Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH TURUN DAN PEMELIHARAAN AL-QUR’AN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Hj.Nadhifa, M.S.I.

Disusun Oleh :
1. Hilda Sifalia Nurlatifah 2008086075
2. Himmatur Rofi’ah 2008086076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMERANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Sejarah Turun dan Pemeliharaan Al-Qur’an” dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
informasi bagi para pembaca tentang Al-Qur’an. Selawat dan salam tetap tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin
tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Hj.Nadhifa, M.S.I. selaku dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an dan teman-teman semuanya yang
telah memberikan motivasinya serta semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun
makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan


makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun
mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Pekalongan, 5 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
3. Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
1. Pengertian dan Tahapan Nuzul Al-Qur’an .................................................................. 2
2. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur .................................. 4
3. Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin .......................... 5
4. Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Qur’an setelah Masa Khulafaurrasyidin .......... 8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 11
2. Saran ................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sebuah petunjuk bagi umat manusia (hudallinnas) yang
meletakkan dasar-dasar prinsip dalam segala persoalan kehidupan umat manuia dan
merupakan kitab universal. Petunjuk inilah yang menjadi landasan pokok agama Islam
dan berfungsi sebagai pedoman hidup bagi penganutnya serta menjamin kebahagian
hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Banyak sekali berbagai pendapat mengenai Al Qur’an baik dari pengertian, sejarah
turun, perkembangan serta penulisan Al Qur’an. Selain itu juga, masih masih banyak dari
kalangan orang muslim yang belum mengerti dan paham mengenai Al Qur’an. Maka dari
itu beberapa ahli membuat suatu kesepakatan mengenai ilmu (pembahasan) yang
berkaitan dengan Al Qur’an yang dinamakan Ulumul Qur’an.

Dari segi turunnya Al Qur’an dan penulisan Al Qur’an terdapat pula beberapa
perbedaan pendapat para ahli. Adapun perbedaan itu dari segi pengertian Al Qur’an,
sejarah turunnya Al Qur’an, penulisan Al Qur’an, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa pengertian dari nuzul Al-Qur’an dan bagaimana tahapan nuzul Al-Qur’an?
3. Bagaimana hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
4. Bagaimana pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi dan khulafaurrasyidin?
5. Bagaimana penyempurnaan pemeliharaan Al-Qur’an setelah masa khulafaurrasyidin?
1.3 Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian nuzul Al-Qur’an dan tahapan dari
nuzzul Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui dan memahami hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara
berangsur-angsur.
4. Untuk mengetahui dan memahami pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi dan
khulafaurrasydin.
5. Untuk mengetahui dan memahami penyempurnaan pemeliharaan Al-Qur’an setelah
masa khulafaurrasyidin.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tahapan Nuzul Al-Qur’an


Terdapat 2 makna yang bisa dipakaikan kepada istilah Nuzul. Pertama, kata
Nuzul diasumsikan semakna dengan nazala yang mempunyai makna “turun” kata nuzul
muradif maknanya dengan kata nazala, anzala, artinya “menurunkan”. Kedua pengertian
tersebut diungkap Al-Qur’an sesuai dengan realitas turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.(Depag
RI,1993:859)
Secara Harfiah, Nuzul Al-Qur’an dapat dimaknai sebagai peristiwa turunnya Al-
Qur’an. Secara istilah Nuzul Al-Qur’an didefenisikan dengan pemberitahuan Allah
tentang turunnya Al-Qur’an dengan cara dan sarana yang di kehendaki Allah sehingga
hal itu dapat diketahui oleh malaikat di lauh mahfuzd dan Nabi Muhammad SAW di
dalam hatinya yang suci.(Muhammad chirzin,1998:13)
Yang dimaksud dengan “ tahap-tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase-
fase disampaikan kitab suci Al-Qur’an, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada
Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab
kitab suci ini diturunkan secara bertahap, sehingga betul-betul menunjukkan
kemukjizatannya. Allah SWT telah memberikan penghormatan kepada Al-Qur’an dengan
membuat turunnya tiga tahap :

1. Tahap pertama, Alqur’an diturunkan ke Lauhul Mahfudz.

Pada tahap ini, Alqur’an diturunkan dengan cara dan pada waktu yang tidak
diketahui kecuali oleh Allah sendiri dan oleh siapa yang mendapat izin-Nya untuk
mengetahui beberapa perkara ghaib. Adanya tahapan ini, didasarkan pada firman Allah
SWT sebagai berikut:

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alqur’an yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauhul Mahfudz”.

2
2. Tahap kedua, Alquran diturunkan ke langit dunia.

Pada tahap ini, Alqur’an diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah di
langit dunia secara sekaligus, pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Hal ini
didasarkan pada ayat-ayat Alqur’an dan hadits-hadits yang sah sebagai berikut:

Firman Allah:

“Sesungguhnya kami menurunkannya (Alqur’an) pada suatu malam yang diberkati”.


(QS, Ad-Dukhan, 44: 3)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan.” (QS, Al-
Qadar, 97: 1)

Bulan Ramadhan, (yaitu) bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an.”


(QS, Al-Baqarah, 2: 185)

Ibnu ‘Abbas berkata:

“Sesungguhnya dia (Alqur’an) diturunkan pada bulan Ramadhan, di malam


kemuliaan (Lailatul Qadar), (yaitu) di malam yang diberkati (Lailatul Mubarakatun),
secara sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur dalam beberapa bulan
dan hari.” (H.R. Ibnu Hatim dan Ibnu Mardawaih)

Rahasia yang terkandung dalam penurunan Alqur’an secara sekaligus dari Lauhul
Mahfudz ke Baitul ‘Izzati di langit dunia, dikemukakan oleh Abu Sy-Syamah dalam
kitabnya al-Mursyidul Wajizu, yaitu “menyatakan keagungan Alqur’an dan kebesaran
penerimanya, Nabi Muhammad SAW, melalui cara pemberitahuan kepada penghuni
langit yang tujuh bahwa Kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul penutup dari umat
pilihan, sungguh telah diambang pintu dan niscaya akan segera diturunkan kepadanya”.

3
3. Tahap ketiga, Alqur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

Pada tahap yang terakhir ini, Alqur’an diturunkan dari langit dunia ke dalam hati
Nabi Muhammad SAW melalui melalui Malaikat Jibril secara berangsur-angsur.

Allah berfirman:

“Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Alqur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan kitab-
kitab sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang
beriman”. (QS. Al-Baqarah, 2: 97)

“Dan Alqur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian”. (QS, Al-Isra’, 17: 106).

2.2 Hikmah diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur


1. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan, orang akan enggan melaksanakan
suruhan dan menjauhi larangan tersebut diturunkan sekaligus terlalu banyak.
2. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang nasikh dan manasukh sesuai dengan
kemaslahatan, ini tidak dapat dilaksanakan sekiranya Al-Qur’an diturunkan
sekaligus.
3. Turunya ayat sesuai dengan peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan
dan berpengaruh di dalam hati.
4. Memudahkan di dalam penghafalan, orang-orang musyrik yang menanyakan
mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana diterangkan
dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan : 32, Allah berfirman, yang artinya :
Berkatalah orang-orang yang kafir, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekaligus?” demikianlah supaya kami membaca
kelompok demi kelompok.
5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan atau
penolakan suatu pendapat atau perbuatan, hal ini tidak bisa dilaksanakan kalau
Al-Qur’an diturunkan sekaligus.

4
2.3 Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin
Masa Nabi Muhammad SAW.
Pada permulaan Islam bangsa Arab adalah merupakan bangsa yang buta huruf dan amat
sedikit di antara mereka yang mengenal tulis-baca, mereka belum mengenal kertas
sebagaimana sekarang. Perkataan Al Waraq (daun) yang lazim pula dipakaikan dengan
arti kertas di masa tersebut hanyalah dipakaikan pada daun kayu saja.
Setiap diturunkan ayat Al-Qur’an, Nabi selalu menyuruh menghafalnya dan
menuliskannya di bebatuan, kulit binatang, pelepah kurma dan lain sejenisnya, seperti
benda-benda tipis yang dapat ditulisi dan pula Nabi menerangkan akan bagaimana ayat-
ayat itu nantinya disusun dalam sebuah surat, artinya oleh Nabi diterangkan bagaimana
ayat-ayat itu mesti disusun secara tertib urutan ayat-ayatnya, disamping itu Nabi
membuat aturan, yaitu hanya Al-Qur’an sajalah yang diperbolehkan untuk ditulis dan
melarang selainnya termasuk hadis maupun pelajaran-pelajaran yang keluar dari mulut
Nabi SAW. Hal ini bertujuan agar apa yang dituliskannya adalah betul-betul Al-Qur’an
dan tidak tercampur adukan, dengan yang hanya Al-Qur’an betul-betul terjamin
kemurniannya. Nabi menganjurkan supaya Al-Qur’an itu dihafalkan di dalam dada
masing-masing sahabat dan diwajibkan pula untuk dibaca pada setiap shalat.
Dengan jalan demikian itu maka banyaklah para sahabat yang mampu menghafal Al-
Qur’an surat yang satu macam dihafal oleh ribuan manusia dan banyak yang mampu
menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan. Dan pada saat itu tidak ada satu ayatpun yang
tidak tertuliskan.
Masa Sahabat Abu Bakar As Shidiq r.a
Setelah Rasulullah wafat, sahabat Anshar dan Muhajirin sepakat menunjuk Abu Bakar
menjadi Khalifah, pada masa awal pemerintahannya banyak orang-orang Islam yang
belum kuat imannya terutama di daerah Najed dan Yaman banyak diantara mereka yang
menjadi murtad dari agama Islam dan banyak pula yang menolak membayar zakat, maka
terjadilah peperangan untuk menumpas orang-orang murtad dan para pengikutnya serta
orang-orang yang mengakui dirinya sebagai Nabi. Di antara peperangan-peperangan
tersebut yang terkenal dengan peperangan Yamamah, tentara Islam yang ikut terdiri dari
para sahabat yang kebanyakan hafal Al-Qur’an, mereka yang gugur dalam medan
pertempuran sebanyak 70 syuhada.

5
Oleh karena itu, sahabat Umar bin Khattab kawatir akan semakin bertambahnya para
huffadz yang gugur dalam medan pertempuran dan mengakibatkan lenyapnya Al-Qur’an
bersama dengan meninggalnya para huffadz tersebut, maka Umar bin Khattab datang
kepada Khalifah Abu Bakar. Awalnya Abu Bakar tidak bersedia untuk menerima usulan
dari Umar karena hal ini tidak diperbuat oleh Nabi untuk pengumpulan Al-Qur’an, dan
Umar memberikan argumentasi tentang kebaikan pengumpulan Al-Qur’an ini, sehngga
Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut. Kemudian
Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit dan meminta agar Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan Al-Qur’an, Zaid bin Tsabit juga awalnya tidak bersedia karena hal ini
tidak diperbuat oleh Nabi. Kemudian Abu Bakar memberikan alasan-alasan kepada Zaid
untuk mengumpulkan Al-Qur’an itu sehingga hal yang demikian itu dapat membukakan
hati Zaid, kemudian ia mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dari daun pelapah kurma,
kulit binatang, bebatuan dan lain sejenisnya, dan dari para sahabat yang telah hafal Al-
Qur’an secara utuh.
Dalam usaha pengumpulan Al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat teliti sekalipun
beliau sendiri hafal Al-Qur’an secara bagus, namun untuk kepentingan pengumpulan Al-
Qur’an demi Umat Islam itu ia sendiri masih memandang perlu untuk menyesuaikan
hafalan atau bacaan dan catatan para sahabat yang lain dengan disaksikan oleh dua orang
saksi. Dengan demikian Al-Qur’an telah ditulis secara keseluruhan oleh Zaid bin Tsabit
dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan benang dan tersusun menurut apa yang
telah ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar
dan Mushhaf tersebut tetap berada di tangan Abu Bakar selama pemerintahannya dan
kemudian dipindah ke rumah Umar bin Khattab sampai beliau wafat, dan sepeninggal
beliau dipindah ke rumah Hafshah putri Umar, istri Rasulullah sampai masa
pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an pada masa Khalfah Usman bin Affan.
Masa Khalifah Ustman bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, pemerintahannya telah sampai ke Armenia,
Azarbaijin disebelah Timur dan Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian kelihatanlah
kaum Muslimin pada waktu itu telah terpencar hingga ke Mesir, Syiria, Irak, Persia dan
Afrika, kemana mereka pergi dan dimana mereka tinggal Al-Qur’an itu tetap menjadi
imam mereka. Kemudia Khalifah Ustman bin Affan meminta kepada Khafshah bint

6
Umar lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis pada masa Kahalifah Abu Bakar untuk
disalin. Oleh Utsman dibentuklah kepanitiaan untuk menyalinnya dengan anggota
sebagai berikut: Zaid bin Tsabit sebagai ketua dan sebagai anggota : Abdullah bin Zubair,
Sa’id bin Ash, Abdurrahman bin Kharits bin Hisyam.
Tugas dari kepanitiaan itu adalah membukakan Al-Qur’an dan menyalin sebuah
lembaran-lembaran tersebut menjadi sebuah buku. Dalam pelaksanaan tugas ini Ustman
menasehatkan supaya :
1. Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an.
2. Kalau ada perselisihan di antara mereka tentang bahasa (bacaan) maka haruslah
dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur’an diturunkan menurut dialek
mereka.
Maka dikerjakanlah oleh panitia tersebut sebagaimana yang telah ditugaskan
kepadanya, dan setelah selesai maka lembaran-lembaran Al-Qur’an yang telah
dipinjamnya dikembalikan lagi pada Khafshah. Al-Qur’an yang telah dibukukan
dinamai dengan “Al Mushhaf” dan oleh panitia ditulis sebanyak lima buah, empat
buah diantaranya dikirim ke Mekkah, Syiria, Bashrah dan Kuffah dan yang satu buah
di Madinah untuk Khalifah Ustman bin Affan sendiri, dan inilah yang dinamai
dengan Musfhaf Al Iman. Sesudah itu, Khalifah Ustman memerintahkan untuk
mengumpulkan semua lembaran-lembaran yang bertulis Al-Qur’an sebelum itu dan
membakarnya, dan dengan demikian mushhaf yang ditulis pada masa Ustman itu
kaum Muslimin menyalinnya.
Dengan demikian maka pembukuan Al-Qur’an pada masa Ustman faedahnya
sangat besar antara lain :
1. Menyatukan kaum Muslimin kepada satu macam Mushhaf yang seragam
bacaan dan tulisannya.
2. Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib unit sebagaimana yang
kelihatan pada Mushhaf pada masa sekarang.

7
2.4 Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Qur’an setelah Masa Khulafaurrasyidin.

Sebagaimana diketahui, bahwa bentuk tulisan Al-Qur’an dan tulisan-tulisan


berbahasa Arab lainnya pada masa awal (masa Nabi dan Khulafaurrasyidin) ditulis tanpa
titik dan baris (syakal).

Sejalan dengan perkembangan agama Islam, semakin banyak orang-orang non-


Arab memeluk Islam, maka timbul persoalan bagi mereka untuk membaca Al-Qur’an
yang tanpa titik dan baris itu. Bahkan tidak jarang kesalahan baris (harakat) dalam bacaan
Al-Qur’an dapat mengakibatkan perubahan makna yang sangat fundamental.

Sebagai contoh, suatu ketika Abul-Aswad ad-Du’ali mendengar seorang qari


membaca
Surat at-Taubah ayat 3: ‫أن هللا بريئ من المشركين و رسولُه‬.

Ayat ini seharusnya dibaca dengan tanda dhammah pada huruf lam lafazh ‫رسولُه‬.
Akan tetapi oleh qari’ tersebut dibaca ‫ و رسولِه‬dengan membaca kasrah pada huruf lam.
Hal ini mengejutkan Abul Aswad dan ia berkata: “Maha Tinggi Allah untuk
meninggalkan rasulnya”.

Kemudian Abul Aswad melaporkan hal ini kepada Ziyad bin Samiyyah, Gubernur
Basrah pada masa pemerintahan Mu’awiyah (661-680 M).
Lalu Abul Aswad diminta untuk membubuhkan tanda baca (syakal) guna menghindari
kesalahan membaca di kalangan kaum muslimin. Memenuhi permintaan tersebut Abul
Aswad memikirkan dan merumuskan tanda baca berupa : titik satu di atas huruf ( • )
sebagai tanda fathah (bunyi vokal ‘a’); titik satu di bawah huruf ( .) sebagai tanda kasrah
(bunyi vokal ‘i’) dan titik satu di depan huruf ( ·– ) sebagai tanda dhammah (bunyi vokal
‘u’). Dalam penulisan mushhaf, tanda harakat ini diberi warna berbeda dengan tulisan
hurufnya, dan ia tidak dibubuhkan pada setiap huruf melainkan hanya pada huruf terakhir
setiap kata sebagai tanda i’rab.

8
Setelah pemberian tanda syakal/harakat tersebut selesai, persoalan lain yang
muncul dalam pembacaan mushhaf Al-Qur’an adalah kesamaan bentuk beberapa huruf
yang tidak bisa dibedakan kecuali oleh orang yang sudah terbiasa dengan huruf-huruf
tersebut, atau mereka yang sudah hafal Al-Qur’an. Seperti huruf bā’, tā’, tsā’, nūn’, dan
yā’ yang dilambangkan dengan bentuk huruf yang sama, tanpa titik (‫ )ٮ‬untuk Kelima,
macam huruf tersebut. Demikian pula huruf jīm, hā dan Khā yang ditulis tanpa titik (‫;)ح‬
huruf dāl dan dzāl ditulis ‫ ; د‬huruf rā dan zāy ditulis ‫ ; ر‬huruf sīn dan syīn ditulis ‫ ;س‬dan
lain-lainnya. Sehingga tidak bisa dibedakan antara huruf yang satu dengan yang lainnya,
kecuali bagi orang yang sudah hafal atau pernah mempelajarinya secara lisan.
Untuk mengatasi kesulitan ini (membedakan huruf-huruf yang berlambang sama),
Gubernur Irak, Al-Hajjaj bin Yusuf (714 M) menugaskan kepada Nashr bin Ashim (708
M) dan Yahya bin Ya’mur (747 M) – keduanya adalah murid Abul Aswad ad-Du’ali –
untuk membubuhkan tanda-tanda pembeda antara huruf-huruf yang bersimbol sama.
Dalam menjalankan tugasnya, Nashr bin Ashim dan Yahya bin Ya’mur membubuhkan
titik-titik diakritis untuk membedakan huruf-huruf yang bersimbol sama. Hasil dari karya
mereka berdua maka jadilah bentuk abjad huruf Arab seperti yang kita kenal sekarang ini.
Setelah pembedaan huruf-huruf konsonan yang bersimbol sama sudah selesai dilakukan,
persoalan lain yang muncul adalah, bagaimana membedakan antara tanda titik yang
menunjukkan syakal (yang dibuat oleh Abul Aswad Ad-Du’ali) dengan tanda titik
diakritis yang menunjukkan jenis huruf (yang dibuat oleh Nashr bin Ashim dan Yahya
bin Ya’mur)?
Untuk mengatasi masalah ini, maka Al-Khalil bin Ahmad (718–786 M), melakukan
penyempurnaan terhadap karya Abul Aswad Ad-Du’ali dengan mengganti tanda titik
yang menunjukkan bunyi vokal ‘a’, ‘i’ dan ‘u’, masing-masing diganti dengan huruf-
huruf layyin(alif, yā’ dan wāw).
Huruf-huruf tersebut ditulis dalam bentuk kecil pada posisi titi-titik tanda vokal yang
digantikannya. Sehingga untuk bunyi vokal ‘a’ diberi tanda alif kecil di atas huruf ( -‫)–ا‬,
untuk bunyi vokal ‘i’ diberi tanda huruf ya’ kecil di bawah huruf ( –‫ى‬- ), dan untuk bunyi
vokal ‘u’ diberi tanda huruf waw kecil di depan huruf (–‫)و‬.
Dalam perkembangan selanjutnya, tanda vokal dalam bentuk huruf alif, yā’ dan wāw

9
dipandang kurang efisien, maka digantilah huruf-huruf tersebut dengan tanda baris
seperti yang kita kenal sekarang ini.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara Harfiah, Nuzul Al-Qur’an dapat dimaknai sebagai peristiwa turunnya Al-
Qur’an. Secara istilah Nuzul Al-Qur’an didefenisikan dengan pemberitahuan Allah
tentang turunnya Al-Qur’an dengan cara dan sarana yang di kehendaki Allah sehingga
hal itu dapat diketahui oleh malaikat di lauh mahfuzd dan Nabi Muhammad SAW di
dalam hatinya yang suci.(Muhammad chirzin,1998:13).

Yang dimaksud dengan “ tahap-tahap turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase-
fase disampaikan kitab suci Al-Qur’an, mulai dari sisi Allah hingga langsung kepada
Nabi Muhammad SAW, kitab suci ini tidak seperti kitab-kitab suci sebelumnya. Tahapan
pertama al Alqur’an diturunkan ke Lauhul Mahfudz, Tahapan kedua Al quran diturunkan
ke langit dunia, dan tahapan yang ketiga yaitu Alqur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Pemeliharaan Al-Qur’an pada Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin yang pertama


pada masa rasulullah yaitu dengan cara menghafal karna pada saat itu masyarakat dalam
keadaan ummi(tidak paham tulisan dan bacaan). Setelah itu pada masa khalifah abu bakar
karna banyak penghafal alqur’an yang gugur dalam medan peperangan Umar
memberikan argumentasi tentang kebaikan pengumpulan Al-Qur’an ini, sehingga Allah
membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan Umar tersebut.dan yang
membukukan al qur’an adalah zaid bin tsabit karna beliau adalah sahabat yang terakhir
menyetorkan hafalan al qur’anya langsung kepada nabi sebelum beliau wafat, dan yang
terakhir pada masa Khalifah Ustman bin Affan meminta kepada Khafshah bint Umar
lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis pada masa Kahalifah Abu Bakar untuk disalin
karna banyak kaum muslimin bertempat tinggal diberbagai belahan negara.

11
Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Qur’an setelah Masa Khulafaurrasyidin
Sebagaimana diketahui, bahwa bentuk tulisan Al-Qur’an dan tulisan-tulisan berbahasa
Arab lainnya pada masa awal (masa Nabi dan Khulafaurrasyidin) ditulis tanpa titik dan
baris(syakal), banyak orang islam yang membaca al qur’an masih salah dengan demikian
dilakukan penyempurnaan al qur’an dengan menambahi harokat dan menyesuaikan baris.

2.3 Saran
manusia tidaklah ada yang sempurna, maka dari itu kami dari penulis makalah
jika ada suatu kesalahan baik dari penulisan maupun dari penjelasan makalah ini.
kami minta maaf dan mohon saran yang baik agar kami bisa memperbaiki lagi dari
yang sebelumnya, dan menjadikan saran sebagai motivasi kami lebih baik dalam
pembuatan makalah suatu saat nanti. Cukup sekian dan trimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muslimin, 2014. Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur’an. Surabaya: IAI Tribakti Kediri.

Arifin, Zainal 2018. Pengantar Ulumul Quran. Medan: Duta Azhar.

Khaeroni, Cahaya 2017. Sejarah Al-Qur’an. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Metro.

Ichsan, Muhammad 2012. Sejarah Penulisan dan Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Nabi
Muhammad SAW. Aceh: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.

https://www.hijup.com/magazine/nuzulul-quran-3-tahapan-diturunkannya-alquran/
http://belajarulumulquran.blogspot.com/2018/02/penyempurnaan-pemeliharaan-al-quran.html

13

Anda mungkin juga menyukai