MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Studi Qur’An (Metodologi dan Tematik)
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. H. Abd. Hadi, M.Ag.
Diajukan Oleh :
Hasim As’hari
NIM : 20212550012
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi sebagian orang, ada beberapa istilah yang dianggap sama. Istilah-
istilah tersebut adalah wahyu, ilham dan firasat. Ketiga istilah tersebut
dianggap sama-sama berasal dari Allah SWT., sehingga ada orang yang
kemudian mengaku sebagai nabi, padahal sebagaimana kita yakini nabi
Muhammad adalah penutup para nabi dan rosul.
Sedangkan sebagian orang yang lain, belum mengetahui cara Allah
SWT menurunkan wahyu kepada nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, penulis mengangkat tema ini untuk dijadikan makalah
dan sekaligus sebagai salah satu kewajiban mengikuti mata kuliah Studi al
Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian wahyu, ilham dan firasat ?
2. Apakah persamaan dan perbedaan wahyu dan ilham ?
3. Bagaimana cara penurunan wahyu al Qur’an ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
rumah dekat jendela misalnya. Lama kelamaan pucuknya akan mengarah ke
pintu untuk mendapatkan cahaya yang diperlukannya. Semua disebutkan ini,
dapat dipandang sebagai ilham dari Allah kepada semua makhluk-Nya.
Sebagaimana diisyaratakan Allah dalam Al Qur’an, antara lain pada
surat an Nahl ayat 68. Meskipun secara sepintas antara ilham dengan wahyu
terdapat kemiripan, yaitu merupakan pengetahuan yang secara cepat dan
rahasia terdapat dalam jiwa tanpa dipelajari atau penyelidikan terlebih dahulu,
namun sebenarnya di antara keduanya terdapat perbedaan, seperti berikut :
1. Wahyu berisi petunjuk atau pengetahuan, sedangkan ilham meskipun
dapat diketahui berisi pengetahuan, tetapi lebih mirip pada perasaan halus
atau insting.
2. Wahyu hanya disampaikan khusus kepada Nabi atau Rasul-Nya,
sedangkan ilham disampaikan kepada manusia secara umum dan juga
kepada makhluk lain seperti binatang.
3. Orang yang menerima wahyu merasa yakin bahwa yang
menyampaikannya adalah Allah Yang Maha Kuasa, sedangkan orang
yang menerima ilham tidak mengetahui dari mana datangnya dan siapa
yang menyampaikannya.
4. Disyaratkan bahwa wahyu untuk disampaikan kepada umat, sedangkan
ilham tidak disyaratkan demikian, tetapi orang menerimanya itu merasa
terdorong untuk mengerjakannya.
4
Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata
dengannya kecuali dengan perantaraan wahyu, atau di belakang
tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Berdasarkan ayat di atas, wahyu Allah yang turun kepada para nabi
bervariasi. Pertama, pemberitahuan Allah dengan cara wahyu diturunkan
tanpa perantaraan. Termasuk dalam kategori ini adalah mimpi yang tepat dan
benar, misalnya Allah SWT menurunkan surat al Kautsar ayat 1-3
berdasarkan mimpi.
Terkait dengan penerimaan wahyu berdasarkan mimpi yang benar
adalah firman Allah surat al Fath ayat 27 :
5
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya
tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya, yaitu bahwa
sesungguhnya engkau pasti akan memasuki Masjid al Haram, in
sya’ Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut
kepala dan mengguntingnya, sedang engkau tidak merasa takut.
Maka Allah mengetahui apa yang tidak engkau ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan.
6
Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak
sesat dan tidak pula keliru dan tiadalah yang diucapkannya itu
7
(al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsu. Ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang
mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri
dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
Kemudian dia mendekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung
busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan
kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka
apakah kalian (orang-orang musyrik Mekah) hendak
membantunya tentang apa yang telah dilihatnya. Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidrat al Muntaha.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Wahyu, ilham dan firasat adalah tiga istilah yang berbeda. Ketiganya
mempunyai persamaan dan perbedaan.
2. Ada beberapa macam proses dan cara pewahyuan al Qur’an dan ada
hikmah di balik semua proses dan cara tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya. 2018. Bahan Ajar Studi Al-
Qur;an. Surabaya: UIN SA Press
Yasir, Muhammad dan Ade Jamaruddin. 2016. Studi Al Qur’an. Pekanbaru: Asa
Riau.
10