Anda di halaman 1dari 13

PREDIKAT HADIS DARI SEGI JUMLAH

RIWAYAT DAN SIKAP PARA ULAMA


TERHADAP HADIS AHAD
Saifuddin Zuhri
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Hadis yang dapat dijadikan pegangan dasar hukum sesuatu


perbuatan haruslah diyakini benar-benar akan kebenarannya. Karena
kita tidak mendengar hadis itu langsung dari Nabi Muhammad s.a.w.,
maka jalan penyampaian hadis itu harus dapat memberikan
keyakinan tentang kebenaran hadis tersebut. Sejumlah hadis
diriwayatkan oleh beberapa orang sahabat dan tabiin, namun
sejumlah hadis lainnya hanya dinukilkan oleh seorang sahabat,
kemudian diteruskan juga oleh seorang tabiin, yang hanya
mempunyai seorang murid yang meriwayatkan hadis. Oleh sebab
itu perlu melihat keberadaan hadis-hadis tersebut dinilai berdasarkan
jumlah perawinya.
Hadis dilihat dari segi jumlah riwayat, menurut ulama hadis pada
umumnya, dibagi menjadi dua, Mutawatir dan Ahad. Sehingga hadis
Masyhur termasuk bagian dari hadis Ahad. Ada golongan yang
menolak hadis seluruhnya, baik yang Mutawatir maupun Ahad, ada
golongan yang menolak hadis, jika hadis tersebut ada persamaannya
dengan Al-Quran. Dan golongan yang menolak hadis Ahad sebagai
hujjah. Artinya, mereka masih menerima hadis Mutawatir, dan yang
mereka tolak hadis Ahad.Dalam masalah aqidah, ulama berbeda
pendapat tentang kehujahan hadis Ahad. Untuk masalah-masalah
non aqidah, hadis Ahad yang shahih disepakati sebagai hujjah.

Kata Kunci: Hadits, mutawatir, Ahad.

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 53


Pendahuluan perincian dan penafsiran ayat-ayat Al-
Apabila Al-Quran sepenuhnya Quran yang masih global dan lain
wahyu Allah s.w.t., maka sunnah adalah sebagainya.
dari Nabi Muhammad s.a.w. Al-Quran Hadis yang dapat dijadikan pe-
dan As-Sunnah adalah sumber asasi gangan dasar hukum sesuatu perbuatan
Islam. Sunnah biasanya juga disebut haruslah diyakini benar-benar akan
hadis. Hadis adalah keterangan-kete- kebenarannya. Karena kita tidak men-
rangan dari Rasulullah yang sampai pada dengar hadis itu langsung dari Nabi
kita. Muhammad s.a.w., maka jalan penyam-
Apabila dilihat dari segi riwayat, paian hadis itu harus dapat memberikan
penyampaian secara lisan sesuatu keyakinan tentang kebenaran hadis
keterangan dari Rasulullah maka men- tersebut.
jadilah hadis yang mempunyai kualitas Kita telah memahami bahwa
bertingkat-tingkat, ada yang kuat ada sejumlah hadis diriwayatkan oleh bebe-
yang lemah. Sedangkan dalam menyam- rapa orang sahabat dan tabiin, namun
paikan sebuah hadis terkadang Nabi sejumlah hadis lainnya hanya dinukilkan
berhadapan dengan orang-orang yang oleh seorang sahabat, kemudian diterus-
jumlahnya amat banyak, terkadang kan juga oleh seorang tabiin, yang hanya
dengan beberapa orang, terkadang pula mempunyai seorang murid yang meri-
hanya dengan satu atau dua orang saja. wayatkan hadis. Oleh sebab itu perlu
Hadis sebagai sumber asasi dan melihat keberadaan hadis-hadis tersebut
sumber hukum Islam yang kedua setelah dinilai berdasarkan jumlah perawinya.
Al-Quran. Kedudukannya sebagai
sumber setelah Al-Quran adalah dise- Hadits Ditinjau dari Segi Kuan-
babkan karena kedudukannya sebagai titasnya
penafsir, dan pedoman pelaksanaan yang Ulama berbeda pendapat tentang
otentik terhadap Al-Quran. Ia menafsir- pembagian hadis ditinjau dari segi
kan dan menjelaskan ketentuan yang kuantitas atau jumlah rawi yang menjadi
masih dalam garis besar atau membatasi sumber berita ini. Di antara mereka ada
keumuman, atau menyusuli apa yang yang mengelompokkan menjadi tiga
disebut oleh Al-Quran. Di samping itu bagian, yakni hadis Mutawatir, Masyhur
hadis-hadis Nabi dalam kaitannya dan Ahad, dan ada juga yang mem-
dengan Al-Quran mempunyai fungsi baginya menjadi dua, yakni hadis
menetapkan dan memperkuat hukum- Mutawatir dan Ahad.
hukum yang telah ditentukan oleh Al- Segolongan ulama ada yang men-
Quran. Maka dalam hal ini kedua- jadikan hadis Masyhur berdiri sendiri
duanya sama-sama menjadi sumber tidak termasuk bagian dari hadis Ahad,
hukum, begitu pula hadis memberikan ini dianut oleh sebagian ulama ushul.

54 SUHUF, Vol. 20, No. 1, Mei 2008: 53 - 65


Sedang ulama golongan yang lain yang
diikuti kebanyakan ulama ushul dan
ulama kalam. Menurut mereka, hadis
Masyhur bukan merupakan hadis yang
berdiri sendiri, akan tetapi bagian dari Suatu hadis hasil tanggapan
hadis Ahad. Mereka membagi menjadi pancaindera, yang diriwayatkan
dua bagian, Mutawatir dan Ahad (Mun- oleh sejumlah besar rawi, yang
zier Suparca dan Ucang Ranuwijaya, menurut adat kebiasaan mustahil
1993: 81). mereka berkumpul dan berse-
Hasbi As Shiddiqi memberi pen- pakat untuk dusta (Hady Mufaat
jelasan bahwa pembagian hadis menjadi Ahmad, 1994: 144).
Mutawatir, masyhur dan Ahad adalah
dipegangi oleh kebanyakan ahli ushul. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan
Kebanyakan ahli hadis membagi hadis
dari segi kemutawatiran dan tidaknya
terbagi kepada dua saja yakni Mutawatir
dan Ahad. Masyhur mereka masukkan
ke dalam Ahad (Hasbi as Shiddiqi, 1993:
200).
Pembagian demikian (Mutawatir, Hadis-hadis yang diriwayatkan
Masyhur dan Ahad) telah disepakati oleh oleh segolongan besar yang tidak
kebanyakan ulama Fiqh dan ulama terhitung jumlahnya dan tidak
Ushul. Sedangkan menurut kebanyakan pula dapat difahamkan, bahwa
ulama Hadis, cukup dibagi menjadi dua mereka telah sepakat berdusta.
saja. Yakni Mutawatir dan Ahad. Demi- Keadaan itu terus-menerus hing-
kian dikatakan oleh Syuhudi Ismail. ga sampai kepada akhirnya.
Sehingga pada garis besarnya hadis
dibagi menjadi 2 macam, yakni Muta- Sedangkan Shubhi Shalih men-
watir dan Ahad. Inilah pembagian yang difinisikan
lebih praktis karena pada dasarnya hadis
Masyhur tercakup dalam hadis Ahad.

1. Hadis Mutawatir
a. Pengertian
Secara definitif hadis Mutawatir
ialah: Mutawatir ialah hadis shahih yang
sejumlah besar orang menurut

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 55


akal dan adat mustahil mereka banyak dan secara mudah dapat dike-
bersepakat untuk berdusta, sejak tahui bahwa sekian banyak perawi itu
awal sanad, tengah dan akhirnya. tidak mungkin bersepakat untuk ber-
(Shubhi Shalih, 1959 : 146). dusta, maka penyampaian itu secara
mutawatir.
Hadis Mutawatir adalah hadis
yang diriwayatkan oleh sejumlah orang b. Syarat-syarat hadis Mutawatir
pada setiap tingkat sanadnya, yang Para ahli hadis dalam men-
menurut tradisi mustahil mereka berse- syaratkan hadis Mutawatir tidak jauh
pakat untuk berdusta dan karena itu berbeda antara satu dengan yang lain,
diyakini kebenarannya. yaitu :
Beberapa rumusan di atas seka- 1. Hadis itu diperoleh dari Nabi atas
lipun dengan kalimat dan redaksi yang dasar pancaindera yang yakin.
berbeda-beda namun maksudnya sama. Maksudnya, bahwa perawi dalam
Pada pokoknya adalah hadis yang memperoleh hadis Nabi, haruslah
diriwayatkan oleh banyak orang di setiap benar-benar dari hasil pendengaran
generasi, sejak generasi sahabat hingga atau penglihatan sendiri.
generasi akhir (penulis kitab), yang mana 2. Bilangan perawinya, dilihat dari segi
orang banyak tersebut layaknya mustahil banyaknya, telah mencapai jumlah
sepakat untuk bohong. yang menurut adat mustahil mereka
Dengan demikian tidak dapat bersepakat terlebih dahulu untuk
dikategorikan dalam hadis Mutawatir berdusta.
segala berita yang diriwayatkan dengan Adapun tentang jumlah bilangan
tidak bersandar pada pan-caindera, juga perawi, para ulama berbeda pen-
segala berita yang diriwayatkan oleh dapat :
orang banyak tetapi mungkin mereka a). Abu Thayyib menetapkan,
bersepakat mengadakan berita-berita itu minimal 4 orang. Dengan alasan
secara dusta. mengqiyaskan terhadap keten-
Hadis Mutawatir betul-betul tuan bilangan saksi yang di-
bersumber dari Nabi s.a.w. Hadis perlukan dalam suatu perkara.
Mutawatir sama dengan Al-Quran dalam Misalnya dalam penuduhan zina.
hal keutentikannya karena keduanya b). Sebagian golongan Syafii mene-
qat’iul wurud (sesuatu yang pasti tapkan, minimal 5 orang. Dengan
datangnya). Dan para ulama sepakat alasan mengqiyaskan pada
bahwa hadis Mutawatir wajib diamalkan jumlah 5 Nabi yang bergelar “Ulul
dalam seluruh aspek, termasuk dalam Azmi”.
bidang akidah. c). Sebagian ulama ada yang mene-
Apabila perawi itu berjumlah tapkan, minimal 20 orang.

56 SUHUF, Vol. 20, No. 1, Mei 2008: 53 - 65


Dengan alasan mengqiyaskan Sedangkan Rajaa Mustafa Khazin
bilangan 20 orang yang disebut dan Sa’diyah Ahmad Fuad me-
dalam Al-Quran surat Al-Anfal ngatakan bahwa hadis Mutawatir
ayat : 65 tidak akan terealisir kecuali dengan
empat syarat yaitu:

Wahai Nabi (Muhammad)


kobarkanlah semangat para
mukmin untuk berperang. Jika
ada dua puluh orang yang
sabar di antara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan Dengan demikian jelaslah bahwa
dua ratus orang musuh. Dan suatu hadis bisa mencapai derajat
jika ada seratus orang (yang Mutawatir jika syarat-syarat itu
sabar) di antara kamu, nis- terpenuhi
caya mereka dapat mengalah-
kan seribu orang kafir, karena c. Pembagian Hadis Mutawatir
orang-orang kafir itu adalah Para ahli membagi hadis Muta-
kaum yang tidak mengerti. watir menjadi dua bagian yakni Muta-
watir Lafdhy dan Mutawatir Ma’nawy.
d). Sebagian ulama ada yang mene- Endang Soetari mengatakan bahwa hadis
tapkan minimal 40 orang, ada Mutawatir terbagi pada tiga macam
yang menetapkan minimal 10 yakni Mutawatir Lafdhy, Mutawatir
orang, 12 orang, 70 orang dan Ma’nawi dan Mutawatir ‘Amaly .
lain-lain. Hadis Mutawatir Lafdhy ialah
hadis Mutawatir yang lafazh dan mak-
3. Ada kesinambungan jumlah perawi nanya sesuai antara riwayat satu dengan
antara thabaqah masing-masing. lainnya.
Dengan demikian, bila jumlah perawi
pada thabaqah pertama sekitar 10
orang, maka pada thabaqah-thabaqah
lainnya juga harus sekitar 10 orang
(M. Syuhudi Ismail, 1991: 136).

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 57


Hadis yang sama bunyi lafazh,
hukum dan maknanya.

Contoh:

“Nabi s.a.w. tidak mengangkat


kedua tangannya ketika berdoa
selain dalam doa shalat Istisqa
dan beliau mengangkat tangannya
“Barang siapa yang sengaja hingga tampak putih kedua ke-
berdusta atas namaku, maka tiaknya”
hendaklah ia menduduki tempat
di neraka”. (Riwayat al-Bukhari). Hadis Mutawatir ‘Amali ialah:

Menurut Abu Bakar al-Bazzar,


hadis tersebut diriwayatkan oleh 40
orang sahabat, dan sebagian ulama
mengatakan bahwa hadis tersebut
diriwayatkan oleh 62 orang sahabat
dengan lafazh dan makna yang sama.
Hadis Mutawatir Ma’nawi ialah “Sesuatu yang diketahui dengan
hadis yang lafazh dan maknanya mudah, bahwa ia dari agama dan
berlainan antara satu riwayat dengan telah mutawatir di kalangan umat
riwayat yang lain, tetapi terdapat Islam, bahwa Nabi s.a.w. menga-
persesuaian makna secara umum. Hal ini jarkannya atau menyuruhnya
sebagaimana dinyatakan dalam kaidah atau selain dari itu. Dari hal itu
ilmu hadis: dapat dikatakan soal yang telah
disepakati”.

Contoh : berita-berita yang mene-


rangkan waktu rakaat shalat, shalat
Hadis yang berlainan bunyi dan jenazah, shalat ‘Ied, kadar zakat dan
maknanya, tetapi dapat diambil segala rupa yang telah menjadi kese-
makna yang umum” pakatan, ijma’. (Endang Soetari, 1997 :
122).
Contoh : Hadis tentang mengang- Para ulama dan segenap umat
kat tangan di kala berdo’a Islam sepakat pendapatnya, bahwa hadis

58 SUHUF, Vol. 20, No. 1, Mei 2008: 53 - 65


Mutawatir memberi faidah ilmu dharuri, tersebut masuk ke dalam hadis
yakni suatu keharusan untuk mene- Mutawatir (Rajaa Mustafa Hazin,
rimanya secara bulat sesuatu yang yang 74).
diberitakan oleh hadis Mutawatir ter-
sebut, hingga membawa kepada keya- Hadis Ahad ialah hadis yang para
kinan yang qath’i (pasti). rawinya tidak sampai pada jumlah rawi
Hadis Mutawatir tidak diteliti lagi hadis Mutawatir, tidak memenuhi syarat
tentang keadilan dan kekuatan hafalan persyaratan Mutawatir dan tidak pula
(dhabit) rawi karena jumlah rawi sudah mencapai derajat Mutawatir, sebagai-
menjadi jaminan untuk adanya perse- mana dinyatakan dalam kaidah ilmu hadis:
pakatan berdusta. Hadis Mutawatir tidak
menjadi objek pembicaraan ilmu hadis
dari segi maqbul-mardud suatu hadis.
Hadis yang tidak mencapai
derajat Mutawatir
2. Hadis Ahad
a. Pengertian Karena hadis Ahad ini jelas tidak
Terdapat banyak pengertian ten- mencapai derajat Mutawatir, maka
tang hadis Ahad, yang antara satu dengan keterikatan orang Islam terhadap hadis
yang lain tidak jauh berbeda. Di anta- Ahad ini tergantung pada kualitas
ranya : periwayatnya dan kualitas persambungan
sanadnya. Bila sanad hadis itu tidak
dapat mengikat orang Islam untuk untuk
mempergunakannya sebagai dasar
beramal. Sebaliknya, bila sanadnya
bersambung dan kualitas periwayatnya
bagus maka menurut Jumhur, hadis itu
harus dijadikan dasar (Muh Zuhri, 1997:
86).

Suatu hadis (habar ) yang jumlah b. Pembagian Hadis Ahad


pemberitaannya tidak mencapai Ditinjau dari segi jumlah pera-
jumlah pemberita hadis Muta- winya, hadis Ahad dibagi menjadi 3 yakni
watir, baik pemberita itu seorang, : hadis Masyhur, hadis Azis dan hadis
dua orang, tiga orang, empat Gharib (Fatchur Rahman, 1997: 67).
orang, lima orang dan seterusnya, Yang dimaksud dengan hadis
tetapi jumlah tersebut tidak mem- Masyhur, ialah
beri pengertian bahwa hadis

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 59


3. Masyhur di kalangan orang-orang
umum saja (Hady Mufaat Ahmad,
1994: 153).
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga Contoh hadis Masyhur
orang atau lebih, serta belum Di kalangan Muhadditsin dan
mencapai derajat Mutawatir. ulama lain

Hadis Masyhur tersebut juga


disebut hadis Mustafidh, walaupun
terdapat perbedaan, yakni bahwa pada
hadis mustafidh jumlah rawinya tiga
orang atau lebih, sejak tingkatan pertama, Seorang Muslim itu adalah orang
kedua sampai terakhir. Sedang hadis yang menyelamatkan sesama
Masyhur jumlah rawinya untuk tiap muslim lainnya dari gangguan
tingkatan tidak harus tiga orang. Jadi lidah dan tangannya (H.R. Bukhari
hadis yang pada tingkatan selanjutnya Muslim)
diriwayatkan oleh banyak rawi, maka
hadis itu adalah termasuk juga hadis Di kalangan ahli ilmu tertentu
Masyhur, (Fiqh).
Contoh :

Tidak sah shalat bagi orang yang


berdekatan dengn masjid, selain
“ Hanyasanya amal-amal itu de- shalat di dalam masjid.
ngan niat dan hanya bagi tiap-tiap
seseorang itu memperoleh apa yang Di kalangan orang awam saja
ia niatkan “

Macam-macam hadis Masyhur


Hadis Masyhur terbagi kepada Bagi peminta- minta itu ada hak,
1. Masyhur di kalangan para Mu- walaupun datang dengan kuda.
hadditsin dan lainnya (golongan ahli Tingkatan hadis Masyhur tidak
ilmu dan orang umum). setinggi Mutawatir. Kalau riwayat
2. Masyhur di kalangan ahli ilmu-ilmu mutawatir mendatangkan ilmu yakin,
tertentu (ahli hadis saja, ahli fiqh saja, maka riwayat hadis Masyhur membuat
atau ahli tasawuf saja) dan lain hati tenang, karena orang yakin bahwa
sebagainya. informasinya berasal dari Nabi.

60 SUHUF, Vol. 20, No. 1, Mei 2008: 53 - 65


Hadis Azis ialah Tidaklah beriman seseorang di
antara kamu, hingga aku lebih
dicintai daripada dirinya, orang
tuanya, anaknya, dan semua
manusia (Bukhari Muslim).
Hadis yang diriwayatkan oleh dua
orang, walaupun dua orang rawi Hadis Azis ada yang shahih, hasan
tersebut terdapat pada satu tha- dan dhaif tergantung kepada terpenuhi
baqah saja, kemudian setelah itu, atau tidaknya ketentuan-ketentuan yang
orang-orang pada meriwayatkan- berkaitan dengan hadis shahih, hasan dan
nya (diriwayatkan orang banyak) dhaif. Sebgaimana halnya hadis Masyhur.
Hadis Gharib, ialah :
Berdasar pengertian tersebut bah-
wa hadis Azis bukan yang hanya diriwa-
yatkan oleh dua orang rawi pada setiap
thabaqah, tetapi selagi pada salah satu
thabaqah saja, didapati dua orang rawi Hadis yang dalam sanadnya
sudah bisa dikatakan hadis Azis. terdapat seorang yang menyendiri
Ibnu Hibban Al-Busty berpen- dalam meriwayatkan, di mana
dapat bahwa hadis Azis yang hanya saja penyendirian dalam sanad itu
diriwayatkan oleh dan kepada dua orang terjadi.
perawi, sejak dari lapisan pertama
sampai pada lapisan terakhir tidak sekali- Adapun maksud daripada pe-
kali terjadi. Kemungkinan terjadi memang nyendirian perawi, bisa berarti : mengenai
ada, hanya saja sulit untuk dibuktikan. personnya, yaitu tidak ada orang lain
Oleh karena itu bisa terjadi suatu hadis yang meriwayatkan selain dia sendiri.
yang pada mulanya tergolong sebagai Atau mengenai sifat dan keadaan perawi,
hadis Azis, karena hanya diriwayatkan yakni perawi itu berbeda dengan sifat
oleh dua rawi, tapi berubah menjadi hadis dan keadaan perawi-perawi lain yang
Masyhur, karena perawi pada thabaqat juga meriwayatkan hadis itu.
– thabaqat seterusnya berjumlah Dilihat dari bentuk penyendirian
banyak. perawi tersebut, perawi tersebut, maka
Contoh hadis Azis: hadis gharib dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu gharib mutlak dan gharib Nisbi
(Muzier Suparca, 1993 : 103).
Dikategorikan sebagai gharib
mutlak bila penyendiriannya itu mengenai

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 61


personalianya, sekalipun penyendirian Contoh yang berkenaan dengan
tersebut hanya terdapat dalam satu tempat rawi :
thabaqat. Penyendirian hadis gharib
mutlak ini harus berpangkal di tempat asli
sanad, yakni Tabii, bukan sahabat,
karena yang menjadi tujuan memper-
bincangkan penyendirian perawi dalam
hadis ini untuk menetapkan apakah ia Contoh yang berkenaan dengan
dapat diterima atau tidak. periwayatan dari nama perawi tertentu:
Contoh hadis gharib mutlak, yang
hampir tiap thabaqahnya, rawinya
sendirian

Bahwa Nabi s.a.w. mengadakan


walimah untuk Shafiyah dengan jamuan
makan yang terbuat dari tepung gandum
dan kurma.
Iman itu berbilang 70 cabang. Dan
rasa malu, merupakan salah satu Sikap Para Ulama terhadap Hadis
cabang iman. Ahad
1. Kedudukan Hadis Mutawatir
Sedang yang dikategorikan gharib Hadis Mutawatir, memfaedahkan
nisbi adalah apabila penyendiriannya itu yaqin. Hadis Ahad memfaedahkan dhan,
mengenai sifat atau keadaan tertentu dari yakni yakin yang tidak seberapa kuat.
seorang rawi. Penyendirian seorang rawi Para ahli ilmu berpendapat, bahwa : hadis
seperti ini, bisa terjadi berkaitan dengan mutawatir itu wajib diterima dengan yakin
keadilan dan kedhabitan perawi atau dan wajib diamalkan. Hadis Mutawatir
mengenai tempat tinggal atau kota tertentu sama derajatnya dengan nash Al-Quran.
(Munzier Suparca, 1993 : 103) Karenanya, mengingkari hadis Muta-
Contoh yang berkenaan dengan watir, sama dengan mengingkari Al-
sifat keadilan dan kedhabitan rawi: Quran, dihukum kafir (Hasbi Ash-
Shiddieqy, 1987: 100).
Atau paling sedikit sebagai orang
yang mulhid, yaitu orang yang mengakui
akan keesaan Allah dan mengaku
sebagai orang Islam tetapi tidak meng-
akui Muhammad sebagai Rasulullah.

62 SUHUF, Vol. 20, No. 1, Mei 2008: 53 - 65


2. Kedudukan Hadis Ahad. syariah maupun akhlak (Ali Mustafa
Hadis Ahad yang maqbul (ber- Yaqub, 1995: 134). Namun pendapat
kualitas shahih), bila berhubungan demikian ternyata tidak semua kelompok
dengan masalah hukum, maka menurut dan ulama sependapat.
jumhur ulama, wajib diamalkan (M. Sebagian ulama menetapkan,
Syuhudi Ismail, 1991: 158). Namun bahwa hadis Ahad itu wajib diamalkan
masalah yang berkaitan dengan soal dalam urusan amaliah, ibadah dan hukum
aqidah, ulama berselisih pendapat. Ada badan saja, tidak boleh dipakai dalam
yang mengatakan, bahwa hadis Ahad urusan aqidah. Syekh Muhammad
dapat digunakan sebagai dalil untuk Abduh dalam dalam kaitannya dengan
menetapkan masalah aqidah, karena hadis, beliau menolak hadis Ahad untuk
hadis Ahad yang shahih memfaedahkan dijadikan dalil dalam masalah aqidah.
ilmu dan yang memfaedahkan ilmu wajib Begitu pula kelompok Mu’tazilah,
diamalkan. Pendapat kedua, hadis Ahad, mereka menolak hadis Ahad sebagai
meskipun memenuhi syarat tetap tidak hujjah dalam masalah aqidah. Bahkan
dapat dijadikan dalil terhadap penetapan ada kelompok yang bernama “Ahlul
aqidah. Karena hadis Ahad berstatus Quran” yang dipimpin Ghulam Ahmad
memfaedahkan dhanny. Soal aqidah Parwes, kelompok ini tidak mengakui
adalah soal keyakinan. Maka, yang yakin hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
tak dapat didasarkan dengan petunjuk Bukan hanya hadis Ahad yang ditolak,
yang masih dhanny. tetapi juga hadis Mutawatir (Muh. Zuhri,
Terdapat pendapat lain (moderat) 1997: 17).
menyatakan bahwa hadis Ahad yang Sebagian pendapat lagi mengata-
telah memenuhi syarat, dapat dijadikan kan bahwa hadis Ahad yang shahih dapat
dalil untuk masalah aqidah selama hadis dijadikan hujjah untuk masalah aqidah,
tersebut tidak bertentangan dengan Al- ulama pendukung pendapat itu menya-
Quran dan hadis-hadis yang lebih kuat takan bahwa hadis Ahad dapat saja
(Syuhudi Ismail, 1991: 158). menjadi qath’i al-wurud (Syuhudi
Ismail, 1995 : 87).
3. Pendapat ulama tentang pemakaian Demikian pendapat bebagai ulama
hadis Ahad. tentang hadis Ahad, antara yang satu
Sebagian ulama menetapkan dengan yang lain saling berbeda.
bahwa, hadis ahad diamalkan dalam Bagi kita bisa menggunakan hadis
segala bidang. Hal semacam dituturkan untuk hujjah dalam agama, asal hadis
pula oleh Imam Ibnu Hazm, bahwa para tersebut memenuhi syarat-syarat shahih.
ulama secara keseluruhan telah menja- Karena jika hadis-hadis Ahad tidak dapat
dikan hadis Ahad sebagai hujjah dalam dipakai sebagai dalil dalam masalah-
agama, baik dalam masalah aqidah, masalah aqidah akan membawa

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 63


konsekuensi menggeser sebagian besar cukup banyak jumlahnya.
ajaran Islam yang selama ini diimani oleh Hadis Ahad adalah hadis yang
umat Islam. Misalnya, adanya syafaat perawinya tidak mencapai, terkadang
Nabi s.a.w. di akherat, mu’jizat Nabi mendekati, jumlah mutawatir. Hadis
selain Al-Qur’an, sifat-sifat Malaikat, Ahad terbagi pada hadis Masyhur, Azis
sifat-sifat Surga dan Neraka, siksa kubur dan Gharib. Meskipun telah jelas dalil-
dan lain sebagainya. dalil yang menunjukkan bahwa hadis
(sunnah) itu merupakan salah satu sumber
Simpulan hukum Islam, akan tetapi ada juga
Hadis dilihat dari segi jumlah segolongan kecil dari umat Islam yang
riwayat, menurut ulama hadis pada menolak terhadap hadis sebagai sumber
umumnya, dibagi menjadi dua, Mutawatir Syariat Islam.
dan Ahad. Sehingga hadis Masyhur Ada golongan yang menolak hadis
termasuk bagian dari hadis Ahad. seluruhnya, baik yang Mutawatir maupun
Hadis Mutawatir dapat dikelom- Ahad, ada golongan yang menolak hadis,
pokkan ke dalam dua kelompok: 1. jika hadis tersebut ada persamaannya
Mutawatir Lafzhi dan 2. Mutawatir dengan Al-Quran. Dan golongan yang
Ma’nawi. Hanya sejumlah kecil hadis- menolak hadis Ahad sebagai hujjah.
hadis Mutawatir Lafzhi (artinya seluruh Artinya, mereka masih menerima hadis
perawi menggunakan ungkapan yang Mutawatir, dan yang mereka tolak hadis
sama dalam menuturkan hadis tersebut) Ahad.
adapun Mutawatir Ma’nawi (para Dalam masalah aqidah, ulama
perawi hanya meriwayatkan hadis berbeda pendapat tentang kehujahan
tersebut dengan mengambil maknanya hadis Ahad. Untuk masalah-masalah non
saja, sedangkan ungkapan kata-katanya aqidah, hadis Ahad yang shahih di-
berasal dari perawi itu sendiri). Dan sepakati sebagai hujjah.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustafa Yaqub, 1995. Kritik Hadis, Jakarta, Pustaka Firdaus.


Endang Soetari AD, 1997. Ilmu Hadis, Bandung, Amal Bakti Press.
Fatchur Rahman, 1995. Ihtisar Musthalahul Hadis, Bandung, Al- Maarif.
Hady Mufaat Ahmad, 1994, Dirasah Islamiyah tentang Dasar-Dasar Ilmu Hadis
dan Musthalahnya, Semarang, Sarana Aspirasi.

64 SUHUF, Vol. 20, No. 1, Mei 2008: 53 - 65


Hasbi As-Shiddieq, 1993. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta, Bulan
Bintang.
_______________, 1987. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, Jakarta, Bulan
Bintang.
Muh. Zuhri, 1997. Hadis Nabi Telaah Historis dan metodologis, Yogyakarta,
Tiara Wacana.
Munzier Suparca danUcang Ranuwijaya, 1993. Ilmu Hadis, Jakarta, Rajawli Pers.
Rajaa Mustafa Khazin dan Sa’diyah Ahmad Fuad, tt, Attaisiir fi Ulumil Hadis.
Shubhi Shalih, 1959. Ulumul Hadis wa Musthalakhuhu, Beirut, Darul Ilmi
Lilmalayin.
Syuhudi Ismail, 1991.Pengantar Ilmu Hadis, Bandung, Angkasa
____________ , 1995. Hadis Nabi Menurut Pembela dan Pengingkar dan
Pemalsunya, Jakarta, Gema Insani Press.

Predikat Hadis dari Segi Jumlah Riwayat ... (Saifuddin Zuhri) 65

Anda mungkin juga menyukai