Anda di halaman 1dari 10

Maftah Rozani, Hadist Ditinjau Dari Kualitas ....

HADIST DITINJAU DARI KUALITAS SANAD


DALAM PROSES ISTIMBATH HUKUM

Maftah Rozani

STAI Badrus Sholeh Kediri

Abstract
Hadist terus dievaluasi sehingga nyaris tidak ada suatu disiplin ilmu yang tingkat kehati-hatiannya dalam
merujuk sumber, seteliti seperti yang dialami ilmu hadis. Ulama demikian ketat melakukan seleksi terhadap
hadist. Setelah diukur dari sisi bilangan sanad yang menghasilkan hadist mutawatir dan ahad dengan berbagai
pencabangannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang Hadist Mutawatir,
Masyhur dan Ahad. Status Wurud Dan Kehujjahan Hadist, Hukum hadist baik istilahi maupun ghairu istilahi
tidak seluruhnya dinyatakan shahih atau tidak shahih, tetapi tergantung kepada hasil penelitian atau
pemeriksaan para ulama. Akan tetapi hadist yang berkualitas shahih memiliki kelebihan untuk ditarjih.
Keywords: Hadist, Kualitas, Hukum

PENDAHULUAN Qur‟an sudah dibukukan pada sekitar tahun 22


Eksistensi hadis sebagai sumber Hijriyah. Disinyalir pula, sebelum Nabi wafat,
hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur‟an posisi dan sistematika Al-Qur‟an telah tersusun
tidak dapat diragukan lagi. Namun karena dengan bak. Kondisi ini sangat berbeda dengan
proses transmisi hadis berbeda dengan apa yang dialami hadist.
proses Al-Qur‟an, maka dalam proses Untuk kepentingan netralisasi dan
penerimaannya tentu mengalami berbagai sterelisasi hadist, dalam proses dan
persoalan serius yang membedakannya perkembangan selanjutnya para ulama hadist
dengan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an tertransmisi melakukan upaya serius berupa penyeleksian
kepada ummat Islam dengan cara terhadap hadist dengan menilai para perawi
mutawatir. Selain itu, dari sisi kodifikasi, hadist dari berbagai thabaqat secara ketat.
masa pengkodifikasian hadist jauh lebih Setelah proses ini pun dilalui, hadist tidak
lama setelah Nabi wafat dibandingkan secara otomatis selamat dan langsung dipakai
dengan Al-Qur‟an. Hadist dikodifikasi pada atau dijadikan rujukan dalam penetapan hukum
awal abad kedua Hijriyah, sedangkan Al- Islam. Hadist terus dievaluasi sehingga nyaris

73
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

tidak ada suatu disiplin ilmu yang tingkat 50 orang, maka dipertengahan
kehati-hatiannya dalam merujuk sumber, sanadnya, sedikitnya mesti 50 rawi dan
seteliti seperti yang dialami ilmu hadis. diakhir sanad sahabat yang mendengar
Ulama demikian ketat melakukan seleksi dari Nabi SAW pun sedikitnya mesti 50
terhadap hadist. Setelah diukur dari sisi orang.
bilangan sanad yang menghasilkan hadist 3. Mesti menurut pertimbangan akal
mutawatir dan ahad dengan berbagai bahwa tidak bisa jadi rawi-rawi itu
pencabangannya. Oleh karena itu, dalam berkumpul bersama-sama, lalu mereka
makalah ini penulis akan memaparkan berdusta mengatakan itu sabda Nabi
tentang Hadist Mutawatir, Masyhur dan kita, maupun berkumpulnya itu dengan
Ahad. disengaja atau kebetulan.

HASIL PENELITIAN DAN Kriteria Hadist Mutawatir


PEMBAHASAN Dari pengertian di atas, dapat dipahami
Hadist Mutawatir bahwa sebuah hadist hanya boleh dikategorikan
Pengertian Hadist Mutawatir sebagai mutawatir jika hadist tersebut
Menurut bahasa, kata al-mutawatir memenuhi empat kriteria atau syarat. Keempat
adalah isim fa‟il berasal dari mashdar ”al- kriteria itu adalah:
tawatur´ semakna dengan ”at-tatabu‟u” 1. Diriwayatkan oleh banyak perawi.
yang berarti berturut-turut atau beriring- Terdapat banyak pendapat yang berbeda
iringan seperti kata “tawatara al-matharu” tentang jumlah minimal rawi
yang berarti hujan turun berturut-turut. mutawatir,dan tidak ada pembatasan
Menurut istilah, hadis mutawatir adalah yang tetap. Namun pendapat yang
hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah terpilih adalah minimal sepuluh perawi
perawi pada semua thabaqat (generasi) 2. Adanya jumlah yang banyak pada setiap
yang menurut akal dan adat kebiasaan tidak tingkatan sanadnya
mungkin mereka bersepakat untuk 3. (‫)طجقخ انسىذ‬. Jika jumlah banyak tersebut
berdusta. hanya pada sebagian sanadnya saja
Adapun hadis mutawatir menurut istilah maka tidak dinamakan mutawatir, tetapi
ulama hadis adalah dinamakan ahad atau wahid.
ُ‫ت في ِ ان َعبدَ ِح اِ َحبنَخ‬
ُ ‫عذَد ٌ َج ٌّم ي ُِج‬ ُ ‫ع ْه َم ْح‬
َ ُ‫س ُْ ٍس َس ََاي‬ َ ‫ُح َُ َخج ٌْش‬ 4. Dengan jumlah yang banyak itu, rawi-
ْ
ِ‫عهّ ان َك ِزة‬ ُ
َ ‫اِ ْجتِ َمب ِع ٍِ ْم َ ت ََُاطئِحِ ْم‬ rawi tersebut mustahil bersepakat untuk
Khabar yang di dasarkan pada berdusta.
pancaindra yang di kabarkan oleh sejumlah 5. Periwayatan hadist tersebut dengan
orang yang mustahil menurut adat mereka menggunakan indra. Seperti perkataan
bersepekat untuk mengkabarkan berita itu “kami telah mendengar”, atau “kami
dengan dusta telah mendengar”,atau “kami telah
Dalam ilmu Hadist maksudnya ialah menyentuh”. Jika periwayatannya
hadist yang diriwayatkan dengan banyak dengan berdasarkan pemikiran maka
sanad yang berlainan rawi-rawinya serta hadist tersebut tidak digolongkan hadist
mustahil mereka itu dapat berkumpul jadi mutawatir.
satu untuk berdusta mengadakan hadist itu.
Pengertian di atas, kalau kita pecah- Klasifikasi Hadist Mutawatir
pecah akan terdapat tiga syarat bagi Hadist mutawatir terdiri dari 2 macam, yakni:
Mutawatir yaitu: 1. Mutawatir Lafdzi
1. Mesti banyak sanadnya. Lafdzi artinya secara lafadz. Jadi
2. Mesti sama banyak rawinya dari Mutawatir Lafdzi itu ialah Mutawatir yang
permulaan sanad-sanad sampai akhir lafadz hadistnya sama atau bersamaan atau
sanad-sanad, umpamanya: hadist mutawatir yang berkaitan dengan lafal
dipermulaan sanad yang mencatat perkataan Nabi. Artinya perkataan Nabi yang

74
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

diriwayatkan oleh orang banyak kepada )‫َم ْه ثُى َِي هللُ َمس ِْجذًا ثُى َِي هللا ُ نًَُ ثَ ْيتًب فِي ْان َجىَ ِخ (سَاي انتجشاوي‬
orang banyak. Artinya : Barang siapa mendirikan
Contoh : sebuah mesjid karena Allah, maka Allah akan
‫عهي ُمت َ َعمِ ذًافًه َيت َ َجُأ َمق َعذَيُ مهَ انىَب س‬
َ ‫ة‬ َ ‫َم ْه كَذ‬ mendirikan baginya sebuah rumah di surga
Artinya : Barang siapa berdusta atas (HR. Thabarani)
(nama)-ku dengan sengaja, maka 2. Mutawatir Ma‟nawi
hendaklah ia mengambil tempat duduknya Ma‟nawi artinya secara ma‟na. mutawatir
dari neraka ma‟nawi ialah mutawatir pada ma‟na, yaitu
beberapa riwayat yang berlainan, mengandung
Keterangan: satu hal atau satu sifat atau satu perbuatan.
a). Hadist ini diriwayatkan orang dari Ringkasnya, beberapa cerita yang tidak sama,
jalan seratus sahabat Nabi SAW. tetapi berisi satu ma‟na atau tujuan atau hadist
b) . Lafadz yang orang ceritakan hampir mutawatir ma‟nawi ialah hadist yang
semua bersamaan dengan contoh menyangkut amal perbuatan nabi, artinya
tersebut, diantaranya ada yang perbuatan nabi yang diriwayatkan oleh orang
berbunyi begini : banyak kepada orang banyak lagi. Seperti
)ً‫عهَي َمبنَ ْم اَقُ ُم فَ ْهيَتَجَ ُْأ َم ْق َعذَيُ مِهَ انى َِبس (اثه مبج‬َ ‫َم ْه تَقُ ُْ ُل‬ riwayat tentang prilaku Nabi terhadap
Artinya : Barang siapa lingkungan, cara Nabi menyapu atau mengusap
mengada-adakan omongan atas khuffain (mash „ala al khuffain), mengangkat
(nama)-ku sesuatu yang aku tidak kedua tangan dalam berdo‟a, tentang syafa‟at,
pernah katakan, maka hendaklah ia tentang memancarnya air dari jari-jari nabi, dan
mengambil tempat duduknya dari sebagainya.
neraka (Ibnu Majah) Diantara hadist yang mutawatir ma‟nanya,
Dan ada lagi begini : ialah hadist:
)‫َمه قبل عهي مبنم اقم فبنيتجُأ مقعذي مه انىبس (انحبكم‬ Hadits-hadits yang menjelaskan agnatne‎ ‎
Artinya : Dan barang siapa ‎agnetne ta‎atnetn‎gt ta‎ggagntm
berkata atas (nama)-ku sesuatu yang aku
tidak pernah aku katakan, maka hendaklah ‎ِ‫َّللا‬‎َ
َّ ‫رسُول‬‎ َ َّ‫…أَن‬‎ - ‫صهّ هللا عهيً َسمم‬- ًِ ‫َكبنَ الَ يَ ْش َف ُع يَذَ ْي‬
ia mengambil tempat duduknya dari neraka َ َ ِ ِّ‫ إِالَّ ف‬، ًِ ِ‫عبئ‬
ًِ ‫ فَإِوًَُّ كبنَ يَ ْشف ُع يَذَ ْي‬، ِ‫اال ْستِ ْسقَبء‬ َ ُ ‫ش ّْءٍ م ِْه د‬َ ِّ‫ف‬
(Hakim) ًِ ‫ط ْي‬ َ ‫بض إِ ْث‬
ُ ‫َحتَّّ ي َُشِ ثَ َي‬
Maknanya semua sama. Perbedaan “Sesungguhnya Rasululloh SAW tidak
lafadz itu timbulnya boleh jadi karena nabi mengangkat kedua tangannya begitu tinggi
mengucapkannya beberapa kali. pada waktu berdoa, kecuali pada waktu berdoa
c). Dari ketiga contoh itu, tahulah kita memohon hujan, beliau mengangkat kedua
bahwa yang dinamakan Mutawatir tangannya sampai terlihat kedua ketiaknya
Lafdzi tidak mesti lafadznya semua yang putih.”
sama . Dalam redaksi pemberitaan yang lain
d). Hadist tersebut diriwayatkan oleh dengan makna yang sama, disebutkan: ‎
berpuluh-puluh imam ahli hadist, ِ ‫رسُو َل ه‬‎
‎‫َّللا‬‎ َ ُ‫رأَيْت‬‎
َ ‫قَا َل‬‎‫أَن ٍَس‬‎‫ع ْن‬ َ …
‎ -‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ِ‫عبء‬ َ ُّ‫يَ ْشفَ ُع يَذَ ْي ًِ فِّ انذ‬
diantaranya: Bukhari, Muslim, Darimy, َ
ًِ ‫بض إِ ْثط ْي‬ ُ ‫ َحتَّّ يُ َشِ ثَ َي‬.
Abu Dawud, Ibnu Majah, Tarmidzi, “Dari sahabat Anas, dia berkata bahwa pernah
Ath-Tajalisy, Abu Hanifah, Thabarani melihat Rasululloh SAW mengangkat kedua
dan Hakim. tangannya pada waktu berdoa sampai terlihat
Selain dari hadits tersebut, ada banyak kedua ketiaknya yang putih.”
lagi yang temasuk dalam mutawatir lafdzi, Walaupun kedua hadits di atas berbeda
sebagaimana kata imam Sayuti redaksinya dan bahkan beberapa ‎ tgua ‎ gaidt‎ ‎
Berikut ini disebutkan hadist : ntne‎ tunnnt‎ kiet‎ at u ‎ gtnnt ‎ g gaitnnt‎
)‫س ْج َعخُ اَح ُْشفٍ (سَاي انىسبئ‬ َ ‫ي‬ َ َ‫عه‬ َ َ‫ِإنَ اْنقُ ْشﺁنَ ا َ ْوزَ ل‬ tgt t ‎ tgua ‎ tgua ‎ ntne‎ ggagggt‎ gt ta‎
Artinya : Sesungguhnya Al-Qur‟an aggt u ‎ ntain‎ agau u u‎ tgta‎ g tattn‎
diturunkan dengan tujuh huruf (HR. Nasai) ‎ ‎gt ta‎ segi maknanya, yaitu menjelaskan

75
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

keadaan Rasulullah mengangkat tangan hadist yang diriwayatkan oleh beberapa perawi
‎dalam berdoa, maka yang demikian adalah yang jumlahnya tidak mencapai batasan hadist
disebut hadits mutawatir ‎at ntau.‎ mutawwatir.

Status Wurud Dan Kehujjahan Hadist Kriteria Hadist Ahad


Mutawatir 1) hadits yang diriwayatkan oleh satu, atau
Menurut para ulama, sebuah hadist dua perawi dari satu atau dua perawi
mutawatir diriwayatkan oleh sejumlah besar yang lain sampai bersambung kepada
perawi di setiap generasi sudah cukup bukti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
sebagai riwayat yang terpercaya atau 2) Hadits yang tidak sampai kepada
shahih. Sebuah hadist mutawatir, menurut tingkatan hadits mutawatir.
para ulama, hanya untuk dipraktikkan, 3) hadits yang tidak terkumpul di dalamnya
sedang historisasinya tidak perlu syarat-syarat hadits mutawatir.
didiskusikan. Para ulama berbeda pendapat
mengenai jumlah perawi pada setiap Klasifikasi Hadist Ahad
tingkatan yang harus dipenuhi oleh sebuah Hadist ahad bila ditinjau dari segi jumlah
hadist mutawatir. perawi dalam sanadnya dibagi menjadi 3
Beberapa ulama menentukan jumlah macam, yaitu Hadist Masyhur, Hadist Aziz,
sampai tujuh puluh, ada yang empat puluh, dan Hadist Gharib.
ada yang dua belas, dan bahkan ada ulama 1. Hadist Masyhur
yang mengatakan cukup empat. Tidak ada Hadist masyhur adalah hadist yang
perbedaan pendapat di kalangan sarjana diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi
muslim tentang kehujahan (otoritas dan belum mencapai batasan mutawatir.
argumentasi) hadist mutawatir. Hadist 2. Hadist Aziz
mutawatir memfaedahkan ilmu dharuri ( Hadist aziz adalah hadist yang diriwayatkan
yakin ). Kebanyakan ulama berpendapat oleh dua atau tiga perawi dalam salah
bahwa keyakinan yang di dapat dari hadist satu thabaqahnya atau sanad,walaupun
mutawatir sama dengan keyakinan yang dalam satu tingkatan sanad saja. Ini
kita dapati dari melihat dengan mata adalah definisi Ibn Shalah dan diikuti
sendiri. Oleh karena itu para ulama pula oleh Imam Nawawi.
bersepakat bahwa hadist mutawatir itu 3. Hadist gharib
berstatus qath‟i wurud ( pasti ). Dengan Hadist gharib adalah hadist yang hanya
demikian hadist mutawatir menduduki diriwayatkan oleh satu orang dalam
tingkatan teratas dibandingkan dengan salah satu thabaqahnya. Dinamakan
hadist-hadist yang lainnya. Sehingga sudah demikian karena ia nampak menyendiri,
pasti hadist mutawatir dapat dijadikan seakan-akan terasing dari yang lain atau
hujjah bagi kaum muslimin. jauh dari tataran masyhur apalagi
mutawatir.
Hadist Ahad
Pengertian Hadist Ahad Status Wurud Dan Kehujjahan Hadist Ahad
Menurut bahasa kata “ahad” bentuk 1. Status Wurud Hadist Ahad
plural (jama‟) dari kata “ahad” yang berarti: Hadist ahad memiliki faedah “nadhariy”.
satu (hadist wahid) berarti hadis yang Yakni ia masih merupakan ilmu yang masih
diriwayatkan satu perawi. memerlukan penyelidikan dan pembuktian
Menurut istilah, hadist ahad adalah: lebih lanjut. Jumlah periwayat yang terlibat
‫ٌ َُُ َمبنَ ْم َيجْ َم ُع ش ُُش َْطُ اْن ُمت ََُات ِْش‬ pada hadist ahad untuk setiap (tsabaqah)
Artinya: Hadis yang tidak memenuhi sanadnya tidak sebanyak jumlah periwayat
syarat-syarat untuk menjadi hadis pada hadist mutawwatir. Akibatnya, tingkat
mutawwatir. keakuratan riwayat hadist ahad tidak setinggi
Yang dimaksud hadist ahad adalah hadist mutawwatir. Untuk hadist mutawatir

76
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

tingkat keakuratan riwayatnya mencapai selama hadis tersebut masuk kategori hadist
qath‟i (meyakinkan kebenaran beritanya), maqbul, atau memenuhi syarat diterimanya
sedang untuk hadist ahad, tingkat hadist. Para ulama banyak memberikan bukti
keakuratan riwayatnya hanya mencapai tentang kehujjahan hadist ahad.
zhanni (dugaan keras). Di antara dalil-dalil yang mereka gunakan
Karenanya, untuk mengetahui apakah adalah:
wurud (kedatangan) hadist ahad dapat a. Sejarah membuktikan bahwa Rasulullah
dipercaya ataukah tidak, maka terlebih SAW tatkala menyebarkan Islam kepada
dahulu sanad dan matannya harus diteliti. para pemimpin negeri atau para raja, beliau
Untuk hadist mutawatir, penelitian yang menunjuk dan mengutus satu atau dua
demikian itu tidak diperlukan karena sudah orang sahabat. Bahkan beliau pernah
pasti kebenaran wurud-nya. mengutus dua belas sahabat untuk
Sebagian ulama ada yang mengatakan berpencar menemui dua belas pemimpin
bahwa hadist ahad tidak dapat dijadikan saat itu untuk diajak menganut Islam.
dalil untuk menetapkan aqidah, sebab Kasus ini membuktikan bahwa khabar
aqidah berhubungan dengan keyakinan yang disampaikan atau dibawa oleh satu
haruslah berdasarkan dalil yang berstatus dua orang sahabat dapat dijadikan hujjah.
qath‟i. namun ada sebagian ulama yang Seandainya Rasulullah menilai jumlah
berpendapat bahwa hadist ahad berkualitas sedikit tidak cukup untuk menyampaikan
shohih berstatus qath‟I wurud. Beberapa informasi agama dan tidak dapat dijadikan
alasannya adalah sebagai berikut: sebagai pedoman niscaya beliau tidak akan
1) Sesuatu yang berstatus zhanni mengirim jumlah sedikit tersebut.
mempunyai kemungkinan mengandung Demikian kata Imam Syafi‟i.
kesalahan. Adapun hadist yang b. Dalam menyebarkan hukum syar‟i, kita
berkualitas shohih terhindar dari dapatkan juga bahwa Rasulullah mengutus
kesalahan. Hadist yang berkualitas satu orang untuk mensosialisasikan
shohih walaupun kategori ahad, maka hukum-hukum tersebut kepada para
memiliki status qath‟I wurud. sahabat yang kebetulan tidak mengetahui
2) Nabi Muhammad pernah mengutus hukum yang baru ditetapkan. Kasus
sejumlah muballigh ke berbagai daerah. pengalihan arah kiblat yang semula
Jumlah mereka tidak mencapai menghadap Baitul Maqdis di Palestina
mutawatir. Sekiranya penjelasan tentang kemudian dipindah ke arah kiblat (Ka‟bah)
agama harus berasal dari berita yang di Mekkah. Info pengalihan seperti ini
berkategori mutawatir, maka masyarakat disampaikan oleh seorang sahabat yang
tidak dibenarkan menerima dakwah dari kebetulan bersama Nabi SAW kemudian
muballigh yang diutus rosul. datang ke salah satu kaum yang saat itu
Walaupun ulama berbeda pendapat sedang melaksanakan shalat subuh lalu
dalam menetapkan status wurud untuk memberitahukan bahwa kiblat telah diubah
hadist ahad, namun kebanyakan mereka arah. Mendengar informasi seperti itu
sependapat bahwa hokum mengamalkan spontan mereka berputar arah untuk
hadist ahad yang shohih adalah wajib. menghadap ke Ka‟bah padahal mereka
Kecuali untuk hal-hal yang berhubungan tidak mendengar sendiri ayat yang turun
dengan aqidah, ulama berbeda. tentang hal itu. Imam Syafi‟i mengatakan,
2. Kehujjahan Hadist Ahad seandainya khabar satu orang yang dikenal
Hadist ahad dengan pembagiannya jujur tidak dapat diterima niscaya mereka
terkadang dapat dihukumi shahih, hasan, tidak akan menggubris informasi
atau dha‟if bergantung pada syarat-syarat pemindahan arah kiblat tersebut.
penerimaan hadist. Adapun kehujjahan c. Termasuk dalil yang digunakan Imam
hadist ahad, jumhur ulama sepakat bahwa Syafi‟i untuk membuktikan kehujjahan
hadist ahad dapat dijadikan sebagai hujjah, hadist ahad adalah hadist yang berbunyi:

77
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

‫وضش هللا امشا سمع مىب شيئب فجه ً كمب سمع فشة مجه‬ َ َ ‫ض ُّلىا َوأ‬
‫ضلُّىا‬ َ َ‫سب ُج َّه ًبَل فَسُئِلُىا فَأَفْت َْىا بِغَي ِْز ِع ْل ٍن ف‬ ُ ٌَّ‫ال‬
ً ‫بس ُر ُءو‬
‫“ أَعي مه سبمع‬Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu
sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi
Artinya: Semoga Allah Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan
membaguskan wajah orang yang para ulama. Hingga bila sudah tidak tersisa
mendengar dari kami sebuah hadis lagi seorang pun ulama maka manusia akan
lalu ia menyampaikannya mengangkat pemimpin dari kalangan orang-
sebagaimana ia dengar, bisa jadi orang yang bodoh. Lalu mereka ditanya, maka
orang yang disampaikan lebih mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka
memahami dari pada orang yang sesat dan menyesatkan.”
mendengar. Hadits ini berasal dari 4 orang sahabat:
Anjuran Rasulullah SAW untuk Abdullah bin Amr bin Al-Ash (riwayat Al-
menghafal lalu menyampaikan pada Bukhari dan Muslim), Aisyah, Ziyad bin Labid
orang lain menunjukkan bahwa khabar (keduanya disebutkan oleh At-Tirmizi), dan
atau hadist yang dibawa orang tersebut Abu Hurairah (dalam riwayat Ath-Thabrani
dapat diterima dan sekaligus dapat dalam Al-Ausath). Maka pada thabaqah
dijadikan sebagai dalil. Ulama hadist sahabat sudah ada 4 orang, dan ini sesuai
sampai abad ke 3 H belum memberikan dengan definisi masyhur yaitu hadits yang
definisi kesahihan hadist secara jelas. diriwayatkan oleh 3 orang atau lebih, selama
Imam Syafi‟I yang pertama tidak mencapai derajat mutawatir.
mengemukakan penjelasan lebih Pengertian lain tentang hadist masyhur,
konkrit dan terurai tentang riwayat maksudnya yaitu hadist masyhur dipahami
hadist yang dapat dijadikan hujjah. sebagai suatu hadist yang telah dikenal
Dalil beliau menyatakan hadist ahad dikalangan para ahli ilmu tertentu atau
tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali dikalangan masyarakat umum tanpa
memenuhi 2 syarat: memperhatikan ketentuan syarat di atas, yakni
1). Diriwayatkan oleh orang yang banyaknya perawi yang meriwayatkannya,
Tsiqah ( „adil dan dhabit ) sehingga kemungkinannya hanya mempunyai
2). Rangkaian riwayatnya bersambung satu jalur sanad saja atau bahkan tidak berasal
sampai kepada nabi (bersanad) sekalipun.

Hadist Masyhur Klasifikasi Hadist Masyhur


Pengertian Hadist Masyhur Dalam istilah hadist, masyhur terbagi menjadi
Hadist masyhur menurut bahasa yaitu dua macam, yaitu sebagai berikut:
kata “Masyhur” berbentuk isim maf‟ul dari 1) Masyhur Istilahi
kata “syaharats Al-Amru” yang berarti Masyhur istilahi adalah hadist yang
sesuatu yang telah terkenal setelah diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih pada
disebarluaskan dan ditampakkan setiap tingkatan ( thabaqat ) pada beberapa
dipermukaan. Menurut istilah hadist tingkatan sanad, tetapi tidak mencapai
masyhur adalah hadist yang diriwayatkan kriteria mutawatir.
oleh lebih dari tiga perawi dan belum 2) Masyhur Ghairu Istilahi
mencapai batasan mutawatir. Apabila Masyhur ghairu istilahi adalah hadist yang
dalam salah satu thabaqahnya (jenjang) popular pada ungkapan lisan (para ulama ),
dari thabaqat sanad terdapat tiga perawi tanpa ada persyaratan yang definitive.
maka hadist tersebut dikategorikan hadist Hadist masyhur ghairu istilahi adalah
masyhur, sekalipun pada thabaqah sebelum hadist yang popular atau terkenal dikalangan
atau sesudahnya terdapat banyak perawi. golongan atau kelompok orang tertentu,
Contoh Hadits Masyhur sekalipun jumlah periwayat dalam sanad tidak
ْ‫َّللاَ ََل يَ ْقبِضُ ا ْل ِع ْل َن ا ًْتِ َزاعًب يٌَْت َِزعُه ُ ِهيْ ا ْل ِعبَب ِد َولَ ِكي‬
َّ َّ‫إِى‬ mencapai 3 orang atau lebih. Di antara
َ‫ْق عَبلِ ًوب ات َّ َخذ‬ ِ ْ‫ب‬ُ ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬‫إ‬
ِ ‫َّى‬ ‫ت‬ ‫ح‬
َ ِ‫بء‬ ‫و‬
َ َ ‫ل‬ُ ‫ع‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ْض‬ِ ‫ب‬ َ ‫ق‬‫ب‬ ‫ن‬
ِ َ ْ
‫ل‬ ‫ع‬
ِ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ُ‫ض‬ ‫يَ ْق ِب‬ kelompok hadist masyhur yang popular

78
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

dikalangan ulama tertentu, diantaranya ulama- ulama hanafiyah menjadikannya lebih


ialah: tinggi dari hadist ahad yang lain, yang tidak
 Masyhur menurut ahli hadist saja, seperti masyhur. Mereka menjadikan hadist masyhur
hadist yang diriwayatkan Anas ra: antara mutawatir dengan ahad. Sebagian ulama
ُُ‫ش ٍْ ًشا يَذْع‬ ُ َ ‫سهَ ْم ثَ ْعذ‬
َ ِ‫انشكُ ُْع‬ َ ََ ًِ ‫عهَ ْي‬
َ ُ‫ص َهي هللا‬ َ ‫قُ ْىتُ انىَجِي‬ menjelaskan bahwa penamaan hadist sebagai
‫عهَي َسع ٍْم ََرَ ْك َُا ٌن‬ َ masyhur tidak dilihat dari jumlah
Artinya: Bahwa Nabi saw pernah periwayatnya, tetapi dilihat dari popularitasnya
membaca doa qunut setelah ruku‟ di kalangan masyarakat tertentu.
selama satu bulan untuk mendoakan Dengan demikian ada hadist masyhur
keluarga Ri‟il dan Dzakwan (HR. dikalangan ulama fiqih, ilmu kalam, ilmu
Bukhari Muslim). hadist, maupun dikalangan masyarakat.
 Masyhur menurut ahli hadist, ulama Pengertian hadist masyhur seperti itu tidak
lain, dan masyarakat umum, seperti menjadikan hadist yang bersangkutan terlepas
hadist: statusnya sebagai hadist ahad. Karena hadist
َ ‫سهَ َم ْان ُم ْس ِه ُم ُْنَ م ِْه ِن‬
ِ‫سبوِ ًِ ََ َي ِذي‬ َ ‫ا َ ْن ُم ْس ِه ُم َم ْه‬ ahad ada yang berstatus zhanni dan yang
Artinya: Seorang muslim adalah berstatus wurud. Jadi tetap diperlukan
orang yang menyelamatkan sesama penelitian terhadap kualitas sanad dan
orang muslim dari gangguan lisan dan matannya.
tangannya (HR. Muttafaq „alaih) Hukum hadist masyhur baik istilahi
 Masyhur menurut ulama fiqih, seperti maupun ghairu istilahi tidak seluruhnya
hadist: dinyatakan shahih atau tidak shahih, tetapi
‫طالَ ُق‬ ِ َ‫َط ْان َحالَ ِل ِع ْىذ‬
َّ ‫هللا ان‬ ُ ‫أ ْث‬ tergantung kepada hasil penelitian atau
Artinya: Perbuatan halal yang paling pemeriksaan para ulama. Sebagian hadist
dibenci Allah adalah talaq masyhur adakalanya shahih, hasan, atau dha‟if
 Masyhur menurut ulama ushul fiqih, bahkan ada yang bernilai maudhu‟. Akan tetapi
seperti hadist: hadist masyhur yang berkualitas shahih
َ ‫طب َء ََ انىِ ْسيَب ُن ََ َمب اِ ْست َ ْك َشٌُُا‬
ًِ ‫عهَ ْي‬ َ ‫ع ْه أ ُ َمتِي ْان َخ‬ َ ‫َس ْف ُع‬ memiliki kelebihan untuk ditarjih
Artinya: Terangkat (dosa) dari (diunggulkan). Maka hokum hadist masyhur
umatku, kekeliruan, lupa, dan yang berkualitas shahih dapat dijadikan hujjah
perbuatan yang mereka kerjakan sebagaimana hadist ahad yang shohih. Adapun
karena terpaksa hadist masyhur istilahi lebih kuat daripada
 Masyhur menurut ahli nahwu, seperti kesahihan hadist aziz dan gharib yang hanya
hadist: diriwayatkan oleh satu atau dua orang perowi
ُ ً‫ص‬َ ‫َف هللاُ نَ ْم يَ ْع‬ ُ ‫ْت نَ ُْنَ ْم يَخ‬ ُ ‫ص ٍِي‬ َ ُ ‫وِ ْع َم ْانعَ ْجذ‬ saja.
Artinya: Sebaik-baik hamba Allah
Shuhaib, walaupun dia tidak takut KESIMPULAN
Allah, dia tidak berbuat maksiat Hadis mutawatir adalah hadist yang
 Masyhur menurut masyarakat umum, diriwayatkan oleh sejumlah perawi pada semua
seperti hadist: thabaqat (generasi) yang menurut akal dan adat
‫طبن‬َ ‫ش ْي‬ َ ‫ا َ ْنعَ ِجهَخُ مِهَ ان‬ kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat
Artinya: Sikap (tindakan) tergesa- untuk berdusta. Kriteria hadist mutawatir:
gesa adalah sebagian dari (perbuatan) Diriwayatkan oleh banyak perawi. Adanya
syaitan jumlah yang banyak pada setiap tingkatan
sanadnya Dengan jumlah yang banyak itu,
Status Wurud Dan Kehujjahan Hadist rawi-rawi tersebut mustahil bersepakat untuk
Masyhur berdusta. Periwayatan hadist tersebut dengan
Hadist masyhur disambut baik oleh menggunakan indra. Klasifikasi hadist
ulama abad kedua dan abad ketiga, dan mutawatir yaitu ada mutawatir lafdzi dan
telah terkenal baik diantara mereka, maknawi. Status kehujjahan hadist mutawatir
walaupun dipandang hadist ahad, namun yaitu para ulama bersepakat bahwa

79
Jurnal . Volume 03 Nomor 02 Tahun 2019

hadismutawatir dapat digunakan sebagai


hujjah, karena mutawatir berstatus qhat‟
wurud atau Pasti kebenarannya.
Hadist ahad adalah hadist yang
diriwayatkan oleh beberapa perawi yang
umlahnya tidak mencapai batasan hadist
mutawwatir. Kriteria Hadist Ahad hadits
yang diriwayatkan oleh satu, atau dua
perawi dari satu atau dua perawi yang lain
sampai bersambung kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits yang
tidak sampai kepada tingkatan hadits
mutawatir. hadits yang tidak terkumpul di
dalamnya syarat-syarat hadits mutawatir.
Klasifikasi Hadist Ahad: Hadist masyhur,
Hadist aziz, Hadist gharib. Status Wurud
Dan Kehujjahan Hadist Ahad memiliki
faedah “nadhariy”. Yakni ia masih
merupakan ilmu yang masih memerlukan
penyelidikan dan pembuktian lebih lanjut.
Adapun hadist ahad yang shohih, dapat
berstatus qhat‟I wurud dan dapat dijadikan
hujjah, namun bila hadist itu tidak shohih
maka tidak bisa dijadikan hujjah.
Hadist masyhur adalah hadist yang
diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi dan
belum mencapai batasan mutawatir
Klasifikasi Hadist Masyhur Dalam istilah
hadist, masyhur terbagi menjadi dua
macam, yaitu sebagai berikut:, Masyhur
Istilahi, Masyhur Ghairu Istilahi
Status Wurud Dan Kehujjahan Hadist
Masyhur, Hukum hadist masyhur baik
istilahi maupun ghairu istilahi tidak
seluruhnya dinyatakan shahih atau tidak
shahih, tetapi tergantung kepada hasil
penelitian atau pemeriksaan para ulama.
Sebagian hadist masyhur adakalanya
shahih, hasan, atau dha‟if bahkan ada yang
bernilai maudhu‟. Akan tetapi hadist
masyhur yang berkualitas shahih memiliki
kelebihan untuk ditarjih

80
Ahmad K., Abdullah A., Eko Andy S., Hadist Ditinjau Dari Kualitas ....

Bibliography

Hanur, B. S. A., Umam, M. K., & Zuhriyah, N. (2020). MEMANTIK PERKEMBANGAN


FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI MELALUI PEMBERIAN GIZI SEIMBANG
DALAM PERSFEKTIF AL QURAN DAN HADIST. SAMAWAT, 3(2).
Hassan, Qodir, Penerangan Ilmu Hadiest Juz 1-2,Bangil:Al-Muslimun, (1966)
Ismail, Shuhudi, Ulumul Hadist I-IX, Jakarta: DITBINPERTA Islam,( 1993)
Ismail,shuhudi, Hadist Nabi Menurut Pembela Pengingkar Dan Pemalsunya, Jakarta: Gema
Insani Press,( 1995 )
Ismail,Shuhudi, Metodologi Penelitian Hadist Nabi, Jakarta: PT.Bulan Bintang,( 2007 )
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadist, ( Jakarta : AMZAH )
Muliati, B., Umam, M. K., & Purwasih, G. D. (2020). KONSEP DASAR PENDIDIKAN
SENI RUPA MADRASAH IBTIDAIYAH. el-Mubtada: Journal of Elementary Islamic
Education, 1(2).
Rohmawati, A., Umam, M. K., & Alaydrus, M. F. (2020). STRATEGI PEMBELAJARAN
YANG BERORIENTASI PADA AKTIVITAS PESERTA DIDIK. el-Mubtada: Journal
of Elementary Islamic Education, 1(2).
Salam, Bustamin Isa,Metodologi Kritik Hadist, Jakarta: Raja Grafindo Persada, (2004 )
Smeer,B Zeid, Ulumum Hadist Pengantar Studi Hadist Praktis. Malang, UIN- Malang Press
Thahhan, Mahmud, Intisari Ilmu Hadist. Malang:UIN-Press, (2007)
Umam, M. K. (2018). Reconstruction of Integrative Islamic Education in The.
Umam, M. K. (2018). Rekonstruksi Pendidikan Islam Integrasi Dalam Kerangka Pendidikan
Profetik Transformatif.
Umam, M. K. (2018). STRATEGI INTELEKTUALISASI PROGESIFITAS MANHAJUL
AL FIKR KADER AN-NAHDLIYAH.
Umam, M. K. (2019). DIMENSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF ERA DISRUPSI
PERSPEKTIF MANAJERIAL BIROKRASI. AL-WIJDÃ N: Journal of Islamic
Education Studies, 4(2), 127-146.
Umam, M. K. (2019). KOMITE MADRASAH DALAM KONTEKS MANAJEMEN MUTU
TERPADU PENDIDIKAN ISLAM. Al-Hikmah: Jurnal Kependidikan Dan
Syariah, 7(1), 39-56.
Umam, M. K. (2019). Lembaga Pendidikan Islam Dalam Telaah Lingkungan
Strategik. Jurnal Tinta, 1(2), 16-29.
Umam, M. K. (2019). PERDAGANGAN ETHEREUM DI INDODAX EXCHANGE
DALAM PERSFEKTIF SYARIAH. ISTITHMAR: Journal of Islamic Economic
Development, 3(2).
Umam, M. K. (2019). STUDI KOMPARATIF PARADIGMA TEORI BELAJAR
KONVENSIONAL BARAT DENGAN TEORI BELAJAR ISLAM. Al-Hikmah: Jurnal
Kependidikan Dan Syariah, 7(2), 57-80.
Umam, M. K. (2019, November). Innovation of Transformative Islamic Education Strategy.
In Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars (Vol. 3, No. 1, pp. 510-521).
Umam, M. K. (2020). DINAMISASI MANAJEMEN MUTU PERSFEKTIF PENDIDIKAN

81
Ahmad K., Abdullah A., Eko Andy S., Hadist Ditinjau Dari Kualitas ....

ISLAM. Al-Hikmah: Jurnal Kependidikan Dan Syariah, 8(1), 61-74.


Umam, M. K. (2020). IMPLEMENTASI TEORI BRUNER UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA KELAS V MI THOLIBIN PADA OPERASI HITUNG
BILANGAN BULAT. el-Mubtada: Journal of Elementary Islamic Education, 1(2).
Umam, M. K. (2020). INTEGRASI NILAI-NILAI KE-ISLAMAN DALAM
PEMBELAJARAN MAKHLUK HIDUP DI SMA MAMBA‟US SHOLIHIN
TERPADU BLITAR. SAMAWAT, 3(2).
Umam, M. K. (2020). KECERDASAN SPIRITUAL DITINJAU DARI NILAI NILAI
PROFETIK. SAMAWAT, 3(1).
Umam, M. K. (2020). KONSEP PEMBELAJARAN MATEMATIKA BILANGAN CACAH
SEKOLAH DASAR. el-Mubtada: Journal of Elementary Islamic Education, 2(1).
Umam, M. K. (2020). PARADIGMA SIMTOMA JIWA SEBAGAI METODE MEMAHAMI
KOGNISI PESERTA DIDIK. Aṭfᾱl: Scientific Journal of Early Childhood
Education, 1(1).
Umam, M. K. (2020). PENERAPAN METODE ARTIKULASI EKONOMI (Studi Kasus Di
MAN Kota Blitar). ASSYARIAH, 1(1), 55-66.
Zuhriyah, N., Hanur, B. S., & Umam, M. K. (2020). DAYA TARIK PEMBELAJARAN
DENGAN MULTIMEDIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF. el-
Mubtada: Journal of Elementary Islamic Education, 1(2).

82

Anda mungkin juga menyukai