Nama lengkap beliau ialah Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri Al-
syafi’i. Sedangkan sebutan nama Al-Mawardi sendiri di nisbahkan kepada air mawar.
(ma’ul wardi) karena bapak dan kakeknya adalah penjual air mawar. Digelari juga
dengan Al-Basri dikarenakan beliau di lahirkan di Basrah. Sementara nama kuniyah
beliau adalah Abu Hasan.1
Imam Al-Mawardi di lahirkan di Basrah pada tahun 364 hijriyah/974 masehi. Beliau
di besarkan dalam keluarga yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan.
Pada tahun ini juga dapat terlihat bahwa Al-Mawardi hidup di zaman kejayaaan islam,
yaitu masa di mana ilmu pengetahuan yang di kembangkan umat islam mengalami
puncak kejayaan yaitu masa akhir dari daulah abbasiyah. Dari keadaan demikianlah Al-
Mawardi tumbuh dan berkembang sebagai ilmuan islam dan seorang tokoh pemikir di
bidang fiqh dan sastrawan di samping juga pemikir politikus yang piawai.
Dalam menuntut ilmu sejak kecil Al-Mawardi begitu bersemangat dalam menuntut
ilmu, pada masa-masa awal beliau menempuh pendidikan di negri kelahirannya sendiri,
yaitu bashrah. Di kota inilah al mawardi memulai pendidikannya dalam berbagai bidang
keilmuan islam dan sempat juga beliau mempelajari hadits dari beberapa ulama terkenal
semasa itu seperti Al-Hasan Ibnu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Al-Jabaly, Abu Khalifah Al-
Jumhy dan berbagai ulama terkenal lainnya, menurut pegakuan banyak ulama hadits
serta murid beliau, bahwa dalam bidang hadits Al-Mawardi termasuk orang yang tsiqah.
Imam Al-Mawardi dalam bidang fiqh merupakan seorang penganut mazhab syafi’i
dab mendalami fiqh kepada gurunya Abu Hamid Al-Isfarayaini, namun dalam teologi
beliau lebih condong kepada rasional dalam beberapa perkara.
1
Imam Al-Mawardi, Al-Hawi Al-Akbar(terjm), (beirut: Dar Kutub Al-Ilmiyyah, 1994), h. 55
2
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI press, 1990), h. 50
Al-Mawardi wafat pada tanggal 30 bulan rabi’ul awal tahun 450 hijriyah atau 27 mei
1058 masehi dalam berumur 86 tahun. Yang bertindak menjadi imam pada shalat
jenazah beliau adalah Al-Khatib Al-Baghdadi, Ia wafat dengan meninggalkan banyak
karya di berbagai bidang ilmu, pakar di bidang fiqh sehingga ulama menyebut beliau
sebagai ulama besar mazhab syafi’iyah dengan karangannya Al-Hawi Al-Kabir, jan juga
sorang politikus ahli dengan karangannya Ahkamu Al-Sulthaniyyah, dan juga dalam
banyak karangan lainnya dalam disiplin ilmu keislaman dan sosial.3
Imam Al-mawardi memiliki banyak guru yang terkemuka dari kalangan para ulama
diantaranya:
1. Qadhi Abu Qasim Abdul Wahid bin Husein Al-Syimri bermazhab syafi’i.
2. Muhammad bin Adi Al-Munqari.
3. Ja’far bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-Daqqaq.
4. Syekh Islam Abu Hamid, Ahmad bin Abu Tahir Muhammad bin Ahmad Al-
Isfarayni.
5. Abu Muhammad, Abdullah bin Muhammad Al-Bukhary terkenal dengan Bafi Al-
Khawarijmi. Dan masih banyak ulama lainnya.4
1. Khatib Al-Baghdadi, Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Mahdi Al-Hafidz Abu Bakar
Al-Khatib Al-Baghdadi seorang ahli hadits.
2. Al-Maqdisi.
3. Abu Fadha’il Ar-Rabi’iyy Al-Mausili.
4. Abu Hasan Abdari.
5. Mahdi bin Ali Al-Isfarayni.
6. Ibnu Khairun
7. Abdur Rahman Al-Khasairy
8. Abdul wahid bin Abdul Karim Al qusyairy.
Dan masih banyak ulama lainnya.5
C. Analisis penulis
Berdasarkan paparan di atas, tampaklah betapa luar biasanya Imam Al-Mawardi
mulai dari semenjak kecil beliau begitu bersemangat dalam menuntut ilmu dari negri
kelahiran beliau hingga berkelana mencari ilmu dari suatu daerah ke daerah lain, dari
satu ulama ke ulama lain.
Tidak mengherankan jika beliau ‘alim luar biasa dan seorang yang mengamalkan
ilmunya dan seorang yang wara’ dan piawai dalam berbagai keilmuan, baik di bidang
3
Loc it
4
Mohd Rumaizuddin Ghazali, Pengenalan Terhadapt Sejarah Hidup Al-Mawardi, (Mindamadani: 8 0ktober
2006)
5
Taj Ad-Din As-Subki, Thabaqat As-Syafi’iyah Al-Kubra, Cet I, (Mesi: Matbaah Isa Al-Babi Al-Halabi Wa Syirkahu,
t.t), 5, 267
fiqh yang mana beliu mengarang kitab Al-Hawi Al-Akbar sebanyak 22 jilid itu yang
berdasrkan mazhab syafi’i sehingga beliau di juluki Imam besar di kalangan syafi’iyah,
dan juga karangan beliau di dalam politik yaitu Ahkamu Al-Sulthaniyyah dan berbagai
disiplin keilmuan lainnya, tentu itu semua di karenakan semangat beliau menuntut ilmu
yang kuat dan himmah beliau yang tinggi dan juga pengaruh dari ulama-ulama besar
yang menjadi guru beliau serta beliau berada di keluarga yang perhatian terhadap ilmu
pengetahuan serta zaman beliau merupakan puncak kejayaan ilmu pada masa itu
sehingga mendorong beliau untuk bersemangat menuntut ilmu.6
Imam Al mawardi wafat dengan karya yang begitu banyak dan terus dibaca dan di
pelajarari oleh generasi setelahnya, begitulah agaknya orang yang semasa hidupnya di
gunakan untuk mengbdi dalam agama allah, semoga allah meridhoinya, dan bagi penulis
maupun pembaca di berikat kesanggupan untuk mengikuti jejak dan semangat beliau
dalam menuntut ilmu.
6
Ibid 56
DAFTAR KEPUTAKAAN
As-Subki, T. A.-D. (1901). Thabaqat As-Syafi'iyah Al-Kubra. mesir: Matbaah Isa Al-Babi
Al-Halabi Wa Syirkahu.
Sjali, M. (1990). Islam dan Tata negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta: UI Press.