Anda di halaman 1dari 14

‫العلم حرب للفتي المتعالي كالسيل حرب للمكان العالي‬

‫من كتاب حلية طالب العلم‬


                                       ‫لفضيلة الشيخ بكر بن عبدهللا أبو زيد‬ 
                                               ‫شرح الشيخ بن العثيمين‬
ini caro baco nyo pengarang nyo: 
min kitabi hilyatu tholibil 'ilmi
lifadhilatus syaikh bakr bin 'abdullah abu zaid
syarhus syaikh bin 'atsimin
artinyo:
dari buku warna dan bentuk or perhiasan penuntut ilmu
yg terhormat syaikh bakru bin abdullah abu zaid
menjelaskan buku syaikh bin 'atsimin,,,
oke,,,,,,!!!

Biografi Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid

Nasabnya:

Beliau adalah Bakr bin ‘Abdullah, Abu Zaid bin Muhammad bin ‘Abdullah bin Bakr bin
‘Utsman bin Yahya bin Ghaihab bin Muhammad. Silsilah ini berhenti hingga Bani Zaid teratas,
yaitu Zaid bin Suwaid bin Zaid bin Suwaid bin Zaid bin Haram bin Suwaid bin Zaid, al-
Qudlaa’i, dari kabilah Bani Zaid al-Qudlaa’iyyah yang tersohor di kawasan al-Wasym dan
dataran tinggi Nejd. Di sanalah Syaikh Bakr Abu Zaid dilahirkan, yaitu pada tahun 1365 H.

Kehidupan Ilmiahnya:

Di tempat kelahirannya, ia belajar di sekolah biasa hingga kelas dua ibtidaiyah, kemudian pindah
ke Riyadh tahun 1375 H di mana ia melanjutkan ibtidaiyahnya di sana, kemudian meneruskan ke
Ma’had ‘Ilmi, kemudian fakultas syari’ah hingga wisuda pada tahun 1387/1388 H.

Pada tahun 1384 H, ia pindah ke Madinah Munawwarah dan bekerja sebagai kepala
Perpustakaan umum, Universitas Islam (al-Jaami’ah al-Islaamiyyah).

Di samping sekolah reguler, ia rajin mengikuti beberapa halaqah (pengajian sorogan) para syaikh
di Riyadl, Mekkah dan Madinah.

Di Riyadl, ia belajar ilmu tentang Miiqaat (manasik haji) kepada syaikh al-Qadli, Shalih bin
Muthlaq dan kitab lainnya. Ia juga belajar fiqih kepada syaikh al-Hijawy dengan menggunakan
kitab Zaad al-Mustaqni’, tetapi hanya pada bab tentang Buyuu’ (jual beli).
Di Mekkah, ia belajar kepada samahatusy syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz (mantan
Mufti Kerajaan Arab Saudi) , yaitu kitab al-Hijjah dari kitab al-Muntaqa karya al-Majd bin Ibn
Taimiyyah, tepatnya pada musim haji tahun 1385 H di Masjid Haram.

Di Masjid Haram juga, ia mendapatkan Ijaazah dari beberapa syaikh, di antaranya Syaikh
Sulaiman bin ‘Abdurrahman bin Hamdan yang mengizinkannya secara tertulis melalui tulisan
tangannya untuk meriwayatkan seluruh kitab hadits dan juga Ijaazah mengenai Mudd Nabawi.

Sedangkan di Madinah Munawwarah, ia juga belajar kepada samahatusy syaikh Ibn Baz, yaitu
kitab Fath al-Baary dan Buluugh al-Maraam serta beberapa risalah dalam masalah fiqih, tauhid,
hadits di kediaman Syaikh Ibn Baz. Ia ‘nyantri’ dengan syaikh Ibn Baz selama sekitar dua
tahunan, lalu Syaikh Ibn Baz pun memberikan Ijaazah kepadanya.

Ia juga ‘nyantri’ dengan syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi selama 10 tahun sejak pindah
ke Madinah Munawwarah hingga wafatnya syaikh (guru) nya itu pada musim haji tahun 1393 H.

Ia membaca pada gurunya itu kitab tafsir ‘Adlwaa` al-Bayaan (karya monumental Syaikh
Muhammad al-Amin asy-Syanqithi) dan risalahnya ‘Aadaab al-Bahts Wa al-Munaazharah’. Ia
pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar ilmu tentang nasab di mana ini hanya
dilakukannya sendiri, tidak murid-murid yang lain. Ia juga membacakan kepadanya kitab al-
Qashd wa al-Umam karya Ibnn ‘Abd al-Barr, juga membacakan beberapa risalah. Tidak lupa ia
menggunakan kesempatan untuk berdiskusi dan menimba hal-hal yang bermanfa’at.

Ia memiliki sekitar 20-an Ijaazah dari para ulama al-Haramain, Maroko, Syam, India, Afrika dan
lain-lain.

Pada tahun 1399/1400 H, ia belajar tentang peradilan di Ma’had ‘Aly, selanjutnya, ia berhasil
menggondol gelar Magister. Dan pada tahun 1403, ia pun meraih gelar doktor.

Aktifitas dan Jabatan yang Pernah Dipegang:

Pada tahun 87/88 H, setamatnya dari fakultas Syari’at, ia diangkat sebagai Qadli (Hakim) di
Madinah Munawwarah berdasarkan SK raja dan berlanjut hingga tahun 1400 H.

Pada tahun 1390 H, ia diangkat menjadi pengajar di Masjid Nabawi dan berlanjut hingga tahun
1400 H.

Pada tahun 1391 H, keluar pula SK raja berkenaan dengan pengangkatannya sebagai imam dan
khatib untuk Masjid Nabawi dan berlanjut hingga awal tahun 1396 H.

Pada tahun 1400 H, ia ditunjuk sebagai wakil umum kementerian kehakiman dan ini berdasarkan
surat penunjukkan oleh dewan menteri. Jabatan ini berlanjut hingga akhir tahun 1412 H. ketika
itu, keluar SK pengangkatannya sebagai anggota lajnah fatwa dan Hai`ah Kibaar al-’Ulama’
(Forum Ulama Besar).
Pada tahun 1405 H, kembali keluar SK raja untuk penunjukannya sebagai perwakilan kerajaan
Arab Saudi pada Lembaga Kajian Fiqih Islam Internasional (Mujamma’ al-Fiqh al-Islamy ad-
Duwaly) yang menginduk pada OKI (Organisasi Konfrensi Islam) di mana kemudian ia
dinobatkan sebagai ketuanya.

Pada tahun 1406 H, ia ditunjuk sebagai anggota Mujamma’ dan di sinilah ia benyak ikut terlibat
dalam berbagai kepanitiaan dan seminar-seminar baik di dalam mau pun di luar kerajaan Arab
Saudi. Di samping itu, ia juga mengajar materi peradilan di Ma’had ‘Ali dan menjadi dosen pada
pascasarjana fakultas Syari’ah, di Riyadl.

Karya-Karyanya:

Karya beliau banyak sekai mencapai 66 buah buku dalam berbagai disiplin ilmu, di antaranya:

1. Fiqh al-Qadlaaya al-Mu’aashirah (Fiqh an-Nawaazil), terdiri dari 3 jilid dan mencakup 15
permasalahan fiqih kontemporer dalam bentuk risalah, di antaranya:
o Risalah at-Taqniin Wa al-Ilzaam
o Risalah al-Muwaadla’ah Fii al-Ishthilaah
o Risalah Thifl al-Anaabiib
o Risalah at-Ta’miin
o Risalah at-Tamtsil
2. at-Taqriib Li ‘Uluum Ibn al-Qayyim
3. Ikhtiyaaraat Ibn Taimiyyah karya al-Burhan Ibn al-Qayyim (tahqiq)
4. Mu’jam al-Manaahi al-Lafzhiyyah
5. Laa Jadiid Fii Ahkaam ash-Shalaah
6. at-Ta’aalum
7. Hilyah Thaalib al-’Ilm
8. Adab al-Haatif
9. at-Ta’shiil Li Ushuul at-Takhriij Wa Qawaa’id al-Jarh Wa at-Ta’diil (3 jilid)
10. Mashu al-Wajh Bi al-Yadain Ba’da Raf’ihima Bi ad-Du’aa`
11. Ziyaarah an-Nisaa` Li al-Qubuur
12. Dla’f Hadiits al-’Ajn
13. an-Nazhaa`ir
14. ar-Radd ‘Ala al-Mukhaalif
15. at-Tahdziir Mn Mukhtasharaat ash-Shaabuuny Fi at-Tafsiir
16. Du’aa` al-QunUUt
17. Nazhariyyah al-Khalth Bayna al-Islaam Wa Ghairihi Min al-Adyaan (sudah
diterjemahkan dengan judul Propaganda Sesat Penyatuan Agama, penerbit Darul Haq)
18. Madiinah an-Nabiyy; Ra`yul ‘Ain

Dan banyak lagi buku-buku yang lain, semoga Allah menganugerahkan pahala kepada Syaikh
Bakr, menambah keutamaannya, menjadikan ilmunya bermanfaat bagi umat Islam, menjaganya
dan memberkahinya. Amiin.
BIOGRAFI ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL UTSAIMIN
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin Al Wuhaibi At
Tamimi. Beliau dilahirkan di kota Unaizah pada tanggal 27 bulan ramadhan tahun 1347 H.
Beliau belajar Al Quran kepada kakeknya dari jalan ibu, Abdurrahman bin sulaiman Ali
Damigh rahimahullah. Kemudian beliau menuntut ilmu, belajar menulis , berhitung, dan ilmu
sastra. Syaikh Abdurrahman as sa’di menempatkan 2 muridnya di kediamannya untuk mengajar
murid-murid yunior, yang seorang bernama syaikh Ali Ash Shalihi dan seorang lagi syaikh
Muhammad bin Abdul azizi Al Muthawi, yang kepadanya beliau belajar mukhtasar aqidah
wasithiyah tulisan syaikh Abdur rahman as sa’di dan minhajus salikin fil fiqhi tulisan syaikh
abdurrahman juga, jurumiyah dan alfiyah. Beliau belajar faraidh dan fikih kepada syaikh
abdurrahman bin ali bin audan. Beliau belajar kepada syaikh abdurrahman bin nashir as sa’di
yang beliau anggap sebagai syaikhnya yang pertama. Karena beliau belajar kepada beliau
tentang tauhid, tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, faraidh, musthalah hadits, nahwu dan sharaf.

Syaikh Utsaimin mempunyai kedudukan khusus di sisi gurunya. Ketika ayahanda beliau pindah
ke Riyadh pada masa awal perkembanganya dan ingin agar anaknya, Muhammad Al Utsaimin
pindah bersamanya. Maka Syaikh Abdurrahman As Sa’dy (sang guru) menulis surat kepada
ayahanda beliau: Ini tidak boleh terjadi, kami ingin agar Muhammad tetap tinggal di sini
sehingga dia bisa banyak mengambil manfaat.Berkomentar tentang Syaikh tersebut, Syaikh
Utsaimin mengatakan: Syaikh As Sa’dy sungguh banyak memberi pengaruh kepada saya dalam
hal methode mengajar, memaparkan ilmu serta pendekatannya kepada para siswa melalui
contoh-contoh dan substansi-substansi makna. Beliau juga banyak memberi pengaruh kepada
saya dalam hal akhlak. Syaikh As Sa’dy Rahimahullah adalah seorang yang memiliki akhlak
agung dan mulia, sangat mendalam ilmunya serta kuat dan tekun ibadahnya. Beliau suka
mencandai anak-anak kecil, pandaimembuat senang dan tertawa orang-orang dewasa. Syaikh
As Sa’dy adalah orang yang paling baik akhlaknya dari orang-orang yang pernah saya
lihat.Syaikh Utsaimin juga belajar kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz Hafizhahullah, Syaikh
Abdul Aziz bin Baz adalah guru kedua beliau, setelah Syaikh As Sa’dy. Kepada Syaikh Bin Baz
beliau belajar kitab Shahihul Bukhari dan beberapa kitab karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dan kitab-kitab Fiqih.
Mengomentari Syaikh Bin Baz, Syaikh Utsamin mengatakan: Syaikh Bin Baz banyak
menpengaruhi saya dalam hal perhatian beliau yang sangat intens terhadap hadits. Saya juga
banyak terpengaruh dengan akhlak beliau dan kelapangannya terhadap sesama manusia.

Pada tahun 1371 H, beliau mulai mengajar di masjid. Ketika dibuka Ma’had Ilmi, beliau masuk
tahun 1372 H, Syaikh Utsaimin mengisahkan: Saya masuk Ma’had Ilmi pada tahun kedua (dari
berdirinya Ma’had) atas saran Syaikh Ali Ash Shalihy, setelah sebelumnyamendapat izin dari
Syaikh Sa’dy. Ketika itu Ma’had Ilmi dibagi menjadi dua bagian: Umum dan Khusus, saya
masuk ke bagian Khusus, saat itu dikenal pula dengan sistem loncat kelas. Yakni seorang siswa
boleh belajar ketika liburan panjang dan mengikuti tes kenaikan di awal tahun. Jika lulus dia
boleh di kelas yang lebih tinggi. Dengan sistem itu saya bisa menghemat waktu.

Setelah dua tahun menamatkan belajar di Ma’had Ilmi, beliau lalu ditunjuk sebagai guru di
Ma’had ilmi ‘Unaizah sambil melanjutkan kuliah di Fakultas Syari’ah dan tetap juga belajar di
bawah bimbingan Abdurahman As Sa’dy Rahimahullah.Ketika As Sa’dy wafat beliau ditetapkan
sebagai Imam Masjid Jami’ di ‘Unaizah, mengajar di Maktabah ‘Unaizah Al Wathaniyah dan
masih tetap pula mengajar di Ma’had Ilmi. Setelah itu beliau pindah mengajar di Cabang
Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Qashim pada fakultas Syari’ah dan Ushuluddin
hingga sekarang. Kini beliau menjadi anggota Hai’atu Kibaril Ulama (di Indonesia semacam
MUI, pent.) Kerajaan Saudi Arabia. Syaikh Utsaimin memiliki andil besar di medan dakwah
kepada Allah Azza wa Jalla, beliau selalu mengikuti berbagai perkembangan dan situasi
dakwah di berbagai tempat.Perlu dicatat, bahwa Syaikh Muhammad bin Ibrahim Rahimahullah
telah berkali-kali menawarkan kepada Syaikh Utsaimin untuk menjadi qadhi (hakim), bahkan
telah mengeluarkan Surat Keputusan yang menetapkan beliau sebagai Ketua Mahkamah
Syari’ah dikota Ihsa’ , tetapi setelah melalui berbagai pendekatan pribadi, akhirnya Mahkamah
memahami ketidaksediaan Syaikh Utsaimin memangku jabatan ketua Mahkamah .

Karya-karya beliau:
1. Talkhis Al Hamawiyah, selesai pada tanggal 8 Dzulhijah 1380 H.
2. Tafsir Ayat Al Ahkam (belum selesai).
3. Syarh Umdatul Ahkam (belum selesai).
4. Musthalah Hadits.
5. Al Ushul min Ilmil Ushul.
6. Risalah fil Wudhu wal Ghusl wash Shalah.
7. Risalah fil Kufri Tarikis Shalah.
8. Majalisu Ar Ramadhan.
9. Al Udhiyah wa Az Zakah.
10. Al Manhaj li Muridil Hajj wal Umrah.
11. Tashil Al Faraidh.
12. Syarh Lum’atul I’tiqad.
13. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah.
14. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
15. Al Qowaidul Mustla fi Siftillah wa Asma’ihil Husna.
16. Risalah fi Annath Thalaq Ats Tsalats Wahidah Walau Bikalimatin (belum dicetak).
17. Takhrij Ahadits Ar Raudh Al Murbi’ (belum dicetak).
18. Risalah Al Hijab.
19. Risalah fi Ash Shalah wa Ath Thaharah li Ahlil A’dzar.
20. Risalah fi Mawaqit Ash Shalah.
21. Risalah fi Sujud As Sahwi
22. Risalah fi Aqsamil Mudayanah.
23. Risalah fi Wujubi Zakatil Huliyyi.
24. Risalah fi Ahkamil Mayyit wa Ghuslihi (belum dicetak).
25. Tafsir Ayatil Kursi.
26. Nailul Arab min Qawaid Ibnu Rajab (belum dicetak).
27. Ushul wa Qowa’id Nudhima ‘Alal Bahr Ar Rajaz (belum dicetak).
28. Ad Diya’ Allami’ Minal Hithab Al Jawami’.
29. Al Fatawaa An Nisaa’iyyah 30. Zad Ad Da’iyah ilallah Azza wa Jalla. 31. Fatawa Al Hajj.
32. Al Majmu Al Kabir Min Al Fatawa.
33. Huquq Da’at Ilaihal Fithrah wa Qarraratha Asy Syar’iyah.
34. Al Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Muaqifuna Minhu.
35. Min Musykilat Asy Sayabab.
36. Risalah fil Al Mash ‘alal Khuffain.
37. Risalah fi Qashri Ash Shalah lil Mubtaisin.
38. Ushul At Tafsir.
39. Risalah Fi Ad Dima’ Ath Tabiiyah.
40. As’illah Muhimmah.
41. Al Ibtida’ fi Kamali Asy Syar’i wa Khtharil Ibtida’.
42. Izalat As Sitar ‘Anil Jawab Al Mukhtar li Hidayatil Muhtar.

Dan masih banyak karya-karya beliau hafidahullah ta’ala yang lain.


Wallahu ‘alam.
Syaikh Utsaimin Hafizhahullah memiliki karangan lebih dari 40 buah. Di antaranya berupa
kitab dan risalah. Insya Allah semua karya beliau akan dikodifikasikan menjadi satu kitab
dalam Majmu’ul Fatawa war Rasa’il.

Wafatnya:
Beliau wafat pada hari Rabu sore, 15 syawal 1421 H/10 januari 2001, Syeikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin meninggal dunia waktu ashar di Rumah Sakit di Jeddah dan dishalatkan
pada waktu Ashar hari Kamis, 16 Syawal 1421 H di Masjidil Haram ( Mekah ).

Sumber :http://jacksite.wordpress.com/2007/04/25/biografi-asy-syaikh-muhammad-bin-shalih-
al-utsaimin/
Sumber: SALAFY Edisi XIII/Sya’ban-Ramadhan/1417/1997Judul Asli: "Tokoh Ahlus Sunnah
dari Unaizah"

Label: Biografi Ulama

Biografi Ringkas Syaikh Muhammad bin


Sholih Al Utsaimin
Kategori: Biografi
3 Komentar // 8 May 2008

Nasabnya

Beliau adalah Abu Abdillah, Muhammad bin Sholih Al Utsamin, Al Wuhaibi, At Tamimi.

Kelahirannya

Beliau dilahirkan di kota ‘Unaizah pada tanggal 27 Ramadhan tahun 1347 H.

Pertumbuhannya

Beliau belajar al-Qur’an pada kakeknya dari jalur ibunya, Abdurrahman bin Sulaiman Alu
Damigh rahimahullah, kemudianmenghafalnya. Setelah itu beliau mulai belajar khat (menulis),
ilmu hitung, dan sebagian cabang ilmu sastra.

Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di mengangkat dua orang muridnya untuk mengajar
penuntut ilmu yunior yaitu syaikh Ali As Shalihi dan syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al
Muthawi’ rahimahullah. Kepadanya syaikh Utsaimin belajar kitab Mukhtashar al Aqidah Al
Wasithiyah karya Syaikh Abdurrahman As Sa’di, kitab Minhaj as Salikin fil Fiqh karya syaikh
Abdurrahman As Sa’di, Kitab Al Ajrumiyah dan al Alfiyah. Beliau belajar faraid (ilmu waris)
dan fiqih kepada Syaikh Abdurrahman bin ‘Ali bin ‘Audan.

Beliau belajar kepada Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di yang beliau anggap sebagai
syaikh pertamanya. Beliau bermulazamah kepadanya, belajar ilmu Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqih,
Ushul Fiqih, Faraid, Musthalah al Hadits, Nahwu dan Sharaf.

Beliau memiliki kedudukan yang khusus di sisi Syaikh As Sa’di, sehingga ketika orang tua
beliau pindah ke Riyad, orang tuanya menginginkan agar beliau ikut pindah padahal saat itu
adalah awal perkembangannya, maka Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah, menulis
surat kepada orang tuanya yang di antara isinya, “Hal ini tidak mungkin, kami ingin agar
Muhammad tinggal di sini supaya tetap belajar.”

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin mengatakan, “Sungguh, saya banyak terpengaruh
dengan beliau dalam metode pengajaran, pemaparan ilmu, serta pendekatannya terhadap
penuntut ilmu dengan memberikan contoh-contoh dan makna-makna. Demikian juga saya
terkesan terhadap beliau dari sisi akhlaknya, beliau memiliki akhlak yang mulia, beliau memiliki
kedudukan yang tinggi di dalam hal ilmu dan ibadah, beliau mencandai anak-anak kecil serta
tertawa kepada yang besar. Beliau termasuk di antara orang yang paling baik akhlaknya yang
pernah saya lihat.”

Syaikh Utsaimin juga belajar kepada Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz yang beliau anggap sebagai
syaikhnya yang kedua. Beliau memulainya dengan belajar Shahih Bukhari, sebagian risalah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan beberapa kitab fikih. Beliau mengatakan, “Aku terkesan
dengan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz Hafizhahullah tentang perhatiannya terhadap hadits,
akhlaknya serta kelapangan jiwanya terhadap orang lain.”
Pada tahun 1371 H beliau mengajar di masjid Jami’. Ketika Ma’had ‘Ilmiyah didirikan di Riyadh
beliau memasukinya pada tahun 1372, beliau mengatakan, “Saya memasuki ma’had ‘Ilmi pada
tahun kedua, saya memasukinya atas saran dari syaikh ‘Ali as Shalihi setelah saya meminta izin
kepada Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di, semoga Allah merahmatinya. Pada waktu itu ma’had
‘ilmi terbagi menjadi dua bagian yaitu khusus dan umum, sedangkan saya masuk pada bagian
khusus. Pada waktu itu juga siapa saja yang menginginkan maka bisa ‘melompat’, demikian
mereka menyebutnya, maksudnya seseorang belajar pelajaran kelas tingkat di atasnya pada
waktu liburan kemudian mengikuti ujian pada awal tahun kedua, jika ia lulus ia boleh pindah ke
kelas di atasnya sehingga dengan demikian masa studi bisa lebih singkat.

Setelah dua tahun beliau lulus dan ditetapkan sebagai pengajar di Ma’had ‘Unaizah al ‘Ilmi
sambil melanjutkan kuliah jarak jauh pada fakultas syari’ah serta melanjutkan menuntut ilmu
pada Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di. Ketika Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di rahimahullah
meninggal dunia beliau diangkat menjadi imam Masjid Jami’ al Kabir di ‘Unaizah dan mengajar
di Perpustakaan Nasional di samping mengajar di Ma’had ‘al ‘Ilmi. Kemudian beliau pindah
untuk mengajar di fakultas syari’ah dan ushuluddin Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al
islamiyah cabang Qosim. Selain sebagai anggota Haiah Kibarul ‘Ulama di kerajaan Arab Saudi,
beliau memiliki semangat dan aktivitas yang besar dalam berdakwah kepada Allah ‘azza wa
jalla dan membimbing para da’i di berbagai tempat. Beliau juga memiliki perjuangan yang
berharga pada medan dakwah.

Sehingga sangat layak untuk disebutkan juga bahwa syaikh Muhammad bin Ibrahim
rahimahullah pernah menawari bahkan mendesak beliau untuk menjadi qodhi(hakim) bahkan
telah mengeluarkan Keputusan dengan menetapkan beliau hafizhahullah sebagai kepala
Mahkamah Syari’ah di Ihsa’ namun beliau meminta untuk dibebaskan tugaskan dari tugas
tersebut. Setelah adanya pertimbangan-pertimbangan dan pendekatan personal dari Syaikh maka
beliau diizinkan untuk dibebaskan dari jabatan sebagai hakim.

Karya-Karyanya

Beliau memiliki tulisan yang banyak mencapai 40 berupa kitab dan risalah yang akan
dikumpulkan -insya Allah- dalam Majmu al Fatawa wa ar Rasail.

Sumber: Syarhu Kasyfu Asy Syubuhat, Penerbit Daarul Kutubil ‘Ilmiyah

***

Penerjemah: Sigit Hariyanto, S.T.


Muraja’ah: Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
Sikap Rendah Hati - Serial Kutipan Indah (5)

Bismillahirrahmanirrahim

َ ْ ‫حل‬
‫م‬ ِ ْ ‫ة وَال‬ َ َ ‫الس كِيْن‬
َّ ْ ْ
ِ ‫م وا لِلعِلم‬ ُ َّ ‫م وَتَعَل‬ َ ْ ‫وا الْعِل‬ ُ َّ ‫تَعَل‬
‫م‬
‫ن‬ْ ‫م‬َ ‫م‬ ْ ُ ‫اض عْ لَك‬ َ َ‫ه وَلْيَتَو‬ُ ْ ‫من‬
ِ ‫ن‬َ ْ‫م و‬ُ َّ ‫ن تَتَعَل‬ْ ‫م‬ َ ِ ‫عُوا ل‬
‫اض‬
َ َ‫وَتَو‬
‫م‬ َ َ ‫جب َ اب ِ َرةَ الْعُل‬
ُ َ ‫م ا ِء فَال َ ي‬
ُ ْ‫ق و‬ َ ‫ه وَال َ تَكُوْن ُ وا‬ُ َ ‫موْن‬ُ ِّ ‫تُعَل‬
ْ ُ ‫جهْلِك‬
‫م‬ ْ ُ ‫مك‬
َ ِ‫م ب‬ ُ ْ ‫عل‬ ِ
Pelajarilah ilmu, dan pelajarilah ketenangan serta
kesantunan untuk menyertai ilmu itu. Bersikaplah rendah
hati kepada guru-guru kalian, dan murid-murid kalian pun
hendaknya bersikap rendah hati kepada kalian. Jangan
menjadi ulama’ yang sombong, sehingga ilmu kalian tidak
bisa tegak disebabkan kebodohan kalian itu. (‘Umar bin al-
Khaththab).[1]
‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ‫ك‬ َ َ ‫ن دُوْن‬ْ ‫م‬َ ِ‫ت فَال َ تُفَك ِّ ْر فِي كَث ْ َرة‬ َ ‫م‬ ْ ِ ‫إِذَا عَل‬
ِ‫ماء‬َ َ ‫ن الْعُل‬ َ ‫م‬ِ ‫ك‬َ َ‫ن فَوْق‬ َ ‫ن انْظ ُ ْر إِلَى‬
ْ ‫م‬ ْ ِ ‫ال وَلَك‬ ُ ْ ‫ال‬
ِ َّ‫جه‬
Jika engkau telah berilmu, maka jangan memikirkan
betapa banyaknya orang-orang yang lebih bodoh darimu,
akan tetapi perhatikanlah para ulama’ yang lebih pandai
darimu! (Ahli Hikmah).[2]

َ‫ة أ‬
‫خ‬َ ‫م‬ َ َ
‫ش‬ ‫ا‬ ‫ر‬ً ْ ‫ب‬ ‫ش‬
ِ ‫ه‬
ُ ْ ‫ن‬‫م‬ِ ‫ل‬َ ‫ا‬ َ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬
ْ َ ٍَ ‫ف‬ ‫ار‬ َ ‫ب‬ ْ
‫ش‬ ُ ْ ‫الْعِل‬
ُ َ ‫م ثَالَث‬
‫ي‬ ‫ان‬َّ ‫الث‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ِّ
‫الش‬ َ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ه‬ َ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ن‬َ ‫أ‬ ‫ن‬ َ ‫ظ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ف‬ ‫ن‬َ ‫بأ‬
َ ِ َْ َ ْ َ َ ُ َ ُ َّ َّ َ ِ ِ ْ ِ
‫الش ب ْ ُر‬ ِّ ‫ما‬ َ ‫صغَرت إلَيه نفْس ه وعَلِم أَنه لَم ينل ْ ه وأ‬
َّ َ ُ َ َ ْ ُ َّ َ َ ُ ُ َ ِ ْ ْ َ َ
‫حد ٌ أَبَدًا‬ َ ُ ‫ث فَهيهات ال َ ينال‬
َ ‫هأ‬ ُ ََ َ َ ْ َ ُ ِ ‫الثَّال‬
Ilmu itu diumpamakan tiga jengkal. Barangsiapa yang baru
meraih satu jengkal, dia akan meninggikan hidungnya dan
menyangka telah meraih seluruhnya. Barangsiapa yang telah
meraih jengkal kedua, pasti ia merasakan betapa kecilnya
dirinya, dan menyadari bahwa ia belum meraih apa-apa.
Adapun jengkal ketiga, maka itu mustahil; tidak akan ada
seorang pun yang mampu meraihnya untuk selamanya.
(Asy-Sya’bi).[3]
‫ب‬
‫ح ْر ٌ‬
‫ل َ‬
‫سي ْ ِ‬ ‫ب لِلْفَتَى ال ْ ُ‬
‫متَعَالِي * كَال َّ‬ ‫ح ْر ٌ‬
‫م َ‬ ‫فَالْعِل ْ ُ‬
‫ان الْعَالِي‬
‫مك َ ِ‬ ‫لِل ْ َ‬
‫;‪Ilmu itu menjadi musuh bagi anak muda yang tinggi hati‬‬
‫‪sebagaimana aliran air yang menjadi musuh bagi tempat‬‬
‫]‪yang tinggi.[4‬‬

‫ه‬
‫ل الل ُ‬ ‫م ِع قَا َ‬ ‫س ْ‬ ‫ض ِع وَإِلْقَاءِ ال َّ‬ ‫م إِال َّ بِالتَّوَا ُ‬ ‫ل الْعِل ْ ُ‬ ‫ال َ يُنَا ُ‬
‫ب أ َ ْو‬‫ه قَل ْ ٌ‬ ‫ن لَ ُ‬ ‫ن كَ ا َ‬ ‫م ْ‬ ‫ك لَذِك ْ َرى ل ِ َ‬ ‫ن فِي ذَل ِ َ‬ ‫تَعَالَى ( إ ِ َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫أَ‬
‫بأ ْ‬ ‫ٍ‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ِ‬ ‫ه‬ ‫ِ‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫ع‬‫م‬‫َ َ‬ ‫و‬ ‫)‬ ‫ٌ‬ ‫د‬‫ْ‬ ‫ي‬‫ِ‬ ‫ه‬‫ش‬ ‫و‬‫ُ‬ ‫ه‬‫و‬
‫َّ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫َى‬ ‫ق‬ ‫ل‬
‫ق د ْ َرةُ عَلَى‬ ‫ه ال ْ ُ‬ ‫م ال َ تُعِيْن ُ ُ‬ ‫م ا ث ُ َّ‬‫ن قَ ابِال ً لِلْعِلْم ِ فَهْ ً‬ ‫يَك ُ وْ َ‬
‫ب‬‫اض ُر الْقَل ْ ِ‬ ‫ح ِ‬ ‫شهِيْد ٌ َ‬ ‫معَ وَهُوَ َ‬ ‫س ْ‬ ‫قى ال َّ‬ ‫تى يُل ْ ِ‬
‫َّ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫ِ‬ ‫م‬ ‫ْ‬ ‫ه‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ال ْ‬
‫ل م ا أُ‬
‫ص غَاءِ‬ ‫ن اْإل ِ ْ‬‫ِ‬ ‫س‬
‫ْ‬ ‫ح‬
‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ه‬ ‫ْ‬ ‫ي‬‫ي إِل َ‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ل‬ ‫ل ك ُ َّ َ‬ ‫س تَقْب ِ َ‬ ‫لِي َ ْ‬
‫ل ال ْ ِ‬
‫منَّةِ‬ ‫الشكْرِ وَالْف ََر ِح وَقَبُوْ ِ‬ ‫ض َراعَةِ وَ ُّ‬ ‫وَال َّ‬
‫‪Ilmu‬‬ ‫‪tidak‬‬ ‫‪mungkin‬‬ ‫‪bisa‬‬ ‫‪diraih‬‬ ‫‪kecuali‬‬ ‫‪dengan‬‬
‫‪ketawadhu’an dan kesediaan untuk mendengarkan. Allah‬‬
‫‪berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-‬‬
‫‪benar‬‬ ‫‪terdapat‬‬ ‫‪peringatan‬‬ ‫‪bagi‬‬ ‫‪orang-orang‬‬ ‫‪yang‬‬
mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya,
sedang dia menyaksikannya.” (Qs. Qaaf: 37). Maksud dari
mempunyai akal adalah dia harus siap menerima ilmu, yakni
dari segi pemahaman. Kemudian, kemampuan untuk
memahami itu tidak akan bermanfaat baginya sampai dia
mau mendengarkan, dan dia pun harus dalam keadaan sadar
secara penuh untuk menyambut semua yang disampaikan
kepadanya, dengan penuh perhatian, ketundukan, terima
kasih, gembira, dan mau menerima pemberian (dari
gurunya). (Imam al-Ghazali).[5]

[1] Diriwayatkan al-Ajurri dalam asy-Syari’ah, I/160 no. 145 dan Akhlaqu Hamalatil Qur’an, no. 48;
al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, II/287 no. 1789; al-Khathib dalam al-Jami’, I/45 no. 42; Ahmad
dalam az-Zuhd, II/156 no. 636; Waki’ dalam az-Zuhd, I/311 no. 269; ar-Ramahurmuzi dalam al-
Muhaddits al-Fashil, I/93 no. 86; al-Baihaqi dalam al-Madkhal, I/439 no. 434; Abu Bakr ad-
Dinawari dalam al-Mujalasah wa Jawahirul ‘Ilmi, IV/39 no. 1197 dan dinyatakan isnad-nya dha’if
oleh editornya. Riwayat senada dikutip melalui jalur yang marfu’, bersumber dari Abu
Hurairah dan ‘Umar. Namun, dinyatakan sangat lemah, matruk bahkan palsu oleh para ulama’.
Jadi, sepertinya ini adalah riwayat mauquf.
[2] Al-Usthurah karya Dr. ‘Aidh al-Qarny, hal. 222.
[3] Adabud Dunya wad Diin, hal. 82, dan Faidhul Qadir, IV/508-9 no. 5710.
[4] Ihya’ ‘Ulumiddin, I/98, dan Mizanul ‘Amal, hal. 47.
[5] Idem.
http://adabuna.blogspot.com/2011/08/sikap-rendah-hati-serial-kutipan-indah.html
http://asya84.wordpress.com/2011/03/28/keutamaan-menuntut-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai