DI SUSUN OLEH :
2313010013 YAYAN MARTHA DUARSA
2313010019 RIYAN JUMEISAL
2313010021 SUNARDI SIMANULANG
2313010037 HABIB ANSHORI
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. H. SOBHAN, M.A
Puji syukur kami haturkan kepada kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah berupa
makalah tentang “Pengantar Studi Al Qur’an Hadis”. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak
Dr. Drs. H. Sobhan, M.A. Yang telah mengampu mata Pengantar Studi Al Qur’an Hadis pada
semester ganjil ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini. Saya berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................................................2
1. PENGERTIAN WAHYU.......................................................................................................2
2. ISTILAH WAHYU DALAM ALQURAN .................................................................................3
3. TATA CARA TURUN WAHYU KEPADA PARA NABI.............................................................5
BAB III.............................................................................................................................................8
PENUTUP........................................................................................................................................8
KESIMPULAN...............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita sebagai masyarakat muslim pasti tahu dengan yang namanya wahyu, terlebih lagi para
akademisi yang ada di dalam sebuah naungan lembaga pendidikan islam, tampaknya nama tersebut
melekat erat di benak mereka. Namun pengetahuan mengenai apa sesungguhnya atau hakekat dari
kata tersebut apabila di pahami secara mendalam.
wahyu merupakan salah satu mukjizat yang diberikan kepada nabi dan rosul. Wahyu ini
diturunkan sesuai dengan sesuatu yang akan terjadi pada zaman ini, wahyu diturunkan melalui
perantara malaikat jibril,lalu malaikat jibril menyampaikan kepada nabi dan rosul yang kehendaki
allah.
Wahyu merupakan mukjizat yang luar biasa di turunkan kepada nabi dan rosul, wahyu dapat di
katakan sebagai kata-kata umumnya, menurut Abu Zaid, di karenakan “ wahyu meliputi semua teks
yang menunjuk pada titah Allah kepada manusia”. Jadi Al-Qur’an merupakan bagian atau salah satu
dari wahyu. Karena wahyu tidak hanya turun kepada nabi muhammad saja, akan tetapi juga turun
kepada Nabi-Nabi sebelum Nabi Muhammad. Di samping itu, dalam konteksnya, wahyu yang turun
kepada Nabi Muhammad saja tidak hanya Al-Qur’an, akan tetapi juga berupa hadist, baik yang
berupa hadist qudsi maupun hadist nabawi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN WAHYU
a. Secara Bahasa
Wahyu secara etimologi berarti petunjuk yang diberikan dengan cepat. Cepat
artinya datang secara langsung kedalam jiwa tanpa didahului jalan pikiran dan tidak
bisa diketahui oleh seorang pun.2
b. Secara Istilah
Al-Zurkaniy menjelaskan :
Wahyu adalah pemberitahuan allah kepada yang dipilihnya, akan segala sesuatu
yang ia kehendaki untuk menampakkannya dari berbagai hidayah dan pengetahuan,
akan tetapi dengan jalan rahasia yang tidak bisa bagi manusia.
Disebutkan dalam kitab Al-Masyarik, bahwa wahyu itu pada asalnya sesuatu
yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Yang dimaksud dengan
“cepat” ialah dituangkan sesuatu pengetahuan kedalam jiwa dalam sekaligus,
dengan tidak terlebih dahulu timbul pikiran dan pendahuluannya.
Dengan demikian wahyu adalah pengetahuan dan hidayah yang didapat dengan
secara samar/rahasia dan cepat oleh seseorang yaitu para nabi dan rasul didalam
dirinya disertai keyakinan bahwa hal tersebut dari sisi allah baik dengan perantara
atau tanpa perantara.
Sedangkan hakekat wahyu tidaklah ada kemungkinan kita mengetahuinya atau
memperoleh rahasianya. Sebab wahyu itu sesuatu keadaan yang tidak dapat
diketahui hakekatnya oleh manusia kecuali oleh nabi yang mendapat wahyu itu
sendiri.3
1
Jalaludin As-Suyuti, Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al-Qur’an,
1993, h. 21-22.
2
Drs. Abu Anwar, M.Ag., Ulumul Qur’an, 2002, h. 13.
3
Jalaludin As-Suyuti, Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al-Qur’an,
1993, h. 24-26.
2
2. ISTILAH WAHYU DALAM ALQUR’AN
ِ َواَ ْو َح ْي َنٓا ا ٰ ِٓلى ا ُ ِّم م ُْو ٰ ٓسى اَنْ اَرْ ضِ ِع ْي ۚ ِه َف ِا َذا ِخ ْف
ت َعلَ ْي ِه َفا َ ْلقِ ْي ِه فِى ْال َي ِّم َواَل َت َخافِيْ َواَل َتحْ َزنِيْ ۚ ِا َّنا
َر ۤاد ُّْوهُ ِالَيْكِ َو َجاعِ لُ ْوهُ م َِن ْالمُرْ َسلِي َْن
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para
rasul.” (Q.S. Al-Qashash 28:7)
Wahyu dalam ayat di atas berarti ilham yang diberikan Allah SWT kepada
ibu Musa untuk menyusukan bayinya yang dihanyutkan ke sungai Nil dalam
rangka menyelamatkannya dari pembunuhan semua bayi laki-laki Bani Isrâîl
sebagaimana yang diperintahkan Fir’aun.
ش ۡو ۙ َن ِ ُّك ِالَى ال َّن ۡح ِل اَ ِن ا َّت ِخذ ِۡى م َِن ۡال ِج َب
ُ ال ُبي ُۡو ًتا وَّ م َِن ال َّش َج ِر َو ِممَّا َي ۡع ِر َ َواَ ۡو ٰحى َرب
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, (Q.S.
An-Nahl 16:68)
Wahyu dalam ayat di atas berarti instink yang diberikan oleh Allah SWT
kepada lebah untuk membuat sarang di bukit, pohon-pohon kayu dan tempat-
tempat yang dibikin manusia.
3. AL-ISYÂRAH AS-SARÎ’AH
ْ
ِ َف َخ َر َج َع ٰلى َق ْومِهٖ م َِن ْالمِحْ َرا
ب َفا َ ْو ٰ ٓحى ِالَي ِْه ْم اَنْ َس ِّبح ُْوا ُب ْك َر ًة َّوعَشِ ًّيا
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Maryam
19:11)
3
Wahyu dalam ayat di atas berarti isyaratfisikyangdiberikan oleh Zakariya
kepada umatnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang. Ayat ini bercerita
tentang Nabi Zakariya yang berpuasa bicara tiga hari tiga malam sebagai tanda
isterinya akan hamil dan kemudian melahirkan Yahya.
4. WASWASATU ASY-SYAITHÂN
Wahyu dalam ayat di atas berarti perintah Allah SWT kepada para
malaikat untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (dalam Perang
Badar) dan memasukkan rasa takut ke dalam hati musuh-musuh mereka kaum
musyrikin Makkah.4
4
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A, Kuliah Ulumul Qur’an, 2013,
h. 24-27.
4
3. TATA CARA TURUN WAHYU KEPADA PARA NABI
Ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada Rasul; Pertama;
datang dengan suatu suara seperti suara lonceng, yaitu suara yang amat kuat
yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya
siap menerima pengaruh itu. Cara ini adalah yang paling berat bagi Rasul.
Apabila wahyu yang turun kepada Rasulullah dengan cara ini, biasanya
beliau mengumpulkan segala kekuatan dan kesadarannya untuk menerima,
mernghafal dan memahaminya. Terkadang suara itu seperti kepakan sayap-
sayap malaikat, seperti diisyaratkan di dalam hadis "Apabila Allah
menghendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan
sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata
rantai di atas batu-batu yang licin" (HR. al-Bukhari). Kedua; malaikat
menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki- laki. Cara seperti ini lebih
ringan daripada cara sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara
pembicara dengan pendengar. Beliau mendengarkan apa yang disampaikan
pembawa wahyu itu dengan senang, dan merasa tenang seperti seseorang
yang sedang berhadapan dengan saudaranya sendiri. 5
2. Tanpa melalui perantaraan, di antaranya ialah mimpi yang benar dalam tidur
dan kalam ilahi dari balik tabir.
Di antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi para
nabi adalah wahyu yang wajib diikuti, ialah mimpi Nabi Ibrahim agar
menyembelih anaknya Ismail.
5
Manna' al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur'an..., hlm. 43.
5
ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi
yang benar (ru’ya shâdiqah fi al-manâm); (2) Dari balik tabir (min warâ’
hijâb); (3) Melalui perantaraan Malaikat seperti Malaikat Jibril.
6
segala kekuatan kesadarannya untuk menerima,
menghafal dan memahaminya.
b. Malaikat menjelma menjadi seorang laki-laki lalu
datang menyampaikan wahyu kepada Nabi. Cara ini
lebih ringan dari cara yang pertama, karena adanya
kesesuaian antara pembicara dan pendengar,
seperti seseorang yang berbicara dengan
saudaranya sendiri. Menurut Ibn Khaldûn, seperti
dikutip Mannâ‘ Qaththân, dalam keadaan yang
pertama Rasulullah, melepaskan kodratnya sebagai
manusia yang bersifat jasmani untuk berhubungan
dengan malaikat yang rohani sifatnya. Sedangkan
dalam keadaan lain sebaliknya, malaikat merubah
diri dari yang rohani semata menjadi manusia
jasmani.6
6
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A, Kuliah Ulumul Qur’an, 2013,
h. 27-31.
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
ada tiga cara turunnya wahyu kepada para Nabi. (1) Melalui mimpi yang
benar (ru’ya shâdiqah fi al-manâm); (2) Dari balik tabir (min warâ’ hijâb); (3)
Melalui perantaraan Malaikat seperti Malaikat Jibril.
8
DAFTAR PUSTAKA
al-Qattan, M. (2006). Pengantar Studi Ilmu Qur'an. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
As-Suyuti, J. (1993). Riwayat Turunnya Ayat-ayat Suci Al-Qur'an. Semarang: CV. Asy Syifa'.
9
10