Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz,M.Ag,
Asisten :
(1) Ati’ Nursyafa’ah, M.Kom.I,
(2) Baiti Rahmawati, M.Sos,
(3) Moch. Husnan, S.Kom.
Disusun Oleh:
Ilfa Walidatul Alif (04020222032)
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Penyusun,
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................i
DAFTAR ISI.................................................................iii
BAB I.............................................................................1
BAB III.........................................................................49
3.1 Kesimpulan.....................................................49
DAFTAR PUSTAKA..................................................52
BAB I
PENDAHULUAN
1 Abd. Basid Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis Vol. 21,
No. 1 (Januari 2020), hlm.175
2 Muhammad Barir, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis,
Vol. 15, No. 1, Januari 2014 hlm. 3
1
perwujudan dari al-Quran yang ditafsirkan untuk
manusia,
2
manusia5, Selain itu keduanya wajib diikuti baik
perintahnya maupun larangannya6. Karena itu
sangat penting dan mendasar mengetahui
pembagian hadis dan sumbernya yaitu Hadis
Qudsi dan Hadis Nabawi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kerja (fi’il) sebanyak 72 kali.7 Wahyu8 secara
bahasa diartikan sebagai isyarat yang cepat, bisa
juga diartikan sesuatu yang diturukan,
disingkapkan atau diumumkan9 Meski keduanya
berasal dari Allah SWT, namun cara
penerimaannya berbeda. Ilham adalah
penyusupan makna, pemikiran, kabar, atau
hakikat dalam hati lewat limpahan karunia bati
dari Allah SWT. jalan untuk mendapatkan ilham
bisa lewat usaha rohani maupun tanpa usaha
(Yusuf Qardhawi, 1997: 16). Ketika menafsirkan
surat al-syams [91]: 8, “maka Allah meng
ilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya”, Quraish Shihab (2002: XV: 297)
menulis pemahaman tentang ilham:
“memang ilham atau intuisi datang secara
tiba-tiba tanpa disertai analisis sebelumnya,
kedatangannya bagaikan kilat dalam sinar dan
5
kecepatannya, sehingga manusia tidak bisa
menolaknya, sebagaimana tidak dapat pula
mengundang kehadirannya. Potensi ini ada pada
setiap insan, walaupun peringkat dan
kekuatannya berbeda antara seseorang dengan
yang lain”
Setiap manusia pasti mendapatkan
pengetahuan mengenai hal yang baik dan buruk
berdasarkan akalnya, pengetahuan ini merupakan
ilham dari Allah SWT. kelanjutan pengetahuan
dalam sikap dan perbuatan merupakan kehendak
manusia. Agar manusia cenderung berbuat baik
dan meninggalkan perbuatan buruk, maka Allah
SWT mengutus para nabi yang telah
mendapatkan wahyu dari -nya. Dengan demikian,
Allah SWT maha pemgasih dan maha
penyayang, karena memberikan ilham kebaikan
dan keburukan kepada manusia menuju jalan
yang benar.
Manusia dengan akalnya yang diberi
ilham saja tidak cukup untuk menapaki jalan
kebenaran. Tidak jarang keinginannya
6
menerobos kebenaran yang diyakininya,
sehingga kebenaran menjadi subyektif yang
diukur sesuai dengan keinginannya. Menerobos
kebenaran yang diyakininya. karena itu, wahyu
sangat diperlukan bagi manusia.wahyu tidak
hanya disampaikan, tetapi juga harus
dilaksanakan oleh penerima wahyu. Hanya
manusia pilihan Allah SWT yang diberi wahyu.
Dengan wahyu yang diterimanya para nabi wajib
melaksanakannya sekaligus menjadi contoh
dalam pelaksanaannya. Sesungguhnya, para nabi
hanya manusia biasa, sebagaimana manusia pada
umumnya, sebagaimana ditegaskan dalam surah
al-Kahfi ayat 110:
ََّاح ۚ ٌد فَ َم ْن َكان
ِ ي اَنَّ َمٓا اِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ وَّ َقُلْ اِنَّ َمٓا اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ٰ ٓحى اِل
ࣖ صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا َ يَرْ جُوْ ا ِلقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل
7
Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap
pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah
dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.”
8
SAW adalah manusia terakhir yang mendapatkan
wahyu , selanjut-nya manusia hanya bisa
mendapatkan ilham. Al-Qur’an adalah kitab suci
terakhir yang berdasarkan wahyu, berikutnya
hanya buku yang ditulis berdasarkan ilham.
Selain wahyu al-Qur’an, Nabi SAW juga
mendapatkan wahyu diluar al-Qur’an yang
disebut hadis. Dengan demikian, hadis berdasar
wahyu dan bukan berdasar ilham sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Najm {53}
ayat 3-4 dan surat al-Hasyr {59} ayat 7. 10 Di
dalam al-Qur`an terdapat kalimat wahyu dan
kalimat yang diambil daripadanya sebanyak 70
kali yang dipakai dengan beberapa arti. Di
antaranya adalah dalam surat An-nahal ayat 68,
terdapat kalimat “wa auha” dengan arti ilham
yang bersifat tabi’at, dalam surat al-Qashash ayat
7 terdapa “auhaina” berarti ilham yang bersifat
fitrah.11
10 . Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag mengenal tuntas Al-Qur’an, ( surabaya,
imtiyaz, 2018 )
11 Abd. Rahman L HAKIKAT WAHYU MENURUT PERSPEKTIF
PARA ULAMA a Vol.6 No.1/Juni 2016 hlm.72
9
2.2 Perbedaan dan persamaan Al-Qur’an dan Hadis
Qudsi
a. Pengertian Al-Qur’an
10
as. Kata tersebut ditulis dan dibaca tanpa hamzah
(bukan mahmuz lam), yakni رأن99) القAl-Qur’an(.
Demikian itu adalah pendapat Imam Syafi’I
(150-2014 H) yang merupakan salah satu tokoh
Imam Mazhab.
Kelompk kedua yang berselisih pendapat
dalam menetukan akar kata القرأنdapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. القرأنberasal dari kata (قرينQara’in) jamak
dari (قرينةQariinah) yang bermakna petunjuk
(indikator), hal itu dikarenakan sebgian ayat-
ayat Al-Qur’an itu satu sama lain saling
menyerupai, sehingga seakan-akan sebagian
ayat menjadi petunjuk atas ayat lain yang
serupa. Pendapat itu merupakan pendapat
seorang ahli Bahasa dan pengarang kitab
Ma’ani al-Qur’an yang bernama al-Farra’ (w.
207 H).
2. Al-Qur’an berasal dari kata kerja وقرأ – قراءة
– وقرأنا قرأYang berarti membaca. Kata قرأن
merupaka isim mashdar yang berwazan فعالن
(fu’lanun) yang bermakna isim maf’ul, yakni
11
روء9999( مقmaqruun) yang bermakna dibaca.
Demikian itu adalah pendapatnya al-Lihyani,
seorang ahli Bahasa (w. 215 H).
3. رأن99 القberasal dari kata Qarana yang berarti
menggabungkan, القرأنterdiri dari surat-surat,
ayat-ayat, dan huruf-huruf yang digabungkan
dalam satu msuhaf. Pendapat demikian
merupakan pendapat Al-Asy’ari (w. 324 H)
yang merupakan tokok Ilmu Kalam yang
beraliran sunni.
4. القرأنberasal dari kata ( القرأal – Qar’u) yang
bermakna himpunan. Hal itu dikarenakan
secara realitas Al-Qur’an menghimpun sari
pati kitab-kitab suci terdahulu. Pendapat itu
disampaikan oleh al-Zajjaj (1. 311 H).
5. Muhammad ‘Abdul ‘Adhim as-Zarqani
mengamini pendapat bahwa kata Al-Qur’an
merupakan kata benda (mashdar) dari kata
kerja قرأن‹‹‹‹‹‹ا قرأ-ق‹‹‹‹‹‹رأة-يق‹‹‹‹‹‹رأYang berarti
membaca/bacaan.12
12
Suhi al-Shalih, penulis kitab Mabahits fi
‘Ulum al-Qur’an menyatakan bahwa pendapat
yang paling kuat adalah pendapat al-Lihyani. Hal
itu didasarkan pada firman Allah Q.S. al-Waqi’ah
(56): 77-78:
13
Al-Qur’an adalah kalam yang
mengandung mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW., tertulis di
dalam mushaf, dengan cara mutawatir, dan
membacanya adalah ibadah.
b. Ali al-Sabuni mendefinisikan Al-Qur’an
adalah:
اسطَ ِة َ ُه َو َكلَ ُم هّللا ِ ال ُمنَ َّز ُل عَلى َخات َِم اَأل ْنبِيَا ِء َو ا ْل ُم ْر
ِ سلِيْنَ بِ َو
ف ال َم ْنقُ ْو ُل
ِ صا ِح َ ب فِى ال َم َّ ٍّاَأل ِم ْي ِن ِج ْب ِر ْي َل َعلَ ْي ِه ال
ُ ساَل ُم ال َم ْكت ُْو
س ْو َر ِة الفَاتِ َح ِة
ُ ِِإلَ ْينَا َ بِالتَّ َواتِ ِر ال ُمتَ َعبُّ ُد بِتِاَل َوتِ ِهال َم ْبد ُْو ُء ب
ُ َوال ُم ْختَتَا ُم ِب
ِ س ْو َر ِة النَّا
س
Al-Qur’an adalah akalm Allah SWT.,
yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul
terkahir melalui Malaikat Jibril as., yang
tertulis dalam mushaf dan samapi kepada kita
dengan jalan tawatur (mutawatir),
membacanya merupakan ibadah yang diawali
dengan surat al-Fatihah da diakhiri dengan
surah an-Nas.
14
karakteristik pokok Al-Qur’an yang dapat
membedakan dengan wahyu-wahyu Allah yang
lain (baca hadis Nabawi dan hadis Qudsi), yaitu
bahwa Al-Qur’an itu: 1. Kalam Allah SWT.; 2.
Memngandung mukjizat; 3. Diturunkan epada
Nabi Muhammaad SAW; 4. Melalui Malaikat
Jibril; 5. Disampaikan dengan jalan mutawatir; 6.
Membacanya merupakan ibadah.7. sebagai
hidayah bagi manusia13.
هّٰللا
س ْواًل ٍ ش ٍر اَنْ يُّ َكلِّ َمهُ ُ اِاَّل َو ْحيًا اَ ْو ِمنْ َّو َر ۤاِئ ِح َجا
ِ ب اَ ْو يُ ْر
ُ س َل َر َ ََو َما َكانَ لِب
فَيُ ْو ِح َي بِا ِ ْذنِ ٖه َما يَش َۤا ُء ۗاِنَّ ٗه َعلِ ٌّي َح ِك ْي ٌم
15
diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa
yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi,
Mahabijaksana.” (QS. Al – Syura : 51)
)193( ُن9 ي9أل ِم9 ا9ح9ُ و9ل ُّر9ه ا9ِ 9ِل ب9َ 9) نز192( َن9 ي9 ِم9َل9ا9 َع9ب ا ْل
9ِّ ر9َ 9زي ُل9تَن9َُ ل9َّه9ِإن9َو
9َ و9 ُك9ََك لِت9 9ِب9ى قَ ْل9َل9َع
)194( َن9 ي9 ِر9 ِذ9 ْن9 ُم9َن ا ْل9 ن ِم9
16
Amin (Jibril),(193) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar engkau termasuk orang
yang memberi peringatan,(194) dengan
bahasa Arab yang jelas.” (195)14
14 . Dr. H. Achmad Zuhdi DH, M.Fil.l. , Dr. Hj. Suqiyah Musafa’ah, M.Ag.
, Dr.H. Abd. Muflikhatul Khoiroh, M.Ag , Dr. Abid Rohman, M.Pd.l. Studi
Al-Qur’an UIN Sunan Ampel Press, 2021
17
Demikian juga secara praksis, kitab hadis dapat
membantu memenuhi kebutuhan untuk
mendapatkan informasi hadis-hadis Nabi.
Hingga saat ini, jumlah kitab hadis sangat
banyak dan beragam. Namun, pengetahuan dan
pengenalan terhadap kitab-kitab itu di kalangan
mayoritas umat Islam, khususnya di Indonesia
masih sangat rendah atau minim, apalagi untuk
bisa mengakses kitab-kitab tersebut.1 Kondisi
ini tentu ada penyebabnya, baik dari aspek
kitabnya itu sendiri, maupun dari orangnya.15
dilihat dari segi bentuknya hadis nabi dapat
diklasifikasi menjadi lima yaitu: hadis yang
berupa ucapan (hadis qauli), hadis yang berupa
perbuatan (hadis fi’li), hadis yang berupa
persetujuan (hadis taqriri), hadis yang berupa
hal ihwal (hadis ahwali), dan hadis yang berupa
cita-cita (hadis hammi).
1) Hadis yang berupa ucapan (qauli)
Segala perkataan nabi baik yang
berkenaan dengan ibadah maupun
15. Dadi Nurhaedi Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis 2017
18
kehidupan sehari-hari disebut dengan
hadis qauli, yaitu segala bentuk
perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada nabi.1 perkataan itu berisi
berbagai tuntutan dan petunjuk syara’,
peristiwa-peristiwa, dan kisah-kisah,
baik yang berkaitan dengan aspek
akidah, syari’ah, maupun akhlak.
Contoh makna hadis tentang bacaan Al-
Fatihah dalam sholat, yang berbunyi :
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak
membaca Al-Fatihah Al-Kitab” ,(HR.
Muslim)16
2) Hadis yang berupa perbuatan (fi’li)
Yang dimaksud dengan hadis fi’li
adalah segala perbuatan yang
disandarkan kepada nabi seperti cara
nabi melaksaksanakan sholat, wudhu’,
dan lain-lain yang disampaikan kepada
umat islam malalui sahabat17. hadis
19
tersebut berupa perbuatan nabi yang
menjadi anutan perilaku sahabat pada
saat itu, dan menjadi keharusan bagi
semua umat islam untuk mengikutinya.
3) Hadis yang berupa persetujuan (taqriri)
Hadis taqriri yaitu hadis yang
berupa ketetapan nabi terhadap apa yang
datang atau yang dilakukan oleh para
sahabatnya. Menurut ‘Abd al-Wahhab
Khallaf dalam bukunya ‘ilm Ushul al-
fiqh, hadis taqriri adalah penetapan
Rasulullah atas sesuatu yang dilakukan
oleh sahabat baik berupa ucapan
maupun perbuatan dengan cara
Rasulullah (diam tidak menyangkal ),
setuju, dan menganggapnya bagus.18
dalam hal ini, nabi membiarkan atau
mendiamkan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa
20
memberikan penegasan, apakah beliau
membenarkan atau mempersalahkannya.
4) Hadis yang berupa Hal Ihwal (ahwali)
Yang dimaksud dengan hadis
ahwali adalah hadis yang berupa hal
ihwal nabi yang berkenaan dengan sifat-
sifat dan kepribadian serta keadaan
fisiknya. Dengan kata lain, hadis ahwali
adalah sesuatu yang berasal dari nabi
yang berkenaan dengan kondisi fisik,
akhlak, dan kepribadiannya.
5) Hadis yang berupa Cita-Cita (hammi)
Sebagaimana manusia pada
umumnya nabi juga memiliki cita-cita.
Sebagian cita-cita itu tercapai dan
sebagiannya tidak. Hadis yang berisi
tentang cita-cita nabi disebut dengan
hadis hammi, yaitu hadis yang berupa
keinginan atau hasrat nabi yang belum
terealisasikan. Hadis kategori ini tidak
disebutkan dalam beberapa definisi
hadis baik oleh ulama hadis, ulama
21
ushul, maupun ulama fiqh.secara
realitas, hadis hammi belum terwujud
tetapi masih dalam ide dan keinginan
yang pelaksanaannya akan dilakukan
pada masa sesudahnya. Karena itu, pada
hakikatnya, hadis kategori ini bukan
perbuatan, perkataan, persetujuan, atau
sifat-sifat nabi. Tetapi, perbuatan yang
akan dilakukan oleh nabi pada masa
berikutnya dan belum terwujud ketika
nabi menginginkannya seperti halnya
hasrat berpuasa tanggal 9 Asyuara .
Hadis Qudsi disebut juga Hadis ilahi dan
Hadis rabbani. Dinamakan Qudsi (suci), ilahi
(tuhan), dan rabbani (ketuhanan) karna ia
bersumber dari Allah yang maha suci dan
dinamakan hadis karena nabi yang
memberitakannya yang di dasarkan dari wahyu
Allah SWT. Kata Qudsi sekalipun diartikan suci,
hanya merupakan sifat bagi hadis, sandaran hadis
kepada tuhan tidak menunjukkan kualitas hadis .
22
oleh karena itu tidak semua hadis Qudsi shahih,
tetapi ada yang shahih, hasan, dha’if, tergantung
persyaratan periwayatan yang dipenuhinya baik
dari segi sanad atau matan.
23
pemberitahuan Allah melalui ilham atau mimpi,
kemudian nabi shallallahu’alaihi wasallam
yang mengungkapkan pesan Allah tersebut
kepada umatnya melalui redaksi beliau sendiri.
Sedangkan hadis-hadis yang lain merupakan
riwayat yang tidak disandarkan kepada Allah
dan juga tidak diriwayatkan dari-Nya” demikian
pula keterangan yang terdapat dalam Kitabul
Fawa’id karya Al-Hafizh At-Taftazani.
24
3) Al-Qur’an adalah mu’jizat rasul yang
abadi dan bersifat jaiz bagi yang ingin
membuat hal yang serupa, Sedangkan
Hadis Qudsi bukan mu’jizat.
4) Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah
karena itu Al-Qur’an dibaca dalam sholat.
Sedangkan Hadis Qudsi kita tidak di
perintah membacanya sebagai ibadah.
yang diutamakan adalah memahami,
menghayati dan mengamalkannya.
5) Al-Qur’an diturunkan kepada nabi dalam
keadaan sadar dan melalui perantara
Malaikat Jibril . sedangkan Hadis Qudsi
diturunkan kepada nabi dengan berbagai
macam cara.
6) Al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir
sehingga kepastiannya sudah Mutlaq,
sedangkan Hadis Qudsi kebanyakan ahad,
7) Al-qur’an hanya dinisbahkan kepada
Allah, sedangkan Hadis Qudsi
diriwayatkan dengan disandarkan kepada
Allah yang dibuatkan.
25
8) Al-Qur’an terpelihara dari berbagai
kekurangan dan pendistorsian tangan
orang-orang jahil, sedangkan hadis Qudsi
tidak terpelihara seperti Al-Qur’an.
Namun, hubungan keduanya secara
integral tidak dapat dipisahkan antasa satu
dengan yang lain. Maka terpeliharanya
Al-Qur’an berarti terpelihara pulanya
Hadis. Realita sejarah membuktikan
adanya pemeliharaan hadis seperti usaha-
usaha para perawi hadis dari masa ke
masa dengan menghafal, mencatat,
meriwayatkan, dan mengodifikasikannya
ke dalam berbagai buku hadis.
9) Kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an bersifat
qath’i al-wurud (pasti atau mutlaq
kebenarannya) dan kafir yang
mengingkarinya. Sedangkan kebenaran
hadis Qudsi bersifat zhanni al-wurud
(relatif kebenarannya), kecuali yang
mutawatir.
26
10) Proses penyampaian Al-Qur’an melalui
wahyu yang tegas (jali), sedangkan hadis
Qudsi melalui wahyu, atau ilham, dan
atau mimpi dalam tidur.
11) Al-Qur’an tidak selalu memuat zamir
mutakallim sedangkan Hadis Qudsi selalu
memuat zamir mutakallim
a. Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari
kata yang sama dengan Qira’ah, yaitu masdar
dari qara’a, qira’atan wa qur’anan. Qara’a
memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun.
27
Qira’ah berarti merangkai huruf –huruf dan kata-
kata satu dengan yang lainnya dalam satu
ungkapan kalimat yang teratur.
Secara terminologi, definisi Al-Qur’an
adalah kalamullah yg merupakan mukjizat yg
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir dan
membacanya bernilai ibadah. Al-Qur’an
merupakan Kitab Suci berbahasa Arab yang
diturunkan Allah Swt. kepada seorang Nabi
berkebangsaan Arab, Muhammad saw, untuk
memperingatkan kaumnya.20.
Al-Qur’an telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu pada pertengahan abad-17 oleh
Abdul Rauf Singkel21.24 Sejak awal abad dua
puluh tidak kurang dari 20 karya terjemahan
dalam bahasa Indonesia dan beberapa bahasa
daerah, seperti Al-Quran dan Terjemahnya karya
Mahmud Yunus, Al-Furqan karya A. Hassan, Al-
28
Bayan, karya T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, dan Al-
Quran dan Maknanya M. Quraish Shihab.22
b. Pengertian Hadits Nabawi
29
Sedangkan yang berupa persetujuan
seperti beliau menyetujui suatu perkara yang
dilakukan salah seorang sahabat, baik hal
tersebut dalam hal perkataan ataupun perbuatan,
baik dilakukan dihadapan beliau maupun
tidak ,maksudny berita tentang sesuatu yang
dilakukan sahabat sampai kepada beliau.
1. Tauqifi
Bersifat tauqifi artinya kandungannya
diterima oleh Rasulullah SAW dari wahyu,
lalu beliau menjelaskankepada manusia
dengan kata-katanya sendiri, bagian ini
meskipun kandungannya di nisbahkan
kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan
lebih dinisbahkan kepada Rasulullah.
2. Taufiqi
Bersifat taufiqi artinya yang disimpulkan
oleh rasulullah SAW menurut
pemahamannya terhadap Al-Qur’an, karena
30
beliau mempunyai tugas menjelaskan Al-
Qur’an atau menyimpulkannya dengan
pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan
yang bersifat ijtihad ini jika benar maka akan
diperkuat oleh wahyu. Namun jika terdapat
kesalahan maka akan turun wahyu untuk
meluruskannya. Bagian ini bukanlah kalam
Allah secara pasti.
c. Perbedaan Al-Qur’an dan Hadits Nabawi
Setelah kita pelajari tentang beberapa hal
tersebut, secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa tentunya terdapat banyak perbedaan
diantara keduanya, yakni:
1) Dalam Al-Qur’an makna dan lafalnya
dari Allah sedangkan Hadis Nabawi
maknanya dari Allah sedangkan
lafalnya dari nabi SAW .
2) Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan
secara maknanya saja, Sedangkan
Hadis Nabawi boleh diriwayatkan
secara maknanya saja.
31
3) Al-Qur’an adalah mu’jizat yang abadi
dan bersifat jaiz bagi yang ingin
membuat hal yang serupa. Sedangkan
Hadis Nabawi bukan mu’jizat.
4) Membaca Al-Qur’an merupakan
ibadah karena itu Al-Qur’an dibaca
dalam sholat. Sedangkan Hadis
Nabawi kita tidak di perintah
membacanya sebagai ibadah . yang
diutamakan adalah memahami,
menghayati dan mengamalkannya.
5) Al-Qur’an diturunkan kepada nabi
dalam keadaan sadar dan melalui
perantara Malaikat Jibril . sedangkan
Hadis Nabawi diturunkan kepada nabi
dengan berbagai macam cara.
6) Al-Qur’an diriwayatkan secara
mutawatir sehingga kepastiannya
sudah Mutlaq, sedangkan Hadis
Nabawi ada yang mutawatir ada yang
ahad,
32
7) Al-qur’an hanya dinisbahkan kepada
Allah, sedangkan Hadis Nabawi
diriwayatkan dengan disandarkan
kepada nabi.
d. Persamaan Al-Qur’an dan Hadis Nabawi.
Selain perbedaan juga terdapat kesamaan
antara keduanya yakni:
1) Al-Qur’an dan hadis Nabawi sama-
sama tidak selalu memuat dhamir
mutakallim
33
ada empat makna fungsi bayan(penjelasan)
dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Bayan Taqrir
Posisi hadis sebagai penguat (taqrir)
atau memperkuat keterangan Al-
Qur’an (ta’kid) . sebagian ulama
menyebut bayan ta’kid atau bayan
taqrir. Artinya hadis menjelasakan apa
yang sudah di jelaskan Al-Qur’an
misalnya hadis tentang
shalat,zakat,puasa, dan haji,
menjelaskan ayat ayat Al-Qur’an
tentang hal itu juga :
Dari Ibnu Umar RA Berkata:
Rasulullah bersabda: islam didirikan
atas lima perkara; menyaksikan bahwa
tidak ada tuhan melainkan Allah dan
bahwa Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat,
haji, dan puasa ramadhan. (HR. Al-
Bukhari)
34
Hadis diatas memperkuat
keterangan perintah shalat, zakat, dan
puasa dalam surah Al-Baqarah (2): 83
dan 183 dan perintah haji padasurah
‘Ali Imran(3):97
35
kecuali sebagian kecil dari kamu,
dan kamu (masih menjadi)
pembangkang”. (Q. S. Al-Baqarah
(2): 83)
ۤ ٰ
س ِه ْم قَالُ ْوا ِ ُاِنَّ الَّ ِذيْنَ تَ َوفّى ُه ُم ا ْل َم ٰل ِٕى َكةُ ظَالِ ِم ْٓي اَ ْنف
ض قَالُ ْٓوا ِ ۗ َض َعفِيْنَ فِى ااْل َ ْر ْ ست ْ فِ ْي َم ُك ْنتُ ْم ۗ قَالُ ْوا ُكنَّا ُم
ٰۤ َ اَلَم تَ ُكنْ اَر هّٰللا
ول ِٕى َك ُ اج ُر ْوا فِ ْي َها ۗ فاِ اس َعةً فَتُ َهِ ض ِ َو ُ ْ ْ
ص ْي ًر ۙا
ِ س ۤا َءتْ َم َ َمْأ ٰوى ُه ْم َج َهنَّ ُم ۗ َو
36
“Sesungguhnya orang-orang yang
dicabut nyawanya oleh malaikat
dalam keadaan menzalimi sendiri,
mereka (para malaikat) bertanya,
“Bagaimana kamu ini?” Mereka
menjawab, “Kami orang-orang yang
tertindas di bumi (Mekah).” Mereka
(para malaikat) bertanya,
“Bukankah bumi Allah itu luas,
sehingga kamu dapat berhijrah
(berpindah-pindah) di bumi itu?”
Maka orang-orang itu tempatnya di
neraka Jahanam, dan (Jahanam) itu
seburuk-buruk tempat kembali”, (Q.
S. ‘Ali Imran(3): 97)
2. Bayan Tafsir
Hadis sebagai penjelas (tafsir)
terhadap Al-Qur’an dan fungsi inilah
yang terbanyak pada umumnya.
Penjelasan yang diberikan ada 3
macam yaitu sebagai berikut.
37
a. Tafshil Al-Mujmal
Hadis memberi penjelasan
secara terperinci pada ayat ayat
Al-Qur’an yang bersifat global
(tafshil Al-Mujmal =memperinci
yang global),baik menyangkut
masalah ibadah maupun
menyangkut masalah hokum,
sebagian ulama menyebutnya
bayan tafshil atau bayan tafsir .
misalnya perintah shalat pada
beberapa ayat dalam Al-Qur’an
hanya diterangkan secara global,
yaitu dirikanlah shalat, tanpa
disertai petubjuk bagaimana
pelaksanaannya; berapa kali sehari
semalam , berapa rakaat, kapan
waktunya, rukun rukunnya, dan
lain sebagainya. Perincian itu
terdapat dalam hadis nabi, missal
sabda nabi:
38
Shalatlah sebagaimana engkau
melihat aku shalat (HR. Al-
Bukhari).
a. Takhshish Al-‘amm
Hadis mengkhususkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang umum, sebagian
ulama menyebut bayan
takhshish. Misalnya ayat-ayat
tentang waris dalam surah An-
39
nisa’(4). Dimana dalam ayat itu
menjelaskan pembagian harta
pusaka terhadap ahli waris, baik
anak laki-laki, anak perempuan,
satu, dan atau banyak, orangtua
(bapak/ibu) jika ada anak atau
tidak ada anak ,jika ada saudara
atau tidak ada dan seteruanya.
Ayat harta warisan ini bersifat
umum, kemudian dikhususkan
(takhsish) dengan hadis nabi
yang melarang mewarisi harta
peninggalan para nabi, berlainan
agama, dan pembunuh. Misal
salah satu makna sabda nabi
SAW:
40
Dan sabda nabi :
b. Taqyid Al-Muthlaq
Hadis membatasi kemutlakan
ayat-ayat Al-Qur’an . artinya,
Al-Qur’an keterangannya secara
mutlak, kemudian dibatasi
dengan hadis yang
muqayyad(taqyid/muqayyad0 =
dibatasi, mutlaq = tidak
terbatas) .sebagian ulama
menyebut bayan taqyid.
Misalnya firman Allah dalam
surah Al-Maidah(5): 38:
سا ِرقَةُ فَا ْقطَ ُع ْٓوا اَ ْي ِديَ ُه َما َج َز ۤا ۢ ًء
َّ ق َوال
ُ سا ِر
َّ َوال
سبَا نَ َكااًل ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم
َ بِ َما َك
41
potonglah tangan keduanya
(sebagai) balasan atas
perbuatan yang mereka lakukan
dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Mahaperkasa,
Mahabijaksana”. (Q. S. Al-
Maidah(5): 38)
42
pemotongan tangan , maka di
potong pada pergelangan tangan.
3. Bayan Naskhi
Hadis menghapus (nasakh) hukum
yang diterangkan dalam Al-Qur’an .
menurut ulama hanafiyah dengan
syarat hadis mutawatir atau masyhur23.
Misalnya dalam surah Al-Baqarah (2):
180:
ض َر اَ َح َد ُك ُم ا ْل َم ْوتُ اِنْ تَ َر َك َخ ْي ًرا َ ُكتِ َب َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َح
ف َحقًّاِ ۚ صيَّةُ لِ ْل َوالِ َد ْي ِن َوااْل َ ْق َربِيْنَ بِا ْل َم ْع ُر ْو
ِ ۖ ۨا ْل َو
َۗ َعلَى ا ْل ُمتَّقِيْن
43
yang bertaqwa.” (Q. S. Al-Baqarah
(2): 180)
4. Bayan Tasyri’i
Hadis menciptakan hukum
syari’at (tasyri’) yang belum
dijelaskan oleh Al-Qur’an. Para ulama
berbeda pendapat tentang fungsi
sunnah sebagai dalil pada sesuatu hal
yang tidak disebutkan dalam Al-
Qur’an. Mayoritas mereka berpendapat
bahwa sunnah berdiri sendiri sebagai
dalil hukum dan yang lain berpendapat
bahwa sunnah menetapkan dalil yang
44
terkandung atau tersirat secara implisit
dalam teks Al-Qur’an.
Dalam hadis terdapat hukum-
hukum yang tidak di jelaskan Al-
Qur’an, ia bukan penjelas dan bukan
penguat (ta’kid). Akan tetapi, sunnah
sendirilah yang menjelaskan sebagai
dalil atu ia menjelaskan yang tersirat
dalam ayat -ayat Al-Qur’an . misalnya,
keharaman jual beli dengan berbagai
cabangnya menerangkan yang tersirat
dalam surah Al-Baqarah (2) : 275 dan
An-Nisa’(4):29:
ْاَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذي
ۗ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم
َ ِسِّ ٰذل
ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما َ
وا فَ َم ْن ۗ وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب ۘ ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب
فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه ۗ ََج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسل
ٰۤ ُ
ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ِ َّك اَصْ ٰحبُ الن َ ول ِٕى اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن عَا َد فَا
َٰخلِ ُدوْ ن
45
“Orang-orang yang memakan riba
tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan
dari Tuhannya, lalu dia berhenti,
maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan
urusannya (terserah) kepada Allah.
Barangsiapa mengulangi, maka
mereka itu penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.” (QS. Al-
Baqarah (2) : 275)
ٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط ِل
ض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا
ٍ آِاَّل اَنْ تَ ُك ْونَ تِ َجا َرةً عَنْ تَ َرا
س ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًماَ ُاَ ْنف
46
29. Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka
di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepadamu.
(QS. An-Nisa’(4): 29)
47
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meskipun secara bahasa tidak ada
perbedaan antara wahyu dan ilham, namun
keduanya adalah dua sisi yang membedakan
kualitas manusia: antara nabi dan bukan nabi.
Ilham diberika kepada setiap manusia,
sedangkan wahyu hanya diberikan kepada para
nabi.
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang
bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW melalui malaikat jibril dan
tertulis dimushaf , Hadis Nabawi adalah hadis
yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW
baik dalam segi perkataan, perbuatan, persetujuan
maupun sifatnya , sedangkan hadis kudsi ialah
hadis yang oleh nabi disandarkan kepada Allah
SWT .Al-Qur’an dan hadis merupakan dua
sumber ajaran islam yang saling berhubungan,
49
dimana dalam mengkaji ilmu Al-Qur’an
dibutuhkan sumber-sumber hadis yang kuat.
Hadis di mata mayoritas orang Islam dipandang
sebagai salah satu sumber pengetahuan
keagamaan yang penting dan dipahami sebagai
sumber normatif kedua setelah al-Qur’an. Dalam
rangka menjelaskan urgensitas ini, terdapat
sebuah adagium terkenal, yaitu “al-Qur’an lebih
membutuhkan hadis daripada hadis yang
membutuhkan al-Qur’an”24..
Kajian tentang metode pemahaman
hadis hingga saat ini sangat beragam.
Keberagaman ini merupakan Fatichatus
Sa’diyahhasil dari pemikiran para ulama hadis
yang berbeda-beda dalam memahami suatu teks
hadis25 Masih banyak orang awam yang tidak
mengetahui perbedaan Al-Qur’an, Hadis Nabawi
50
dan Hadis Qudsi oleh karna itulah pembahasan
materi ini perlu kita kaji agar kita lebih
memahami dan mengetahui perbedaan dari Al-
Qur’an , Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi. juga
terdapat banyak fungsi hadis terhadap Al-Qur’an
yang mana diantaranya Bayan taqrir, bayan
tafsir, bayan naskhi, bayan tasyri’i .
51
DAFTAR PUSTAKA
52
M.Quraisy Shihab, sejarah dan Ulum Al-Qur’an
(Jakarta, pustaka Firdaus,2008)
53
Muhammad al-Sabbagh, al-Hadis al-Nabawi, (Riyad: al-
Maktab al-Islami, 1972 M/1392 H), 13 dan al-
Tirmisi, Manhaj zawi al-Nazar (Beirut: Dar al-
Fikr, 1974), 8
54
CURICULUM VITAE
55