PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam membahas masalah-masalah keagamaan, ulama Islam tidak semata-
mata berpegang pada wahyu, tetapi banyak pula bergantung pada pendapat akal.
Peranan akal yang besar dalam pembahasan masalahmasalah di jumpai bukan
hanya dalam bidang filsafat, tetapi dalam bidang tauhid, bahkan dalam bidang
fiqih dan tafsir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian akal dan wahyu?
2. Bagaimana konsep akal dan wahyu?
3. Bagaimana hubungan akal dan wahyu?
4. Bagaimana fungsi akal dan wahyu?
BAB I
PENDAHULUAN
Kesimpulan
Kata akal berasal dari bahasa Arab, yaitu al-‘aql العقل, artinya pikiran atau
intelek Kata al-‘aql mengandung makna ikatan, yaitu dipergunakan untuk
menerangkan sesuatu yang mengikat manusia dengan Tuhan. Akal terdiri atas dua
unsur, yaitu rasio dan hati. Sedangkan wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy
الوحي, artinya suara, api dan kecepatan. Sementara wahyu secara bahasa, wahyu
adalah pemberian isyarat, pembicaraan dengan rahasia, dan menggerakan hati.
Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an, kata ‘aql tidak
ditemukan dalam bentuk masdarnya, yang ada hanyalah dalam bentuk kata kerja,
masa kini dan masa lampau. Secara Bahasa, ‘aql berarti tali pengikat, penghalang.
Al-Qur’an sendiri menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat atau
menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau dosa.
Kata wahyu di dalam Al-Qur’an memiliki beberapa arti, yakni ilham atau
instink manusia. dalam konteks, umat Muhammad wahyu adalah Al-Qur’an. Akan
tetapi tidak semua wahyu merupakan AlQur’an. Dalam konteks ini, yang
dimaksud dengan Al-Qur’an adalah bacaannya, sedangkan wahyu adalah kitab.
Hubungan antara akal dan wahyu sering menimbulkan pertanyaan, tetapi
keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-
Qur’an. Dalam pemikiran Islam, baik dibidang filsafat, ilmu kalam apalagi ilmu
fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada wahyu.
Dengan akalnya manusia bisa berpikir dan memikirkan apa yang terjadi di
alam sekitar. Dengan akalnya, manusia bisa membedakan yang baik dan yang
buruk, dan bisa membedakan yang membahayakan dan menyenangkan pada
dirinya. Wahyu berfungis sebagai penolong bagi akal untuk mengetahui alam
akhirat dan keadaan hidup manusia nanti. Lebih lanjut bahwa wahyu sebagai
pemberi informasi kepada akal dalam mengatur masyarakat atas dasar prinsip-
prinsip yang sudah diwahyukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. (2009). Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesi, (Jakarta: RajawaliPers, , h. 112.).
Hadhiri, Choiruddin. (2005). Klasifikasi Kandungan Al-Qu’an, jilid I, Jakarta:
Gemalnsani.
Nasution, Harun. (1986). Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI-Press.
Thalib, Muh. Dahlan. (2022). Konsep Iman, Akal Dan Wahyu Dalam Al-
Qur’an Al-Ishlah. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 20, Nomor 1.
Ya’qub, Hamzah. (1992). Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.