Anda di halaman 1dari 12

WAHBAH AL-ZUḤAILĪ DAN PEMBARUAN HUKUM ISLAM

Muhammadun
Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281
Email: muhammadun@gmail.com

Abstrak

Wabhah al-Zuḥailī adalah di antara intelektual muslim kontemporer yang melalui tulisan-
tulisannya menekankan terbukanya pintu ijtihad hukum Islam. Ia berargumen bahwa
kompleksitas masyarakat di abad sekarang ini menuntut adanya ijitihad bersama. Karena
ijtihad bersama pembahasannya lebih komprehensif dan representatif. Alasan inilah yang
membuat al-Zuḥailī menyuarakan adanya pembaharuan dalam hukum. Tujuan dari adanya
pembaharuan hukum Islam bagi al-Zuḥailī adalah untuk membuktikan sifat fleksibilitas
syari'at Islam dalam bidang mu'amalah yang tidak bertentangan dengan nas-nas syar'i.

Kata Kunci: Wabhah al-Zuḥailī, hukum Islam, pembaruan, istinbāṭ hukum

Abstract

Wabhah al-Zuḥailī is one of contemporary Muslim intelectuals who emphesizes the openness
of the door of ijtihad in Islamic law. He argues that the complexity of society in the present
century demands a collective ijtihad. Because collective ijtihad proposes more comprehensive
discussion and representative. The reason is what makes al-Zuḥailī voiced tajdid (renewal) in
Islamic law. The purpose of the renewal of Islamic law according to al-Zuḥailī is to prove the
nature of the flexibility of Islamic shari'ah in the field mu'amalah that does not conflict with
syar'i texts.

Keywords: Wabhah al-Zuḥailī, Islamic law, reform, legal inference

Mahkamah: Jurnal Kajian Hukum Islam 232


Vol. 1, No. 2, Desember 2016
E-ISSN: 2502-6593
Muhammadun 233

Kehidupan Wahbah al-Zuḥailī. hingga jarak yang jauh. Karena itu masing-
masing kelompok dari masyarakat Arab
Al-Zuḥailī adalah seorang intelektual mempunyai catatan asal usul mereka
muslim berkebangsaan Syria. Beliau lahir terutama yang berkaitan dengan muru’ah
pada tahun 1351 H bertepatan dengan (harga diri) bagi masyarakat, terutam yang
tanggal 6 Maret 1932 M di Dīr Aṭiyah berkaitan dengan kesalehan individu seperti
Damaskus Syria. Ayahnya bernama Syaikh zuhud, sakha dan lain-lainnya, nasab
Musṭafa al-Zuḥailī, seorang ulama yang keluarga terhormat dan hasab (perilaku)
hafal al-Qur'an dan ahli ibadah. Dalam terpuji dalam pandangan masyarakat 4.
kesehariannya, beliau selalu memegang Misalnya kerena jasa atau keberaniannya di
teguh al-Qur'an dan sunnah Nabi, serta dalam medan perang mendapat gelar “asad
hidup sebagai seorang petani dan pedagang.1 Allah, saif Allah, ad-Dakhil atau the lion of
Sedangkan Ibunya bernama Fāṭimah Binti desert” dan lain-lainnya. Mereka sering
Muṣṭafā Sa'dah seorang perempuan yang memanggilnya dengan julukan kebanggaan
sangat wara' dan berpegang teguh dengan ini.
syari'ah Islamiyah.2 Al-Zuḥailī mengawali karir
Tradisi bangsa Arab dalam intelektualnya pada pendidikan dasar
menyebutkan nama, biasanya mencakup danmenengahdi tanah kelahirannya.
data pribadinya nama anaknya, orang tua Pendidikan menengah diselesaikannya pada
dan kakeknya serta leluhurnya, tempat tahun 1952 dengan peringkat pertama
kelahirannya bahkan kadang-kadang gelar dibidang adab. Pada tahun 1956 beliau
dan aliran mazhabnya 3. Disatu posisi berhasil mendapatkan ijazah dari Fakultas
memang posistif, namun pada sisi yang lain Syariah Universitas Kairo dengan peringkat
menunjukkan fanatisme sempit dan sisa pertama. Beliau juga berhasil mendapatkan
semangat asabiyyah yang kuat. ijazah pada bidang pendidikan dari Fakultas
Masyarakat arab (tempat kelahiran Bahasa Arab Universitas Al-Azhar.
Islam) memang mempunyai tradisi Pada pertengahan waktu itu, ia juga
membanggakan asal usul mereka, untuk berhasil menyelesaikan kuliah di „Ain asy-
menunjukkan bahwa dirinya berasal dari Syam Fakultas Hukum pada tahun 1957 dan
moble family. Tradisi ini mendorong mendapatkan sertifikat sehingga ia
mereka untuk melihat mereka ke belakang mendapatkan ijin untuk mempraktekkan
terutama menyangkut geneologi mereka ilmu hukum tersebut. Gelar Magister
Syari‟ah diperolehnya dari Fakultas Hukum
1
Badi' al-Sayyid al-Lahham, “Wahbah al- Universitas Kairo pada tahun 1959 dengan
Zuḥailī al-'alīm al-Faqīh al-Mufassir” dalam 'Ulamā tesisnya berjudul "al-Żarāi' fī as-Siyāsah
wa Mufakkirūn Mu'āṣirūn, Lamḥah Min Hayātihim asy-Syar'iyah wa al-Fiqh al-Islāmi". Al-
wa Ta'rīf bi Mu'allafātihim, bagian XII, cet. 1
Zuḥailī berhasil mendapatkan gelar Doktor
(Damaskus: Dar al-Qalam, 2001), 12. Lihat juga
Nurul Fatoni, Uzlah Menurut Doktor Wahbah al- dalam bidang hukum dengan judul disertasi
Zuḥailī, <www.Tripud.com> “Aṡār al-ḥarb fi al-Fiqh al-Islāmi-Dirāsah
2
Ayah al-Zuḥailī, wafat pada hari Jum'at
sore tanggal 13 Jumadil Ula 1395 H/ 23 Maret 1975
4
M. Sedangkan Ibunnya wafat pada hari Ahad 11 Akh. Minhaji, “Pendekatan Sejarah Dalam
Jumadil Akhirah 1404 H/ tanggal 13 Maret 1984 H. Kajian Hukum Islam”, Muqaddimah, Vol. 5, No. 8
Nurul Fatoni, Uzlah, 13. (1999), 68. Lihat pula Ismail Raji al-Faruqi, Muslim
3
Nama sendiri kadang tidak dikenal, yang Historiography, 112 ff. Studi Islam, pada masa-masa
dikenal justru profesi atau pekerjaannya. Misalnya awal, terutama masa Nabi dan sahabat, dilakukan di
Hujjatul Islam imam Abu Bakar Ahmad ibn Ali Ar- Masjid. Pusat-pusat studi Islam sebagaimana yang
Razi al-Jassas al-Hanafi, dikaitkan dengan kata al- dikatakan oleh Ahmad Amin, Sejarawan Islam
Jassas, karena profesinya sebagai pedagang kapur kontemporer, berada di Hijaz berpusat Makkah dan
(gamping) penulis kitab Tafsīr Aḥkām al-Qur’an. Madinah; Irak berpusat di Basrah dan Kufah serta
Yang lebih dikenal dengan Tafsīr al-Jaṣṣāṣ. Nama Damaskus. Masing-masing daerah diwakili oleh
penulis sendiri tidak dikenal, yang lebih dikenal sahabat ternama.Ahmad Amin, Ḍuḥā al-Islām
adalah profesinya. (Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.), 86.
234 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

Muqāranah baina al-Mażāhib as- (Pakistan), Dr. Farūq Abū Zaid dan Dr.
Samaniyah wa al-Qānūn ad-Duwāli al-'Ām Muhamad Yūsuf Mūsā (Mesir). Pola
pada tahun 1963 dengan peringkat terbaik pemikiran al-Zuḥailī cenderung
serta mendapatkan kesempatan pertukaran survivalisme.7 Al-Zuḥaili merupakan ulama
pelajar dari universitas-universitas Barat. kontemporer yang sangat membenci
Al-Zuḥailī mulai mengajar di Universitas fanatisme (ta'aṣṣub) mazhab.
Damaskus pada tahun 1963. Adapun gelar
profesor disandangnya pada tahun 1975. 5 Geneologi Keilmuan Wahbah al-Zuḥailī.
Dalam kesehariannya al-Zuḥailī Keberhasilan al-Zuḥailī di bidang
banyak disibukkan dengan kegiatan akademik dan lainnya tidak lepas dari guru-
mengajar, menulis, memberikan fatwa, guru yang telah membimbingnya baik yang
memberikan seminar, serta dialog-dialog di ada di Syria sendiri ataupun yang berada di
dalam ataupun di luar Syria. Al-Zuḥailī luar Syria. Guru-guru di Damaskus antara
banyak dikenal sebagai ulama yang lain dalam bidang hadis dan 'ulum al-hadis,
memiliki pemahaman luas dalam bidang yaitu Syekh Mahmud Yasin,8 Syaikh 'Abd
fiqh dan uṣūl fiqh. Al-Zuḥailī juga ar-Razzāq al-HumṣI dan Syaikh Hāsyim al-
mengajarkan dua bidang tersebut sebagai Khāṭib9 guru di bidang fiqih dan fiqh Syafi'i,
mata kuliah di fakultas hukum dan Pasca Syaikh Luṭfi al-Fayūmi10 di bidang Uṣūl
Sarjana Universitas Damaskus. Fiqh, muṣṭalaḥ al-ḥadiṡ dan 'llm al-Naḥw,
Di bidang akademik al-Zuḥailī Syaikh Hasan al-Syatṭy11guru dalam ilmu
pernah menjabat sebagai ketua program farāidl, hukum keluargadan hukum waqaf,
studi Fiqih Islam Fakultas Syari'ah Syaikh ṣāliḥ al-Farfūri dalam ilmu Bahasa
Universitas Damaskus. Pada tahun 1967- Arab seperti balāgah dan sastra, Syaikh
1970 di tempat yang sama al-Zuḥailī juga Maḥmud ar-Rankūsi Ba'yūn12 dalam ilmu
menempati jabatan sebagai dekan. Beliau
juga pernah menjadi ketua lembaga 7
http:/www.nu.or.id. Pengetahuan terbagi
penasehat hukum pada Mu'assasah al-
menjadi dua macam; pengetahuan yang diperoleh
Arābiyah al-Maṣrāfiyah al-Islāmiyah, serta melalui persetujuan dan pengetahuan yang diperoleh
masih banyak lagi jabatan-jabatan yang melalui pengalaman langsung atau observasi.
pernah dipegangnya selama ini. Pengetahuan pertama diperoleh dengan cara
Al-Zuḥailī tidak saja memiliki mempercayai apa yang dikatakan orang lain karena
kita tidak belajar segala sesuatu melalui pengalaman
peranan di bidang akademik melainkan juga
kita sendiri. Earl Babbie, The Practice of Social
memiliki peran penting di masyarakat secara Research (California: Wadasworth Publishing Co.,
langsung baik di dalamataupun di luar tanah 1986), 5
8
airnya. Di antaranya, beliau pernah menjadi Syaikh Mahmud Yasin merupakan salah
anggota Majma' Malāki untuk membahas satu Muassis (pemimpin) Jam'iyah an-Nahd{ah al-
adabiyah, Jam'iyah al-'Ulamā, Rābiṭah al-'Ulamā,
kebudayaan Islam di Yordan. Selain itu
Jam'iyah al-Hidāyah al-Islāmiyah, beliau wafat pada
beliau pernah menjabat sebagai kepala tahun 1367 H / 1948 M. Badi'i al-Sayyid al-Lahham,
Lembaga Pemeriksa Hukum pada Syarikat 20.
Muḍārabah wa Muqāsah al-Islāmiyyah di 9
Beliau adalah pemimpin Jam'iyah al-
Bahrain dan sebagai anggota majelis fatwa Tahżib wa at-Ta'līm, wafat pada tahun 1387 H/1958
M.
tertinggi di Syria.6 10
Beliau seoarng ulama mażhab Hanafi,
Al-Zuḥailī hidup pada era pengurus Rabiṭah al-'Ulamā Damaskus, wafat pada
kebangkitan pemikiran fiqih Islam. Ia hidup tahun 1411 H/1990 M.
se-generasi dengan Dr. Subḥi Maḥmasāni 11
Beliau seorang ulama mazhab Hambali,
(Lebanon), Dr. Muhammad Muṣliḥudīn Dekan pertama fakultas Syari'ah Universitas
Damaskus, wafat pada tahun 1382 H/ 1962 M.
12
Syaikh al-Rankusy seorang Mudir
5
http:/www.Zuhaili.com/biography.htm. (pimpinan) Dar al-Hadis al-Asyrafiyah Damaskus,
lihat juga Badi' al-Sayyid al-Lahham, “Wahbah al- beliau murid terbaik dari Syaikh Badruddin al-Husni
Zuḥailī al-'alīm al-Faqīh al-Mufassir”, 14-16. dan Syaikh Muhammad Abu al-Khair al-Maidani,
6
http:/www.Zuhaili.com/biography.htm. wafat pada tahun 1405 H/ 1985 M.
Muhammadun 235

'aqidah dan ilmu kalam. Ilmu Tafsir di Syria, Libanon, Sudan, Emirat Arab,
dipelajarinya dari Syaikh Ḥasan Ḥabnakah Amerika, Malaysia, Afganistan dan
dan Ṣadīq Ḥabnakah al-Mīdāni. Beliau juga Indonesia dan mereka yang mempelajari
murid dari Doktor Naẓām Maḥmūd Nasīmi kitab fiqh dan tafsīr hasil karya al-Zuḥailī.
pada bidang syarī'ah serta guru-guru lainnya
di bidang akhlāq, tajwīd, tilāwah, khiṭābah, Karya Intelektual Wahbah al-Zuḥailī:
hukum dan lain sebagainya. Wahbah Al-Zuḥailī sangat produktif
Adapun di luar Damaskus, antara menulis. Mulai dari diktat perkuliahan,
lain di Kairo-Mesir al-Zuḥailī banyak artikel untuk majalah dan koran, makalah
mendapatkan ilmu dari Syaikh Muḥammad ilmiah, sampai kitab-kitab besar yang terdiri
Abū Zahrah, Syaikh Maḥmūd Shaltut,13 Dr. atas enam belas jilid, seperti kitab Tafsīr Al-
Abd ar-Rahmān Tāj, Syaikh Isā Manūn dan Munīr. Ini menyebabkan Wahbah al-Zuḥailī
Syaikh 'Ali Muhammad al-Khafif pada studi juga layak disebut sebagai ahli tafsir.
fiqih di Fakultas Syari'ah Universitas al- Bahkan, ia juga menulis dalam masalah
Azhar. Syaikh Jād ar-Rab Ramāḍan, Syaikh aqidah, sejarah, pembaharuan pemikiran
Maḥmūd 'Abd ad-Dāyim, Syaikh Mustafa Islam, ekonomi, lingkungan hidup, dan
Mujahid dalam ilmu fiqh Syafi'i. Syaikh bidang lainnya, yang menunjukkan
Muṣṭafā 'Abd al-Khāliq, Syaikh 'Abd al- kemultitalentaannya dan multidisiplinernya.
Ghānī 'Abd al-Khāliq, Syaikh 'Uṡmān al- Wahbah al-Zuhaili banyak menulis
Mūrāzifi, Syaikh Ḥasan Wahdān, Syaikh al- buku, kertas kerja dan artikel dalam
Ẓawāhiri dalam bidang uṣūl fiqih. Dr. pelbagai ilmu Islam. Buku-bukunya
Sulaimān at-Ṭamāwi, Dr Alī Yūnus, Syaikh melebihi 200 buah buku dan jika
Zakī ad-Dīn Syu'mān serta guru lain di digabungkan dengan tulisan-tulisan kecil
Universitas al-Azhar, Universitas Kairo melebihi lebih 500 judul. Satu usaha yang
serta Universitas 'Ain Syam.14 jarang dapat dilakukan oleh ulama saat ini.
Sedangkan diantara murid-murid al- Wahbah al-Zuhaili diibarat sebagai al-
Zuḥailī yang banyak menimba ilmu darinya Suyuti kedua (al-Sayuṭī al-Ṡānī) pada zaman
adalah Dr. Maḥmūd al-Zuḥailī, Dr. ini jika dipadankan dengan Imam al-Sayuti.
Muhammad Nā'im Yāsin, Dr. Abd Laṭīf Diantara buku-bukunya adalah:
Farfūri, Dr. Abū Lail, Dr. Abd Salām a. Dalam Bidang al-Qur'ān dan 'Ulūm al-
'Abādi, Dr. Muḥammad al-Syarbaji, serta Qur'ān
masih banyak lagi murid-muridnya dari 1. Al-Tafsīr al-Munīr fi al-'Aqīdah wa asy-
berbagai bangsa di berbagai negara seperti Syarī'ah wa al-Manhaj.15
2. Al-Tartīl at-Tafsīr al-Wajīz 'ala ḥamsy
al-Qur'ān al-'Aẓim wa Ma'ahu
13
Muhamad Abu Zahrah merupakan ulama 3. Al-Tafsīr al-Wajīz wa Mu'jam Ma'āni
kontemporer yang terkenal dalam bidang Ushul
al-Qur'ān al-'Azīz.
fiqhnya. Beliau menyusun lebih dari 50 kitab, wafat
pada tahun 1395 H. Adapun Mahmud Syaltut
termasuk ulama yang lantang menyerukan
pembaharuan dalam bidang fiqh dan tafsir, wafat
pada tahun 1383 H/ 1963 M. Badi' al-Sayyid al-
15
Lahham, “Wahbah al-Zuḥailī al-'alīm al-Faqīh al- Dalam hal ini, Ali Iyazi menambahkan
Mufassir”, 24. bahwa tujuan penulisan Tafsir al-Munir ini adalah
14
Sebagai penghormatan terhadap guru- memadukan keorisinilan tafsir klasik dan keindahan
gurunya dari Syam dan Mesir, al-Zuḥailī tafsir kontemporer, karena menurut Wahbah al-
melontarkan pernyataan " Akhażtu 'an Syuyūkhi Zuḥailī banyak orang yang menyudutkan bahwa
Mishra al-'Ilma, wa Ta'allamtu Min Syuyūkhi al- tafsir klasik tidak mampu memberikan solusi
Syām al-'Amala bi al-'Ilmi wa al-Wara'i " (aku terhadap problematika kontemporer, sedangkan para
mengambil ilmu dari guru-guruku di Mesir, dan aku mufassir kontemporer banyak melakukan
belajar amal dengan ilmu dan wara' dari guru- penyimpangan interpretasi terhadap ayat al-Quran
guruku di Syam). Badi' al-Sayyid al-Lahham, dengan dalih pembaharuan. Sayyid Muhammad „Ali
“Wahbah al-Zuḥailī al-'alīm al-Faqīh al-Mufassir” Ayazi, Al-Mufassirūn Ḥayātuhum wa Manāhijuhum,
28. (Damaskus: Dār al-Fikr) 685
236 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

4. Al-Qur'ān al-Karīm-Bunyātuhu at- 15. Bai' al-Dain fi al-Syāri'ah al-


Tasyrī'iyah wa Khaṣāiṣuhu al- Islāmiyyah
Haḍāriyah. 16. Al-Buyū' wa Aṡāruha al-Ijtimā'iyyah al-
5. Al-'Ijāz al-'Ilmi fi al-Qur'ān al-Karīm Mu'āṣirah
6. Asy-Syar'iyyah al-Qirā'at al- 17. Al-Amwāl allati Yasiḥḥu Waqfuha wa
Mutawātirah wa Aṡāruha fi ar-Rasm al- Kaifiyat ṣarfiha
Qur'āni wa al-Aḥkām 18. Asbāb al-Ikhtilāf wa Jihāt an-Naẓr al-
7. Al-Qiṣsaḥ al-Qurā'niyyah. Fiqhiyyah
8. Al-Qiām al-Insāniyyah fi al-Qur'ān al- 19. Idārah al-Waqf al-Khairi
Karīm 20. Aḥkām al-Mawād an-Najsah wa al-
9. Al-Qur’ān al-Wajīz-Sūrah Yāsin wa Jūz Muhramah fi al-Gażā' wa ad-Dawā'
'Amma 21. Aḥkām at-Ta'āmul ma'a al-Maṣārif al-
b. Dalam Bidang Fiqh dan Uṣūl Fiqh Islamiyyah
1. Aṡār al-ḥarb fi al-Fiqh al-Islāmi 22. Al-Ijtihād al-Fiqhi al-ḥadīṡ
2. Uṣūl al-Fiqh al-Islāmi 1-2 Munṭalaqātuhu wa Itijāhātuhu
3. Al-'Uqūd al-Musamāh fi Qanūn al- 23. Al-Ibrā' min ad-Dain
Mu'āmalāt al-Madāniyyah al-Imārati 24. Ad-Dain wa Tufā'iluhu ma'a al-ḥayāh
4. Al-Fiqh al-Islāmi wa Adilatuhu al-Jūz 25. Al--Żarā'i' fi as-Siyāsah asy-Syar'iyyah
at-Tāsi' al-Mustadrak wa al-Fiqh al-Islāmi
5. Al-Fiqh al-Islāmi wa Adilatuhu (8 26. ṣūr min 'Urūḍ at-Tijārah al-Mu'āṣirah
jilid)16 wa Aḥkām al-Zakāh
6. Naẓariyat al-Ḍamān au Aḥkām al- 27. Al-'Urf wa al-'Adāh
Mas'ūliyyah al-Madāniyyah wa al- 28. Al-'Ulūm asy-Syar'iyyah baina al-
Jināiyyah Waḥdah wa al-Istiqlāl
7. Al-Wajīz fi Uṣūl al-Fiqh 29. Al-Mażhab asy-Syāfi'i wa Mażahabuhu
8. Al-Waṣāyā wa al-Waqaf fi al-Fiqh al- al-Wasīṭ baina al-Mażāhib al-
Islāmi Islāmiyyah
9. Al-Istinsākh jadl al-'Ilm wa ad-Dīn wa 30. Nuqāṭ al-Iltiqā' baina al-Mażāhib al-
al-Akhlāq Islāmiyyah
10. Naẓriyat al-Ḍarūrah al-Syar'iyyah17 31. Al-Mas'ūliyyah al-Jinā'iyyah li Maraḍi
11. At-Tamwīl wa Sūq al-Awrāq al-Māliyah al-Jinsi al-Īżar
- al-Būrṣah 32. Manāhij al-Ijtihād fi al-Mażahib al-
12. Khiṭābāt al-ḍamān Mukhtalifah
13. Bai' al-Ashām 33. Al-ḥadīṡ al-'Alāqāt ad-Dauliyyah fi al-
14. Bai' at-Taqsīṭ Islām Muqāranah bi al-Qanūn ad-Dauli
34. Ar-Rakhṣ asy-Syar'iyyah
16 35. Tajdīd al-Fiqhi al-Islāmi
Kitab al-Fiqh al-Islamī wa
Adillatuh merupakan sebuah kitab fiqh agung zaman 36. Al-Fiqh al-Māliki al-Yasr jūz 1,juz2
mutakhir ini, yang masyhur menjadi telaah para 37. ḥukm Ijrā' al-'Uqūd bi Wasā'il al-It iṣāl
ulama dan rujukan di pusat-pusat pengajian Islam. al-ḥādiṡah
Kitab yang dianggap sebagai sebuah ensiklopedia 38. Zakāt al-Māl al-'Ām
fiqh dan perundangan Islam ini.
17 39. Al-'Alāqāt al-Dauliyyah fi al-Islām
Dalam kitab ini ini al-Zuḥailī sendiri
ketika membahas al-ḍarūrah selalu mengaitkannya 40. 'Ā'id al-Istiṡmār fi al-Fiqh al-Islāmi
dengan term al-ḥājah. Namun secara teoritis al- 41. Tagayyur al-IjtihĀd
Zuḥailī memposisikan al-ḥājah sebagai turunan dari 42. Taṭbīq asy-Syāri'ah al-Islāmi
keberadaan al-ḍarūrah. Hal ini dapat dilihat dari 43. Uṣūl al-Fiqh wa Madāris al-Baḥṡ fihi
pemetaan beliau tentang kaidah-kaidah yang
44. Bai' al-'Urbūn
berhubungan dengan konsep al-ḍarūrah. Al-Zuḥailī,
Naẓariyah al-ḍarūrah al-syar’iyah, 72, 159, 165, 45. Al-Taqlīd fi al-Mażāhib al-Islāmi 'inda
170,172, 173. lihat juga dalam karya beliau at- as-Sunnah wa al-Syī'ah
Tamwīl wa sūq al-awrāq al-māliyah, cet ke-1
(Damskus: Dar al-Maktaby, 1997), 8.
Muhammadun 237

46. Uṣūl at-Taqrīb baina al-Mażāhib al- 12. Ṭarīq al-Hijratain wa Bab al-
Islāmiyyah Sa'ādatain
47. Aḥkām al-Ḥarb fi al-Islāmi wa 13. Al-Usrah al-Muslimah fi al-'Alām al-
Khaṣāiṣuha al-Insāniyah Mu'āṣir
48. Ijtihād at-Tabi'īn 14. Haq al-Hurriyyah fi al-'Ālam
49. Al-Bā'iṡ 'ala al-'Uqūd fi al-Fiqh al- 15. Al--Ṡaqāfah wa al-Fikr
Islāmi wa Uṣūlihi 16. Al-Qīm al-Islāmiyyah wa al-Qīm al-
50. Al-Islām Dīn al-Jihād lā al-'Udwān Iqtiṣādiyyah
51. Al-Islām Dīn asy-Syūrā wa ad- 17. Ta'adud al-Zaujah - al-Mabda' wa an-
Dīmuqrāṭiyyah18 Naẓriyyah wa al-Taṭbīq
c. Karya-Karya di Bidang ḥadīṡ dan 'Ulūm 18. Manhaj al-Da'wah fi al-Sīrah al-
al-ḥadīṡ Nabawiyyah
1. Al-Muslimīn as-Sunnah an-Nabawiyyah 19. Al-'llm wa al-Imān wa Qaḍayā al-
asy-Syarīfah, ḥaqīqatuhā wa Syabāb
Makānatuha 'inda Fiqh as-Sunnah an- 20. Żikr Allah Ta'āla
Nabawiyyah 21. Rūh al-Zamān juz 1 Al-'Aṣāb
d. Karya-Karya Wahbah al-Zuḥailī di Karya intelektual al-Zuḥailī yang
Bidang Aqidah Islam lain adalah berupa jurnal ilmiah dan
1. Al-Imān bi al-Qaḍa' wa al-Qadr majalah-majalah yang diterbitkan di
2. Uṣūl Muqāranah Adyān al-Bad'i al- berbagai negara. Dari kesekian banyak
Munkarah karya al-Zuḥailī ini, nampak karya al-
e. Karya-Karya Wahbah al-Zuḥailī di Zuḥailī dalam bidang fiqih lebih dominan di
Bidang Dirāsah Islāmiyyah banding dengan karya-karyanya yang lain.
1. Al-Khaṣāiṣ al-Kubrā li Huqūq al-Insān
fi al-Islām wa Da'āim ad- Kondisi Sosio Historis
Dimuqrāṭiyyah al-Islāmiyyah Syria tempat Wahbah al-Zuḥailī
2. Al-Da'wah al-Islāmiyyah wa Gairu al- dilahirkan_adalah sebuah negara yang
Muslimīn, al-Manhaj wa al-Wasīlah wa penduduknya mayoritas Muslim19. Namun
al-Hadfu pada awal mula sejarah Syria adalah
3. Tabṣīr al-Muslimīn li Goirihim bi al- wilayah kekuasaan bangsa Romawi pada
Islāmi, Aḥkāmuhu wa ḍawābiṭuhu wa tahun 64 SM. Ketika Nabi Isa AS lahir
Adābuhu sebagian besar jazirah Arab sedang dikuasai
4. Al-Amn al-Gażā'i fi al-Islām oleh Romawi termasuk al-Kuds. Merupakan
5. Al-Imam as-Suyūṭi Mujadid ad-Da'wah cerita yang panjang dan berliku apabila kita
ila al-Ijtihād menceritakan sikap Romawi yang pada
6. Al-Islām wa al-Imān wa al-Iḥsān mula kenabian Isa AS sangat membenci dan
7. Al-Islām wa Taḥdiyāt al-'Aṣri, at- berusaha untuk dapat membunuhnya, tetapi
Taḍakhum an-Naqdi min al-Wajhah setelah Nabi Isa tidak ada (menurut kita di
asy-Syar'iyyah
8. Al-Islām wa Gairu al-Muslimīn 19
Mayoritas penduduk disana adalah petani
9. Al-Mujaddid Jamāluddīn al-Afgāni wa yang menanam Gandrum, Kapas dan Zaitun. dan
sebagian lain beternak Lembu atau kambing.
Iṣlāḥātuhu fi al-'alām al-Islāmi
penghasilan lain Syria adalah dari minyak bumi yang
10. Al-Muharramāt wa Aṡarūha as-Sai'ah baru digali pada tahun 1956. Cadangan minyak
'ala al-Mujtama' disana diperkirakan 1,5 Milyar barrel. Disamping
11. Al-Da'wah 'ala Manhāj an-Nubuah penghasilan diatas, Syria juga mendapat penghasilan
dari sektor lain yakni pajak transit dari pipa-pipa
minyak milik negeri tetangganya Irak dan Saudi
18
Karya ini diajarkannya di beberapa Arabia yang melintasi negerinya untuk disalurkan
Universitas di Sudan, Pakistan dan lainnya.Karyanya menuju Teluk Persia selanjutnya dibawa ke Negara-
yang lain yaitu Uṣūl al-Fiqh al-Islāmi, diajarkan al- negara konsumen khususnya Eropa dan Amerika.
Zuḥailī pada Universitas Islam di Madinah dan Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar baru Van-
Riyad. hoeve, 1986), VI: 3408 - 3410,.
238 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

“angkat” dan menurut orang Nasrani “mati” kekuasaan bangsa Eropa (Perancis dan
di salib), mereka menganut ajaran nabi Isa Inggris), sehingga secara perlahan-lahan
dan mengharuskan bangsa Syria untuk sistem hukum dan peradilan Syria menjadi
memeluk agama Nasrani20. sekuler dan hukum Anglo Perancis telah
Seperti pada umumnya di negara- memberi pengaruh yang besar terhadap
negara Timur Tengah, Syria juga pernah hukum perdata dan pidana. Meskipun
menghadapi problema modernitas, demikian Hukum Islam (Islamic Personal
khususnya yang berkaitan dengan benturan Law) tetap dijaga dan dipertahankan.
keagamaan dengan gerakan modernisasi Setelah merdeka Syria mulai
Barat. Problema ini timbul karena di memperlakukan nasionalisasi dan reformasi
samping Syria pernah diinvasi oleh sistem hukum. Sejumah UU diberlakukan
Perancis, hal ini juga dikarenakan dampak baik dalam perdata tahun 1953 (UU Status
dari gerakan modernisasi Turki, yang mana Personal), hukum pidana tahun 1950 dan
Syria pernah menjadi region dari dinasti hukum dagang tahun 1949.23
Usmaniyyah (di Turki)21. Problema ini pada Reformasi al-Qāsimī murid
akhirnya, memunculkan tokoh-tokoh Muhammad `Abduh (1849-1905) tokoh
semisal Jamāl al-Dīn al-Qāsimi (1866-1914) pembaharu di Mesir berorientasi pada
dan ṭāhir al-Jazā`iri (1852-1920) yang pengaruh dan pembentengan umat Islam
berusaha menggalakkan reformasi dan dari pengaruh kecenderungan Tanzimat
pembaharuan keagamaan di Syria.22 yang sekuler dan pembaharuan intelektual
Pada 1841 Kesultanan Usmani Islam dari ortodoksi. Untuk itu, umat Islam
cenderung sekuler dan mendukung Eropa harus dapat memformulasikan rasionalitas,
sehingga Syria tidak lagi tunduk pada kemajuan, dan modernitas dalam bingkai
hukum Islam, sampai akhir perang dunia I agama. Dalam hal ini, al-Qāsimi melakukan
kesultanan Usmani hancur dan di Syria upaya untuk menemukan kembali makna
muncul nasionalisme Arab yang dipimpin Islam yang orisinal dalam al-Qur`an dan al-
oleh Amir Faisal untuk mengusir kekuasaan Sunnah sambil menekankan ijtihād.
asing terutama Prancis. Selama dalam Ide al-Qāsimi ini kemudian
kekuasaan usmani, di Syria berlaku sistem diteruskan oleh ṭāhir al-Jazāiri beserta
peradilan dan sistem hukum Usmani. teman-temannya, dan kali ini idenya lebih
Di samping itu berlaku juga code mengarah kepada upaya memajukan dan
civil 1876 dan hukum hak-hak keluarga mengembangkan dalam bidang
1917 (Law on Family Right). Setelah pendidikan.24 Dari situlah kemudian akan
Usmani hancur, Syria berada dalam terlihat bahwa keadaan keilmuan dan
keintelektualan di Syria, setingkat lebih
20
“maju” ketimbang negara-negara Muslim
Phillips K Hitti, Syria: A Short History
Arab lainnya yang masih memberlakukan
(New York ; Collier Book.1961), 73
21
Bentuk negara Syria adalah Republik. hukum Islam positif secara kaku, khususnya
Demokrasi adalah milik rakyat, artinya rakyatlah dalam hal kebebasan berekspresi25. Harapan
yang berdaulat. Selain itu Syria menganut faham
sosialis. Sistem pemerintahan di Syria adalah
23
presidensiil dimana presiden merupakan kepala J.N.D. Anderson, The Syirian Law Of
negara dan kepala pemerintahan yang paling Personal Status (Cambridge University press), 234
24
berkuasa. Namun konstitusi tahun 1973 membatasi http://www.islamemansipatoris.com/artikel
kewenangan presiden serta membatasi masa .php
25
jabatannya. karena partai Baath yang berkuasa Pada tahun 1953, seorang mufti
disana, maka presidan merupakan pimpinan Partai Damaskus yang bernama Syeikh Ali al-Tanthawi
Baath. Dalam konstitusi itu ditentukan bahwa pelopor terbentuknya hukum. Draft hukum ini
presiden haruslah orang muslim (pasal 3 Konstitusi). dengan sangat sistematis dan komprehensip karena
Prajudi Atmosudirjo, Konstitusi Syria (Jakarta: Galia isi dari draft itu sudah diselaraskan dengan setting
Indonesia, 1993), 17. sosio-kultural yang ada dan berlaku di masyarakat.
22
http://www.islamemansipatoris.com/artikel Kemudian pemerintahan sendiri membentuk suatu
.php komisi yang bertugas untuk melaksanakan. Tahir
Muhammadun 239

dan dorongan bagi tumbuhnya suatu yang beriman yang selalu melakukan
imperium pemikiran di negara Syria, lebih sesuatu yang dapat membahagiakan mereka
nyata dan menjanjikan ketimbang di negara- di dunia dan akhirat. al-Zuḥailī menyebut
negara Arab lainnya. hukum yang ditetapkan Allah kepada
Menurut Don Fertz, muncul dan hambanya merupakan syari'at karena ia
suburnya partai yang berkiblat pada sosialis merupakan ketetapan hukum yang konsisten
ini di negara-negara Arab berangkat dari dan kontekstual sesuai dengan peristiwa
sentimen nasional yakni ingin aktual serta tidak ada perubahan dan
mempersatukan bangsa Arab yang selama perbedaan dari tatanan hukum yang telah
itu terpecah-pecah, bahkan perpecahan itu baku.
sudah terhujam sangat lama yakni sejak Termasuk syariat adalah upaya
masa kekuasaan Islam dipegang oleh Bani melakukan pembentukan kaidah hukum dan
Umayah yang lebih mengutamakan bangsa menempatkan hukum-hukumnya secara
Ajam (Persia dan Turki) ketimbang bangsa proporsional serta menjelaskan tata cara
Arab26. pelaksanaanya. Menurutnya yang
menetapkan pembentukan hukum syariat
Keorsinilan Pemikiran Hukum Islam yang hakiki hanyalah Allah. Dia merupakan
Wahbah al-Zuḥailī sumber dari segala hukum dan syari'at.
Menurut al-Zuḥailī, syari'ah (baca Sehingga jika terdapat predikat al-musyarri'
Hukum Islam) secara etimologi memiliki (pembentuk hukum syariat) ditujukan
dua makna; pertama, jalan yang lurus; kepada seseorang yang ahli dalam bidang
kedua, jalan menuju tempat air yang hukum syariat maka kata tersebut
mengalir dengan maksud untuk diminum. merupakan ucapan majazī. Menurutnya jka
Secara terminologi mengutip pendapat al- terdapat undang-undang positif yang
Jurjani, al-Zuḥailī mendefinisikan syari'ah dibentuk oleh manusia sesuai dengan hukum
berarti seruan untuk tetap beribadah syariat maka ia harus diterimanya dengan
sekaligus sebagai titian dalam beragama. segera. Dan apabila bertentangan dengan
Sedangkan menurut at-Tahanawi hukum syar'i maka harus ditolaknya dan
sebagaimana dikutip al-Zuḥailī syari'ah haramuntuk dilaksanakan. Untuk
merupakan sesuatu yang diundangkan Allah mendapatkan pemahaman hukum syar'i
kepada hambanya berupa hukum-hukum yang komprehensif al-Zuḥailī memberikan
agama yang telah dipraktekkan oleh para rumusan baku dengan klasifikasi kata
Nabi termasuk Nabi Muhammad SAW, baik syari'ah, tasyri', dan masyrū'.28
yang berhubungan dengan ibadah amaliyah Untuk mendapatkan pemahaman ini
yang pembahasannya terdapat ilmu fiqih al-Zuḥailī menguraikan term-term berikut
atau berkaitan dengan masalah aqidah yang sebagai kata kunci:
pembahasannya terdapat dalam ilmu a. Berakhirnya proses pembentukan
kalam.27 syariat dan menempatkan hukum-
Al-Zuḥailī menyetujui pandangan hukumnya disandarkan pada masa
ulama fiqih dalam mendefinisikan syari'ah. Rasulullah SAW
Baginya syari'ah merupakan sejumlah b. Terdapat perbedaan antara istilah tārikh
hukum yang ditetapkan Allah kepada at-tasyrī' (sejarah pembentukan syari'at)
hambanya agar mereka menjadi orang-orang dan tārīkh al-fiqh (sejarah pembentukan
hukum fikih).
Mahmood, Personal Law in Islamic Countries : c. Hukum-hukum hasil ijtihad pada masa
History, Tezs and Comparative Analysis (New Delhi: sahabat dan generasi penerusnya (masa
Academy of law an Religion, 1987), 140.
26 tabi'in dan generasi berikutnya) tidak
Don Pertz, The Midle East Today (New
York : Praeger Plub Publisher, 1986), 397.
27 28
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma
Peradaban, terj. M. Thahir, cet. 1 (Yogyakarta: Peradaban, 18.
Dinamika, 1996), 16-17.
240 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

dapat dikatakan syariat, karena Al-Zuḥailī menyadari bahwa


mengandung unsur penyempitan dalam modernisasi dalam segala bidang tidak
memahami makna syari'at. Oleh karena menutup kemungkinan akan memunculkan
itu menurutnya syari'at adalah ketetapan inovasi baru dan industrialisasi31. Namun Ia
hukum yang berdasarkan pada nash menekankan bahwa pembaharuan yang
atau melalui proses istinbāṭ hukum. dilakukan tidak bertentangan dengan nilai-
Dengan demikian al-Zuḥailī nilai syari'ah Islam. Menurutnya pintu
menegaskan perlunya tajdid ijtihad terbuka lebar bagi setiap orang yang
(pembaharuan) dalam mendefinisikan memiliki keahlian yang didukung dengan
syari'at, karena syari'at menurutnya kecerdasan intelektual, penguasaan bahasa
tidak semestinya berhenti karena dan memiliki wawasan yang luas dalam
wafatnya Rasulullah SAW. Selanjutnya menetapkan suatu produk hukum dengan
al-Zuḥailī mengatakan bahwa pada dasar yang argumentatif dan penggalian
hakekatnya tidak ada perbedaan antara sumber hukum yang otentik. Namun
istilah tārīkh al-tasyrī' dan tārīkh al- demikian al-Zuḥailī berpandangan bahwa
fiqh. Demikian juga hukum-hukum ruang lingkup ijthad terbatas pada hal-hal
pada zaman sahabat, tabi'in, mujtahid, tertentu; pertama, tidak berkaitan dengan
dan generasi berikutnya bisa dijadikan pembahasan bidang aqidah, ibadah, akhlaq
landasan sebagai syari'at kita.29 dan syari'at yang qaṭ'i, karena hukumnya
terdapat dalam nash yang jelas dan bersifat
Gagasan Baru Wahbah al-Zuḥailī 'ubudiyah semata. Kedua, sesuatu yang tidak
Tentang Pembaruan Hukum terdapat dalam nash yang qath'i atau
Yang dimaksud pembaharuan dan dalilnya yang menjadi pijakan bersifat
ijtihad menurut al-Zuḥailī bukan berarti ẓannī. 32
menjustifikasi adanya Islam kuno dan Islam Menurut al-Zuḥailī tidak boleh
baru. Menurutnya ketika berbicara tentang melakukan ijtihad pada dasar dan prinsip
Islam dan syariat maka yang ada hanyalah syari'at yang hukumnya telah pasti, seperti
Islam yang satu baik dimasa dahulu, kini haramnya barang yang haram, persoalan
dan akan datang. Islam menurutnya tidak pribadi, meniadakan sanksi-sanksi terhadap
menerima pembaharuan dalam arti kesalahan yang dilakukan dengan
menghilangkan sebagian hukum syara' yang pandangan lain, bertentangan dengan
ada dan menggantikannya dengan hukum aqidah, mengesahkan kerusakan dan
baru dengan alasan harus serasi selaras dan kemudlaratan, membolehkan jual beli untuk
sesuai dengan perkembangan akal pikiran barang riba, berikrar untuk diri sendiri
manusia dan modernisasi. Al-Zuḥailī bukan untuk orang lain, melenyapkan
menegaskan bahwa pembaharuan dalam barang yang tidak membahayakan,
Islam berkaitan erat dengan cara meluruskan berbagai jalan yang mengarah
berkomunikasi, metode dakwah untuk pada kerusakan, menggugurkan had dengan
penyebaran agama Islam, sistem
pembenahan dan pemberantasan tindak
31
kejahatan, berkaitan dengan gejolak Faktor Pendorong Pembaharuan Hukum
Islam diantaranya adalah: Pertama, perubahan situasi
kejiwaan manusia, sesuai dengan tuntutan
dan kondisi zaman membawa perubahan cara berfikir
peradaban dan kemajuan zaman, ulama,maka berubah pula cara memberi interpretasi
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi atas kehendak Allah,lalu membawa perlunya
canggih serta beraneka ragam kebudayaan.30 perubahan dalam merumuskan fiqh(hukum islam.
Kedua, banyaknya masalah hukum dalam kehidupan
sosial masa kini yang belum terjangkau oleh rumusan
fiqh lama. Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan
29
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma Hukum Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Peradaban, 20. 2000), 83.
30 32
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma
Peradaban, 50 -52. Peradaban, 78.
Muhammadun 241

lisan syubhat, memperbolehkan hak milik,


tidak mengharamkan tindak kedzaliman, Metodologi Istinbāṭ Hukum Wahbah al-
khianat, dengki, dan curang, menghalalkan Zuḥailī.
sembelihan hewan haram dan Sebagai ulama kontemporer yang
memperbolehkan memakannya, seperti ikut lantang menyuarakan perlu adanya
haramnya bangkai, daging babi, dan sesuatu gerakan pembaharuan dalam ijtihad, al-
yang disembelih karena selain Allah.33 Zuḥailī menempatkan al-Quran dan al-
Selanjutnya menurut al-Zuḥailī Sunnah pada posisi puncak dalam hirarki
seseorang boleh berijitihad dalam bidang sumber penggalian hukum. al-Zuḥailī juga
mu'amalat, perjanjian, syarat-syarat yang mengakomodasi sumber hukum lain yang
mengacu pada kemaslahatan, selama tidak meliputi ijmā', qiyās, istihsān, maṣlaḥah
bertentangan dengan nas dan prinsip-prinsip mursalah (istiṣlāh), 'urf, sad al-żarāi', syar'u
syariat. Menurutnya ijtihad dalam man qablanā, mażhab ṣaḥabi dan istiṣḥāb.36
menetapkan suatu produk hukum harus Kemudian al-Zuḥailī
dibangun diatas fondasi syariat dan mengklasifikasikan dua kategori sumber
mempertimbangkan 'urf, adat istiadat dan hukum. Pertama, sumber hukum yang tidak
kemaslahatan.34 dapat diperdebatkan, meliputi: al-Qur'an, al-
Al-Zuḥailī meyakini bahwa Sunnah, ijma' dan qiyas. Kedua, sumber
persoalan kontemporer menyimpan hukum yang debatable (memungkinkan
beberapa masalah hukum yang belum terjadinya perdebatan) dikalangan ulama.
dijelaskan oleh ulama terdahulu. Ia Pada kategori sumber hukum yang
memberikan contoh dalam bidang hukum debatable, al-Zuḥailī menyebutkan dua
dan politik, misalnya; perjanjian perbatasan istilah dalam penggalian hukum yakni
darat, laut, dan udara (bagi kepentinga istidlal37 dan mā yattaṣilu ilā al-istidlāl
negara) dan amandemen perundang (sesuatu yang dapat sampai pada istidlal).
undangan. Dalam bidang ekonomi, Yang termasuk kategori istidlāl antara lain;
misalnya; perjanjain asuransi dan ketentuan al-talāzum baina al-ḥukmaini min gairi
polis, perjanjian pembagian keuntungan dan ta'yīni 'illah,38 istiṣḥāb al-hāl, syar'u man
kerugian jual beli barang yang realisasinya qablanā, al-istihsān, al-maṣāliḥ al-
diberikan secara tempo, kegiatan ekspor mursalah. Sedangkan yang termasuk mā
impor, sewa menyewa, jaminan pegadaian yattaṣilu ilā al-istidlāl adalah qaul aṣ-
dan lain sebagainya. ṣahābi, al-'urf dan sad al--żarāi'.39
Bagi al-Zuḥailī, kompleksitas Al-Zuḥailī juga mengklasifikasikan
masyarakat di abad sekarang ini menuntut dalil menjadi dalil naqliyah (dalil yang
adanya ijitihad bersama, karena ijtihad bersumber pada wahyu) dan 'aqliyah
bersama pembahasannya lebih (berdasarkan atas rasionalisasi). Yang
komprehensif dan representatif. Alasan
inilah yang membuat al-Zuḥailī 36
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma
menyuarakan adanya tajdid (pembaharuan) Peradaban, 80. Lihat juga al-Zuḥailī, Uṣul al-Fiqh
dalam hukum.35 Tujuan dari adanya al-Islāmī, cet. 1 (Damaskus: Dar al-Fikr, 1986), I:
pembaharuan hukum Islam untuk 417.
37
Al-Zuḥailī mendefinisikan istidlal adalah
membuktikan sifat fleksibilitas syari'at
'ibarah tentang suatu dalil yang tidak terdapat dalam
Islam dalam bidang mu'amalah yang tidak nas (al-Qur'an dan al-Hadis) maupun dalam ijma' dan
bertentangan dengan nas-nas syar'i. qiyas.
38
Al-Zuḥailī mendefinisikan istilah ini
sebagai ketetapan diantara dua hukum tanpa
33
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma menentukan illatnya, ia mencontohkan ungkapan
Peradaban, 90. setiap wudlu adalah ibadah dan setiap ibadah
34
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma memerlukan niat. Sehingga diambil kesimpulan
Peradaban, 102. hukum setiap wudlu memerlukan niat. Hal ini
35
Al-Zuḥailī, Al-Qur'an dan Paradigma termasuk silogisme induktif.
39
Peradaban, 240. Al-Zuḥailī, Uṣūl al-Fiqh al-Islām, II: 733.
242 Mahkamah, Vol. 1, No. 2, Desember 2016

termasuk dalil naqliyah menurutnya adalah Al-Zuḥailī, Wahbah, Al-Qur'an dan


al-kitāb, al-sunnah, al-ijma', al-'urf, syar'u Paradigma Peradaban, terj. M.
man qablanā dan mażhab ṣaḥabī. Thahir, cet. 1, Yogyakarta:
Sedangkan yang termasuk dalil 'aqliyah Dinamika, 1996.
adalah qiyās, maṣlaḥaḥ mursalah, istiḥsān, Al-Zuḥailī, Wahbah, Al-Tafsīr al-Munīr
istiṣḥab, sadd al-żarā'i'. Masing-masing Beirut: Dar al-Fikr, 1998.
dalil tersebut menurutnya saling melengkapi Al-Zuḥailī, Wahbah, Al-Tafsīr Al-Wajīz,
antara satu dengan yang lain. Baginya Beirut: Dar al Fikr, tt.
ijitihad tidak akan bisa diterima tanpa Al-Zuḥailī, Wahbah, al-Tamwīl wa sūq al-
bersandar pada asas-asas dalil 'aqliyah dan awrāq al-māliyah, cet. 1, Damskus:
dalil naqliyah.40 Dar al-Maktaby, 1997.
Dalam pembentukan hukum, dalil- Al-Zuḥailī, Wahbah, Asbāb al-Ikhtilāf wa
dalil tersebut ada yang berdiri sendiri seperti Jihāt al-Naẓr al-Fiqhiyyah,
al-Qur'an, al-Hadis, ijma' dan sumber Damskus: Dar al-Maktaby, 1997.
hukum lain yang berhubungan dengannya Al-Zuḥailī, Wahbah, Fiqh al-Islāmi wa
meliputi istiḥsān, 'urf, dan mażhab ṣaḥābi. Adilatuhu ,cet. 1, Damaskus: Dar al-
Dan ada yang tidak berdiri sendiri yakni al- Fikr, 1986.
Qiyas.41 Al-Zuḥailī, Wahbah, Juhūd Taqnīn al-Fiqh
al-Islami, Beirut :Dar al-Fikr, 1987.
Daftar Pustaka Al-Zuḥailī, Wahbah, Naẓariyat al-Ḍarūrah
al-syar'iyah, Damaskus: Dar al-Fikr,
Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad, edisi 1999.
M.F. 'Abd. Baqi, Beirut: Dar al-Fikr, Al-Zuḥailī, Wahbah, Ushūl al-Fiqh al-
1994 M/1414 H. Islāmi, cet. 1, Damaskus: Dar al-
Al-Faruqi, Ismail Raji, Muslim Fikr, 1986.
Historiography. Amin, Ahmad, Dhuha al-Islam, Mesir: Dar
Al-Jassas, Abu Bakar Ahmad ibn Ali Ar- al-Kutub al-Ilmiyyah, Tt.
Razi, Tafsir Ahkam al-Qur’an. Anderson, J.N.D., The Syirian Law Of
Al-Khafīf, „Alī al-Syirkāt fi al-Fiqh al- Personal Status, Cambridge
Islāmi, Kairo: al-Maṭba'ah al- University press, 2010.
Muḥammadiyah, 1952. Atmosudirjo, Prajudi, Konstitusi Syria,
Al-Lahham, Badi' as-Sayyid, 'Ulamā wa Jakarta: Galia Indonesia, 1993.
Mufakkirūn Mu'āṣirūn, Lamḥah Min Ayazi, Sayyid Muhammad „Ali, Al-
Hayātihim wa Ta'rīf bi Mufassirun Hayatuhum wa
Mu'allafātihim, (Damaskus: Dar al- Manahijuhum, Damaskus : Dar al-
Qalam, 2001). Fikr 1990.
Al-Syāṭibī, al-Muwafaqat, Jilid I, Beirut: Babbie, Earl, The Practice of Social
Dār al-Fikr, 1990 M/1412 H. Research, California: Wadasworth
Publishing Co., 1986
40
Al-Zuḥailī, Uṣūl al-Fiqh al-Islām, I: 418. Ensiklopedi Indonesia, Jilid VI Jakarta:
41
Menurut al-Zuḥailī al-Qur'an, al-hadis, Ichtiar baru Van- hoeve, 1986.
ijma', istihsan, 'urf dan mazhab shahabi dalam
Fatoni, Uzlah Menurut Doktor Wahbah al-
menetapkan hukum tidak memerlukan perangkat
lain, sedangkan qiyas dalam menetapkan hukum Zuḥailī, www.Tripud.Com
memerlukan hukum asal yang dapat ditemukan http://www.islamemansipatoris.com/
dalam al-Qur'an, Al-Sunnah, dan ijma', Selain itu artikel.php.
qiyas juga memerlukan adanya penjelasan mengenai Hasballah, „Alī, Uṣūl at-Tasyri' al-Islami,
'illat hukum asal. Dengan demikian ketika ijma'
Beirut: Dār al-Fikr, 1995 M/1416 H.
memerlukan sandaran hukum bukan berarti tidak
berdiri sendiri dalam penentuan hukum. Ijma' Hitti, Phillips K, Syria: A Short History,
memerlukan sandaran hukum hanya untuk memenuhi New York: Collier Book, 1961
tuntutan semata ketika terbentuknya ijma'. Al-
Zuḥailī, Uṣūl al-Fiqh al-Islām, I: 419.
Muhammadun 243

Ibn Qayim, I'lām al-Muwaqqi'īn, Beirut: Pertz, Don, The Midle East Today, New
Dār al-Fikr, 1990 M/1411 H. Press, 2010
Khallāf, 'Abd. Wahhāb, 'Ilmu Uṣūl al-Fiqh, Shahrur, Muhammad, Nahwa al-Ushūl al-
cet ke-12, Kairo: Dar al-Qalam, Jadīdah li al-Fiqh al-Islāmy: Fiqh al-
1978. Mar‟ah, Damaskus: al-Ahali, 200
Mahmood, Tahir, Personal Law in Islamic Shahrur, Muhammad, Prinsip dan Dasar
Countries: History, Texts and Hermeneutika Hukum Islam
Comparative Analysis. New Delhi; Kontemporer, terj. Sahiron
Academy of law an Religion, 1987. Syamsuddin.Yogyakarta: eLSAQ
Minhaji, Akh., “Pendekatan Sejarah Dalam Press, 2007
Kajian Hukum Islam”, Yogyakarta: Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah (Pesan,
Suka Press, 1999. Kesan dan Keserasian al-Qur`an ,
Minhaji, Akh., Sejarah Sosial dalam Studi Jakarta: Lentera Hati, 2007
Islam, Yogyakarta: Suka Press. Wahid, Marzuki, Studi Al-Qur`an
2013. Kontemporer Prespektif Islam dan
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Barat, Bandung: CV. Pustaka Setia,
Hukum Islam, Bandung: PT Remaja 2005
Rosdakarya 2000. Zakāriyah, Abī al-Husain Ahmad bin Fāris
Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, edisi Abi al-ḥasan bin, Mu‟jam al-Maqāyīs fi al-
Muslim bin al-Ḥajjāj, Beirut: Dār al- Lughah, Bairut: Dar al-Fikr,1994
Fikr, 1993 M/1414 H.

Anda mungkin juga menyukai