Anda di halaman 1dari 18

MU`JIZAT, KAROMAH, MA`UNAH, SIHIR, RU`YATUN NABI

DALAM KEADAAN TERJAGA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : Muhammad Ubaidillah, B.Sc., M.Ag.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Mauludiyah NIM 2120130987


2. M.Mahfud Shidik NIM 2120151065

KELAS A1 LK
SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KHOZINATUL ULUM BLORA


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PAI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Muhammad Ubaidillah,
B.Sc., M.Ag sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tauhid yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Blora, 16 Mei 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
A. Mukjizat................................................................................ 3
a. Macam-Macam Mukjizat...................................................4
b. Contoh Mukjizat yang Diberikan Kepada Rosul Allah.....5
c. Hikmah Mukjizat...............................................................6
B. Karomah .............................................................................. 7
C. Maunah..................................................................................9
D. Sihir.......................................................................................9
E. Rukyatun Nabi dalam Keadaan Terjaga...............................10
PENUTUP .......................................................................................... 13
A. Kesimpulan ....................................................................... 13
B. Saran ................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sering menilai sesuatu kejadian mustahil karena manusia telah
terpaku dengan kebiasaan atau dengan hukum-hukum alam atau hukum sebab
dan akibat yang manusia ketahui, sehingga bila ada sesuatu yang tidak sejalan
dengan hukum-hukum tersebut manusia banyak yang menolak dan
mengatakannya mustahil. Dalam kehidupan, ada yang dinamakan hukum alam
atau dalam bahasa agama dinamakan sunnatullah, yakni ketetapan-ketetapan
Tuhan yang lazim berlaku dalam kehidupan nyata seperti hukum sebab atau
akibat.
Di dalam Islam terdapat sebuah keajaiban yang diberikan kepada hamba
Allah yang takwa seperti mu’jizat, karomah dan ma`unah. Dan yang dimaksud
dengan kemu'jizatan, karomah, dan maunah bukan berarti melemahkan
manusia, artinya memberi pengertian kepada mereka dengan kelemahannya
untuk mendatangkan keyakinan. Karena hal itu telah dimaklumi oleh setiap
orang yang berakal, tetapi maksudnya adalah untuk menjelaskan bahwa
mukjizat karomah, dan maunah untuk membuat mereka yakin akan
keberadaan Allah.
Tujuannya hanya untuk melahirkan kebenaran mereka, menetapkan
bahwa yang mereka bawa adalah semata-mata pemberian dari Dzat Yang Maha
Bijaksana, dan diturunkan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Mereka hanyalah
menyampaikan risalah Allah dan tiada lain tugasnya hanya memberitahukan
dan menyampaikan. Oleh karena itu mu'jizat, karomah dan maunah adalah
dalil-dalil dari Allah SWT. kepada hamba- Nya untuk membenarkan rasul-
rasul dan nabi-nabi. Dengan perantaraan mu'izat, karomah, dan maunah ini,
seolah-olah Allah bersabda: "Benar hamba-Ku dalam hal yang ia sampaikan
dari Aku, dan Aku mengutusnya agar ia menyampaikan sesuatu kepadamu".

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Mukjizat ?
2. Apa Pengertian Karamah ?
3. Apa Pengertian Maunah ?
4. Apa Pengertian Sihir ?
5. Apa Pengertian Ru`yatun nabi dalam keadaan terjaga?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Mukjizat
2. Untuk Mengetahui Pengertian Karamah
3. Untuk Mengetahui Pengertian Maunah
4. Untuk Mengetahui Pengertian Sihir
5. Untuk Mengetahui Pengertian Ru`yatun nabi dalam keadaan terjaga

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mukjizat
Mukjizat berasal dari bahasa Arab ‫معجزة‬yang artinya melemahkan, yaitu
membuat sesuatu menjadi tidak mampu. Mukjizat merupakan sesuatu yang luar
biasa sehingga manusia tidak mampu mendatangkan hal yang serupa. Menurut
istilah, mu’jizat berarti sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam diri nabi
atau rasul Allah SWT. Mukjizat bertujuan untuk membuktikan kenabian atau
kerasulan seorang nabi atau rasul Allah SWTyang tidak dapat ditiru oleh siapa
pun dan untuk melemahkan segala macam usaha dan alasan orang kafir dan
menentang islam, dan menyeru kepada umat agar percaya akan keesaan Allah.
Secara Istilah Para ulama memberikan beberapa definisi tentang mu’jizat
di antaranya: Mu’jizat adalah suatu perkara yg luar biasa dan tidak bisa
ditandingi yg disertai degan tantangan dgn maksud membuktikan kebenaran
seseorang yg mengaku bahwa diri adalah rasul.1
Ibnu Hamdan mendefinisikan: “Mu’jizat adalah suatu keluarbiasaan baik
ucapan atau perbuatan jika diiringi dan tepat degan pengakuan kerasulan serta
sesuai dengannya. Awal mula dalam rangka tantangan. Dan tidak seorangpun
yang mampu melakukan menyamai bahkan mendekati sekalipun.” Unsur yang
harus ada dalam mukjizat, antara lain:
1. Kejadian luar biasa
2. Tampak pada diri seorang nabi
3. Ada tantangan dari kaum yang menyangsikan kedudukan seorang nabi
4. Manusia tidak mampu menandingi hal yang luar biasa tersebut.
Lazimnya, nabi atau rasul menampakkan mukjizatnya hanya pada
saat-saat yang sangat dibutuhkan, misalnya untuk membela diri atau menjawab
tantangan orang- orang kafir.
Dalam al-Qur’an, mukjizat biasanya disebutkan dengan kata-kata ayat
atau burhan,yang berarti bukti atau keterangan yang jelas.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Asy-Su’ara’: 4
1
Al-Azhar, Aqidah akhlaq Mts, (Jakarta : Putra Kembar Jaya) hlm.67
3
Yang Artinya:
“Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka
mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk
kepadanya.”2
Setiap muslim wajib memercayai mukjizat yang dimiliki nabi dan rasul.
Mengingkari mukjizat nabi dan rasul berarti mengingkari ayat-ayat yang ada
dalam al-Qur’an itu sendiri. Jadi, orang yang mengingkari mukjizat nabi dan
rasul termasuk orang kafir.
a. Macam-macam Mukjizat
Menurut sifatnya, mukjizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
mukjizat hisyiah/kauniyah dan mukjizat maknawiyah/aqliyah.
1. Mukjizat hisyiah/kauniyah ialah mukjizat yang dapat dilihat,
didengar, dirasakan, dan dipegang. Mukjizat hisyiah ditujukan
kepada orang biasa, yang kurang mampu menggunakan akal
pikirannya secara baik. Contohnya, mukjizat Nabi Nuh a.s. beliau
membuat perahu untuk menghadapi banjir yang pada waktu itu
tidak pernah dilakukan orang dan mustahil dapat dilakukan oleh
orang biasa. Setelah perahu selesai dibuat, banjir datang dan
sumber airnya datang dari tiap-tiap rumah penduduk yang kafir.
Akhirnya, semua penduduk kafir tenggelam sedangkan Nabi Nuh
a.s. dan para pengikutnya selamat.
2. Mukjizat maknawiyah ialah mukjizat yang tidak dapat dilihat,
didengar, dirasakan, dicium, dan dipegang. Mukjizat maknawiyah
hanya dapat dimengerti dan dikenal oleh orang-orang yang berpikir
sehat, berbudi luhur, dan berperasaan halus. Contohnya mukjizat
yang dimiliki Nabi Muhammad saw. berupa al-Qur’an. Tidak
semua orang mau menerima petunjuk al-Qur’an. Hanya orang yang
sehat, berbudi luhur, dan berperasaan halus yang sanggup
menerima al-Qur’an dengan senang hati. Al-Qur’an memiliki
keistimewaan yang luar biasa, salah satunya adalah dalam hal
2
Syarif Al-Qusyairi, Kamus Akbar Arab-Indonesia, (Surabaya: Giri Utama, 2009), hlm. 40
4
balaghah (sastra). Tidak ada seorang pun yang mampu menyusun
atau merangkai kata-kata sebagaimana al-Qur’an meskipun hanya
satu ayat3
b. Contoh Mukjizat yang Diberikan Kepada Rasul Allah
Mukjizat yang diberikan oleh Allah antara lain sebagai berikut:
1. Nabi Ibrahim a.s
Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. adalah tidak hangus ketika dibakar
oleh Raja Namrud. Jika orang biasa dibakar dalam kobaran api
dalam suhu 1700 C, tentu hangus terbakar dalam sekejap. Namun
Nabi Ibrahim a.s. tidak terbakar sedikitpun, bahkan api terasa
dingin oleh beliau. Allah berfirman dalam Q.S. al-Anbiya’:69.
Yang Artinya:
Kami berfirman, “Hai api, jadikanlah dingin dan menjadi
keselamatan bagi Ibrahim.”4
2. Nabi Musa a.s
Nabi Musa a.s merupakan nabi yang diutus untuk menyeru Bani
Israil agar beriman kepada Allah. Dakwahnya ditentang oleh
seorang raja yang kejam dan durhaka kepada Allah yang bernama
Fir’aun. Raja Fir’aun mengumpulkan para tukang sihir untuk
mengalahkan Nabi Musa a.s. Para tukang sihir
tersebutmelemparkan tongkat-tongkat yang ada di tangan mereka
dan menjelma menjadi ular-ular yang siap menyerang Nabi Musa
a.s.
Allah memerintahkan Nabi Musa a.s. melemparkan tongkat
yang biasanya digunakan untuk menggembala kambingnya.
Tongkat itu berubah menjadi ular besar dan menelan habis semua

3
Sunardi, Akidah Akhlak MTs kelas VIII,( Cv. Grafika Dua Tujuh ,karang anom, 2008)
hal.45

4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung:
Diponegoro,2000), hlm.120
5
ular para tukang sihir tersebut. Kisah ini termaktub dalam al-
Qur’an Surah Toha ayat 19-21.
3. Nabi Muhammad SAW
Mukjizat Nabi Muhammad saw. adalah sebagai berikut.
a. Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar.
b. Celah-celah jari beliau dapat memancarkan air yang diminum
parasahabatnya.
c. Mi’raj ke Sidratul Muntaha dalam waktu yang singkat.
4. Nabi saleh a.s
Nabi Saleh dapat mengeluarkan unta besar dari lubang batu
yang sangat kecil.
5. Nabi Sulaiman a.s.
Kisah kehebatan Nabi Sulaiman a.s. dapat kita baca dalam surah
Saba’ dan surah An-Nahl. Ia seorang nabi yang dapat berbicara
dengan semua jenis binatang, termasuk dengan bangsa jin,
contohnya Ifrid. Ia juga dapat mengendalikan angin. Ia juga
seorang raja bagi manusia dan hewan dan berhasil mengislamkan
ratu Bilqis yang sebelumnya menyembah berhala.
6. Nabi Isa a.s.
Mukjizat Nabi Isa a.s. adalah sebagai berikut.
a. Membuat burung dari tanah dan benar-benar hidup atas izin
Allah.
b. Menyembuhkan orang yang buta sehingga dapat melihat lagi.
c. Menyembuhkan orang yang sakit lepra.
d. Menghidupkan orang yang sudah meninggal dengan izin Allah.
c. Hikmah Mukjizat
Hikmah adanya mukjizat adalah sebagai berikut:
a. Melemahkan dan mengalahkan alasan,usaha,dan tipu daya orang-
orang yang menentang dakwah rasul allah.

6
b. Bagi yang telah percaya kepada kenabian maka mukjizat akan
berfungsi untuk memperkuat iman serta menambah keyakinan akan
kekuasaan Allah SWT.
c. Membuktikan kebenaran rasul yang diutus Allah dan ajaran –
ajarannya.5
B. Karamah
Karamah berasal dari bahasa arab ‫ كرم‬berarti kemuliaan, keluhuran, dan
anugerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan
karomah dengan keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar
kemampuan manusia biasa karena ketaqwaanya kepada Tuhan.
Menurut ulama sufi, karamah berarti keadaan luar biasa yang diberikan
Allah SWT kepada para wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa,
dan beramal shaleh kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Yunus: 62-63
Yang Artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada
mereka, dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat….”.6
Ulama’ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan,
misalnya kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia
umumnya. Allah SWT dapat memberi karamah kepada orang beriman, takwa,
dan beramal shaleh menurut kehendaknya.
1. Kejadian yang Dialami Seorang Ahli Ilmu pada masa Nabi Sulaiman a.s.
Ketika Nabi Sulaiman a.s. sedang duduk di hadapan dengan para
tentaranya yang terdiri atas manusia, hewan, dan jin, beliau meminta
kepada mereka mendatangkan singgasana Ratu Bilqis. Ada seorang yang
berilmu berkata kepada Nabi Sulaiman a.s. menurut sebuah keterangan,
5
Zaghlul an-najar, Pembuktian Sains dalam Sunah, (Jakarta: Amzah, 2006) hlm.55

6
Republik Indonesia, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:

CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V.), QS. Yunus ayat 62-63


7
orang yang berilmu itu bernama Asif. Perkataan orang berilmu tersebut
diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya Q.S. an-Naml: 40,
Yang Artinya:
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku
akan membawam singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-
Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
2. Kejadian yang Dialami Maryam binti Imran.
Nabi Zakaria a.s. menemukan makanan setiap hadir di mihrab
Maryam binti Imran. Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 37:
Yang Artinya:
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan
yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah
menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk
menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria
berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?"
Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah
memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
Peristiwa yang disaksikan Nabi Zakaria a.s. merupakan karamah yang
dianugerahkan Allah SWT kepada maryam binti Imran.
Allah SWT mentakdirkan bahwa pengasuh Maryam adalah pamannya
sendiri, yakni Nabi Zakaria a.s.7

7
Jazam, Abdullah, Ridho, Ahmad Rasyid Hidayat, Masykur, Modul Pembelajaran Akidah
Akhlak, (Jakarta: Arafah Mitra Utama, 2008), hlm.486-487
8
C. Ma`unah
Ma`unah artinya keistimewaan yang di berikan oleh Allah SWT kepada
seorang mukmin yang tengah berada dalam msa sulit. Ma`unah jua dapat di
maknai dengan pertolongan Allah SWT Kepada Hambanya. Sebagaimana
Firman Allah SWT dalam surah Al-ma`idah ayat 10:
Yang Artinya:
“Milik Allah SWT kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu..”.
Contoh peristiwa ma`unah seperti seseorang yang terperangkap dalam
rumah yang terbakar, kemudian ia berhasil membobol tembok yang kokoh
dapat selamat.
D. Sihir
Al-Laits mengatakan Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat
mendekatkan diri kepada syaitan dengan bantuannya.
Al-Azhari mengemukakan Dasar pokok sihir adalah memalingkan
sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang lainnya . Seakan-akan
tukang sihir memperlihatkan kebathilan dalam wujud kebenaran dan
menggambarkan sesuatu tidak seperti hakikat yang sebenarnya.
Dengan demikian dia telah menyihir sesuatu dari hakikat yang
sebenarnya atau memalingkannya.
Syamir meriwayatkan dari Ibnu Aisyah dia mengatakan Orang Arab
menyebut sihir itu dengan kata as-Sihr karena ia menghilangkan kesehatan
menjadi sakit.Ibnu Faris mengemukakan Sihir berarti menampakkan kebathilan
dalam wujud kebenaran. Di dalam kitab Al Mu’jamul Wasiith disebutkan Sihir
adalah sesuatu yang dilakukan secara lembut dan sangat terselubung.
Sedangkan didalam kitab Muhiithul Muhiith disebutkan, Sihir adalah tindakan
memperlihatkan sesuatu dengan penampilan yang paling bagus, sehingga bisa
menipu manusia.
Fakhruddin ar-Razi mengemukakan Menurut istilah Syari’at sihir hanya
khusus berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat dan

9
digambarkan tidak seperti hakikat yang sebenarnya serta berlangsung melalui
tipu daya.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan Sihir adalah ikatan-ikatan jampi-
jampi perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan atau melakukan
sesuatu yang mempengaruhi badan hati atau akal orang yang terkena sihir
tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat
diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat sakit membuat seorang suami
tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri atau
membuat salah satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak
saling mencintainya.
Sedangkan menurut Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah
gabungan dari berbagai pengaruh ruh-ruh jahat, serta interaksi berbagai
kekuatan alam dengannya.
Dari beberapa pengertian sihir di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian sihir adalah Sihir adalah kesepakatan antara tukang sihir dan syaitan
dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai keharaman
atau kesyirikan dengan imbalan pemberian pertolongan syaitan kepadanya dan
ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.8

E. Ru`yatun Nabi dalam Keadaan Terjaga


Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud meriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Nabi SAW bersabda: "Barangsiapa melihatku dalam tidur, maka ia akan
melihatku ketika terjaga, dan setan tidak bisa menyerupaiku."
Ulama berbeda pendapat mengenai maksud sabda beliau "maka ia akan
melihatku ketika terjaga". Sebagian mengatakan bahwa maksudnya adalah "ia
akan melihatku pada hari kiamat nanti". Tapi pendapat ini dikritik, karena
kalau demikian maka tidak ada gunanya pengkhususan bagi orang yang
melihatnya di alam tidur, karena seluruh umatnya akan melihatnya pada hari
kiamat kelak, baik yang pernah melihat sebelumnya ataupun yang tidak.

8
Akhmad Sodiq, Berakidah Benar, Berakhlak Mulia,(Insan Mandiri,Sleman:2006) hlm 67
10
Ada pula yang mengatakan bahwa maksudnya adalah orang yang
beriman kepadanya dan belum pernah melihatnya karena saat itu ia sedang
tidak hadir bersamanya, maka hadits ini menjadi kabar gembira baginya, yakni
ia akan melihatnya di alam sadar sebelum mati.
Sebagian lagi mengartikannya secara zhohir (letterlek), yakni
barangsiapa melihatnya di alam tidur, maka ia pasti akan melihatnya di alam
sadar dengan kedua mata kepalanya. Ada juga yang menafsirkan dengan mata
hatinya seperti dikatakan Qadhi Abu Bakr bin Al-Arabi.
Sedangkan Abu Bakr bin Abi Jamrah mengatakan dalam catatannya
terhadap hadits-hadits yang ia pilih dari Shahih Bukhari: "Hadits ini
menunjukkan bahwa barangsiapa melihat Nabi SAW dalam mimpi, maka ia
akan melihatnya di alam sadar.
Ada riwayat yang menyebutkan nabi Muhamad SAW tidak bisa di
serupakan dengan syetan. Sebagaimana hadist berikut:
Yang Artinya:
Dari Abu hurairah ra berkata: Aku mendengar Nabi SAW bersabda: “
Siapa yang melihatku di dalam mimpi, maka akan melihatku dalam jaga. Dan
syetan tidak bisa menyerupaiku”( HR Bukhori).
Al-Qadhi Abu Bakr bin Al-Arabi, salah seorang ulama Malikiyah
terkemuka, beliau mengatakan, "Melihat nabi dan malaikat serta mendengar
ucapan mereka adalah mungkin bagi orang beriman sebagai bentuk karomah
(kemuliaan) baginya, adapun bagi orang kafir sebagai hukuman."
Ibnul Haaj mengatakan dalam Al-Madkhal sebagaimana dinukil oleh
Izzuddin bin Abdissalaam dalam Al-Qawa'id Al-Kubra bahwa melihat Nabi
SAW dalam keadaan sadar (di alam nyata) adalah suatu kejadian langka yang
jarang dialami oleh manusia kecuali bagi orang yang memiliki sifat-sifat yang
langka dimiliki oleh orang-orang di zaman ini, bahkan mungkin telah musnah.
Al-Yafi'i mengatakan, "Sesuatu yang mungkin dialami oleh para nabi
sebagai bentuk mukjizat mungkin pula dialami oleh para wali sebagai bentuk
karomah, selama tidak ada unsur menantang."

11
Utsman bin Affan ketika rumah beliau di kepung oleh para pemberontak,
beliau menyendiri di dalam kamar lalu melihat Rasulullah SAW di situ
bersabda, "Kalau mau, kamu bisa ditolong atas mereka, atau kalau mau, kamu
bisa juga kamu berbuka bersamaku." Lalu Utsman memilih berbuka bersama
Rasulullah SAW. Di hari itulah Utsman terbunuh sebagai syahid sebelum
matahari terbenam.
Imam Al-Qurthubi berkata dalam kitabnya, At-Tadzkiroh fi Ahwalil
Mauta wa Umuril Akhiroh:"Syaikh kami, Syaikh Ahmad bin Umar telah
berkata: Kematian para nabi itu berarti tertutupnya mereka dari kita sehingga
kita tak dapat mengetahui mereka, meskipun mereka sendiri sebenarnya masih
ada dan hidup. Kondisi itu mirip seperti malaikat, mereka ada dan hidup tapi
tidak satu pun orang seperti kita ini yang melihatnya kecuali bagi orang
tertentu yaitu wali-Nya yang diberi kekhususan oleh Allah berupa karomah."9
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata dalam Fathul Baari:
"Orang yang melihat Nabi SAW setelah beliau wafat dan sebelum
dikebumikan, maka yang paling benar adalah ia tidak termasuk sahabat. Jika
tidak demikian, maka (niscaya akan disebut sahabat) setiap orang yang melihat
jasad beliau yang mulia itu di dalam kuburannya meskipun di zaman ini, atau
para wali yang dibukakan baginya tabir penutup lalu melihat Nabi SAW
sebagai karomah.
Hujjah yang dipakai oleh yang menetapkan status sahabat ketika Nabi
SAW belum dikebumikan adalah karena beliau masih tetap hidup, padahal
kehidupan ini bukan kehidupan duniawi melainkan kehidupan ukhrowi, tidak
terkait dengan hukum-hukum dunia."
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami ketika ditanya, "Mungkinkah berkumpul
dan bertemu dengan Nabi SAW dalam keadaan terjaga?" beliau menjawab:
"Ya, mungkin itu. Sejumlah ulama telah menegaskan bahwa hal itu termasuk
karomah para wali." (Al-Fatawa Al-Haditsiyah halaman 297)

9
Dahri, Harapandi. Wali dan Keramat dalam Islam.( Jakarta: Balai Penerbitan dan
Pengembangan Agama, 2007) hlm 179
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Mukjizat merupakan sesuatu yang luar biasa sehingga manusia tidak
mampu mendatangkan hal yang serupa. Menurut istilah, mu’jizat berarti
sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam diri nabi atau rasul Allah SWT.
Mukjizat bertujuan untuk membuktikan kenabian atau kerasulan seorang nabi
atau rasul Allah SWT yang tidak dapat ditiru oleh siapa pun dan untuk
melemahkan segala macam usaha dan alasan orang kafir dan menentang islam,
dan menyeru kepada umat agar percaya akan keesaan Allah.
Menurut ulama sufi, karamah berarti keadaan luar biasa yang diberikan
Allah SWT kepada para wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa,
dan beramal shaleh kepada Allah SWT.
Ma`unah artinya keistimewaan yang di berikan oleh Allah SWT kepada
seorang mukmin yang tengah berada dalam msa sulit. Ma`unah jua dapat di
maknai dengan pertolongan Allah SWT Kepada Hambanya.
Al-Laits mengatakan Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat
mendekatkan diri kepada syaitan dengan bantuannya. Al-Azhari
mengemukakan Dasar pokok sihir adalah memalingkan sesuatu dari hakikat
yang sebenarnya kepada yang lainnya . Seakan-akan tukang sihir
memperlihatkan kebathilan dalam wujud kebenaran dan menggambarkan
sesuatu tidak seperti hakikat yang sebenarnya.
Ru`yatun Nabi bisa di artikan mimpi bertemu nabi Muhammad SAW.
Melihat nabi dalam keadaan sadar mungkin saja tejadi, seperti yang telah
dialami para sahabat nabi dan auliya yang mempunyai batin yang bersih. Akan
tetapi akan sulit sekali terjadi pada zaman sekarang ini.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam penulisan kami sadari masih banyak kekurangan saran
dan kritik membangun sangat kami harpkan untuk menyempurnakan makalah.
13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azhar, Aqidah akhlaq Mts, (Jakarta : Putra Kembar Jaya)

Syarif Al-Qusyairi, Kamus Akbar Arab-Indonesia, (Surabaya: Giri Utama, 2009)

Sunardi, Akidah Akhlak MTs kelas VIII,( Cv. Grafika Dua Tujuh ,karang anom,
2008)

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung:


Diponegoro,2000)

Zaghlul an-najar, Pembuktian Sains dalam Sunah, (Jakarta: Amzah, 2006)

Republik Indonesia, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya,


(Bandung:CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V.)

Jazam, Abdullah, Ridho, Ahmad Rasyid Hidayat, Masykur, Modul Pembelajaran


Akidah Akhlak, (Jakarta: Arafah Mitra Utama, 2008)

Akhmad Sodiq, Berakidah Benar, Berakhlak Mulia,(Insan Mandiri,Sleman:2006)

Dahri, Harapandi. Wali dan Keramat dalam Islam.( Jakarta: Balai Penerbitan dan
Pengembangan Agama, 2007)

14
15

Anda mungkin juga menyukai