB 7
1. Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah
syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek kehidupan.
Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat
disentuh oleh nilai-nilai islam. Islam tidak hanya mengajarkan kepada manusia
tentang hal-hal yang mencakup aspek-aspek ritual saja, seperti ilmu tafsir, hadits,
fiqh, aqidah, akhlaq dan yang lainnya. Tetapi islam juga mencakup segala ilmu yang
ada mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu
astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan islam ataupun teori-teori
ilmuan islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Hal
tersebut menjelaskan bahwa teknologi termasuk dalam aspek yang dibahas dalam
islam. Adapun pandangan islam terhadap teknologi adalah bahwa islam tidak pernah
mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru islam sangat mendukung
umatnya untuk me-research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk
teknologi. Bagi islam teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali
dan dicari keberadaannya.
2. Q.S. Ali Imran 190-191
‫ب‬ ٍ ‫ار َ ًٰل ٰي‬
ِ ‫ت ًِلُو ِلى ْاًلَ ْلبَا‬ ِ ‫ف الَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫ت َو ْاًلَ ْر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫اِ َّن فِ ْي خ َْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
3. Antara Ilmu pengetahuan, teknologi, manusia dan agama memiliki hubungan yang
sangat erat sekali, dilihat dari pengertiaan dan keterkaitannya adalah Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi adalah
pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah
dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek
sedangkan hubungannya dengan agama Islam dalam perkembangan iptek, adalah
bahwa Syariah Islam yang harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telahdiharamkan syariah Islam. Sedangkan manusia
merupakan objek yang paling penting dalam hal ini dimana manusia lah yang harus
berperan dan mampu menerapkan iptek berikut aturan-aturan yang ada dalam agama
islam untuk kehidupan manusia sehari-hari.
4. Karena umat islam saat ini telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah
lupa akan hal itu, mereka telah sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah
ritual saja, teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang
dulu dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang
disalahgunakan manfaatnya dimana-mana. Dimana dengan adanya teknologi justru
menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan disekitar kita. Hal ini diakibatkan
karena teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya, yakni saat moral
para pembuat ataupun pengguna teknologi telah mengalami kemerosotan. Mereka
terlalu tamak dan hanya memikirkan keduniawian saja, sehingga memakai teknologi
sebagai alat pemuas hawa nafsu tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan melalui
teknologi tersebut. Inilah permasalahan yang signifikan yang mengakibatkan
kemunduran umat islam dalam permasalahan teknologi.
5. Teknologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan
manusia, disetiap waktu para ahli dan ilmuan terus mengkaji dan meneliti teknologi
sebagai penemuan yang paling canggih dan modern, sehingga menjadi symbol
kemajuan dan kemodernan pada abad ini. Berikut beberapa dampak positif
perkembangan teknologi pada zaman ini:
a. Bidang Informasi dan komunikasi, Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-
informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui internet. Kita
dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya
dengan melalui handphone. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat
mudah dan lain sebagainya.
b. Bidang Ekonomi dan Industri, Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi.
Terjadinya industrialisasi. Produktifitas dunia industri semakin meningkat
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia
industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi.
Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah
skill dan pengetahuan yang dimiliki. Di bidang kedokteran dan kemajauan
ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi.
c. Bidang Pendidikan, Munculnya media massa, khususnya media elektronik
sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan.Dampak dari hal ini adalah guru
bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Munculnya metode-metode
pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka Dengan
kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa
dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos internet dan lain-lain.

6. Dampak negatif yang ditimbulkan perkembangan teknologi masa kini yaitu:


a. Bidang Informasi dan komunikasi, Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan
teroris (Kompas).

b. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang
bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu.
c. Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat memperoleh
informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes
psikologi secara langsung dari internet.
d. Kecemasan teknologi Selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi
komputer.
e. Kerahasiaan alat tes semakin terancam Program tes inteligensi seperti tes Raven,
Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk. Implikasi dari
permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan
pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran
melalui internet tersebut.
f. Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal. Kita tahu bahwa kemajuan di badang pendidikan juga mencetak
generasi yang berepngetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah.
Contonya dengan ilmu komputer yang tingi maka orang akan berusaha
menerobos sistem perbangkan dan lain-lain.
7. Pandangan Islam terdapat teknologi adalah bahwa islam tidak pernah mengekang
umatnya untuk maju dan modern, justru islam sangat mendukung umatnya untuk me-
research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk teknologi. Bagi islam
teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari kebenarannya.
Pandangan islam tentang teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari QS. Al-
Alaq ayat 1-5. Serta QS.Al-Imran: 190-191. Teknologi dan hasil-hasilnya harus
selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT,
selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi
Rabbik. Bagi martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik
demi penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya atau dengan
kata lain bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai-
nilai Rabbani, serta bagaimana memadukan antara pikir dan zikir juga ilmu dan iman.

Anda mungkin juga menyukai