Anda di halaman 1dari 7

RELEVANSI PEMIKIRAN SYAIKH ABDURRAUF SINKLI AL-JAWI

MAKALAH INI DISUSUN GUNA MEMENUHI


TUGAS MATAKULIAH STUDI TOKOH PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU
PROF. DR. MUDZAKIR ALI, MA

DISUSUN OLEH:

M. ULIL ALBAB
NIM. 18200013248

PROGAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2019
1

RELEVANSI PEMIKIRAN SYAIKH ABDURRAUF SINKLI AL-JAWI

Salah satu tokoh penting yang menghubungkan mata rantai keilmuan


ulama nusantara dangan ulama-ulama timur tengah serta berperan besar dalam
menyebarkan dakwah islam baik di dunia islam maupun di nusantara adalah
syekh abdurrauf sinkli.

Abdurrauf sinkli dilahirkan tahun 1024 H / 1615 M di sebuah desa wilayah


aceh sinkil. Ayahnya seorang ulama Syeh Ali al-fansuri Al-Jawi. Syeh Ali ini
saudara Syeh Hamzah Fansuri (1589-1604M) seorang mufti kerajaan Aceh
Darussalam pada masa Sultan Ali Almutawakkil riyat syah. Syeh Ali adalah
seorang arab yang telah mengawini seorang wanita setempat dari fansur bertempat
tinggal di sinkel. Tempat kelahiran abdurrauf . tapi menurut Ali Hasjmi seperti
yang dikutip Azra, nenek moyang al-sinkili berasal dari arab persia yang datang
ke kesultanan samudra pasai pada akhir abad ke 13 M. Mereka kemudian menetap
di fansur (barus), sebuah kota pelabuhn tua yang penting di pantai sumatera barat.

Sejak kecil Abdurrauf Al-snkili sudah dididik untuk belajar ilmu agama.
Pertama kali ia belajar kepada orang tuanya, Syekh Ali Al-Fansuri, pendiri dayah
suro lipat kajang di sampang kanan, aceh singkel, setelah itu, ia ke pasai dan
belajar ke dayah blang pira. Kemudian, ia ke banda aceh untuk belajar kepada
Syehk Syamsuddin As-sumatrany (w. 1630M) seorang ulama besar murid Syekh
Hamzah Fansuri dan seorang mufti kerajaan aceh pada masa sultan iskandar muda
(1607-1636M) dari sana ia melanjutkan perjalanan mencari ilmu ke jazirah arab.

Menurut riwayat yang dikutip bruinessen, Al-sinkili meninggalkan aceh


menuju arab pada tahun 1642M dalam usia 27 tahun dan menghabiskan tidak
kurang dari sembilan belas tahun waktunya di makkah dan madinah. Dalam karya
‘Umdah Al-muhtajin ia menceritakan secara sepintas kehidupan dikota-kota suci
tersebut, menyebut guru-guru tertentu yang ia ikuti pengajiannya dan tarekat-
tarekat sufi yang sudah ia pelajari. Seperti tarekat syattariyah yang ia pelajari dari
syak ahmad al-qusyaisyi dan muridnya Syaikh Ibrahim Al-Kurani.
2

Sepanjang route yang dilalui Abdurrauf al-sinkili dalam perjalananannya


ke jazirah arab yang terbentang di Doha, Yaman, Yabid, Jeddah, Makkah dan
Madinah, ia menuliskan daftar 19 guru yang dari mereka die mempelajari
berbagai cabang disiplin ulmu islam, dan 27 ulama lainnya yang dengan mereka
dia mempunyai kontak dan hubungan pribadi.

Ketika sampai Doha, Al-sinkili sempat belajar kepada Syaikh Abdul Qodir
Al-Maurir, tetapi tidak lama di Doha karena ia segera melanjutkan perjalannnya
ke Yaman, tetapi tidak lama di Doha karena ia segera melanjutkan perjalannnya
ke Yaman, di negri yaman inilah al-sinkili banyak belajar kepada ulama besar
terutama dari keluaarga ja’man seperti Syekh Ibrahim bin Abdullah bin Ibrahim
bin Ja’man seorang ahli hadist dan sanad (w.1083/1672M), Qadli Ashaq dan
Muhammad bin ibrahim bin abu qosim bin ishaq bin js’msn seorang Ulama
Madzhab Syafii (1014-1096H/1605-1685M) dan Alfaqif Al thyyib bin Abi Qosim
bin Ja’man.

Menurut khirudin alzinkili, seorang pakar sejarah arab dan penulis kitab
al-A’lam , keluarga ja’man berasal dari Ja’man bin Yahya bin Amru bin
Muhammad bin Ahmad bin Ali dari kabilah Sharif bin Dzuwal nenek moyang
orang Yaman keturunan Akka bin Adnan. Pada abad ke -10H , keluarga Ja’man
adalah kabilah besar di Yaman yang melahirkan banyak pada ahli fiqih, dan ahli
hadis. Dan mereka juga terkenal sebagai ulama-ulama tasawuf (sufi) selanjutnya
Al-sinkili berkunjung ke kota Zabid , salah satu kota bersejarah di yaman dan
sebagai pusat ilmu pengetahuan terkemuka. Di Zabid ia belajar kepada Syekh
Abdurrahim bin Al-Shiddiq Al-Khash, Syekkh Amin bin Al-Shiddiq Almizjaji,
Syekh Abdullah bin Muhammad al Adnani, Syekh Abdul Fattah Al-khah, Mufti
Zabid syekh Thair bin Husain al-Ahdal dan Qidhi Muhammad bin Abu bakar bin
Muthir (W1075H/1664M)

Dalam kitab Sanad abu Alzain Abdul khaliq Almuzjaji disebutkan bahwa
Al-sinkili juga belajar kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Baqi Mizjaji seorang
mursyid Thoriqoh Naqsyabandiyah (w1074/1664M) sekaligus ahli qiro’ah. Hal
3

ini pula yang disebutkan al-sinkili terkait gurunya Syekh Muhammad Abdul Baqi
Al-naqsyabandi di dalam kitabnya “Umdatu al-Muhtahjiin.

Dari Zabid syehk Abdurauf Al-Sinkili melanjutkan perjalannnya ke


Makkah, tapi sebelum sampai makkah ia singgah terlebih dahulu di Jeddah di sini
ia belajar kepada Syekh Abdul Qodir al-Barkhali.

Selanjutnya setibanya di makkah ia belajar kepada Syekh Ali bin Abdul


Qodir al-thalabari. Keluarga al-Thabari merupakan syekh abdul Qodir bin
Muhammad al-yhabari, juga kakeh ayahnya bernama Imam Yahya bin Mukarram
at-thbarri. Al-Makki adalah ulama besar yang merupakan murid Imam Alhafid
Muhammad bin Abadurrahman Al-Sakhawi murid Ibnu Hajar Al-asqolani.

Di Makkah, Al-sinkili juga beajar kepada Syekh Isa Al-maghribi yang


bernama lengkap Isa bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-ja’far
dinisbatkan kepada paman Rosulullah SAW. Ja’far bin Abu Thalib. Seorang pakar
fiqih madzhab maliki.

Gurunya yang lain adalah Syekh Abdul Aziz alzamzami seorang ahli
hadis, fiqih dan sastrawan, juga Syekh Alaidin Al Babili yang mengajar di
Makkah, Tajuddin bin ya’qub, ali Jamal al-Makkidan Abdullah bin Said
Baqusyairi Al-Makki.

Setelah belajar ilmu di makkah di Sinkili melanjutkan perjalanann ke


Madinah. Di Madinah, Alsinkili belajar kepada Syekh Muhammad bin Abdurrasul
bin Abdu sayyid Alhasni al-barzanji seroang ulama ahli tafsir fiqih dalam
madzhab Syafii (1630-1691 M) Syaikh Ibrahim bin Abdurrahman al Madini
murid Syammsuddin Muhammad bin Alaidin al-Babily, ali al-Bashir seorang
ulama ahli fiqih dalam Madzhab Maliki serta Ahli hadis (w. 1694)

Adapun sosok ulama Madinah yang menjadi sandaran periwayatan ilmu


Alsinkili baik yang dhahir ataupun yang batin Syekh Al-arif Billah
Shafiyudin ahmad dan muhammad almadani alanshari alqusyayi dan syekh
4

ibrahim bin hasan. Dan syakh ibrahim al0kurani. Adalah dua ulama yang sangat
berjasa besar dalam perkembangan keilmuan alsinkili.

Karena keduanya mengmbil banyak ilmu dan sanad, tertama ilmu tasawuf.
Bahkan dalam karya alsinkili yang berjudul tanbih almasyi almansub ila thariq
alqusyasyi terlihat jelas hubungan guru dan murid antara qusyaisi dan al sinkili
yang tersambung dalam tarekat Syatthariyah.

Dalam Tanbih al-masyi al-sinkili menuliskan sanat tarekat Syatariyah


yang diterima dari alqusyaisi alfaqir yang hina ini abdurrauf menerima talqin
syathariyah dari syaikhona al arif billah alkamil almukammil shafiyuddin ahmad
bin muhammad almadani alanshari alqusyaisi dari sayyid abu almawahid abdullah
ahmad bin ali al-Quraisyi alabbas al-Tsinawi darisultonul alarifin billah sayid
shibghatullah dai qudwatu alulama sayid wajihuddin alalawi dari alghauts al jami’
al jawami’ sayyid muhammad al-ghouts dari qudwatu al maqqarrabin syaikh haj
hadlur thaba tharahu dari syakh hidayatullah al samasti dari sayid imam qadli
alsyttari dari syaikh abdullah alsathari dari syyidi muhammad arif dari sayyida
muhmmad “asyiq dari syakh hudaqal dari quth ibnu al hasan al hiqani dari syaikh
abu mudlaffir maulana turk al-Tsusi dari syaik arrabi yazid al usyaqi dari syaikh
muhmmad al-maghrib dri ruhaniyah sulton al arifin abu yazid albusthami dru
ruhiyah imam ja’far syadiq dari imam muhammad baqir dari imam ali bin a-
husain zainal abidin al-sajad dari imam husain dari ali al syahid dari imam
murtadla ili bin abid thalib dari nabi muhmmad saw.

Al-sinkili tepat memilih syaikh ahmad al Qusyasi sebagai guru utama


karena kedalaman ilmu yang dimilikinya. Seperti yang tertulis Al Ziriki Syaikh
Ahmad Qusyasyi adalah ulama besar Madinah. Ia menguasai banyak ilmu seperti
hadis, fiqih dan tasawuf dengan sanad yang tersambung hingga Rosulullah SAW.
Ia berasal dari al-quds Palestina dari keluarga Dajjani. Ketika di Haramaian ia
banyak belajar dan meriwayatkan dari ulama almusnid abdurrahman bin abdul
qodir bin fahd almakki dan syekh muhmmad bin ahmad al romli alamshari murid
ibnu hajar alasqolani serta ulama lainnya. Pada awalnya ia bermadzhab maliki
5

kemudian beralih ke madzhab syafi’i dan menjadi mufti untuk kedua madzhab
tersebut. Atas kebesaran ilmunya, berkata salah seroang muridnya yang bernama
as-syams al bibli, tidak pernah aku melihat seroang alim seperti guruku ahmad
Qusyaisyi yang menulis apa yang ia inginkan tanpa berfikir panjang.

Disamping itu, Syaikh Yasin Alfadani juga memiliki sanad yang


terhubung kepada Syekh Ahmad Qusyasyi lewat jalur kedua muridnya yang
bernama Syakh Hasan bin Ali Alujaimi dan Syekh Ahmad bin Muhmmad al
Nikhali. Juga dari jalur Syekh Mahfudz Attermasi aljawi dari syaid abu bakar
syatha dari syayyid ahmad saini dahlan, dari syaikh ustman bin hasan al dimyathi
dari syaikh muhmmad bin ali al syinwani dari syekh isa bin ahmad albarawi fsri
syaikh ahmad abdul fattah almalawi dar syaikh ibrahim bin hasan alkurdi al
kurani dari syaikh ahmad bin muhmammad al qusayaishi.

Salah satu murid syakh ahmad al Qusyaisyi yang juga merupakan guru al
sinkili di madinah adalah syaikh ibrahim alkurani. Murid al qusyasi ini berhasil
melanjutkan keilmuan gurunya, dan menjadi salah seorang ulamabesar
sesudahnya. Selain tasawuf, ia juga menekuniberbagai disiplin ilmu seperti fiqih,
ushul, tafsir, bahasa, hadis dan lainnyaa yang ia peroleh dari para ulama dari
berbgai negara seperti syam, mesir dan hijaz dan haramain. Lebih dari itu ia
memiliki banyak karya seperti ithaf al-khlaf bi thariq madzhab al-salaf, ithaf al-
munib al-awwah bi fadl al-jahr bi Dzikrillah, ilithaf al-Zhaki dan lainnya.

Setelah mendapat syahadah at-tadris mendapat izin mengajar di haramain,


baru kemudian sekitar tahun 1662M, ia kembali ke aceh untuk berdakwah dan
menyebarkan ilmu agama islam pada saat itu kerjaan aceh dipimpin oleh seorang
ratu bernama sultanah shafiyatuddin syah (1641-1676M) selama 20 tahun di aceh,
ia diangkat sebagai mufti besar yang memainkan peran ooenting dalam dakwah
islam baik dalam bidang pendidikan, karya tulis, stategi jihad dan politik.

Perjalanan panjang syaihk Abdrrauf Sinkli dalam rangkat mencari ilmu


(rihlah ilmiyyah) semakin menguatkan hubungan keilmuan antara nusantara dan
haramain serta menjadi motivasi besar bagi para pelajar nusantaa pada msa-masa
6

setelahnya untuk melakukan perjalanan ke makkan dan madinah serta negeri-


negeri di timur tengah lainnya untuk memperdalam ilmu agama islam.

Daftar Pustaka:

Dzulkifli Amnan,Jalan Dakwah Ulama Nusantara, Tangerang Selatan;


Pustaka Kompas,2018
A. Ginanjar Sya’ban, Mahakarya Islam Nusantara, Tangerang; Pustaka
Kompas, 2017

Anda mungkin juga menyukai