Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERIODE PENURUNAN, PEMBUKAAN DAN PEMELIHARAAN AL-QUR’AN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Al-Qur’an

Dosen Pengampu : Azman, Dr., M.Ag

DISUSUN OLEH;

KELOMPOK 5

SRI ALFINA AZZAHRA NAJWA


(60100123008)

PUTRI NAILA JULIANA


(60100123024)

KELAS; 1B

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah mempermudah dalam
pembuatan makalah ini. Shalawat beserta salam kita junjungan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan sehingga makalah dapat terselesaikan
dengan judul “Periode Penurunan, Pembukuan dan pemeliharaan Al-Qur’an” dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Qur’an

Makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan sarandan kritik yang
sifatnya membangun guna peningkatan pembuatan makalah padatugas yang lain diwaktu yang
akan datang. Makalah ini disusun dengan usaha semaksimal mungkin. Penulis mengucapkan
terima kasih atas perhatiannya terhadapmakalah ini dan penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan menambahwawasan lebih luas bagi kita semua khususnya pada pelajaran ini.

Gowa, 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. PERIODE PENURUNAN AL-QUR’AN.........................................................................2
B. PEMBUKUAN AL-QUR’AN.......................................................................................... 5
C. PEMELIHARAAN AL-QUR’AN....................................................................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN.................................................................................................................9
B. KRITIK DAN SARAN.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Turunnya AIQur'an merupakan suatu kejadian yang sangat mengagetkan sekaligus
menggembirakan hati Rasulullah SAW. Sebagaimana turunnya Surat Al-alaq (ayat:1-5), Nabi
Muhammad SAW dalam menerimanya sangatlah berat karena diturunkan lewat perantara
malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW ketakutan. Saat malaikat jibril menyampaikan
wahyu tersebut, Rasullullah juga merasa keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang
diperintah malaikat jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat ibril mengulang akhirnya Rasullah
SAW dapat menerimanya.

Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan
segala sesuatu yang mengiringi ayat-ayat tersebut. Begitu sulitnya Rasulullah dalam menerima
wahyu membuktikan kalau peristiwa turunnya Al Qur'an merupakan suatu kejadian yang sangat
luar biasa dan juga merupakan suatu Dengan turunnya Al Qur'an berarti banyak hal yang perlu
dikaji lebih mendalam lagi, baik dari segi sebab-sebab turunnya atau yang sering disebut
Asbabun Nuzul maupun proses turunnya Al Qur'an itu sendiri.

Al-Qur’an adalah sebuah keajaiban yang luar biasa yang diberikan Allah SWT., kepada
Nabi-Nya yang mulia. Kemudian diteruskan kepada umat yang beriman untuk dijadikan
pedoman yang abadi dalam kehidupan.

Dari kenyataan diatas maka sepantasnyalah umat Islam untuk senantiasa memelihara
Al-Qur’an, karena Al-Qur’an disatu sisi adalah kitab yang dapat dijadikan rujukan manusia
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab
umat Islam untuk senantiasa memelihara Al-Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses turunnya al-qur’an
2. Bagaimana tahap pembukuan al-qur’an
3. Bagaimana tahap pemeliharaan al-qur’an

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana proses turunnya al-qur’an
2. Untuk mengetahui bagaimana tahap pembukuan al-qur’an
3. Untuk mengetahui bagaimana tahap pemeliharaan al-qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERIODE PENURUNAN AL-QUR’AN


Periode-Periode Diturunkannya AI-Qur'an para pakar al-Qur' an umumnya membagi masa
turunnya al-Qur'an ke dalam dua periode:

1. periode sebelum hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah disebut
sebagai ayat-ayat makkiyyah. yang berlangsung kurang lebih 13 tahun, sebelum nabi
hijrah ke Madinah.
2. periode sesudah hijrah. Ayat-ayat al-Qur'an yang turun setelah hijrah dikenal sebagai
ayat-ayat madaniyyah. Yang berlangsung kurang lebih 10 tahun setelah nabi hijrah ke
madinah.

Perbedaan kitab Al-Quran dipandang dari aspek proses penurunannya sangat jauh berbeda
dengan kitab-kitab wahyu lainnya.

● Turunnya Al-Qur’an Bertahap dan dampaknya

Alquran turun dalam masa sekitar 23 tahun atau lebih tepatnya dalam masa 23 tahun, 2 bulan dan
22 hari. Faktor yang menjadi bukti historis turunnya Alquran secara bertahap diantaranya:

a) Kondisi masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya Alquran adalah masyarakat
yang tidak mengenal baca tulis (ummi). Bahkan nabi Muhammad sendiri juga termasuk
dalam golongan masyarakat tersebut, iya juga tidak hidup dan bermukim di
tengah-tengah masyarakat yang relatif telah mengenal peradaban seperti Mesir, Persia
atau Romawi. Dan satu-satunya andalan mereka adalah melalui hafalan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Alquran tidak diturunkan secara sekaligus karena Alquran
diturunkan kepada seorang nabi yang tidak kenal baca tulis dan dari proses turunnya
Alquran secara berangsur-angsur tentu akan lebih mempermudah beliau dalam
menghafalkannya. Selain itu jika Alquran diturunkan secara sekaligus di dalam
masyarakat baru yang mulai berkembang tentu akan mengejutkan mereka dengan
perundang-undangan kebiasaan-kebiasaan dan etika yang belum biasa mereka hayati
sebelumnya.

b) Ayat Alquran turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa yang
mereka alami bahkan menjawab pertanyaan mereka. Sebagaimana ketika Alquran
menegaskan bahwa Wahyu turun secara terpisah dan berangsur-angsur. “dan Alquran itu
telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan
kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian”(Qs.Al-isra {17})

2
dilihat dari ungkapan ayat tersebut untuk arti menurunkan semuanya menggunakan kata
Tanzil bukan inzal. Hal ini menunjukkan bahwa Alquran diturunkan secara bertahap atau
berangsur-angsur.

● Dampak
Dampak dari proses turunnya Alquran secara berangsur-angsur sesungguhnya membuat
dakwah nabi dan ajaran Alquran lebih mudah dan leluasa untuk diterima di kalangan
masyarakat saat itu. Karena proses turunnya ayat-ayat Alquran tersebut sangat
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat saat itu bahkan sejarah yang
diungkapkan adalah sejarah bangsa yang hidup di sekitar jazirah Arab, peristiwa yang
dibawakan adalah peristiwa-peristiwa mereka adat istiadat dan ciri-ciri masyarakat yang
dikecam adalah yang timbul dan yang terdapat dalam masyarakat tersebut.

Ada banyak sekali kegunaan dari mengetahui sebab turunnya ayat diantaranya:

● Pertama, mengetahui hikmah penetapan hukum. Bahwa pengetahuan tersebut


menegakkan kebaikan umatp menghindarkan bahaya, menggali kebajikan dan rahmat
seperti peristiwa kaulah binti tsa'labah ketika menemui nabi shallallahu alaihi wasallam;
mengadu suaminya(AULus Bun ashamid) khaulah berkata: Ya rasul aku telah
menyia-nyiakan masa mudaku: menyebarkan benih perutku hingga umurku tua terputus
kemungkinan untuk melahirkan anakku, dia menzihar ku ya Allah aku mengadukan hal
kepadamu. Lalu turunlah surah al-mujadalah ayat 1. Lalu Allah mensyariatkan kafarat
untuk zihar sebagai rahmat untuk Allah dan untuk orang yang senasib dengannya juga
sebagai penjagaan terhadap keluarga dalam masyarakat Islam dari perceraian serta
sebagai benteng pencegah perpecahan untuk anak keturunan.

● Kedua, pengetahuan terhadap sebab turunnya ayat membantu memahami maksud ayat
dan untuk menafsirkan dengan benar menghindari pemakaian kata dan simbol yang
keluar dari maknanya sebagai contoh firman Allah: dan kepunyaan Allah lah timur dan
barat maka kemanapun engkau menghadapi disitulah wajah Allah sungguh Allah maha
luas rahmatnya lagi maha mengetahui.(Q.S Al-Baqarah :115)

Menurut Manna’ al-Qaththan, terdapat dua mazhab pokok di kalangan para ulama di seputar
pemahaman tentang proses turunnya Al-Quran, yaitu:

⮚ Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud dengan turunnya
Al-Quran ialah turunnya Al-Quran secara sekaligus ke Baitul ’Izzah di langit dunia untuk
menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa betapa besar masalah ini,selanjutnya
Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secara bertahap selama dua puluh
tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus

3
sampai wafatnya. Pendapat ini didasarkan pada riwayat-riwayat dari Ibnu Abbas. Antara
lain:
⮚ “Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailah al-qadr. Kemudian setelah itu,
ia diturunkan selama dua puluh tahun”
⮚ “Al-Quran itu dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul ’Izzah di langit dunia.
Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW.”
⮚ “Al-Quran diturunkan pada lailah al-qadr pada bulan Ramadhan ke langit dunia
sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur.”

Pendapat yang disandarkan pada al-Sya’bi10 bahwa permulaan turunnya Al-Quran


dimulai pada lailah al-qadr di bulan Ramadhan, malam yang diberkahi. Sesudah itu turun secara
bertahap sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.
Dengan demikian, Al-Quran hanya memiliki satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap
kepada Rasulullah SAW., sebab

‫ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزي ًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ آنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرَأهُ َعلَى الن‬
ٍ ‫اس َعلَ َٰى ُم ْك‬
yang demikian inilah yang dinyatakan oleh Al-Quran

Terjemahnya: “Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian.”QS. Al-Isra’: 106

Di samping dua pendapat mayoritas di atas, terdapat lagi pandangan-pandangan yang lain, yaitu:

1.) Pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia pada dua puluh
malam kemuliaan (lailah al-qadr), yang setiap malam kemuliaan tersebut ada yang
ditentukan oleh Allah untuk diturunkan setiap tahunnya, dan jumlah untuk satu tahun
penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW.

2.) Ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa Al-Quran turun pertamatama secara
berangsur-angsur ke Lauh al-mahfuz, kemudian diturunkan secara sekaligus ke Bait
al-‘Izzah. Dan setelah itu, turun sedikit demi sedikit.

Pendapat yang menetapkan tiga tahap proses penurunan Al-Quran di atas, mulai dari
penetapannya di Lauh al-mahfuz, kemudian menuju langit dunia di Bait al-‘Izzah, kemudian
ditetapkan dalam hati Rasululllah SAW.

4
B. PEMBUKUAN AL-QUR’AN
Pada masa Rasulullah Alquran setiap kali diturunkan ditulis dan dihafal oleh para sahabat.
Penulisan Alquran pada masa ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang ditunjuk
nabi sebagai sekretaris Wahyu di mana naskah yang ditulis itu spesial untuk nabi akan tetapi
masing-masing sahabat yang pandai menulis juga menulis Alquran untuk pribadinya seperti yang
dilakukan oleh Ibnu Mas'ud dan Ali bin Abi Thalib penulisan Alquran pada masa nabi masih
tersebar dalam lembaran-lembaran seperti tulang-tulang pelepah kurma dan lain sebagainya ia
belum tersusun secara sempurna dan berurutan.

Pada masa Khalifah abu bakar as Siddiq dilakukan kodifikasi terhadap naskah Alquran yang
telah ditulis pada masa nabi itu. Kodifikasi Alquran pada masa abu bakar ini dilatarbelakangi
oleh kekhawatiran Umar bin Khattab atas kemusnahan Alquran, karena begitu banyak para
hufazzh dari kalangan sahabat yang tewas dalam peperangan melawan orang-orang murtad.
Maka Umar lalu mengusulkan kepada abu bakar agar dilakukan kodifikasi terhadap Alquran.

Pada masa Khalifah Usman bin Affan wilayah Islam sudah semakin luas banyak orang non
islam memeluk agama Islam Usman membentuk tim penulis dan memerintahkan mereka agar
Alquran ditulis dan dalam satu shaf dan selainnya harus dimusnahkan. Pekerjaan ini melahirkan
suatu ilmu yang dikenal dengan ilmu rasm Alquran atau ilmu Rasmi Al Usmani yang selanjutnya
menjadi salah satu kajian dalam ulumul Quran.

Dalam perjalanan selanjutnya, ketika jabatan khalifah dipegang Utsman Bin Affan dan Islam
tersiar secara luas sampai ke Syam (Syria), Irak, dan lainlain, ketika itu timbul pula suatu
peristiwa yang tidak diinginkan kaum muslimin. Ketika khalifah Utsman mengerahkan bala
tentara Islam ke wilayah Syam dan Irak untuk memerangi penduduk Armenia dan Azarbaijan,
tiba-tiba Hudzaifah bin Al-Yaman menghadap khalifah Utsman dengan maksud memberi tahu
khalifah bahwa di kalangan kaum muslimin di beberapa daerah terdapat perselisihan Pendapat
mengenai tilawah (bacaan) al-Qur’an.

Dari itu, Huzaifah mengusulkan kepada Utsman supaya perselisihan itu Segera dipadamkan
dengan cara menyalin dan memperbanyak al-Qur’an yang Telah dihimpun di masa Abu Bakar
untuk kemudian dikirimkan ke beberapa Daerah kekuasaan kaum muslimin. Dengan demikian
diharapkan agar perselisihan Dalam hal tilawah al-Qur’an ini tidak berlarut-larut.

Perbedaan itu terlihat pada waktu pertemuan pasukan perang Islam yang Datang dari Irak
dan Syria.17 Mereka yang datang dari Syam (Syria) mengikuti Qira’at Ubai bin Ka’ab,
sementara mereka yang berasal dari Irak membaca sesuai Qira’at Ibnu Mas’ud. Tak jarang pula,
di antara mereka yang mengikuti qira’at Abu Musa al-Asy’ariy. Sangat disayangkan,
masing-masing pihak merasa bahwa Qira’at yang dimilikinya lebih baik. Hal ini membuat para
sahabat prihatin, karena Takut kalau-kalau perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan
perubahan.

5
Pada awalnya, perbedaan bacaan dikalangan sahabat tidak dipermasalahkan, bahkan pada
masa Rasulullah Saw perbedaan bacaan tersebut diakui, seperti Kata imdhi= sir= pergilah, ‘ajjil=
asri’= bersegeralah; akhkhir=amhil= tundalah. Akan tetapi setelah Rasulullah wafat, perbedaan
ini semakin meruncing, yakni Pada masa khalifah Utsman bin Affan, sampai-sampai terjadi
percekcokan antara Murid dan gurunya.

Setelah mendengar laporan dari Huzaifah dan melihat langsung fenomena Yang tejadi di
kalangan umat Islam, Utsman bin Affan kemudian mengutus orang Meminjam mushaf yang ada
pada Hafsah istri Rasulullah Saw untuk Diperbanyak.19 Untuk kepentingan itu, Utsman bin
Affan membentuk panitia Penyalin al-Qur’an yang diketuai Zaid bin Tsabit dengan tiga orang
anggotanya Masing-masing Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash, Abdul al-Rahman bin
alHarits bin Hisyam.

Tugas panitia ini ialah membukukan al-Qur’an, yakni menyalin lembaranlembaran yang
telah dikumpulkan pada masa Abu Bakar menjadi beberapa Mushaf. Dalam pelaksanaan tugas
ini, Utsman menasehatkan supaya:

⮚ Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal al-Qur’an.


⮚ Kalau ada pertikaian antara mereka mengenai bahasa (bacaan), maka Haruslah dituliskan
menurut dialek suku Quraisy, sebab al-Qur’an itu Diturunkan menurut dialek mereka.
Maka dikerjakanlah oleh panitia kepada mereka, dan setelah tugas itu Selesai, maka
lembaran-lembaran yang dipinjam dari Hafsah itu dikembalikan Kepadanya. Kemudian
Utsman bin Affan memerintahkan mengumpulkan semua Lembaran-lembaran yang
bertuliskan al-Qur’an yang ditulis sebelum itu dan Membakarnya. Mushaf yang ditulis
oleh panitia adalah lima buah, empat di Antaranya dikirim ke Makkah, Syiria, Basrah dan
Kufah, dan satu mushaf lagi Ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah
yang dinamai dengan Muzhaf al-Imam.

6
C. PEMELIHARAAN AL-QUR’AN
Ada tiga bentuk pemeliharaan Alquran yaitu pertama penulisan dan kodifikasi setiap air dan
penyusunan surah-surahnya seperti yang dilakukan pada masa nabi abu bakar dan Utsman
sehingga tidak ada ayat yang hilang. Kedua pemeliharaan tulisan dengan memberi tanda baca.
Ketiga penghafalan dan penafsiran yang dilakukan mulai dari generasi sahabat sampai kepada
zaman modern ini.

Azan Jani menyebutkan melihat keadaan Alquran yang sering dibaca dengan bacaan yang
salah maka ziyad bin sumayyah menyuruh abu Aswad Ad-Du'ali membuat tanda baca pada
huruf-huruf Alquran. Abu Aswad pada mulanya menolak permintaan siet ini karena takut
berbuat sesuatu yang tidak dilakukan nabi. Ziyad terus mendesak abu Aswad, iya menyuruh
seseorang membaca Alquran dengan bacaan yang salah di hadapan abu Aswad. Orang itu
membaca firman Allah yang terdapat dalam surah at-taubah (9) ayat 3 ‫ان هللا بري ء من المشر كاين‬
‫وررسؤله‬. Sebenarnya ayat itu dibaca dengan‫ ( ؤرسؤله‬dengan Dhamma lam) bukan ‫( ؤرسؤله‬kasrah
lam). Jika dibaca wa rasulihi. Berarti Allah tidak mempedulikan. Padahal maksud ayat itu adalah
bahwa Allah dan rasulnya tidak memperdulikan orang-orang musyrik. Mendengar bacaan yang
salah itu abu Aswad berucap "maha suci Allah". Dia tidak pernah mengabaikan rasulnya

Selanjutnya Bu Aswad mengabulkan permintaan ziyad bin sumayyah membuat tanda baca
pada huruf-huruf Alquran. Ziyad mengirim 30 orang penulis kepada abu Aswad, tetapi abu
Aswad hanya memilih satu orang saja di antara mereka. Abu Aswad berkata kepada muridnya
itu;"ambillah mushaf dan zat pewarna. Jika kamu melihat bibirku mencuat ke muka (bersuara "u
") ketika membaca huruf, buatlah titik di tengah huruf sebagai tanda Dhammah, jika bibirku
terbuka (bersuara"a"), buatlah titik di atas sebagai tanda fathat, jika kamu melihat bibirku agak
tertutup (bersuara"i") maka buatlah titik di bawah sebagai tanda kasrah dan jika kamu mendengar
suaraku berdengung maka buatlah titik di atasnya, "kemudian abu Aswad membaca Alquran
sedangkan muridnya membuat titik-titik itu dan setiap selesai satu halaman abu asut memeriksa
ulang dengan usaha ini Alquran telah memiliki tanda baca yang ditandai dengan titik kemudian
diubah dalam bentuk garis ketika titik digunakan sebagai pembeda huruf yang sama bentuknya.

Alquran juga dipelihara dan dijaga oleh umat Islam dengan menghafal ayat-ayat tersebut
dengan demikian Alquran tidak hanya tersimpan dalam mushaf tetapi juga tersimpan dalam dada
umat Islam sehingga jika ada kesalahan dalam penulisan maka kesalahan itu cepat diketahui.

Upaya untuk menjaga Alquran telah dilakukan sejak zaman Rasulullah sebagai sumber utama
ajaran Islam Alquran harus dipelihara untuk kemudian dipelajari, dipahami, diamalkan diajarkan
dan disebarluaskan untuk generasi kita dan seterusnya. Upaya pemeliharaan ini tentu dilakukan
dengan banyak cara agar Alquran bisa terus dapat dijadikan petunjuk dan pedoman hidup dari
dahulu awal permulaan Islam sampai sekarang ini dan seterusnya sampai masa yang akan
datang.Allah SWT menjelaskan garansi keaslian kitab suci Al-Quran. Ayat tersebut berbunyi:

7
‫ِنَّا نَ ْح ُن نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر‬ ‫ا‬

‫َواِنَّا لَ ٗه لَ ٰحفِظُ ْو َن‬


Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya (QS. Al-Hijr [15]: 9) At-Thabari dalam Tafsir Jami’ al-Bayan mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan az-zikr adalah Al-Quran. Sedangkan wainna lahu
lahafidzun yakni kami menjaga Al-Quran dan melindungi dari syaitan yang ingin menambahkan
kebathilan atau pun menghilangkanny, sebagaimana yang dikatan oleh Qatadah. (Jami’
Al-Bayan, Juz. 14)

Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith menyebutkan makna dari wainna
lahu lahafidzun ada tiga: pertama, Allah menjaganya dari syetan. Kedua, sebagaimana dikatakan
oleh Hasan al-Bashri, Allah menjaganya dengan cara mengekalkan syariat Islam sampai hari
kiamat. Terakhir, ketiga, Allah menjaganya di dalam hati orang-orang yang menginginkan
kebaikan dari al-Quran sehingga jika ada satu huruf saja yang berubah dari al-Quran, maka
seorang anak kecil akan mengatakan “anda telah berdusta, dan yang benar adalah demikian.”
Adapun kata “Lahu” itu kembali kepada az-Zikr atau al-Quran sebagaimana yang dikatakan oleh
Qatadah, Mujahid yang selain keduanya. (al-Bahr al-Muhith, Juz. 5, hlm. 435)

Dalam tafsir Kementrian Agama disebutkan setidaknya ada tiga faktor yang membantu
menjaga kelestarian tulisan dan bacaan Al-Quran; pertama, tulisan atau naskah yang ditulis para
penulis wahyu. Kedua, Hafalan dari para sahabat yang sangat antusias menghafalnya. Terakhir,
ketiga, Tulisan atau naskah pribadi yang ditulis oleh para sahabat yang sudah lebih dulu pandai
baca tulis seperti ‘Abdullāh bin ‘Umar, ‘Abdullāh bin Mas‘ūd, Ali bin Abi Ṭālib, dan lain-lain.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang dianggap sebagai wahyu Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW. Kitab ini turun secara bertahap selama sekitar 23 tahun. Ada dua periode
utama dalam penurunan Al-Qur'an yaitu periode Makkah (ayat-ayat Makkiyyah) sebelum hijrah
Nabi Muhammad dan periode Madinah (ayat-ayat Madaniyyah) setelah hijrah.

Turunnya Al-Qur'an secara bertahap disesuaikan dengan keadaan masyarakat Arab pada saat
itu yang umumnya tidak mengenal baca tulis. Proses bertahap mempermudah Nabi Muhammad
dalam menghafal dan menyampaikan pesan-pesan Al-Qur'an. Al-Qur'an juga berdialog dengan
peristiwa dan pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat pada masanya, yang membuat
pesan-pesannya lebih relevan dan mudah dipahami.

Proses modifikasi Al-Qur'an dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar dan lebih lengkap oleh
Khalifah Utsman bin Affan. Al-Qur'an disusun dalam mushaf satu setelah penyalinan dan
penghancuran salinan-salinan sebelumnya.

Al-Qur'an dipelihara melalui hafalan oleh para sahabat dan umat Islam, dan tanda baca
diperkenalkan untuk membantu dalam pengucapan yang benar. Al-Qur'an juga diyakini terjaga
dengan sempurna oleh Allah SWT dan tidak akan mengalami perubahan atau hilangnya satu
huruf pun hingga hari ini.

B. KRITIK DAN SARAN


Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah
di kemudian hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

M. Yusuf, Kadar. 2016. Studi Alquran. Jakarta: Amzah.

Al-Qaththan, Manna’. Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Terj. Aunur Rafiq, “Pengantar Studi Ilmu
Al-Qur’an”, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006)

Umar, Muhammad. Nuzul Al-Qur’an Al-Karim wa Tarikhuhu wa Ma Yata’allaqu bihi Athaillah,


H.A..2010. Sejarah Al –Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

10

Anda mungkin juga menyukai