Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“WAHYU”
Dalam mata kuliah”pengantar ilmu al-qur’an dan hadis”

Auliani Eka Putri

(2210303001)

Dosen Pengampu:
Nurasiah, M.Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-nya, yang telah melimpah rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang wahyu,
makalah ini telah penulis susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi
manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Sungai penuh, 14 februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah..................................................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan penelitian...........................................................................................................4

BAB 11 PEMBAHASAAN
A. Definisi wahyu...............................................................................................................5
B. Fungsi wahyu.................................................................................................................6
C. Turun wahyu pada malaikat...........................................................................................7
D. Turun wahyu kepada para rasul.....................................................................................8

BAB 111 PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wahyu merupakan suatu yang dituangkan Allah SWT yang disampaikan kepada
nabinabi-Nya, yang berupa pemberitahuan yang tersembunyi dan cepat yang khusus di
berikan tanpa diketahui orang lain dan prosesnya bisa melalui suara yaitu berupa firman
atau melalui mimpi dan merupakan pedoman bagi umat-umatnya.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada saat itu, wahyu
merupakan hubungan gaib yang tersembunyi antara Allah dengan orang-orang yang telah
disucikan-Nya (rasul dan nabi) dengan tujuan menurunkan kitab-kitab suci samawi
dengan perantara malaikat yang membawa wahyu yaitu Jibril. Dan Al-Qur’an merupakan
salah satu wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu
terakhir untuk penyempurna ajaranajaran sebelumnya.
Sebagaimana diketahui bahwa yang dimaksudkan penerima wahyu itu adalah
makhluk syahadah, sedangkan pemberi wahyu itu adalah Allah Yang Maha Ghaib, dan
adapula yang menyampaikan wahyu itu kepada yang menerimanya melalui makhluk
ghaib (malaikat Jibril). Artikel ini akan menjelaskan tentang aspek-aspek wahyu seperti
eksistensinya, definisinya, macamnya, cara penyampaiannya, dan perbedaannya deengan
insting (gharizah). Keseluruhan aspek tersebut dibahas dengan meneliti perspektif para
ahli Ilmu al-Qur`an .
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi wahyu?
2. Apa fungsi wahyu?
3. Bagaimana cara wahyu turun pada malaikat?
4. Bagaimana cara wahyu turun pada rasul?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi wahyu
2. Untuk mengetahui fungsi wahyu
3. Untuk mengetahui cara ahyu turun pada malaikat
4. Untuk mengetahui cara wahyu turun kepada para rasul

4
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Definisi Wahyu
Kata wahyu berasal dari masdar al-wahy yang menunjukkan dua pengertian dasar,
yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, wahyu dapat diartikan sebagai
“pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat dan khusus, ditujukan kepada orang yang
diberitahu tanpa diketahui oleh orang lain.
Di dalam al-Qur`an terdapat kalimat wahyu dan kalimat yang diambil daripadanya
sebanyak 70 kali yang dipakai dengan beberapa arti. Di antaranya adalah dalam surat An-
nahal ayat 68, terdapat kalimat “wa auha” dengan arti ilham yang bersifat tabi’at, dalam
surat al-Qashash ayat 7 terdapat “auhaina” berarti ilham yang bersifat fitrah, dalam surat
Faathir ayat 31 terdapat kalimat “auhaina” berarti wahyu dalam bentuk kitab (al-Qur`an ).
Kemudian dalam surat Maryam ayat 11 terdapat kalimat “auha” berarti memberi isyarat,
dalam surat Asyura ayat 51 yang dimaksudkan dengan wahyu adalah membisikkan
kedalam sukma, di balik tabir seperti wahyu yang disampaikan kepada nabi Musa AS.
Menurut Hasan, Zaini, Dan Raudhatul Hasanah, Wahyu adalah mashdar dari kata
kerja; waha- yahii-wahyan, yang berarti: memberi isyarat, mengirim utusan, berbisik-
bisik, berbicara pada tempat tersembunyi, yang tidak diketahui orang lain,
mencampakkan ilham ke dalam hati, menuliskan, menyembelih dengan cepat atau buru-
buru (Zaini, Hasan Dan Raudhatul Hasanah, 2010).
Sementara itu, Yunahar Iliyas, berpendapat bahwa kata “al Wahyu” adalah bentuk
mashdar (infinitif) dari auha yauhi- wahyan dengan dua pengertian pokok yaitu al-
khafa’(tersembunyi) dan as- sur’ah (cepat). Oleh sebab itu, secara etimologis wahyu
didefinisikan sebagai: “Pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus
ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui oleh yang lainnya” (Ilyas,
Yunahar, 2013).
Selanjutnya al-Qaththan menjelaskan pula kata “al-wahy” (wahyu) adalah kata
mashdar (infinitif) menunjuk pada dua pengertian dasar, yaitu; tersembunyi dan cepat.
Oleh sebab itu, dikatakan, “wahyu ialah informasi secara tersembunyi dan cepat yang
khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa diketahui orang lain”. Inilah pengertian

5
dasarnya (mashdar). Tetapi terkadang juga memiliki maksud al-wuha, yaitu pengertian
isim maf’ul, maknanya yang diwahyukan (Al-qaththan, 2004).
Jika disimpulkan berbagai pengertian wahyu secara lughat (etimologi) yang telah
dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa wahyu itu adalah membisikkan kedalam
sukma, mengilhamkan dan isyarat yang cepat, lebih mirip kepada dirahasiakan daripada
ditampakkan.
Berikut ini pengertian wahyu secara isthilah (terminologi) banyak pula pendapat
dari para ahli:
a. Wahyu adalah nama bagi yang disampaikan kepada nabi dan rasul dari Allah.
Demikian juga dipergunakan untuk lafaz al- Qur`an . Wahyu Allah kepada nabi dan
rasul-Nya ialah, Allah menyampaikan wahyu-Nya ke dalam jiwa nabi dan rasul,
tentang pengertian pengetahuan yang Allah kehendaki yang akan mereka sampaikan
pula kepada manusia, sebagai petunjuk bagi mereka dalam mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.Nabi dan rasul sesudah menerima wahyu itu betul-betul
percaya bahwa yang mereka terima tentang wahyu itu adalah dari Allah
(Ashshiddieqy, Hashbi, 1953).
b. Wahyu ialah pengetahuan yang di dapat seseorang pada dirinya sendiri dengan
keyakinan yang penuh, bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan sesuatu
perantaraan ataupun tidak. Bedanya dengan ilham ialah bahwa ilham adalah, perasaan
yang meyakinkan hati, dan yang mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketahui dari
mana datangnya (Abduh, Muhammad, 1963).

B. Fungsi Wahyu
Wahyu dalam bentuk kitab suci yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul adalah
ditujukan kepada umat manusia sesuai dengan konteks risalah yang dibawa oleh Nabi dan
Rasul-Nya. Dikatakan, bahwa meskipun manusia disebut sebagai makhluk yang paling
sempurna diantara makhluk lainnya, namun disadari juga bahwa didalam penciptaan
yang sempurna tersebut terdapat kelemahan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Apa
yang diperolehnya melalui proses atau aktivitas keilmuan belum mampu mencapai
kebenaran yang hakiki, berbagai teori yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan terutama
dalam kajian ilmu sosial tidak dapat dijadikan pegangan untuk mengatasi persoalan

6
hidup. Oleh sebab itulah, maka sebenarnya manusia itu memerlukan wahyu terutama
dalam bentuk kitab suci semisal Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam menjalani
proses kehidupan yang diyakini berdimensi dunia dan juga akhirat.
H. Hamzah Ya’qub menjelaskan bahwa meskipun akal demikian penting dan
hebatnya dalam mengenali sesuatu, misalnya dalam bidang teknologi, biologi, kimia dan
sains lainnya, namun tetap terbatas dalam suatu ruang lingkup tertentu. Masih banyak
problem yang pelik dan tidak sanggup oleh akal secara cepat dan tepat, ataupun kalau
dipaksa untuk dijawab hanyalah hanyalah justru akan menimbulkan keraguan. Misalnya
tentang hal gaib (metapisis), kiamat, kehidupan sesudah mati, pembalasan perbuatan baik
dan buruk, cara-cara beribadah kepada Tuhan dan sebagainya (Ya'qup, H. Hamzah,
1992).

C. Wahyu turun pada malaikat


Di dalam Al-Qur’an terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikatnya, di
antaranya
ٰۤ
‫ ِّد َم ۤا ۚ َء‬Q‫ك ال‬ ِ ْ‫ ٌل فِى ااْل َر‬Q‫ك لِ ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع‬
ُ ِ‫ف‬Q‫ا َويَ ْس‬QQَ‫ ُد فِ ْيه‬Q‫ا َم ْن يُّ ْف ِس‬QQَ‫ ُل فِ ْيه‬Q‫ اَتَجْ َع‬Q‫الُ ْٓوا‬QQَ‫ةً ۗ ق‬Qَ‫ض َخلِ ْيف‬ َ ُّ‫ال َرب‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
َ‫ك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬
َ َ‫َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَدِّسُ ل‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya. (QS. al-Baqarah
[2]: 30)
ۤ
ِ ْ‫ك اِلَى ْال َم ٰل ِٕى َك ِة اَنِّ ْي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ۗا َسا ُ ْلقِ ْي فِ ْي قُلُو‬
َ ‫رُّ ْع‬QQ‫ب الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوا ال‬
ْ َ‫ب ف‬
‫ ِربُوْ ا‬Q ‫اض‬ َ ُّ‫اِ ْذ يُوْ ِح ْي َرب‬
‫ ِم ْنهُ ْم ُك َّل بَنَا ۗ ٍن‬Q‫َاق َواضْ ِربُوْ ا‬ ِ ‫ق ااْل َ ْعن‬ َ ْ‫فَو‬
Juga terdapat nash tentang wahyu Allah kepada mereka: “Ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan orang-orang
yang telah beriman”.(QS. al-Anfaal [8]: 12).
‫ت َأ ْمرًا‬
ِ ‫فَ ْٱل ُمقَ ِّس ٰ َم‬

7
Di samping itu ada pula nash tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia menurut
perintah-Nya. “Demi malaikat yang membagi-bagi urusan”. (QS. adz-Dzaariyaat [51]: 4)
Nash-nash di atas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para
malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh para malaikat.
Hadis di atas menjelaskan bagaimana wahyu turun. Allah SWT berbicara, dan
para malaikat mendengarkan. Dan pengaruh wahyu itu pun sangat dahsyat. Dalam
perjalanan Jibril menyampaikan wahyu sebagaimana Hadis di atas, menunjukkan
turunnya wahyu khusus mengenai Al-Qur’an. Hadis di atas juga menjelaskan cara
turunnya wahyu secara umum.
D. Wahyu diturun kepada para rasul
Allah memberikan wahyu kepada para rasul-Nya, ada yang melalui perantaraan
malaikat Jibril a.s. dan ada yang tidak melalui perantaraan. Adapun wahyu yang
disampaikan lewat perantaraan malaikat Jibril a.s. terbagi menjadi dua cara. Pertama,
datangnya suara seperti dencingan lonceng dan suara tersebut sangat kuat dan keras yang
memengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga dengan segala kekuatan siap menerima
datangnya wahyu tersebut, sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Muhammad SAW, dan
cara inilah yang paling berat.
Ketika wahyu diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan cara seperti ini, maka
ia mengumpulkan semua kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal, dan
memahaminya. Dan mungkin suara tersebut, sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat,
seperti diisyaratkan di dalam syarah hadis tersebut di atas. (Hajar, Ibnu, 1379 H).
malaikat mengubah bentuk seperti seorang laki-laki dalam wujud manusia. Cara ini lebih
ringan daripada yang sebelumnya, karena ada kesesuaian antara pembicara dan
pendengar. Rasul merasa senang sekali mendengar dari utusan pembawa wahyu itu,
karena merasa seperti manusia yang berhadapan dengan saudaranya sendiri, sebagaimana
dalam lanjutan hadis tersebut

8
BAB 111
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata wahyu berasal dari masdar al-wahy yang menunjukkan dua pengertian dasar,
yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, wahyu dapat diartikan sebagai
“pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat dan khusus, ditujukan kepada orang yang
diberitahu tanpa diketahui oleh orang lain.
Di dalam al-Qur`an terdapat kalimat wahyu dan kalimat yang diambil daripadanya
sebanyak 70 kali yang dipakai dengan beberapa arti. Di antaranya adalah dalam surat An-
nahal ayat 68, terdapat kalimat “wa auha” dengan arti ilham yang bersifat tabi’at, dalam
surat al-Qashash ayat 7 terdapat “auhaina” berarti ilham yang bersifat fitrah, dalam surat
Faathir ayat 31 terdapat kalimat “auhaina” berarti wahyu dalam bentuk kitab (al-Qur`an ).
Kemudian dalam surat Maryam ayat 11 terdapat kalimat “auha” berarti memberi isyarat,
dalam surat Asyura ayat 51 yang dimaksudkan dengan wahyu adalah membisikkan
kedalam sukma, di balik tabir seperti wahyu yang disampaikan kepada nabi Musa AS.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad. (1963). Risalah tauhid. Jakarta: bulan bintang.

Al-qaththan. (2004). Manna', Mabahistu fi ulumul qur'an. Jakarta: Pustaka Al kautsar.

Ashshiddieqy, Hashbi. (1953). Pengantar ilmu tafsir. Jakarta: Bulan bintang .

Hajar, Ibnu. (1379 H). Fathul bari. beirut: dar al-ma'arif.

Ilyas, Yunahar. (2013). Kuliah ulumul qur'an. Yogyakarta: ITQAN Publishing.

Ya'qup, H. Hamzah. (1992). Filsafat agama; titik temu akal dan wahyu. pedoman ilmu jaya,
Jakarta.

Zaini, Hasan Dan Raudhatul Hasanah. (2010). Ulum al-qur'an . Batusangkar: STAIN
Batusangkar Press.

10

Anda mungkin juga menyukai