Anda di halaman 1dari 18

DAKWAH SECARA TERTUTUP DAN AS-SABIQUN AL-AWWALUN

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sirah Nabawiyyah

Dosen Bapak H. Akhmad Mubadillah, B.Sc., M.Ag

DI SUSUN OLEH :

1. Munjiatun
2. M. Agus Ilham Maulana

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

IAI KHOZINATUL ULUM BLORA

2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari rekan-rekan yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan kerja sama baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa praktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan keritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Blora, 18 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................

C. Tujuan Makalah....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................

A. Latar Belakang Dakwah Secara Tertutup.............................................................................

B. Pengertian Assabiqunal Awwalun.........................................................................................

C. Pusat Dakwah Rasulullah Pada Masa Dakwah Tertutup....................................................

D. Musuh Musuh Awal Islam..................................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagian manusia
dunia dan akhirat. Merupakan kenyataan bahwasannya islam adalah agama yang
paling banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai bangsa dan suku dengan
Kawasan yang luas. Untuk mewujudkan keberhasilan dakwah maka dapat
digunakan beragam metode dan juga media sebagai penunjang dakwah.
Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan
berbagai macam metode dakwah antara lainnya: metode dakwah dengan
sembunyi-sembunyi, dakwah secara terang-terangan, politik pemerintah, surat-
menyurat, peperangan kemudian Pendidikan dan pengajaran agama. Metode ini
adalah bagian metode dakwah Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi
dakwah di Mekah dan Madinah.
Pada periode awal dalam perjuangan menyiarkan agama islam di mekkah,
situasi yang dialami Nabi Muhammad SAW dan umat islam pada saat itu begitu
berat, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin lainnya pada saat itu
mendapatkan kenyataan bahwa mereka menanggung berbagai tekanan,
penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman pembunuhan dari orang kafir Quraisy.
Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwah islam pada periode awal
menggunakan metode dakwah secara sembunyi-sembunyi atau tertutup. Pada
periode ini Nabi Muhammad SAW berdakwah kepada orang yang paling dekat
dengannya, anggota keluarganya dan sahabat karibnya, yang mana mereka
memeluk islam di awal periode dalam ilmu Tarikh (Sejarah) disebut Assabiqunal
Awwalun.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Latar Belakang Dakwah Secara tertutup?


2. Apa pengertian dari Assabiqunal Awwalun?
3. Di mana Pusat Dakwah Rasullulah di masa dakwah tertutup?
4. Musuh-musuh awal permulaan islam

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui definisi Assabiqunal Awwalun.


2. Untuk mengetahui dimana pusat dakwah tertutup Rasulullah SAW.
3. Untuk mengetahui musuh-musuh pada awal masa permulaan islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Dakwah Secara Tertutup

Pada periode awal dalam perjuangan menyiarkan islam di Mekkah, situasi


yang dialami Nabi Muhammad SAW dan umat islam begitu berat. Nabi
Muhammad SAW dan kaum muslimin lainnya saat itu mendapati kenyataan
bahwa mereka menanggung berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan
1
ancaman pembunuhan dari kaum kafir Quraisy. Dakwah Rasulullah yang
dilaksanakan secara tersembunyi (sirriyah), mulai dilaksanakan di kota mekkah
ditandai dengan mulainya Nabi SAW diangkat sebagai rasul pada tahun 611M,
pada saat itu, tanggal 17 ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril menemui
Rasulullah dengan membawa sebuah wahyu Allah yaitu QS. Al-Alaq ayat 1-5:

)3( ‫) اْقَرْأ َوَرُّب َك اَأْلْك َرُم‬2( ‫) َخ َل َق اِإْل ْنَس اَن ِم ْن َعَل ٍق‬1( ‫اْقَرْأ ِباْس ِم َرِّب َك اَّل ِذي َخ َل َق‬

)5( ‫) َعَّلَم اِإْل ْنَس اَن َم ا ْمَل َيْعَلْم‬4( ‫اَّلِذي َعَّلَم ِباْلَق َلِم‬

“bacalah dengan (menyebut) nama tuhan mu yang menciptakan, dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan tuhanmulah yang maha
pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinnya.

Setelah Rasulullah menerima wahyu pertama, malaikat Jibril tidak pernah


menemui Rasulullah lagi untuk beberapa waktu, sedangkan Nabi Muhammad
mengunjungi gua hira untuk menantikan malaikat Jibril. Tentang jangka waktu
terputus nya wahyu, ibnu sa’ad meriwayatkan dari ibnu abbas, yang intinya
menjelaskan bahwa jangka waktu adalah beberapa hari, inilah pendapat kuat dan
2
bahkan yang bisa dipastikan setelah mengadakan penyidikan dari segala sisi.
Dalam masa menanti itulah turun sebuah wahyu yang membawa perintah kepada
Nabi Muhammad SAW yakni QS. Al- muddatsir ayat 1-5.

1
Abdul Malik Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyyah, Beiurit: Darrul kutub Al- ilmiah, 197. Hlm. 191.
2
Shafiyurrahman Al- Mubarokfuri, Ar-rahiq Al=Makhtum, Darul haq, November 2016, hlm. 66
Al-Bukhari Meriwayatkan dari jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah
mendengar Rasulullah SAW menuturkan masa turunnya wahyu. Rasululla SAW
bersabda, “ tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba kudengar sebuah suara yang
berasal dari langit. Aku mendongakkan pandangan kearah langit. Ternyata di sana
ada malaikat yang mendatangiku di gua hiro, sedang duduk di sebuah kursi,
menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinnya hingga tiba-tiba aku
terjerembab ke atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku dan kukatakan
“selimutilah aku, selimutilah aku!”, lalu allah menurunkan surah Al- Muddatsir
3
ayat 1-5. Setelah itu wahyu datang secara berturut-turut.

Nabi Muhammad mendapatkan berbagai macam perintah dalam firman Allah:

)5( ‫) َوالُّرْجَز َفاْه ُج ْۖر‬4 ( ‫) َو ِثَياَبَك َفَطِّه ْۖر‬3( ‫) َوَرَّبَك َفَك ِّبْۖر‬2( ‫) ُقْم َفَاْنِذ ْۖر‬1( ‫ٰٓيَاُّيَه ا اْلُم َّد ِّثُۙر‬

“Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah


peringatan! Dan tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan
perbuatan dosa tinggalkanlah.

Sepintas lalu hal ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh.
Namun hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan
nyata, yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan


allah di dunia ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di
kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan
ketakutan di dalam hatinya.
2. Tujuan mengagungkan rabb, agar siapa siapapun yang menyombongkan
diri di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuaatannya akan
dipunahkan dan keadannya dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran
yang tersisa di dunia selain kebesaran Allah.
3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar
kebersihan lahir dan bathin benar-benar tercapai, begitu pula dalam
membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik
kesempurnaan, agar jiwa manusia berada di bawah lindungan Rahmat
3
Shahihul Bukhari, kitabut-tafsir, bab ruhja fahjur,2/733.
allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah, dan cahayanya, sehingga dia
menjadi sosok paling ideal di Tengah Masyarakat manusia, mengundang
pesona semua hati dan decak kekaguman.
4. Tujuan larang mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan, agar
seseorang tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatau yang besar
lagi hebat, agar dia senantiasa berbuat dan berbuat, lebih banyak berusaha
dan berkorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan perasannya di hadapan
Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban.
5. Dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan,
ejekan, dan olok-olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang
menentang, bahkan mereka berusaha membunuh beliau dan membunuh
para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman di sekitar beliau.
Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu,
dengan modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk
kepentingan pribadi, tetapi karna keridhoan allah semata.
Allah maha besar. Alangkah sederhanannya perintah-perintah ini jika
dilihat secara sepintas lalu. Alangkah lembut sentuhannya. Tetapi betapa
besar dan berat pengalamannya, alangkah besar pengaruh guncangannya
terhadap seisi alam dan membiarkan Sebagian berbenturan dengan
Sebagian yang lain.

B. Pengertian Assabiqunal Awwalun

Dalam permulaan dakwah islam, umat islam mengenal adanya istilah

assabiqunal awwalun, dari kata ‫( السابقون‬as-sabiqun) yang artinya orang yang

terdahulu (dari pada orang lain) dan ‫( االولون‬al- awwalun) orang-orang yang

pertama. Maka, Ketika digabungkan dua kata tersebut, bermakna orang-orang


yang terdahulu yang pertama masuk islam.

Al-Qur’anul karim telah menyatakan perihal tingginya derajat assabiqun


al-awwalun, baik dari kalangan muhajirin dan anshar di atas muslimm lainnya,
baik masa generasi sahabat, apalagi di atas generasi sekarang.
Allah swt berfirman:

‫ِض ّٰل‬ ‫ِا‬ ‫ِذ‬ ‫ِج‬ ‫ِم‬


‫َوالّٰس ِبُقْو َن اَاْلَّو ُلْو َن َن اْلُم ٰه ِرْيَن َواَاْلْنَص اِر َواَّل ْيَن اَّتَبُعْوُه ْم ِب ْح َس اٍۙن َّر َي ال ُه َعْنُه ْم َوَرُض ْوا َعْنُه‬
‫ِظ‬ ‫ِل‬ ‫ِلِد ِف‬ ‫ّٰن ٍت ِر‬
‫َوَاَعَّد ُهَلْم َج ْجَت ْي ْحَتَتَه ا اَاْلْنٰه ُر ٰخ ْيَن ْيَه ٓا َاَبًد اۗ ٰذ َك اْلَف ْوُز اْلَع ْيُم‬

“Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-


orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun Ridha kepada Allah, dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir Sungai-sungai di
dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang
besar. (QS. At-Taubah/9:100).

Sebagian ulama memandang mereka itu adalah orang-orang yang


mengerjakan sholat dengan mengarah dua kiblat, Baitul maqdis dan ka’bah.
Sebagian yang lain menyatakan, mereka itu adalah orang-orang yang berbaiat
dalam baiat ridwan.4

Hanya saja, adz-Dzahabi ‫هللا‬ ‫رمحه‬ mempunyai pandangan lain dalam


5
memaknai as-Sabiqunal Awwalun dalam kitabnya, Tarikhul islam. Secara

implisit Beliau ‫ رمحه اهلل‬menyatakan bahwa as-Sabiqunal Awwalun adalah orang-


orang yang menyambut dakwah Rasulullah Muhammad pada periode dakwah
fardiyyah dalam tiga tahun pertama dari tahun kenabian, karena setelah itu beliau
menuliskan bab tentang dakwah jahriyyah (secara terang-terangan). 6

Dakwah fardiyyah di tempuh Nabi Muhammad setelah turun ayat dalam surat
al-Mudatsir, mulailah beliau Nabi Muhammad berdakwah mengajak manusia

kepada Allah ‫ عزوجل‬dan islam secara sembunyi-sembunyi dengan mendatangi

individu-individu tertentu. Dan secara logika, beliau Nabi Muhammad

4
Imam ath-Thabari dalam tafsirnya 7/10-30 terkait surat at-Taubah:100 telah mengutip beberapa
keterangan ulama tentang makna as-Sabiqun al-Awwalun.
5
Tarikhul islam 1/79-83.
6
Dalam as-Sirah ash- Sahihah karya Dr. Akram Diya al-‘umari,/ 1/133-140 disebut dengan istilah
al-Muslimunal Awail ( Orang-orang islam yang pertama). Dan penulis menyebutkan pembahasan
tersebut sebelum membahas tentang dakwah jahriyyah.
memulainya dengan keluarganya sendiri, kawan-kawan dekat dan orang-orang
yang punya hubungan baik dengan beliau. Orang-orang yang memperoleh taufik

dari Allah ‫ عزوجل‬sehingga menjadi pemeluk islam pertama yang kemudian dikenal

dengan as-Sabiqunal Awwalun adalah:

1. Khadijah Binti Khuwalid.


2. Abu Bakar ash-Shidiq. 7
3. ‘Ali Bin Abi Thalib.
4. Zaid Bin Haritsah;

Empat orang ini, memeluk islam dalam hari yang sama. pada hari Rasulullah
SAW diperintahkan untuk mengemban dakwah islam dan memperingatkan
manusia. 8

Abu Bakar sangat bersemangat dalam berdakwah kepada islam. Dia adalah
seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan Rahmah, memiliki akhlak
yang mulia dan terkenal. Kaumnya suka mendatangi Abu bakar dan
menyenanginya, karena dia dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan
sukses dalam berdagang serta baik pergaulannya dengan orang lain. Maka dia
menyeru orang-orang dari kaumnya yang biasa duduk-duduk bersamanya dan
yang dapat dipercayainnya. Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk
islam, yaitu

5. ‘Utsman Bin ‘Affan.


6. Zubair Bin Awwam.
7. ‘Abdur Rahman Bin ‘Auf.
8. Thalhah Bin ‘Ubaidillah, dan
9. Sa’ad Bin Abi Waqqash. Lalu Abu Bakar membawa mereka kehadapan
9
Nabi Muhammad. Mereka berdelapan inilah ( di luar Khadijah binti
khuwalid ) yang dikenal sebagai delapan orang yang pertama dan segera
memeluk islam.

7
Imam al-Qurthubi mengatakan, “Tidak ada khilaf bahwa orang pertama dari muahjirin adalah
Abu Bakar as-Shidiq” (al-jami’ li Ahkamil Qur’an 8/217).
8
Raudhatul Anwari fi Siratin Nabiyyi al-Mukhtar, Shafiyurr Rahman al-Mubarakfuri, hlm. 34.
9
As- Shirah an-Nobawiyyah fi Dhaul kitabi was sunnah, Muhammad bin Muhammad Abu
syahbab, 1/286.
Kawanan lain yang juga lebih dahulu masuk islam adalah :
10. Bilal bin Rabbah Al- Habsyi, kemudian disusul kepercayaan umat ini,
11. Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrah dari bani Al-Harits bin fihr.
12. Abu Salamah bin Abdul Asad.
13. Al-Arqam bin Abil Arqam al- Makhzumi.
14. ‘Utsman Bin Mazh’un Al- jumahi dan 2 saudaranya.
15. Qudamah dan
16. Abdullah.
17. ‘Ubaidah Bin Al Harits Bin Al Muththalib Bin ‘Abdu Manaf al-
Muththalibi.
18. Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail Al- ‘Adawi dan istrinya.
19. Al- Khaththab.
20. Khabab bin Al- Arrat.
21. Abdullah bin mas’ud Al- Hudzali.
22. ‘Umair bin Abi Waqash saudara lelaki Sa’ad bin Abi Waqash.
23. Salit bin ‘Amr bin ‘Abdi syams al- ‘Amiri dan saudaranya
24. Hathib.
25. ‘Ayyasy bin ‘Abi Rabi’ah bin al- Mughirah al- Makhzumi.
26. Asma binti Salamah at-Tamimiyah istri Ayyas bin Abi Rabi’ah.
27. Khunais bin Khudzafah as-Sahmi.
28. Ja’far bin Abi thalib dan istrinya.
29. Asma binti ‘Umais.
30. Hathib bin Harits al- Jumahi dan istrinya.
31. Fathimah binti Mujallal.
32. Khathtab bin Harits al-Jumahi dan istrinya.
33. Fukhaihah binti yasar.
34. Ma’mar bin Harits.
35. Said bin ‘Utsman bin Mazh’un.
36. Al- Muththalib bin ‘Azhar bin ‘Auf al-Adawi az-Zuhri dan istrinya.
37. Ramlah binti Abu auf.
38. Nu’aim bin Abdillah bin ‘Asad al- Adawi.
39. Khalid bin Sa’id bin al-Ash bin umayyah dan istrinya.
40. Umainah binti Khalaf
41. ‘Amr bin sa’id bin Al-ash hathib bin ‘Amr al-Amiri
42. Abu Hudzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah

Mereka ini (selain Zaid Bin Haritsah) berasal dari berbagai marga yamg
menginduk kepada suku quraisy. Dan yang termasuk as-Sabiqunal Awwalun,
namun bukan berasal dari suku quraisy adalah:

43. ‘Abdullah bin Mas’ud al-Hudzali.


44. Suhaib bin Sinan an-Namiri.
45. Ma’sud bin Rabi’ah al-Qari.
46. ‘Abdullah bin Jahsy dan saudaranya.
47. Abu Ahmad bin jahsy.
48. ‘Ammar binYasir, dan kedua orang tuanya.
49. Yasir dan Summayah.
50. Amir bin Fuhairah, budak Abu Bakar.
51. ‘Abdulah bin Qaish dan Kabillah asy- ‘Ariyyin.
52. ‘Amr bin Abasah dari kabilah sulaim.
53. Abu Dzar dari Ghifar.
54. ‘Amir bin Rabi’ah dari Anz bin wail.
55. Ummu Aiman Barakah al-Habsiyah pengasuh Nabi Muhammad.
56. Ummul fadl lubabah al-Kubra binti Harits al-Hilaliyyah. 59-62. Dan yang
pasti, putri-putri Nabi Muhammad, karena mereka hidup dalam tarbiyah
orang tua terbaik yang istiqomah dengan fitrahnya dan jauh dari
peribadahan kepada berhala, minuman khamr, zina, dan kebiasaan buruk
10
penduduk jahiliyah pada waktu itu.

Itulah nama-nama insan yang Allah ‫ عزوجل‬mennyegerakan hidayah bagi mereka


untuk beriman kepada Allah ‫ عزوجل‬dan rasulnya yang terakhir.

10
Dengan melihat individu-individu yang memeluk islam pertama-tama dan suku-suku meeka,
menjadi jelas bagi kita bahwa sejak awal, agama islam bukanlah khusus bagi penduduk mekkah
dan suku quraisy. Lihat as-Shirah ash-Sahihah1/133.
Ibnu ishaq berkata, “setelah itu banyak orang yang masuk islam baik laki-
laki maupun Wanita, sehingga nama islam menyebar di seluruh mekkah dan
banyak yang membicarakannya.

Sementara ulama berusaha mengompromikan keislaman tokoh-tokoh


tersebut diatas dengan merumuskan bahwa:” Wanita pertama yang memeluk islam
adalah Khadijah, orang dewasa pertama adalah Abu Bakar, remaja pertama adalah
Ali bin Abi Thalib, bekas budak pertama adalah zaid ibn haritsah, sedang bilal bin
rabah adalah orang pertama memeluk islam dari mereka yang bersetatus budak.
Termasuk kelompok pertama juga putri-putri Nabi Muhammad memeluk islam,
walaupun tidak secepat ibunda mereka yaitu siti Khadijah, karena mereka sudah
berumah tangga (yakni berada di luar rumah) sehingga mereka para putri Nabi
Muhammad tidak secepat orang di dalam rumah yang mendengar berita Nabi
Muhammad, bahkan boleh jadi mereka mendengarnya, tetapi karena suami
mereka tidak percaya, maka mereka pun tidak segera beriman dan Nabi pun
Ketika itu belum menyampaikan ajaran islam keluar rumah.

C. Pusat Dakwah Rasulullah Pada Masa Dakwah Tertutup

Pada awal dakwah Rasululullah secara tertutp (sirriyah), Rasulullah


berdakwah dengan mencari suatu tempat untuk berkumpul agar pembinaan
keislaman terhadap saahabat yang telat masuk saat itu tetap berjalan. Ketika
mereka hendak ingin melaksanakan shalat mereka pergi kelembah demi
menjauhkan pandangan dari orang – orang Quraisy,sehingga pada suatu saat
terjadi konfrontasi antara orang – orang Quraisy dengan sahabat – sahabat
Rasulullah SAW. Ibnu Ishaq berkata: Pada waktu itu jika para sahabat Rasulullah
Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam ingin melakukan shalat, mereka menuju ke Syi'b
guna menjauhkan diri dari pandangan orang-orang Quraisy. Ketika Saad bin Abu
Waqqash bersama beberapa orang dari sahabat RasulullahSAW sedang shalat di
Syi'b (lembah), tiba-tiba di duga sebelumnya beberapa orang dari kaum musyrikin
datang ke tempat mereka. Orang-orang Quraisy itu mengumpat apa yang
dilakukan kaum Muslimin, menghina apa yang mereka perbuat, hingga terjadilah
duel hebat di antara mereka. Dalam duel tersebut, Sa'ad bin Abu Waqqash
memukul salah seorang dari orang musyrikin dengan tulang rahang unta hingga
terluka. Inilah darah pertama yang tumpah dalam Islam.

Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan
wanita, Rasulullah memilih rumah salah seorang dari mereka, yaitu rumah al-
Arqam bin Abil Arqam, sebagai tempat pertama untuk mengadakan pembinaan
dan pengajaran. Da'wah pada tahap ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki
dan wanita telah menganut Islam. kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir,
kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan 11.
Rasulullah akhirnya menentukan suatu rumah milik salah seorang sahabat
bernama Al-Arqam bin Abil Arqam. Al-Arqam berasal dari Bani Makhzum, yang
merupakan suku yang paling memusuhi bani Hasyim (marga Rasulullah). Al-
Arqam memeluk Islam pada usia muda, yaitu enam belas tahun, tidak ada yang
tau dengan keislamannya di kalangan suku Quraisy,tidak terbetik dalam benak
orang Quraisy menjadikan tempat remaja dan kabilah yang memusuhi kabilah
Rasullulah tersebut (Bani Makhzum) sebagai pusat dakwah.

Rumah Al-Arqam menjadi pusat dakwah Rasulullah sehingga disebut


Darul Arqam. Saat itu para shahābat yang turut di pertemuan kira-kira ada 60
orang, seperti yang disebutkan oleh para ahli sejarah. Yang menakjubkan adalah,
orang-orang kafir Quraisy tidak mengetahui tempat ini, padahal kota Mekkah saat
itu adalah kota yang kecil, tidak seperti sekarang. Penduduk Mekkah saling
mengenal diantara mereka, masing-masing kabilah mengenal anggota
kabilahnya.Sementara mereka tidak tahu dimana tempat bertemunya Nabi dengan
para shahābat beliau. Mereka tahu rumah al-Arqām, yaitu dekat Jabal Shafa, dekat
dengan Ka'bah. Akan tetapi mereka tidak tahu bahwa rumah ini dijadikan tempat
pertemuan Nabi dan para sahabat beliau. Pintu masuknya dari belakang sehingga
banyak orang tidak memperhatikan. Inilah yang membuat rumah tersebut tidak
diketahui oleh orang-orang Quraisy.

D. Musuh Musuh Awal Islam

Ibnu Ishaq berkata: Pada waktu itu jika para sahabat Rasulullah
Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam ingin melakukan shalat, mereka menuju ke Syi'b
11
Sirah Ibnu Hisyam 1/249-261.
guna menjauhkan diri dari pandangan orang-orang Quraisy. Ketika Saad bin Abu
Waqqash bersama beberapa orang dari sahabat Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa
Sallam sedang shalat di Syi'b, tiba-tiba di duga sebelumnya beberapa orang dari
kaum musyrikin datang ke tempat mereka. Orang-orang Quraisy itu mengumpat
apa yang dilakukan kaum Muslimin, menghina apa yang mereka perbuat, hingga
terjadilah duel hebat di antara mereka. Dalam duel tersebut, Sa'ad bin Abu
Waqqash memukul salah seorang dari orang musyrikin dengan tulang rahang unta
hingga terluka. Inilah darah pertama yang tumpah dalam Islam.

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam


menampakkan Islam secara terbuka kepada kaumnya, dan menyampaikan
perintah Allah secara terang-terangan, orang-orang Quraisy belum mengutuk
beliau dan belum memberikan reaksi, seperti diberitakan kepadaku, hingga suatu
ketika Rasulullah menyebut sesembahan mereka dan menjelaskan kebatilan
mengagungkannya. Saat itulah serta merta mereka menganggap hal ini masalah
besar, mengingkarinya dan sepakat untuk menentangnya kecuali orang-orang
yang dijaga Allah di antara mereka dengan Islam. Hanya saja jumlah mereka
tidaklah banyak dan mereka masih sembunyi-sembunyi. Paman Rasulullah Shal-
lalllahu 'Alaihi wa Sallam, Abu Thalib sangat empati sekali kepada Rasulullah
Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam, berdiri melindungi beliau. Sementara itu
Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam tetap kokoh tegar menyampaikan
perintah Allah dan memperlihatkan perintah- Nya tanpa bisa dicegah oleh apa
pun.

Melihat bahwa Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam tidak peduli


dengan manuver mereka kepada beliau, dan dia terus melecehkan Tuhan mereka,
dan melihat pamannya Abu Thalib sangat empati kepada beliau, melindungi
beliau, dan tidak akan menyerahkan beliau kepada mereka, maka beberapa tokoh
Quraisy di antaranya Utbah, Syaibah, mereka berdua adalah Rabi'ah bin Abdu
Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin
Ghalib, Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr datang
menemui Abu Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy lainnya menemui Abu Thalib.
Mereka berkata: "Hai Abu Thalib, coba lihat keponakanmu! Ia telah berani
menghina tuhan-tuhan kita, mencaci maki agama kita, menganggap batil mimpi-
mimpi kita, dan menyesatkan leluhur kita. Engkau cegah ia untuk meneruskan
tindakannya terhadap kami atau engkau biarkan kami mengurus persoalan kami
dengannya. Sungguh kami tahu bahwa engkau juga menentangnya seperti kami.
Jadi kami merasa kau bisa mengendalikannya." Abu Thalib menjawab dengan
perkataan yang santun dan bijak. Lalu merekapun pulang dengan kecewa.

Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam melanjutkan dakwahnya


sebagaimana biasanya. Beliau mempopulerkan agama Allah dan mendakwahi
orang-orang kepadanya, hingga konflik meletus antara beliau dengan orang-orang
Quraisy. Kondisi ini mendorong orang mengirim utusan Quraisy menemui Abu
Thalib untuk kedua kalinya. Mereka berkata kepada Abu Thalib: "Wahai Abu
Thalib, sesungguhnya engkau adalah sepuh kami, kau memiliki kehormatan dan
kemuliaan di tengah-tengah kami. Kami telah memintamu untuk melarang
keponakanmu, tapi engkau tidak melakukannya. Demi Allah, kita tidak bisa
menahan diri atas penghinaan terhadap para leluhur kita, menganggap batil
mimpi-mimpi kita, dan penistaan agama kita. Kini silahkan kau pilih; kau
menghentikan semua sepak terjang keponakanmu itu atau kami terjun berhadapan
dengannya hingga salah satu dari dua pihak ada yang hancur, hingga hingga
mencegahnya, -atau sebagaimana yang mereka katakan." Usai mengatakan itu
demikian mereka berbalik pulang dari hadapan Abu Thalib. Abu Thalib merasa
keberatan untuk berbeda pendapat dan bermusuhan dengan kaumnya. Namun
demikian ia tidak sudi menyerahkan Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam
kepada mereka, atau mentelantarkannya sia-sia.12

12
Muhammad Nasiruddin al-Albani, Sirah Nabawiyyah, (Jakarta: Akbar Media, 2018), Hal. 162-
163
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses penyebar luas ajaran agama islam pertama dilakukan oleh Rasulullah
gergaji di kota Makkah. Kegiatan dakwah pada tahap pertama dilakukan secara
tersembunyi, yakni dengan cara:

Pertama, berdakwah kepada keluarga terdekat, kedua merekrut teman akrab. Pada
periode ini Nabi Muhammad berhasil mengislamkan 67 sahabat generasi pertama.
Mereka para assabiqunal awwalun (yang terdahulu yang pertama-tama masuk
islam). Mereka adalah istri beliau ummul mu’minin Khadijah binti Khuwalid.
Anak paman beliau Ali bin Abi Thalib, pembantu beliau Zaid bin Haritsah, dan
sahabat karib beliau yaitu Abu Bakar As-sidiq, dan beberapa sahabat lainnya yang
masuk islam melalui Abu Bakar, hingga terus bertambah pada saat Rasulullah
menjadikan rumah sahabat al-Arqom sebagai pusat dakwah, meskipun jumlahnya
sedikit namun ke-67 sahabat ini merupakan kader-kader inti yang menyebarkan
dakwah islam keseluruh muka bumi.

B. Saran

Sekiranya dalam makalah kami ini terdapat kesalahan maka kami mohon dari
teman-teman dan bapak dosen untuk memberikan kritikan yang bersifat
membangun dan dapat dijadikan acuan sehingga kedepannya kami dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi

C.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qurthubi. Al-jami’ li Ahkamil Qur’an.


Al- Mubarokfuri, Shafiyurrahman. (2016). Raudhatul Anwari fi Siratin Nabiyyi
al-Mukhtar. (Darul haq).
Abu syahbab, Muhammad. As- Shirah an-Nobawiyyah fi Dhaul kitabi was
sunnah.

Ath-Thabari dalam tafsirnya 7/10-30 terkait surat at-Taubah:100 telah mengutip


beberapa keterangan ulama tentang makna as-Sabiqun al-Awwalun.

Diya al-Umari, Akram. As-Sirah Ash- Sahihah.

Dengan melihat individu-individu yang memeluk islam pertama-tama dan suku-


suku meeka, menjadi jelas bagi kita bahwa sejak awal, agama islam
bukanlah khusus bagi penduduk mekkah dan suku quraisy. Lihat as-
Shirah ash-Sahihah1/133.

Malik ibnu Hisyam, Abdul. Sirah Nabawiyyah. (Beiurit: Daarul kutub Al-ilmiah).

Nasiruddin al-Albani, Muhammad. (2018). Sirah Nabawiyyah. (Jakarta: Akbar


Media).

Shahihul Bukhari, kitabut-tafsir, bab ruhja fahjur,2/733.


Tarikhul islam 1/79-83.
Sirah Ibnu Hisyam 1/249-261.

Anda mungkin juga menyukai