Anda di halaman 1dari 46

PETUNJUK PRAKTIKUM

ZOOLOGI INVERTEBRATA

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO
KATA PENGANTAR
Zoologi Invertebrata sebagai salah satu mata kuliah wajib yang diberikan di awal
masa studi, yang terdiri dari bentuk pengajaran secara teoritis dan praktikum.
Buku petunjuk praktikum zoologi invertebrata ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
proses belajar mengajar mata kuliah praktikum zoologi invertebrata di Prodi Pendidikan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang. Petunjuk praktikum ini
dapat digunakan mahasiswa sebagai pedoman dalam pelaksaan praktikum dengan dilengkapi
landasan teori dan sebagian gambar beberapa spesies hewan invertebrata. Buku petunjuk
praktikum ini diharapkan dapat mempemudah pemahaman tentang hewan invertebrata.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, tentunya masih banyak kekurangan dalam
penyusunan petunjuk praktikum ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penyusunan petunjuk praktikum ini.

Semarang, 16 Maret 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM ZOOLOGI INVERTEBRATA.......................................... iii

PETUNJUK PEMBUATAN ZOOLOGI INVERTEBRATA............................................ iv

Praktikum 1. Karakterisasi dan identifikasi hewan anggota invertebrata…………………. 1


Praktikum 2. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Protozoa……………………. 4
Praktikum 3. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Porifera…………………….. 10
Praktikum 4. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Coelenterata………………… 12
Praktikum 5. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Platyhelminthes……………… 15
Praktikum 6. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Nemathelminthes……………. 18
Praktikum 7. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Annelida…………………….. 23
Praktikum 8. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Mollusca…………………….. 27
Praktikum 9. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Arthropoda………………. 31
Praktikum 10. Karakterisasi dan identifikasi anggota filum Echinodermata…………….. 34
Praktikum 11. Latihan Sampling, karakterisasi, dan identifikasi contoh-contoh
anggota invertebrate langsung dari habitatnya…………………………………………… 37
Daftar pustaka ..................................................................................................................... 40

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ZOOLOGI INVERTEBRATA

Semua mahasiswa yang menjalankan praktikum (praktikan) Zoologi Invetebrata di Fakultas


Sains dan Teknologi UIN Walisongo diwajibkan mengetahui dan mentaati tata tertib sebagai
berikut :

1. Sebelum jam praktikum yang telah ditetapkan, praktikan tidak diperkenankan


memasuki ruangan praktikum.

2. Praktikan harus datang tepat sesuai jam praktikumnya, jika terlambatnya lebih dari 15
menit, tanpa alasan yang dapat diterima, praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum pada hari itu.

3. Pre-test diadakan setiap kali akan dimulai praktikum.

4. Setiap selesai praktikum harus membuat laporan sementara berupa judul praktikum,
tujuan praktikum dan hasil gambar pengamatan yang disahkan oleh asisten praktikum.

5. Di dalam laboratorium, praktikan harus memakai jas praktikum dengan rapi dan
sopan.

6. Selama praktikum, praktikan tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan praktikum


tanpa seijin asisten.

7. Apabila praktikan merusakkan atau memecahkan peralatan laboratorium, dengan


alasan apapun, diwajibkan mengganti alat tersebut.
Petunjuk Pembuatan Laporan Praktikum Zoologi Invertebrata
Laporan praktikum zoologi invertebrata mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut :
I. Halaman Judul
Memuat :
1. Judul acara praktikum
2. Logo UIN Walisongo
3. Nama praktikan
4. NIM
5. Gol./Kelompok
6. Nama Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM ZOOLOGI INVERTEBRATA


“ PROTOZOA”

Nama :
NIM :
Gol./Kel. :
Asisten :

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2019

Halaman Isi
A. Judul Praktikum
B. Tujuan
Berisi pernyataan yang menjelaskan tujuan acara praktikum yang telah dikerjakan

iv
C. Dasar Teori
Berisi kajian materi yang relevan dengan acara praktikum yang dikerjkan. Pada
penulisan dasar teori ini harus disertakan acuan/sitasi, dengan penulisan sistem nama
dan tahun.
D. Metode
1. Alat
2. Bahan
3. Cara Kerja
Ditulis dalam format paragraf (bukan bagan alir) dan kalimat pasif.
E. Hasil dan Pembahasan
Berupa gambar dan berisi uraian hasil dan diskusi/kajian dan bandingkan dengan teori
yang ada.
F. Kesimpulan
Berupa pernyataan (paragraf) yang merupakan simpulan dari hasil dan pembahasan.
Pernyataan kesimpulan harus sesuai tujuan.
G. Daftar Pustaka
Berisi daftar pustaka acuan yang digunakan dalam penyusuanan laporan. Daftar ini
memuat minimal 5 pustakaa acuan, diutamakan a
H. Pengumpulan Laporan
Laporan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah acara dipraktikumkan.

v
I. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI HEWAN ANGGOTA INVERTEBRATA

A. TUJUAN
1. Mengidentifikasi contoh hewan anggota Invertebrata
2. Menganalisis beberapa karakter penting dalam klasifikasi hewan anggota Invertebrata
B. LANDASAN TEORI
Zoologi berasal dari dua kata Yunani diantaranya zoion, yang artinya adalah
“hewan” sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. Jadi dapat disimpulkan bahwa
defenisi zoologi ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari mengenai hewan, seperti
perkembangan embrio, evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta klasifikasi hewan.
Zoologi ini adalah salah satu cabang biologi yang mempelajari mengenai struktur, fungsi,
perilaku, dan juga evolusi hewan. Ilmu ini antara lain melingkupi biologi molekular,
anatomi perbandingan, etologi, psikologi hewan, biologi evolusioner, ekologi perilaku,
paleontology serta taksonomi. Kajian dari ilmiah zoologi ini juga dimulai sejak sekitar
abad ke16. Invertebrata adalah “hewan tanpa tulang punggung”. Hewan ini tidak
memiliki kerangka internal yang terbuat dari tulang. Invertebrata memainkan peran
penting dalam ekosistem bumi. Sekitar 99 persen dari organisme yang dikenal adalah
invertebrata. Dapat disimpulkan bahwa Zoologi Invertebrata adalah ilmu yang
mempelajari tentang hewan yang tidak bertulang belakang. Hewan ini terbagi menjadi
beberapa filum yaitu Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.
Habitat invertebrata meliputi air, maupun darat, dengan ukuran tubuh yang
bermacam-macam. Disamping hidup bebas, beberapa diantaranya yang termasuk
Protozoa, Cacing dan Arthropoda hidup secara parasit.

1
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Alat penangkap
2. Kamera
3. Sarung tangan (kalau dibutuhkan)
4. Penggaris
BAHAN
1. 5 Spesies hewan berbeda anggota invertebrate
2. Tisu/kapas

D. CARA KERJA
1. Carilah 5 spesies hewan berbeda anggota invertebrate yang ada di sekitar anda
2. Tangkap/sampling hewan tersebut dengan hati-hati (usahakan jangan hewan yang
berbahaya)
3. Ambil foto hewan tersebut dengan identifikasi dan analisislah beberapa karakter
taksonomi hewan tersebut sesuai table di bawah ini
Karakter Spesies 1 Spesies 2 Spesies 3 Spesies 4 Spesies 5

Bentuk tubuh
(simetri
radial/bilateral)

Warna tubuh

2
Ukuran
panjang, lebar,
tinggi tubuh

Identifikasi
anggota tubuh
(spt bentuk
kepala, toraks
abdomen)

Alat gerak

System
respirasi

System
sirkulasi

System digesti

System
ekskresi

System
reproduksi

4. Klasifikasikan spesies yang kalian amati berdasarkan kategori kingdom, filum, kelas,
ordo, family, genus dan spesies!

3
II. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA FILUM
PROTOZOA

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota Protozoa
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi Protozoa
3. Mengidentifikasi contoh anggota Protozoa

B. LANDASAN TEORI
Protozoa merupakan organisme uniseluler eukaryotik yang bersifat heterotrof. Sistem
dua dunia menggolongkan protozoa sebagai hewan ber-sel satu dalam kingdom animalia.
Pada sistem lima dunia, protozoa kemudian digolongkan ke dalam kingdom protista,
karena bersifat uniseluler dan eukaryotik. Pada sistem ini protozoa tidak dimasukkan lagi
ke dalam kingdom animalia, karena selain heterotrof, organisme yang masuk dalam
kingdom ini harus bersifat multiseluler.
Karakter morfologi yang penting dalam klasifikasi selain uniseluler,dan eukaryotik,
adalah karakter alat geraknya. Protozoa dapat bergerak dengan flagella, silia, dan
pembentukan pseudopodia. Beberapa protozoa diketahui tidak memiliki alat gerak,
misalnya Plasmodium.
Karakter membran luar juga cukup penting, karena berhubungan dengan bentuk
tubuhnya (tetap atau tidak tetap). Protozoa yang mempunyai bentuk tubuh tetap
mempunyai struktur pelliculus (serupa kulit/lapisan yang tegar) pada membran luarnya.
Warna sitoplasma penting pada beberapa anggota protozoa. Stentor sp. berwarna
biru, Belpharisma sp. berwarna merah. Sebagian besar sitoplasma anggota protozoa tidak
berwarna.
Jumlah dan bentuk nuclei dapat menjadi karakter pembeda pada beberapa anggota
protozoa. Nuclei umumnya berjumlah satu. Anggota protozoa yang memiliki lebih dari
satu nuclei misalnya Opalina ranarum. Bentuk nuclei umumnya bulat, tetapi pada
Paramaecium berbentuk oval, dan pada Balantidium coli berbentuk seperti ginjal.
Cara bereproduksi menjadi karakter khusus pada angota-anggotanya. Berdasarkan
cara bereproduksinya, anggota-anggota protozoa dapat digolongkan menjadi:
1. Bereproduksi dengan membelah diri (pembelahan biner), 2. Pembelahan multiple atau
sporulasi, 3. Plasmatomi, 4. Pertunasan (Budding), 5. Persatuan sel (isogamet atau
heterogamet), 6. Konjugasi
Berdasarkan alat gerak dan karakter lainnya, Barnes (1974) mengklasifikasikan
protozoa ke dalam 3 sub filum sebagai berikut :
I. Subfilum Sarcomastigophora :
Superklas : Mastigophora / Flagelata
Kelas : Phytomastigophora
Ordo : Chrysomonadida; misal: Synura, Chromudina

4
Ordo : Silicoflagiellida; misal : Dictvocha
Ordo :Coccolithophorida; misal : Cocclithus
Ordo : Heterochlorida ; misal :Heterochloria, Myxcchloria
Ordo : Chryptomonadida ; misal : Chilomonae
Ordo : Dinoflagellida ; misal : Noctiluca, Ceratium
Ordo : Ebriida ; misal : Eoria
Ordo : Euglenida ; misal : Euglena, Phacus
Ordo : Chloromonadida ; misal : Gonyostomum
Ordo :Volvocida ; misal : Chlamydomonas, Volvox
Kelas : Zoomastigophora
Ordo : Choanoflagellida ; misal : Codosiga, Proterospongia
Ordo : Bicossoecida ; misal : Poteriodendron
Ordo : Rhizomastigida ; misal : Mastigamoeba, Dimorpha
Ordo : Kinetoplastida ; misal : Leismania, Trypanosoma
Ordo : Diplomonadida ; misal : Giardia
Ordo : Oxymonadida ; misal : Oxymonas
Ordo : Trichomonadida ; misal : Trichomonas
Ordo : Hypermastigida ; misal : Trychonympha

Superklas : Sarcodina
Klas : Rhizopodea
Subklas : Lobosia
Ordo : Amoebida ; misal : Amoeba, Entamoeba
Ordo : Arcellinida ; misal : Arcella, Difflugia
Subklas : Filosia
Misal : Penardia
Subklas : Granulareticulosa
Ordo : Athalamida ; misal : Biomyxa
Ordo : Foraminiferida ; misal : Globigerina, Orbulina
Klas : Piroplasmea
Misal : Babesia
Klas : Actinopodea
Subklas : Radiolaria
Subklas : Acantharia
Misal : Actinophrya
Subklas : Proteomyxida
Misal : Vampyrella

II. Subfilum Sporozoa


Klas : Teleosporea

5
Subklas : Gregarina ; misal : Gregarina, Monocystis
Subklas : Coccidia ; misal : Eimeria, Isospora, Plasmodium
Klas : Toxoplasma
Misal : Toxoplasma
Klas : Microsporidea
Misal : Nosema, Glugea

III. Subfilum Ciliophora


Klas Ciliatea
Subklas : Holotrichia
Ordo : Gymnostomatida ; misal : Coleps, Didinium
Ordo : Trichostomatida : misal : Balantidium
Ordo : Chonitrichida ; misal : Hyalophysa
Ordo : Astomatida ; misal : Anophlophyra
Ordo : Hymenostomatida ; misal : Paramecium
Ordo : Tigmotrichida ; misal : Boveria
Subklas : Peritrichia
Ordo : Peritrichida ; misal : Vorticella

Subklas : Suctoria
Ordo : Suctorida ; misal : Podophrya
Subklas : Spirotrichia
Ordo : Heterotrichida ; misal : Stentor, Spirostomum
Ordo : Oligotrichida ; misal : Halteria
Ordo : Tintinnida ; misal : Codonella
Ordo : Entodiniomorphida ; misal : Entodinium
Ordo : Odontostomatida ; misal : Saprodinium
Ordo : Hypotrichida ; misal : Stylonychia

Kenampakan beberapa contoh anggota filum protozoa dapat dilihat dari contoh
gambar berikut :

6
http://www.tutorvista.com/biology/phylum-protozoa

trophozoites

Cysts

Sarcodina Ciliophora Mastigophora Apicomplexa Microspora


eg eg. eg. eg eg
E. histolytica Balantidium Giardia Cyclospora Enterocytozoon

7
http://biocab.org/files/Amoeba1.jpg

Euglena Viridis

Paramecium caudatum

Vorticella sp. Trypanosoma

8
C. BAHAN DAN ALAT
- Mikroskop
- Preparat awetan anggota filum protozoa :
a. Amoeba
b. Trypanosoma
c. Euglena
d. Vorticella
e. Balantidium

D. CARA KERJA
Pengamatan preparat awetan
1. Siapkan mikroskop dan preparat awetan dari phylum protozoa.
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan
karakter lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk
laporan.

9
III. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM PORIFERA

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota porifera
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi porifera
3. Mengidentifikasi contoh anggota porifera

B. DASAR TEORI

Porifera adalah hewan air yang hidup di laut. Hidupnva selalu melekat pada substrat
(sesil) dan tidak dapat berpindah tempat secara bebas.
Ciri utama adalah memiliki lubang (Pori) yang banyak dan membentuk suatu sistem
saluran. Air dan makanan yang larutdidalamnya diarnbil oleh hewan tersebut masuk melalui
lubang Ostium, kemudian masuk ke dalam rongga tubuh. Setelah makanan diserap air yang
berlebihan dikeluarkan melalui lubang yang di sebut Oskulum. Terdapat sel dengan bentuk
khusus yang disebut Koanosit atau Sel Leher yang berfungsi untuk pencemaan makanan.Sel
koanosit memiliki nukleus, vakuola dan flagel. Karena pencernaan berlangsung di dalam sel
maka disebut pencernaan Intrasel. Mempunyai Eksoskeleton (Rangka Luar): terdiri dari
serabut-serabut lentur yang disebut Spongin dan terdiri dari duri yang disebut Spikula.
Pembiakan dengan cara generatif (kawin), hewan ini mempunyai daya Regenerasi yang
tinggi.

Tipe sistem pembuluh air yang dimiliki oleh porifera

1. Ascon
2. Sycon
3. Rhagon (Leucon

Porifera dibedakan menjadi 3 golongan

1. Calcarea ( Sycon dan Cluthrina)


2. Hexactinellida (Pheronima)
3. Demospongia (Euspongila, Spongila (bertubuh lunak)
yang dapat digunakan orang untuk alat pembersih kaca dan
lainnya.

Gambar Struktur Tubuh Porifera

C. BAHAN DAN ALAT :


- Mikroskop
- Preparat awetan anggota filum Porifera :

10
- Calcarea ( Sycon dan Cluthrina )
- Hexactinellida (Pheronima)
- Demospongia (Euspongila, Spongila (bertubuh lunak) biasanya digunakan orang
untuk alat pembersih kaca dan lainnya).

D. CARA KERJA :
1. Siapkan lup dan preparat awetan dari phylum Porifera
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan
karakter lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk
laporan.

11
IV. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM
COELENTERATA

A. TUJUAN :
1. Mengenal beberapa anggota Coelenterata
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi Coelenterata
3. Mengidentifikasi contoh anggota Coelenterata

B. DASAR TEORI :
Coelenterata berasal dari kata coilos = rongga, dan enteron = usus. Coelenterata tidak
memiliki rongga tubuh yang sebenarnya, tetapi hanya memiliki rongga sentral yang
disebut Coelenteron. Rongga ini berfungsi sebagai rongga gastrovaskular. Coelenterata
dalam penamaan ilmiah saat ini merupakan golongan hewan yang terbagi kedalam filum
Cnidaria (Coelenterata yang memiliki sel penyengat) dan filum Ctenophora
(Coelenterata yang tidak memiliki sel penyengat).
Coelenterata merupakan hewan metazoa. Jaringan tubuhnya sudah terorganisasi
dengan baik. Umumnya memiliki simetri tubuh radial. Bersifat diploblastic multicellular,
dengan susunan tubuh yang terdiri atas dua lapis, yaitu lapisan epidermis dan endodermis
(gastrodermis). Diantara kedua lapisan tersebut terdapat mesoglea yang merupakan
lapisan nonseluler.
Hidup soliter atau membentuk koloni di perairan tawar atau laut, berenang bebas atau
sesil. Sistem pencernaan inkomplit (Memiliki mulut, tanpa anus dengan rongga
gastrovaskuler / Coelenteron). Memiliki tentakel sebagai alat gerak dan menangkap
makanan. Pada Cnidaria memiliki sel penyengat (cnidoblasts, nematocysts atau sel-sel
penyengat pada ektodermnya seperti pada tentakelnya yang berfungsi untuk pertahanan
dan menyerang). Respirasi dan ekskresi dengan difusi sederhana. Reproduksi aseksual
dengan external budding atau secara seksual dengan pembentukan gamet.
Menurut siklus hidupnya, terdapat dua tipe dasar tubuh, yaitu polip (bersifat sesil /
menetap) dan medusa (berenang bebas). Tubuh tipe polip berbentuk tabung / silinder,
ujung oralnya terdapat tentakel yang dapat memanjang dan mengkerut. Tubuh tipe
medusa berbentuk seperti bel / lonceng / seperti payung. Bagian atasnya cembung,
sedangkan bagian bawahnya cekung. Pada bagian tengah cekungan memiliki mulut.
Klasifikasi menurut Hickman, 1967 ; Round, 1972; serta Thomas Cavalier-Smith yang
diperbaiki oleh Lynn Margulis (1997), menyebutkan bahwa secara filogenetik filum
Coelenterata (Hickman, 1967 ; Round, 1972) atau filum Cnidaria (Thomas Cavalier-
Smith, diperbaiki oleh Lynn Margulis, 1997) dan filum Ctenophora tergolong dalam
golongan Radiata sub regnum Metazoa (Hickman, 1967 ; Round, 1972) atau sub regnum
Eumatazoa (Thomas Cavalier-Smith, diperbaiki oleh Lynn Margulis, 1997).
Coelenterata (Cnidaria) digolongkan menjadi 3 kelas, yaitu :
1. Hydrozoa : Misal; Hydra, Obelia

12
2. Schypozoa : Misal ; Aurelia
3. Anthozoa : Misal ; Hexacorallia, Octocorallia
Perbandingan dari ketiga kelas tersebut tergambar pada contoh skema dasar
morfologi-anatomi tubuh ketiganya sebagai berikut :
1. Hydrozoa : Misal; Hydra, Obelia

A B

Hydra. A. Habitus / kenampakan B. Skema morfologi – anatomi hydra


tubuh hydra

2. Schypozoa : Misal ; Aurelia

A. Habitus / kenampakan tubuh Aurelia B. Skema morfologi – anatomi Aurelia

13
3. Anthozoa : Misal ; Hexacorallia, Octocorallia

C. BAHAN DAN ALAT


- Mikroskop
- Lup
- Preparat Awetan anggota Coelenterata
Kelas Hydrozoa : Hydra
Kelas Schypozoa : Aurelia
Kelas Anthozoa (anemone laut) : Bentuk koralit dari hewan karang

D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop, lup, dan preparat awetan dari phylum Coelenterata.
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi karakter
khas dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan karakter lain
yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk laporan.

14
V. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM
PLATYHELMINTHES

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota Platyhelminthes
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi Platyhelminthes
3. Mengidentifikasi contoh anggota Platyhelminthes

B. DASAR TEORI :
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, dari kata platy = pipih dan helminthes =
cacing (cacing pipih). Platyhelminthes merupakan Metazo bertubuh pipih tanpa rongga
tubuh (acoela). Tubuhnya tripoblastik, dengan simetri tubuh bilateral. Anggota
Platyhelminthes umumnya bertubuh lunak tanpa kerangka luar dan dalam. Bagian luar
tubuhnya diperkuat oleh epidermis bersilia atau oleh kutikula (pada Trematoda dan
Cestoda parasit).
Platyhelminthes tergolong enterozoa inkomplit, karena anggota filum ini sudah
memiliki mulut, tetapi belum memiliki anus. Hewan ini memiliki protonefridia sebagai
alat ekskretorinya. Sistem saraf platyhelminthes sudah terbentuk, meskipun hanya terdiri
atas sepasang ganglia serebral dan 1-3 pasang tali saraf longitudinal yang saling
berhubungan dengan adanya komisura saraf transfersal. Anggota filum platyhelminthes
belum memiliki sistem respirasi maupun sistem sirkulasi.
Sistem reproduksi anggota Platyhelminthes umumnya sudah berkembang, sehingga
dapat melakukan reproduksi secara seksual dengan fertilisasi internal. Alat kelaminnya
tidak terpisah (hermaprodit), sehingga fertilisasi umumnya terjadi secara silang antar dua
individu berbeda. Telur yang dihasilkan dilengkapi sel yolk khusus yang tertutup
cangkok telur. Reproduksi aseksual dapat dilakukan dengan memotong / membelah
tubuhnya / fragmentasi (terutama pada Turbellaria). Partenogenesis dan poliembrioni
dapat dialami oleh trematoda dan cacing pita.
Platyhelminthes dapat hidup bebas di alam, bersifat komensal, dan beberapa parasit
dalam tubuh organisme lain. Bentuk tubuhnya ada yang memanjang, seperti pita, atau
seperti daun. Ukuran tubuhnya bervariasi, dari panjang beberapa millimeter hingga
belasan meter.
Klasifikasi berdasarkan karakter dan sifat hidupnya, menggolongkan platyhrlminthes
menjadi beberapa kelas, yaitu : 1) Kelas Turbellaria, 2) Kelas Termetoda, dan 3) Kelas
Cestoda. Berikut ini gambaran morfologi dan anatomi dari beberapa anggota
Platyhelminthes :

15
Gambar 1. Cestoda – Morfologi dan anatomi Taenia sp.

Gambar 2. Trematoda - Schistosoma mansoni

Gambar 3 : Trematoda - Fasciola hepatica

16
Gambar 4. Potongan melintang cacing Planaria (kelas Turbellaria)

C. BAHAN DAN ALAT


- Mikroskop
- Preparat awetan anggota filum Platyhelminthes :
a. Kelas Turbelaria : Planaria sp.
b. Kelas Trematoda : Fasciola hepatica (cacing hati), Schistosoma sp.
c. Kelas Cestoda : Taenia, sp. (cacing pita)

D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop dan preparat awetan dari phylum Platyhelminthes.
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan
karakter lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk
laporan.

17
VI. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM
NEMATHELMINTHES (NEMATODA)

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota Nemathelminthes
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi Nemathelminthes
3. Mengidentifikasi contoh anggota Nemathelminthes

B. DASAR TEORI

Nemathelminthes berasal bahasa Yunani, dari kata Nema = benang, dan


helminthes = cacing. Phylum Nemathelminthes memiliki rongga tubuh yang terbentuk
ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum memiliki mesenterium untuk
menggantungkan visceral serta tidak memiliki lapisan otot yang mengelilingi saluran
pencernaan (usus). Nemathelminthes disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki rongga
tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Cacing dewasa memiliki pseudocoelom
(tabung dalam tabung), sebuah ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi sebagai rangka
hidrostatik, membantu dalam peredaran dan penyebaran sari makanan. Oleh karena
memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Karakteristik umum dari anggota phlum ini adalah : 1.) Tubuhnya simetris
bilateral, triploblastik, tidak memiliki appendages, 2). memiliki coelom yang disebut
pseudocoelom, 3) alat pencernaan lengkap, 4) alat ekskresi dengan sel Renette untuk
Nemathelminthes primitif atau sistem H untuk yang lebih maju, 5) belum memiliki organ
peredaran darah dan respirasi, 6) Cincin saraf yang mengelilingi esofagus merupakan
pusat sistem saraf, 7) Reproduksi Dioceus, fertilisasi internal, tidak dapat melakukan
reproduksi aseksual, 8) hidup bebas atau parasit.
Sistematika untuk Nemathelminthes masih menjadi bahan diskusi dari para ahli.
Sebagian ahli taksonomi mendudukkan Nemathelminthes sebagai filum (Storer, 1983;
Barnes, 1974), dan sebagian mendudukkan Nemathelminthes kedalam kategori kelas
(Jordan, 1983; Beck dan Braithwaite, 1962). Sebagai kategori filum, Nemathelminthes
dibagi menjadi dua kelas, yaitu; Nematoda dan Nematophora. Sebagai kategori kelas,
Nemathelminthes ternaung dalam filum Aschelminthes bersama-sama dengan kelas
Rotifera, Gastrotricha, dan Nematomorpha (Jordan, 1983). Contoh anggota dari
Nemathelminthes yang tergolong kelas Nematoda, antara lain : Ascaris lumbricoides
(cacing perut),Oxyuris vemicularis (cacing kremi), Ancylostoma duodenale (cacing
tambang), Wuchereria brancrofti (cacing rambut/ filaria) dan Necator americanus
(cacing tambang).

18
19
20
Gambar : Siklus hidup dan morfologi Oxyuris vermicularis/ Enterobius vermicularis

Gambar : Skema cacing Haemonchus (habitat : saluran pencernaan hewan ruminansia)

21
Gambar ; Bagian mulut cacing Strongylus

C. BAHAN DAN ALAT


- Mikroskop
- Preparat awetan anggota filum Nemathelminthes :
a. Ascaris sp. (Cacing gelang / “roundworms”)
b. Enterobius (Oxyuris) vermicularis. (Cacing kremi)
c. Haemonchus
d. Strongylus

D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop dan preparat awetan dari phylum Nemathelminthes
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan
karakter lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk
laporan.

22
VII. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM ANNELIDA

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota annelida
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi annelida
3. Mengidentifikasi contoh anggota annelida

B. DASAR TEORI
Annelida berasal dari bahasa Yunani, dari kata ”annulus” yang berarti cincin.
Penamaan ini berhubungan dengan struktur tubuhnya yang khas, yaitu tersusun atas
gabungan segmen berbentuk seperti cincin, segmen tubuh ini dikenal dengan metameri.
Karakter tubuh dengan metameri (segmen) ini mencadi ciri khas dari anggota filum
Annelida.
Karakter umum lainnya dari anggota filum ini adalah ; 1) Tripoblastik (lapisan
embrionik ada 3:ektoderm,endoderm,mesoderm, 2) tubuhnya berongga (selomata),
3) Simetri tubuh bilateral 4) memiliki sistem sirkulasi tertutup, 5) memiliki nefridium
sebagai alat ekskresi, 6) Memiliki sistem pencernaan yang lengkap, 7) Memiliki lipatan saraf
ventral, 8) memiliki sepasang setae epidermis, 9) Memiliki bentuk badan bulat atau oval bila
dibelah melintang.
Gambaran struktur tubuh secara umum dari filum Annelida adalah sebagai berikut ;

Gambar 1. Struktur umum tubuh anggota filum Annelida


http://www.mun.ca/biology/scarr/Annelida.htm

23
Filum annelida dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
1) Kelas Polychaeta (cacing berambut banyak)
Kelas Polychaeta merupakan kelas terbesar dalam filum annelida. Lebih dari 5300 spesies
telah teridentifikasi. Habitat dari polychaeta kebanyakan ada di laut, terutama didaerah
pesisir. Misalnya; Neanthes virens, Arenicola marina, Eunice viridis (cacing wawo),
Lysidicol oele (cacing palolo).
2) Kelas Oligochaeta (cacing berambut sedikit)
Anggota kelas Oligochaeta terdiri atas cacing yang tidak memiliki banyak setae. Kepala
tidak bisa dibedakan dengan jelas. Oligochaeta dapat dijumpai di lingkungan laut maupun
terrestrial. Contoh anggota Oligochaeta antara lain; Lumbricus terestris (cacing tanah),
Moniligaster houteni (cacing tanah di Sumatra), Pherichaeta musica (cacing hutan), dan
Tubifex sp (cacing air).
3) Kelas Hirudinae
Kelas Hirudinea meliputi lintah dan pacet. Ciri paling khas adalah adanya struktur penghisap
dan tubuh tersusun atas 34 segmen. Ciri-ciri lainnya antara lain adalah monoecius, tidak ada
setae, habitat di air tawar, laut atau terestrial. Genus paling terkenal adalah Hirudo, misalnya
Hirudo medicinalis (lintah yang merupakan penghasil anti pembekuan darah (hirudin)),
Hirudinaria javanica (lintah kuning), dan Haemadipsa zeylanice (pacet).

Berikut ini adalah gambaran struktur tubuh dari beberapa anggota filum Annelida :

Gambar 2. Struktur Morfologi luar tubuh Cacing Tanah (Lumbricidae)


(http://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/images/Annelida1.gif)

24
Gambar 3. Potongan melintang tubuh Lumbricus sp.

Gambar 4. Gambaran histologis tubuh Lumbricus sp. (potongan melintang)


http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/16cm05/16labman05/lb6pg6.htm

25
C. BAHAN DAN ALAT
- Lup (Kaca Pembesar)
- Mikroskop
- Pinset
- Cawan Petri / bak preparat
- Preparat anggota filum Annelida :
a. Kelas Polychaeta : Neanthes sp.
b. Kelas Oligochaeta : Lumbricus sp.

D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop dan preparat awetan dari phylum Annelida
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan
karakter lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk
laporan.

26
VIII. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM
MOLLUSCA

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota mollusca
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi mollusca
3. Mengidentifikasi contoh anggota mollusca

B. DASAR TEORI
Mollusca merupakan filum yang anggotanya bertubuh lunak. Anggota mollusca
yang banyak dikenal antara lain siput, kerang, remis, tiram, cumu-cumi dan gurita
(octopus). Mollusca dapat dijumpai baik pada habitat darat yang lembab, perairan darat,
pantai, hingga dasar laut.
Karakter umum yang dimiliki anggota mollusca, antara lain : Tubuh simetri
bilateral (kecuali pada Monoplacophora), kepala jelas, memiliki organ reseptor kepala
yang bersifat khusus, coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot, pada
permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang umumnya digunakan sebsgsi
alat gerak, dinding dorsal tubuh meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu mantel
dan pallium, lubang anus umumnya membuka ke dalam rongga mantel, saluran
pencernaan berkembang baik, sudah memiliki sistem peredaran darah dan jantung, organ
ekskresi berupa ginjal (nephridia), sistem saraf sudah berkembang baik dengan adanya
ganglion, umumnya dioceus, bebrapa monoceus (hermaprodit).
Harris (1992) membedakan mollusca ke dalam tujuh kelas, yaitu : 1)
Aplacophora, 2) Monoplacophora, 3) Polyplacophora, 4) Scaphopoda, 5) Gastropoda, 6)
Bivalvia, 7) Chepalopoda.
Kelas Aplacophora, anggotanya tidak memiliki cangkang, tubuh seperti cacing,
berukuran panjang 5mm - 2,5 cm, memiliki sisik kalkareus dan spikula sebagai pengganti
cangkang, hidup di laut, kaki mereduksi, misalnya : Neomenia carinata. Kelas
Monoplacophora, anggotanya memiliki sebauah cangkang, bersifat bilateral simetri,
misalnya : Neopilina . Kelas Polyplacophora memiliki banyak kepingan cangkang yang
saling tumpang tindih, misalnya : Chiton. Kelas Scaphopoda, merupakan mollusca
penggali yang dikenal dengan siput gading atau mollusca bercangkang gigi, panjang
cangkang umumnya 3-6 cm, tetapi ada yang lebih dari 15 cm, misalnya Dentalium.
Kelas Gastropoda, merupakan kelas terbesar dalam filum Mollusca, anggotanya
memiliki cangkang mantel, kaki, organ visceral, dan insang (pada gastropoda air tawar
dan terrestrial, insang mereduksi dan rongga mantel bermodifikasi menjadi paru-paru),
misalnya : Achatina fulica (bekicot). Kelas Pelecypoda, dikenal dengan bivalvia atau
Lamellibranchiata, anggotanya memiliki dua cangkang dengan engsel terletak di bagian
dorsal, kaki berbentuk kapak, insangnya berbentuk lembaran-lembaran, misalnya :
Anodonta.

27
Kelas Cephalopoda, anggotanya memiliki kaki yang bergabung dengan kepala
dalam bentuk tangan, tentakel, atau sifonsifon digunakan untuk lokomosi, tentakel dan
tangan digunakan untuk mencari makan, misalnya Loligo sp. (cumi-cumi).
Berikut gambaran beberapa anggota mollusca ;

28
C. BAHAN DAN ALAT
- Lup (Kaca pembesar)
- Petri / Bak preparat
- Pinset
- Preparat anggota filum Mollusca :
a. Lolligo sp.
b. Acatina sp.
c. Bivalvia

D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop dan preparat awetan dari phylum Mollusca
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati. Tuliskan klasifikasinya.

29
4. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan karakter
lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk
laporanSiapkan mikroskop dan preparat awetan dari phylum Mollusca

30
IX. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM ARTHROPODA

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota Arthropoda
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi Arthropoda
3. Mengidentifikasi contoh anggota Arthropoda

B. DASAR TEORI
Phylum Arthropoda (arthron = joint; podos = foot; == “jointed feet”) merupakan
hewan invertebrata yang memiliki karakter antara lain tubuh yang bersegmen, memiliki
rangka luar / eksoskeleton, dan kaki / appendages yang menyatu. Anggota Arthropoda
memiliki kutikula yang terbuat dari khitin dan kalsium karbonat. Anggota filum Arthropoda
antara lain insecta, arachnida, dan crustacea. Beriring dengan pertumbuhannya kutikula akan
terlepas dan digantikan dengan yang baru (molting). Tubuh arthropoda terbagi kedalam
segmen-segmen, tiap-tiap segmen memiliki appendages.
Karakter umum dari filum Arthropoda, antara lain : tubuh simetri bilateral, memiliki
eksoskeleton, tubuh dapat dibedakan menjadi kepala, dada, dan perut. Tiap segmen memiliki
alat gerak atau tanpa alat gerak. Respirasi dengan paru-paru buku, trakea, atau dengan
insang. Ekskresi dengan menggunakan tubulus Malphigi dan kelenjar koksal. Saluran
pencernaan lengkap, terdiri atas mulut, usus, dan anus. Sistem peredaran darah terbuka.
Sistem saraf tangga tali. Dioceus, fertilisasi internal, bersifat ovipar.
Filum arthropoda menurut Engemann dan Hegner (1981), dibagi menjadi empat sub
filum, terdiri atas Trilobita (punah), Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Sub filum
Chelicerata meliputi kelas Pycnogonidea, Merostomata, Archnidea, Tradigrada, dan
Pentastomoidea. Subfilum Onychophora, terdiri atas satu kelas yaitu kelas Onychopora.
Subfilum Mandibulata terdiri atas kelas Crustacea, Insekta, Chilopoda, Diplopoda,
Pauropoda, dan Symphyla.

31
Crustacea, Kelas : Malacostraca

Anatomy of a generalized crab.

Internal structure of a crayfish (lateral view).

32
C. BAHAN DAN ALAT
- Lup (Kaca pembesar)
- Petri / Bak preparat
- Pinset
- Preparat anggota filum Arthropoda:
1. Mikro Crustacea : Daphnia sp.
2. Myriapoda : Julus sp.
3. Crustacea : Kepiting, Udang
4. Insecta : kecoa, belalang,

D. CARA KERJA
1. Siapkan mikroskop dan preparat dari phylum arthropoda.
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi
karakter khas dari preparat yang diamati. Tuliskan klasifikasinya.
4. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan karakter
lain yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk laporan.

33
X. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI ANGGOTA PHYLUM
ECHINODERMATA

A. TUJUAN
1. Mengenal beberapa anggota Echinodermata
2. Mempelajari beberapa karakter penting dalam klasifikasi Echinodermata
3. Mengidentifikasi contoh anggota Echinodermata

B. DASAR TEORI
Echinodermata berasal dari kata Echinos (= duri) dan Derma (=kulit), sehingga
diartikan sebagai hewan berkulit duri. Echinodermata antara lain meliputi bintang laut,
bintang ular, bulu babi / landak laut, lilia laut, dan mentimun laut / teripang.
Filum Echinodermata merupakan hewan tripoblastik dengan bentuk tubuh simetri
radial saat dewasa dan kerangka dalam yang berkapur serta banyaknya spina. Saat larva,
tubuhnya berbentuk simetri bilateral.
Filum ini belum berkepala, tubuhnya tersusun atas bagian permukaan oral dan aboral.
Coelom-nya bertipe enterocoelous, relatif besar dan dibatasi dengan peritoneum. Sudah
memiliki sistem vascular, alat gerak, pencernaan, dan respirasi yang sederhana. Respirasi
dengan skin gills (insang) yang disebut papulae. Papulae ini berupa branchia derma, yaitu
organ berbentuk tabung/kerucut seperti jari/benang berukuran kecil dan halus yang
menyembul dari lubang-lubang dermal. Diantara insang-insang tersebut terdapat rahang /
supit-supit sangat kecil seperti duri, disebut pedicellaria.
Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dengan gonad cukup besar dan saluran
reproduksi yang sederhana. Reproduksi seksual dengan fertilisasi eksternal. Tidak memiliki
organ ekskretori khusus. Sisa ekstretori akan dibuang melalui dermal branchia secara difusi.
K;asifikasi Echinodermata menurut L. H. Hyman (1955) adalah sebagai berikut; Filum
Echinodermata dikelompokkan ke dalam 2 sub filum, yaitu Pelmatozoa dan Eleutherozoa.
Filum

34
Asteroidea viewed form above while in Oral view of the disk of a brittle star.
different stages of disection.

Oral view of sea urchin (Arbachia sp.) Aboral view of sea urchin (Arbachia sp.)

35
A North-Atlantic sea cucumber (Cucmaria Gambar : Dendraster, permukaan aboral yang
frondosa). memperlihatkan bagian ambulakral

C. BAHAN DAN ALAT


- Mikroskop
- Lup
- Preparat Awetan anggota Echinodermata
Kelas Asteroidea : Star fish / Bintang Laut (Asterias sp.)
Kelas Ophiuroidea : Brittle Star / Bintang Ular (Antedon sp.)
Kelas Echinoidea : Sea Urchin / Bulu Babi (Arbacia sp.), : Sand Dolar / dolar
Pasir / Dendraster
Kelas Holothuroidea : Teripang / Timun Laut (Cucumaria sp.)

E. CARA KERJA
1. Siapkan lup, dan preparat awetan dari phylum Echinodermata.
2. Amati preparat tersebut
3. Gambarkan secara skematis dan beri keterangan pada bagian tubuh yang menjadi karakter khas
dari preparat yang diamati
4. Tuliskan klasifikasinya.
5. Analisis dan diskusikan dengan kelompok mengenai karakter yang teramati dan karakter lain
yang menjadi ciri khas dari organisme yang diamati, susun dalam bentuk laporan.

36
XI. LATIHAN SAMPLING, KARAKTERISASI, DAN IDENTIFIKASI CONTOH-
CONTOH ANGGOTA INVERTEBRATA LANGSUNG DARI HABITATNYA

A. TUJUAN
1. Mengenal karakter ekologis dari sampel invertebrata yang dikoleksi.
2. Mengetahui peranan invertebrata tersebut di dalam habitatnya.
3. Mempelajari karakter penting dari sampel yang dikoleksi untuk kemudian dilakukan
identifikasi di laboratorium.

B. DASAR TEORI
Organisme invertebrata merupakan organisme kosmopolitan. Mereka dapat
dijumpai pada kebanyakan habitat, dari lingkungan darat, hingga lingkungan perairan.
Beberapa invertebrata bahkan dapat dijumpai di dalam tubuh organisme.
Peranan invertebrata dalam habitatnya pun cukup luas. Organisme detritus /
pengurai dapat diperankan oleh beberapa invertebrata, seperti cacing dan serangga-
serangga yang mengkonsumsi serasah dan sisa organisme lainnya. Beberapa invertebrata
berperan juga sebagai plankton di perairan, misalnya udang renik dan banyak larva
invertebrata lainnya. Bagi tanaman budidaya, beberapa invertebrata dapat membantu
terjadinya proses penyerbukan, di sisi lain dapat juga berperan sebagai hama, dan
patogen. Pada tubuh organisme lain, invertebrate dapat dijumpai sebagai parasit maupun
patogen. Beberapa invertebrata, seperti insekta, dapat juga berperan sebagai vektor
pembawa penyakit tertentu.
Karakter ekologis merupakan karakter lingkungan tempat orgenisme invertebrata
tersebut hidup. Karakter lingkungan tersebut dapat berupa bentuk habitat (daratan,
perairan, perkotaan, pantai, dll), ketinggian tempat, temperatur, dan faktor abiotik
lainnya. Karakter ekologis dari organisme invertebrata biasanya mengarah pada karakter
adaptif dari suatu organisme. Karakter adaptif tersebut dapat berupa karakter yang
berhubungan dengan morfologi, fisiologi, maupun tingkah lakunya.
Pengenalan karakter ekologi ini nantinya sangat penting untuk menentukan
ekotipe dari organisme invertebrata tersebut. Ekotipe merupakan populasi yang memiliki
keseragaman genotipe atau fenotipe karena beradaptasi pada habitat yang sama. Ekotipe
ini nantinya sangat penting untuk mendudukkan takson dalam suatu tingkat kategori
tertentu di bawah spesies (misal, tingkat varietas atau forma).

C. METODE
1. Sampling dilakukan per-kelompok dengan di dampingi asisten.
2. Tentukan tempat sampling (sesuai kesepakatan kelompok dan diketahui oleh asisten
dan dosen)
3. Persiapkan semua materi yang dibutuhkan di lapangan (alat dan bahan)

37
4. Saat sampling, catat sebanyak mungkin karakter ekologis yang dapat dilihat (bila
perlu lengkapi dengan gambaran / foto habitatnya). Beri label yang jelas pada sampel
yang dikoleksi (tempat sampling, tanggal, dan identitas lainnya).
5. Hati-hati saat mengkoleksi sampel yang berbahaya (misalnya: bercapit, berduri,
bersengat, berbisa atau, patogen/ infektif). Gunakan alat bantu untuk
mengambilnya (misal ; sarung tangan, pinset, dll).
6. Perhatikan keselamatan diri saat kegiatan sampling (perhatikan kedalaman perairan,
kuat arus, dan cuaca). Jangan lakukan sampling pada situasi dan kondisi yang
membahayakan (hujan deras, angin kencang, pasang tinggi, dll)
7. Hasil sampling dibawa ke laboratorium untuk kemudian sedapat mungkin
dikarakterisasi dan diidentifikasi.
8. Pindahkan sampel yang berhasil di karakterisasi dan diidentifikasi pada botol sampel
yang disediakan. Lengkapi dengan identitas yang sesuai dengan hasil identifikasi.
Beri keterangan tempat sampling dan tanggal pengambilannya.
9. Susunlah laporan tertulis khusus untuk kegiatan ini (berupa makalah)

D. MATERI (ALAT DAN BAHAN)


- Materi disesuaikan dengan habitat organisme invertebrata yang akan disampling.
- Materi yang harus dipersiapkan untuk kegiatan lapangan :
a. Buku / catatan lapangan
b. Alat tulis (sebaiknya pensil / pensil 2B)
c. Kertas label
d. Tempat sampel (botol, kantong plastik bening, kantong kertas)
e. Larutan formalin 5-10 % secukupnya (bila perlu)
f. Pinset
g. Kamera (bila perlu)
- Materi khusus untuk habitat yang berbeda :
a. Perairan :
- Seser
- Planktonet (bila ada)
- Senter
b. Daratan :
- Insect net (jaring penangkap serangga, jika ada), Jika tidak ada dapat
digunakan perangkap yang dibuat sendiri (persiapkan sesuai karakter sampel
dan kreasi anda).
- Senter
- Peralatan P3K (bila perlu)
- Materi yang diperlukan di laboratorium (sesudah sampling) :
a. Sampel hasil koleksi
b. Mikroskop

38
c. Lup (kaca pembesar)
d. Bak preparat, petri
e. Obyek glass (untuk sampel mikroskopis)
f. Pinset
g. Buku / gambar invertebrata untuk determinasi / identifikasi
h. Laporan sementara

E. GAMBARAN LOKASI SAMPLING INVERTEBRATA


- Perairan Tawar : Sungai, Danau, Rawa, Kolam Ikan, saluran pembuangan air (rumah
tangga / industri)
- Perairan Asin / payau : Laut dangkal / Estuarine, Hutan Bakau, pantai, Tambak ikan/
udang di tepi pantai, muara sungai
- Hutan : hutan produksi (homogen), hutan heterogen
- Lahan budidaya : perkebunan, sawah, peternakan
- Lahan non budidaya : lahan tidur (tidak digarap), tanah lapang
- Lingkungan khusus : lingkungan pemukiman penduduk, dll (representative untuk di
sampling)

39
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece dan Mitchell, 2003, Biologi Jilid 2, Jakarta : Erlangga.

Kastawi, Y., dkk. Zoologi Avertebrata, (Common Text Book). JICA . FMIPA UNM. Malang.

Lumowa, Sonja V.T., 2014, Zoologi Invertebrata, Yogyakarta : Penerbit Kepell Press

Rusyana, Adun., 2011, Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik), Bandung : Alfabeta.

S. Suwignyo, B. Widigdo, Y. Wardianto, dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air. Penebar


Swadaya. Jakarta.

http://www.tutorvista.com/biology/phylum-protozoa. di akses pada 12 februari 2013

http://biocab.org/files. di akses pada 12 februari 2013

http://ucdnema.ucdavis.edu/imagemap/nemmap/Ent156html/scan/HCMALE.GIFhttp://ucdnema.
ucdavis.edu/imagemap/nemmap/Ent156html/scan/HCMALE.GIF. di akses pada 12 februari
2013

http://www.mun.ca/biology/scarr/Annelida.htm. di akses pada 12 februari 2013

http://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/images/Annelida1.gif. di akses pada 12 februari 2013

http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/16cm05/16labman05/lb6pg6.htm. di akses pada 12 februari


2013

40

Anda mungkin juga menyukai