Anda di halaman 1dari 15

SRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN 1

ANATOMI DAN HOSTOLOGI SISTEM URINARIA


Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sruktur Dan Perkembangan Hewan 1
Yang dibina oleh Ibu Dra. Nursasi Handayani, M.Si.
Disajikan Pada 2 April 2018

Disusun oleh :
Kelompok 6 Offering I 2017
Mega Berliana 170342615550
Nadilah Nur A. 170342615521

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 BIOLOGI

April 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta, hidayah-Nya sehingga makalah hubungan lingkungan dengan kesehatan dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memperluas dan menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca, agar kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 30 Maret 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses-proses metabolisme seluler menghasilkan zat-zat sisa beracun yang harus
dikeluarkan atau diekskresikan dari tubuh. Secara umum, sistem ekskresi berkaitan dengan
pengeluaran: (1) senyawa-senyawa nitrogen yang dihasilkan dari katabolisme asam amino
(misalnya amonia, guanin, asam urat, dan urea), (2) garam anorganik yang berlebih, misalnya
NaCl, dan (3) air yang berlebih. Pengontrolan konsentrasi garam-garam dan zat-zat terlarut
lainnya dalam cairan jaringan disebut osmoregulasi, merupakan proses yang penting untuk
memelihara kekonstanan lingkungan lingkungan internal tubuh. Osmoregulasi merupakan
fungsi uatama fungsi utama sistem ekskresi. Zat-zat sisa metabolisme berdifusi dari sel-sel
memasuki sistem peredaran darah, kemudian dikumpulkan oleh sistem ekskresi, dan
diekskresikan dari tubuh sebagai urin (kemih).
Sistem ekskresi disebut juga sistem pembuangan atau sistem urinaria. Pada vertebrata,
sistem ini terdiri atas sepasang ginjal (ren) dan saluran pembuangan yang berupa saluran urin
dalam (ureter), kantung urin (vesika urinaria) yang berfungsi untuk menampung urin
sementara, dan saluran urin luar (uretra).
BAB II
PEMBAHASAN
B. Struktur Histologis Sistem Urinaria
1. Bagian-bagian ginjal mamalia
Ginjal mamalia merupakan sepasang organ yang kompak, berbentuk seperti biji
kacang buncis, terletak di belakang rongga perut (retroperitoneal) melekat pada dinding tubuh
bagian dorsal, di kedua sisi tulang belakang. Permukaan ginjal relatif licin, tidak terlihat
adanya lobulasi. Ginjal dibungkus oleh kapsula ginjal, yaitu suatu jaringan pengikat padat
yang terdiri atas serabut fibrosa, serabut elastis dan sedikit serabut polos. Pada sisi ginjal
yang menghadap ke arah dalam terdapat lekukan yang disebut hilus. Melalui hilus inilah
sarah dan pembuluh darah masuk ke atau keluar dari ginjal. Ketika memasuki hilus, uretes
melebar, kemudian membentuk percabangan di dalam ginjal yang disebut kaliks. Pelvis
merupakan tempat penampungan urin sementara.

Gambar 1.1 Sistem urinaria manusia


Bila ginjal dibelah secara sagital, akan terlihat adanya dua daerah, yaitu korteks yang
terdapatdi bagian luar di bawah kapsula ginjal, dan medula atau sunsum ginjal yang terdapat
di bagian dalam di bawah korteks. Pada bagian korteks terdapat korpuskula renalis (badan
Malpighi yang masing-masing terdiri atas glomerulus dan kapsula Bowman), tubulus
konvoluta proksimal, sebagian Lengkung Henle, tubulus konvoluta distal, dan sebagian
pembuluh penampung. Badan Malpighi beserta tubulus konvoluta proksimal, lengkung
Henle dan tubulus konvoluta distal, disebut nefron. Pada manusia, medula ginjal tersusun
atas 10-18 struktur berbentuk kerucut yang disebut piramid ginjal. Bagian ujung piramid
disebut papila, mengarah pada percabangan pelvis yang disebut kaliks minor. Beberapa
kaliks minor bergabung menjadi kaliks mayor yang bermuara di dalam pelvis.
Gambar 1.2 Irisan sagital ginjal manusia
2. Nefron dan Pembuluh Penampung

Gambar 2.1 Sebuah nefron


Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Unsur-unsur penyusun nefron tertanam
dalam suatu lamina basalis yang dilanjutkan dengan sebagian kecil jaringan pengikat. Nefron
memiliki tiga fungsi penting, yaitu: (1) mengontrol konsentrasi dan volume darag dengan
jalan memindahkan secara selektif sejumlah air dan zat-zat yang terlarut, (2) mengatur pH
darah, dan (3) membuang zat-zat sisa beracun dari darah. Dalam melaksanakan fungsinya,
nefron memindahkan berbagai macam zat dari darah, dan mengekskresikan zat-zat yang
tersisa sebagai cairan yang disebut urin. Pembentukan urin melibatkan tida proses pokok,
yaitu: filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Filtrasi dilakukan oleh korpuskula renalis, sedangkan
reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus-tubulus ginjal.

Gambar 2.2 Korpuskulus renalis


Korpuskulus renalis (badan Malpighi, jamak: korpuskulus). Merupakan bentukan
yang terdiri atas glomerulus yakni kapiler darah yang beranyam-anyaman yang dilingkupi
oleh kapsula Bowman yakni tubulus ginjal yang termodifikasi. Badan ini hanya terdapat
pada ginjal bagian korteks. Darah memasuki glomerulus melalui arteriol afferen, dan
meninggalkan glomerulus melalui arteriol efferen. Setiap korpuskulus renalis mempunyai 2
kutub, yaitu: 1) kutub vaskuler, tempat masuknya arteriol afferen atau keluarnya arteriol
efferen, dan 2) kutub urinarius atau kutub tubuler, tempat masuknya filtrat glomerulus ke
dalam tubulus konvoluta proksimal. Kapsula Bowman berbentuk seperti cawan dan
berdinding rangkap. Dinding luar disebut lapisan parietal, tersusun atas selapis sel epitel
pipih, sedangkan dinding dalamnya disebut lapisan viseral, melapisi kapiler glomerulus.
Korpuskulus renalis mempunyai fungsi filtrasi, yaitu menyaring darah, terutama yang bebas
plasma protein dan lemak. Daya saring ini disebabkan oleh adanya tekanan yang relatif tinggi
dari darah arteri. Pada vertebrata umumnya, termasuk manuisa, perkembangan korpuskula
renalis terhenti pada waktu lahir.
Gambar 2.3 Tubulus konvoluta proksimal dan distal yang terbelit-belit
Tubulus konvoluta proksimal. Merupakan saluran pertama yang menerima hasil
filtrasi korpuskulus renalis, tersusun berkelok-kelok, hanya terdapat pada bagian korteks
ginjal. Dinding tubulus ini tersusun atas selapis sel epitel kubus, batas antar sel tidak jelas.
Apeks sel yang menghadap ke lumen mengandung banyak mikrovili yang membentuk brush
border sehingga lumennya menjadi sempit. Brush border ini berfungsi untuk membantu
reabsorbsi zat-zat yang keluar dari datah selama filtrasi. Sel epitel tubulus ini bersifat sangat
asidofil, karena mengandung banyak mitokondria. Tubulus konvoluta proksimal
mereabsorbsi semua glukosa, asam amino, asam askorbat, serta H2O dan sejumlah besar ion
anorganik, seperti Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3- dan HPO42- dari filtrat glomerulus, untuk
dikembalikan ke dalam kapiler darah yang terdapat di sekelilingnya. Jika glukosa dalam
filtrat berlebih, maka tidak seluruhnya dapat direabsorbsi oleh tubulus konvoluta proksimal,
sehingga urin akan mengandung glukosa.
Tubulus konvoluta distal. Suatu saluran yang berkelok-kelok, merupakan segmen
terakhir dari nefron, hanya terdapat di bagian korteks ginjal. Dinding tubulus ini tersusun atas
selapis sel epitel kubus pendek yang tidak memiliki brush border, sehingga lumennya lebih
besar daripada tubulus konvoluta proksimal. Sel-sel penyusun tubulus konvoluta distal
bersifat kurang asidofil bila dibandingkan dengan tubulus konvoluta proksimal, batas antar
selnya juga tidak jelas. Dinding tubulus konvoluta distal yang berimpit dengan dinding
arteriol afferen di dekat badan Malpighi, disebut makula densa, sel-selnya berubah menjadi
berbentuk batang dan tersusun rapat. Makula densa beserta sel-sel jukstaglomerulus (sel-sel
otot polos pada tunika media aarteriol afferen yang berimpit dengan tubulus konvoluta distal
dan mengalami modifikasi menjadi sel-sel epiteloid) membentuk aparatus
jukstaglomerulus. Aparatus jukstaglomerulus berfungsi untuk: 1) mengatur reabsorbsi
elektrolit (Na+ dan Cl-) oleh tubulus konvoluta distal, dan 2) menghasilkan renin. Renin
bekerja pada protein plasma yang disebut angiotensinogen, untuk membentuk angiotensin I.
Dengan bantuan converting enzyme yang diduga berasal dari paru-paru, zat ini diubah
menjadi angiotensin II yang dapat meningkatkan reabsorbsi Na+ dan Cl-, terutama oleh
tubulus konvoluta distal. Akibatnya konsentrasi Na+ dan Cl- dalam urin rendah. Proses
tersebut terjadi apabila terjadi defisiensi Na+ dalam darah.

Gambar 2.4 Sel-sel jukstaglomerulus


Sebaliknya, kelebihan Na+ dalam darah akan menekan sekresi renin oleh aparatus
jukstaglomerulus, sehingga pembentukan aldosferon terhambat. Hal ini menyebabkan
berkurangnya reabsorbsi Na+ dan Cl- oleh tubulus konvoluta distal, sehingga konsentrasinya
dalam urin meningkat. Jadi aparatus jukstaglomerulus mempunyai peranan homeostatik yang
penting dalam mengatur keseimbangan ion dalam darah. Tubulus konvoluta distal berfungsi
untuk mereabsorbsi Na+ dan Cl-, ion bikarbonat dan air. Pada mamalia, selain fungsi
reabsorbsi, tubulus konvoluta distal juga memiliki fungsi sekresi. Kreatinin, amonia, H+, K+
dan obat-obatan tertentu (misalnya: penisilin) diserap oleh tubulus konvoluta distal dari
kapiler darah di sekelilingnya dan ditambahkan ke filtrat sebagai sekresi tubulus. Aktivitas ini
penting untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa darah.

Gambar 2.5 Nephron loops


Lengkung Henle. Merupakan saluran berbentuk U, yang menghubungkan antara
tubulus konvoluta proksimal dan distal, hanya terdapat pada aves dan mamalia. Saluran ini
terdiri atas segmen tipis dan segmen tebal. Segmen tipis menempati daerah medula, sebagian
besar berjalan turun (desenden). Segmen tebal menempati daerah korteks dan medula,
sebagian besar berjalan naik (asenden). Dinding segmen tipis lengkung Henle tersusun atas
selapis sel epitel pipih, sehingga lumennya lebar. Dinding segmen tebal lengkung Henle
tersusun atas selapis sel epitel kubus, sehingga lumennya lebih sempit dari pada segmen tipis.
Lengkung Henle hanya terdapat pada hewan-hewan yang mampu menghasilkan urin yang
hipertonik, karena saluran ini bertanggung jawab terhadap pembentukan urin akhir yang
hipertonik. Hal itu dilakukan dengan jalan mentransfer ion Natrium secara berulang ke ruang
interestial, sehingga cairan di medula ginjal bersifat hipertonik. Lengkung Henle desenden
sangat permeabel, memungkinkan pergerakan bebas H2O, Na+ dan Cl-. Karena cairan di
medula ginjal bersifat hipertonik, maka Na+ dan Cl- masuk H2O meninggalkan filtrat di
lengkung Henle desenden. Lengkung Henle asenden tidak permeabel terhadap air, dan sangat
aktif mentransfer Cl- ke cairan interestial. Akibatnya, cairan interestial di daerah medula
bersifat hipertonik.

Gambar 2.6 Collecting tubules and ducts


Pembuluh penampung (duktus koligen). Disebut pembuluh penampung, karena
saluran ini menampung zat-zat yang diekskresikan oleh nefron. Tubulus-tubulus koligen dari
nefron-nefron yang berdekatan bermuara dalam duktus koligen yang panjang, lurus dan
berdiameter lebih besar, berjalan menuju papila ginjal dan membentuk berkas bersama
duktus-duktus koligen yang lain. Dinding pembuluh penampung yang berdiameter kecil
tersusun atas selapis sel epitel kubus, sedangkan yang berdiameter besar tersusun atas selapis
epitel berbentuk batang. Batas antar sel terlihat dengan mikroskop cahaya. Sel-sel tubulus
konvoluta distal berfungsi sangat permeabel terhadap air jika terdapat hormon antidiuretik
dalam jumlah besar. Karena cairan interstial di sekitas pembuluh penampung bersifat
hipertonik, maka air dalam lumen pembuluh ini akan diserap keluar, sehingga terbentuklah
urin yang hipertonik.
Dari pembuluh penampung di dalam papila, urin akan mengalir melalui kaliks minor,
kaliks mayor akan terkumpul di dalam pelvis. Selanjutnya, urin akan dikeluarkan dari ginjal
melalui ureter untuk ditampung dalam kandung kemih (vesika urinaria), kemudian
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Kedua ginjal manusia menghasilkan kurang lebih 125
ml filtrat setiap menit. Dari jumlah itu, 124 ml direabsorbsi oleh tubulus-tubulus ginjal dan
hanya 1 ml urin yang diekskresikan dari ginjal.
3. Peredaran Darah dalam Ginjal
Karena ginjal membuang sampah-sampah metabolisme dari darah dan mengatur
kandungan cairan dan elektrolitnya, maka ginjal dipasok dengan sejumlah besar pembuluh
darah. Darah masuk ke daam ginjal melalui arteri renalis. Pada manusia, arteri renalis kanan
dan kiri membawa 20-25% keluaran jantung ke dalam ginjal (± 1.200 ml darah/menit). Pada
saat memasuki hilus, arteri renalis bercabang menjadi beberapa arteri segmental. Arteri
segmental bercabang-cabang menjadi arteri interlobaris yang masing-masing menempati
daerah diantara piramid-piramid ginjal. Pada dasar piramid ginjal, arteri interlobaris
membentuk lengkung di antara medula dan korteks, yang disebut arteri arkuata.
Percabangan arteri arkuata disebut arteri interlobularis, yang memasuki korteks dan
bercabang-cabang menjadi arteriol afferen.

Gambar 3.1 Suplai darah ke ginjal


Masing-masing arteriol afferen masuk ke dalam korpuskulus renalis kemudian
bercabang-cabang membentuk kapiler yang beranyam-anyaman, yang disebut glomerulus.
Selanjutnya, kapiler-kapiler glomerulus bersatu kembali membentuk arteriol efferen yang
mengalirkan darah keluar dari korpuskulus renalis. Arterior efferen bercabang-cabang
membentuk anyaman kapiler yang disebut kapiler peritubulus mengelilingi tubulus
konvoluta proksimal dan distal, dan membentuk pembuluh lurus disebut vasa rekta yang
berjalan sepanjang sisi lengkung Henle di daerah medula. Kapiler-kapiler peritubular bersatu
membentuk vena interlobulata. Vena interlobulata juga menerima darah dari vasa rekta.
Selanjutnya darah mengalir melalui vena arkuata menuju vena interlobaris yang terletak
diantara piramid-piramid ginjal, lalu ke vena segmental. Akhirnya, darah meninggalkan
ginjal melalui vena renalis yang keluar melalui hilus ginjal.
4. Struktur Saluran Urinaria
Urin atau zat-zat hasil ekskresi disalurkan keluar dari ginjal melalui lintasan sebagai
berikut:
(1) Pisces : ginjal duktus mesonefros sinus urinaria atau sinus urogenitalia
keluar
(2) Amphibia : ginjal duktus mesonefros kloaka (urin disimpan sementara dalam
kantung urin) keluar
(3) Reptilia : ginjal ureter kloaka (urin disimpan sementara dalam kantung urin)
keluar
(4) Aves : ginjal ureter kloaka keluar
(5) Mamalia : ginjal ureter kantung urin uretra keluar
Ureter

Gambar 4.1 Ureter


Ureter (duktus mesonefros – pada pisces dan amphibia), umumnya merupakan saluran
yang lurus dan berdiameter kecil. Berdasarkan struktur histologisnya, dinding ureter mamalia
terbagi menjadi tiga lapisan (tunika), yaitu (dari dalam keluar) (1) tunika mukosa, (2) tunika
muskularis, dan (3) tunika adventisia.
Tunika mukosa. Terdiri atas epitel transisional berlapis banyak, dan lamina popria
yang terdiri dari jaringan ikat areolar dan retikular. Tidak terdapat muskularis mukosa.
Tunika muskularis. Tersusun atas lapisan otot polos yang tersusun longgar, sebelah
dalam tersusun longitudinal sedangkan sebelah luar tersusun sirkuler. Pada bagian ureter
yang terletak di dekat kantung urin, terdapat tiga lapisan otot polos, yaitu longitudinal,
sirkuler dan longitudinal lagi. Daiantara serabut-serabut otot terdapat jaringan ikat aeolar.
Tunika adventisiaI. Tersusun atas jaringan ikat longgar (aeolar).
Kantung urin

Gambar 4.2 Kantung urin (kandung kemih)


Kantung urin atau vesika urinaria menerima urin dari ureter sedikit demi sedikti tetapi
terus menerus. Bila kantung urin terisi penuh, akan timbul rangsangan saraf pada cincin otot
yang berhubungan dengan uretra, untuk mengeluarkan seluruh isinya. Dinding kantung urin
terbagi menjadi tiga lapisan, yaitu: (1) tunika mukosa, (2) tunika muskularis dan (3) tunika
adventisia.
Tunika mukosa. Terdiri atas epitel transisional berlapis banyak yang lebih tebal
daripada lapisan epitel ureter, dan lamina propria dari jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung serabut elastis. Ketika kantung ini terisi sedikit urin, epitelnya berbentuk kubus
atau batang, sedangkan ketika terisi penuh, epitelnya berbentuk pipih.
Tunika muskularis. Terdiri atas tiga lapis otot polos, yaitu otot longitudinal, sirkuler,
dan longitudinal. Otot sirkuler merupakan bagian yang tebal dari lapisan ini. Di antara
serabut-serabut otot terdapat jaringan ikat longgar.
Tunika adventisia. Terdiri atas jaringan ikat longgar yang diselaputi oleh mesotel
pada bagian luarnya.
Uretra

Gambar 4.3 Uretra


Merupakan sebuah saluran urin luar, untuk menyalurkan urin dari kantung urin keluar
tubuh. Muara uretra berada di lingkungan organ genitalia luar. Pada mamalia jantan,
disamping untuk menyalurkan urin, uretra juga berfungsi untuk menyalurkan semen. Secara
umum, dinding uretra terdiri atas tiga lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika muskularis dan
tunika adventisia.
Uretra wanita berbentik tabung sepanjang 4-5 cm. Bagian proksimal uretra
mengandung epitel transisional (seperti kantung urin), bagian tengah: epitel silindris berlapis
banyak atau berlapis banyak palsu, sedangkan bagian distal epitel berlapis banyak pipih.
Tunika muskularis terdiri atas lapisan otot poloslongitudinal di sebelah dalam, dan otot
sirkuler di sebelah luar. Pada ujung distal uretra terdapat sfingter eksterna yang berupa otot
lurik.
Uretra pria lebih panjang dari wanita (15-20 cm), terbagi atas tiga daerah, yaitu: (1)
uretra prostatik, menembus kelenjar prostat, (2) uretra membranosa, menembus diafragma
urogenital, merupakan bagian yang terpendek, dan (3) uretra spongiosa/kavernosa, melintas
sepanjang penis, merupakan bagian yang terpanjang. Struktur epitelium uretra pria serupa
dengan wanita. Uretra membranosa mengandung sfingter eksterna pada tunika
muskularisnya.
Beberapa kelenjar seks aksesori dan struktur lain yang berhubungan dengan
reproduksi, menyalurkan produk/kandungannya ke dalam uretra. Pada uretra prostatik
terdapat muara-muara dari kelenjar prostat, vasikula seminalis dan duktus (vas) deferens.
Pada uretra spongiosa terdapat muara kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper).

Anda mungkin juga menyukai