Maftah Rozani
Abstract
Hadist terus dievaluasi sehingga nyaris tidak ada suatu disiplin ilmu yang tingkat kehati-hatiannya dalam
merujuk sumber, seteliti seperti yang dialami ilmu hadis. Ulama demikian ketat melakukan seleksi terhadap
hadist. Setelah diukur dari sisi bilangan sanad yang menghasilkan hadist mutawatir dan ahad dengan berbagai
pencabangannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang Hadist Mutawatir,
Masyhur dan Ahad. Status Wurud Dan Kehujjahan Hadist, Hukum hadist baik istilahi maupun ghairu istilahi
tidak seluruhnya dinyatakan shahih atau tidak shahih, tetapi tergantung kepada hasil penelitian atau
pemeriksaan para ulama. Akan tetapi hadist yang berkualitas shahih memiliki kelebihan untuk ditarjih.
Keywords: Hadist, Kualitas, Hukum
73
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
tidak ada suatu disiplin ilmu yang tingkat 50 orang, maka dipertengahan
kehati-hatiannya dalam merujuk sumber, sanadnya, sedikitnya mesti 50 rawi dan
seteliti seperti yang dialami ilmu hadis. diakhir sanad sahabat yang mendengar
Ulama demikian ketat melakukan seleksi dari Nabi SAW pun sedikitnya mesti 50
terhadap hadist. Setelah diukur dari sisi orang.
bilangan sanad yang menghasilkan hadist 3. Mesti menurut pertimbangan akal
mutawatir dan ahad dengan berbagai bahwa tidak bisa jadi rawi-rawi itu
pencabangannya. Oleh karena itu, dalam berkumpul bersama-sama, lalu mereka
makalah ini penulis akan memaparkan berdusta mengatakan itu sabda Nabi
tentang Hadist Mutawatir, Masyhur dan kita, maupun berkumpulnya itu dengan
Ahad. disengaja atau kebetulan.
74
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
diriwayatkan oleh orang banyak kepada )َم ْه ثُى َِي هللُ َمس ِْجذًا ثُى َِي هللا ُ نًَُ ثَ ْيتًب فِي ْان َجىَ ِخ (سَاي انتجشاوي
orang banyak. Artinya : Barang siapa mendirikan
Contoh : sebuah mesjid karena Allah, maka Allah akan
عهي ُمت َ َعمِ ذًافًه َيت َ َجُأ َمق َعذَيُ مهَ انىَب س
َ ة َ َم ْه كَذ mendirikan baginya sebuah rumah di surga
Artinya : Barang siapa berdusta atas (HR. Thabarani)
(nama)-ku dengan sengaja, maka 2. Mutawatir Ma‟nawi
hendaklah ia mengambil tempat duduknya Ma‟nawi artinya secara ma‟na. mutawatir
dari neraka ma‟nawi ialah mutawatir pada ma‟na, yaitu
beberapa riwayat yang berlainan, mengandung
Keterangan: satu hal atau satu sifat atau satu perbuatan.
a). Hadist ini diriwayatkan orang dari Ringkasnya, beberapa cerita yang tidak sama,
jalan seratus sahabat Nabi SAW. tetapi berisi satu ma‟na atau tujuan atau hadist
b) . Lafadz yang orang ceritakan hampir mutawatir ma‟nawi ialah hadist yang
semua bersamaan dengan contoh menyangkut amal perbuatan nabi, artinya
tersebut, diantaranya ada yang perbuatan nabi yang diriwayatkan oleh orang
berbunyi begini : banyak kepada orang banyak lagi. Seperti
)ًعهَي َمبنَ ْم اَقُ ُم فَ ْهيَتَجَ ُْأ َم ْق َعذَيُ مِهَ انى َِبس (اثه مبجَ َم ْه تَقُ ُْ ُل riwayat tentang prilaku Nabi terhadap
Artinya : Barang siapa lingkungan, cara Nabi menyapu atau mengusap
mengada-adakan omongan atas khuffain (mash „ala al khuffain), mengangkat
(nama)-ku sesuatu yang aku tidak kedua tangan dalam berdo‟a, tentang syafa‟at,
pernah katakan, maka hendaklah ia tentang memancarnya air dari jari-jari nabi, dan
mengambil tempat duduknya dari sebagainya.
neraka (Ibnu Majah) Diantara hadist yang mutawatir ma‟nanya,
Dan ada lagi begini : ialah hadist:
)َمه قبل عهي مبنم اقم فبنيتجُأ مقعذي مه انىبس (انحبكم Hadits-hadits yang menjelaskan agnatne
Artinya : Dan barang siapa agnetne taatnetngt taggagntm
berkata atas (nama)-ku sesuatu yang aku
tidak pernah aku katakan, maka hendaklah َِّللاَ
َّ رسُول َ َّ…أَن - صهّ هللا عهيً َسمم- ًِ َكبنَ الَ يَ ْش َف ُع يَذَ ْي
ia mengambil tempat duduknya dari neraka َ َ ِ ِّ إِالَّ ف، ًِ ِعبئ
ًِ فَإِوًَُّ كبنَ يَ ْشف ُع يَذَ ْي، ِاال ْستِ ْسقَبء َ ُ ش ّْءٍ م ِْه دَ ِّف
(Hakim) ًِ ط ْي َ بض إِ ْث
ُ َحتَّّ ي َُشِ ثَ َي
Maknanya semua sama. Perbedaan “Sesungguhnya Rasululloh SAW tidak
lafadz itu timbulnya boleh jadi karena nabi mengangkat kedua tangannya begitu tinggi
mengucapkannya beberapa kali. pada waktu berdoa, kecuali pada waktu berdoa
c). Dari ketiga contoh itu, tahulah kita memohon hujan, beliau mengangkat kedua
bahwa yang dinamakan Mutawatir tangannya sampai terlihat kedua ketiaknya
Lafdzi tidak mesti lafadznya semua yang putih.”
sama . Dalam redaksi pemberitaan yang lain
d). Hadist tersebut diriwayatkan oleh dengan makna yang sama, disebutkan:
berpuluh-puluh imam ahli hadist, ِ رسُو َل ه
َّللا َ ُرأَيْت
َ قَا َلأَن ٍَسع ْن َ …
-ملسو هيلع هللا ىلص- ِعبء َ ُّيَ ْشفَ ُع يَذَ ْي ًِ فِّ انذ
diantaranya: Bukhari, Muslim, Darimy, َ
ًِ بض إِ ْثط ْي ُ َحتَّّ يُ َشِ ثَ َي.
Abu Dawud, Ibnu Majah, Tarmidzi, “Dari sahabat Anas, dia berkata bahwa pernah
Ath-Tajalisy, Abu Hanifah, Thabarani melihat Rasululloh SAW mengangkat kedua
dan Hakim. tangannya pada waktu berdoa sampai terlihat
Selain dari hadits tersebut, ada banyak kedua ketiaknya yang putih.”
lagi yang temasuk dalam mutawatir lafdzi, Walaupun kedua hadits di atas berbeda
sebagaimana kata imam Sayuti redaksinya dan bahkan beberapa tgua gaidt
Berikut ini disebutkan hadist : ntne tunnnt kiet at u gtnnt g gaitnnt
)س ْج َعخُ اَح ُْشفٍ (سَاي انىسبئ َ ي َ َعه َ َِإنَ اْنقُ ْشﺁنَ ا َ ْوزَ ل tgt t tgua tgua ntne ggagggt gt ta
Artinya : Sesungguhnya Al-Qur‟an aggt u ntain agau u u tgta g tattn
diturunkan dengan tujuh huruf (HR. Nasai) gt ta segi maknanya, yaitu menjelaskan
75
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
keadaan Rasulullah mengangkat tangan hadist yang diriwayatkan oleh beberapa perawi
dalam berdoa, maka yang demikian adalah yang jumlahnya tidak mencapai batasan hadist
disebut hadits mutawatir at ntau. mutawwatir.
76
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
tingkat keakuratan riwayatnya mencapai selama hadis tersebut masuk kategori hadist
qath‟i (meyakinkan kebenaran beritanya), maqbul, atau memenuhi syarat diterimanya
sedang untuk hadist ahad, tingkat hadist. Para ulama banyak memberikan bukti
keakuratan riwayatnya hanya mencapai tentang kehujjahan hadist ahad.
zhanni (dugaan keras). Di antara dalil-dalil yang mereka gunakan
Karenanya, untuk mengetahui apakah adalah:
wurud (kedatangan) hadist ahad dapat a. Sejarah membuktikan bahwa Rasulullah
dipercaya ataukah tidak, maka terlebih SAW tatkala menyebarkan Islam kepada
dahulu sanad dan matannya harus diteliti. para pemimpin negeri atau para raja, beliau
Untuk hadist mutawatir, penelitian yang menunjuk dan mengutus satu atau dua
demikian itu tidak diperlukan karena sudah orang sahabat. Bahkan beliau pernah
pasti kebenaran wurud-nya. mengutus dua belas sahabat untuk
Sebagian ulama ada yang mengatakan berpencar menemui dua belas pemimpin
bahwa hadist ahad tidak dapat dijadikan saat itu untuk diajak menganut Islam.
dalil untuk menetapkan aqidah, sebab Kasus ini membuktikan bahwa khabar
aqidah berhubungan dengan keyakinan yang disampaikan atau dibawa oleh satu
haruslah berdasarkan dalil yang berstatus dua orang sahabat dapat dijadikan hujjah.
qath‟i. namun ada sebagian ulama yang Seandainya Rasulullah menilai jumlah
berpendapat bahwa hadist ahad berkualitas sedikit tidak cukup untuk menyampaikan
shohih berstatus qath‟I wurud. Beberapa informasi agama dan tidak dapat dijadikan
alasannya adalah sebagai berikut: sebagai pedoman niscaya beliau tidak akan
1) Sesuatu yang berstatus zhanni mengirim jumlah sedikit tersebut.
mempunyai kemungkinan mengandung Demikian kata Imam Syafi‟i.
kesalahan. Adapun hadist yang b. Dalam menyebarkan hukum syar‟i, kita
berkualitas shohih terhindar dari dapatkan juga bahwa Rasulullah mengutus
kesalahan. Hadist yang berkualitas satu orang untuk mensosialisasikan
shohih walaupun kategori ahad, maka hukum-hukum tersebut kepada para
memiliki status qath‟I wurud. sahabat yang kebetulan tidak mengetahui
2) Nabi Muhammad pernah mengutus hukum yang baru ditetapkan. Kasus
sejumlah muballigh ke berbagai daerah. pengalihan arah kiblat yang semula
Jumlah mereka tidak mencapai menghadap Baitul Maqdis di Palestina
mutawatir. Sekiranya penjelasan tentang kemudian dipindah ke arah kiblat (Ka‟bah)
agama harus berasal dari berita yang di Mekkah. Info pengalihan seperti ini
berkategori mutawatir, maka masyarakat disampaikan oleh seorang sahabat yang
tidak dibenarkan menerima dakwah dari kebetulan bersama Nabi SAW kemudian
muballigh yang diutus rosul. datang ke salah satu kaum yang saat itu
Walaupun ulama berbeda pendapat sedang melaksanakan shalat subuh lalu
dalam menetapkan status wurud untuk memberitahukan bahwa kiblat telah diubah
hadist ahad, namun kebanyakan mereka arah. Mendengar informasi seperti itu
sependapat bahwa hokum mengamalkan spontan mereka berputar arah untuk
hadist ahad yang shohih adalah wajib. menghadap ke Ka‟bah padahal mereka
Kecuali untuk hal-hal yang berhubungan tidak mendengar sendiri ayat yang turun
dengan aqidah, ulama berbeda. tentang hal itu. Imam Syafi‟i mengatakan,
2. Kehujjahan Hadist Ahad seandainya khabar satu orang yang dikenal
Hadist ahad dengan pembagiannya jujur tidak dapat diterima niscaya mereka
terkadang dapat dihukumi shahih, hasan, tidak akan menggubris informasi
atau dha‟if bergantung pada syarat-syarat pemindahan arah kiblat tersebut.
penerimaan hadist. Adapun kehujjahan c. Termasuk dalil yang digunakan Imam
hadist ahad, jumhur ulama sepakat bahwa Syafi‟i untuk membuktikan kehujjahan
hadist ahad dapat dijadikan sebagai hujjah, hadist ahad adalah hadist yang berbunyi:
77
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
وضش هللا امشا سمع مىب شيئب فجه ً كمب سمع فشة مجه َ َ ض ُّلىا َوأ
ضلُّىا َ َسب ُج َّه ًبَل فَسُئِلُىا فَأَفْت َْىا بِغَي ِْز ِع ْل ٍن ف ُ ٌَّال
ً بس ُر ُءو
“ أَعي مه سبمعSesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu
sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi
Artinya: Semoga Allah Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan
membaguskan wajah orang yang para ulama. Hingga bila sudah tidak tersisa
mendengar dari kami sebuah hadis lagi seorang pun ulama maka manusia akan
lalu ia menyampaikannya mengangkat pemimpin dari kalangan orang-
sebagaimana ia dengar, bisa jadi orang yang bodoh. Lalu mereka ditanya, maka
orang yang disampaikan lebih mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka
memahami dari pada orang yang sesat dan menyesatkan.”
mendengar. Hadits ini berasal dari 4 orang sahabat:
Anjuran Rasulullah SAW untuk Abdullah bin Amr bin Al-Ash (riwayat Al-
menghafal lalu menyampaikan pada Bukhari dan Muslim), Aisyah, Ziyad bin Labid
orang lain menunjukkan bahwa khabar (keduanya disebutkan oleh At-Tirmizi), dan
atau hadist yang dibawa orang tersebut Abu Hurairah (dalam riwayat Ath-Thabrani
dapat diterima dan sekaligus dapat dalam Al-Ausath). Maka pada thabaqah
dijadikan sebagai dalil. Ulama hadist sahabat sudah ada 4 orang, dan ini sesuai
sampai abad ke 3 H belum memberikan dengan definisi masyhur yaitu hadits yang
definisi kesahihan hadist secara jelas. diriwayatkan oleh 3 orang atau lebih, selama
Imam Syafi‟I yang pertama tidak mencapai derajat mutawatir.
mengemukakan penjelasan lebih Pengertian lain tentang hadist masyhur,
konkrit dan terurai tentang riwayat maksudnya yaitu hadist masyhur dipahami
hadist yang dapat dijadikan hujjah. sebagai suatu hadist yang telah dikenal
Dalil beliau menyatakan hadist ahad dikalangan para ahli ilmu tertentu atau
tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali dikalangan masyarakat umum tanpa
memenuhi 2 syarat: memperhatikan ketentuan syarat di atas, yakni
1). Diriwayatkan oleh orang yang banyaknya perawi yang meriwayatkannya,
Tsiqah ( „adil dan dhabit ) sehingga kemungkinannya hanya mempunyai
2). Rangkaian riwayatnya bersambung satu jalur sanad saja atau bahkan tidak berasal
sampai kepada nabi (bersanad) sekalipun.
78
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
79
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019
80
Ahmad K., Abdullah A., Eko Andy S., Hadist Ditinjau Dari Kualitas ....
Bibliography
81
Ahmad K., Abdullah A., Eko Andy S., Hadist Ditinjau Dari Kualitas ....
82