-
www.lib.umtas.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Thalasemia
1. Pengertian
pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin,
sehingga eritrosit mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah
anemia(Lazuana (2014).
2. Klasifikasi thalasemia
Thalasemia dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Thalasemia α dan Thalasemia β
a. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai alfa yang
1) Silent Carrier State Gangguan pada satu rantai globin alfa. Keadaan ini tidak
timbul gejala sama sekali atau sedikit kelainan berupa eritrosit yang tampak lebih
pucat.
2) Thalasemia alfa trait Gangguan pada dua rantai globin alfa. Penderita mengalami
anemia ringan dengan eritrosit hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier.
3) Hemoglobin H disease Gangguan pada tiga rantai globin alfa. Penderita dapat
bervariasi mulai tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang
Gangguan pada empat rantai globin alfa.Thalasemia tipe ini merupakan kondisi
yang paling berbahaya pada Thalasemia tipe alfa.Kondisi ini tidak terdapat rantai
globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Janin
yang menderita alfa Thalasemia mayor pada awal kehamilan akan mengalami
anemia, membengkak karena kelebihan cairan, perbesaran hati dan limpa. Janin
ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.
b. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin beta
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi.
Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang
mengecil (mikrositer).
2) Thalasemia Intermedia Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai
beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang
sehingga hampir tidak ada O2 yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yanglama
kematian. Penderita Thalasemia mayor memerlukan transfusi darah yang rutin dan
Menurut (Hasan R, Alatas H. 2005) dalam Lazuana (2014) bahwa gambaran klinis
thalasemia adalah: Tanda dan gejala dari penyakit Thalasemia disebabkan oleh
kekurangan oksigen di dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup
membuat sel- sel darah merah dan hemoglobinThalasemia alfa silent carrier umumnya
tidak memiliki tanda-tanda ataugejala.Hal ini terjadi karena kekurangan protein alfa
globin tidak terlalu banyak sehingga hemoglobin dalam darah masih dapat bekerja
ringan.Anemia ringan dapat membuat penderita merasa lelah dan hal ini sering
4. Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah yang
berulang – ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar zat besi dalam darah sangat
tingi, sehingga di timbun di dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit,
jantung, dan lain – lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan funsi alat tersebut
(hemokromatosis). Limpa yang besar mudah rupture akibat trauma yang ringan
dan trombositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung
5. Pengobatan medis
Hingga saat ini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkanthalasemia. Transfusi
hanya diberikan jika kadar Hb telah rendah (kurang dari 6g/dl) atau bila anak terlihat
lemah dan tidak nafsu makan. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari umur
dua tahun sebelum terjadi pembesaran limpa atau hemosiderosis.Disamping itu diberikan
berbagai vitamin, tetapi preparat yang mengandung zat besi tidak boleh.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu
penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni; indera penglihatan, indera
pendengaran, indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
2. Jenis-jenis Pengetahuan
a. Empiris
pengetahuan jenis ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi
yang dilakukan secara empiris dan rasional.Pengetahuan empiris tersebut juga dapat
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
b. Rasionalisme
pada kebenaran pikiran antara lain dengan prasangka, intuisi, dan main coba-coba (Dewi
sesuatu secara pasti orang dapat menyangka bahwa sesuatu hal ada kemungkinan
terjadinya hujan yang menyangka bahwa hujan turun dari langit karena atap dunia
Intuisi adalah pandangan bathiniah tanpa urutan pikiran, dengan serta merta
pandangan tersebut tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran atau dapat
disebut ilham. Intuisi tanpa diiringi proses berpikir sebelumnya, sering dalam keadaan
keyakinan yang tepat. Unsur kepastian intuisi mirip insting dan pengertian terhadap
Trial dan error adalah cara memperoleh pengetahuan dengan coba-coba dan
keuntungan. Cara ini jauh lebih maju dibandingkan kedua cara diatas walaupun sering
salah, namun orang sudah melakukan percobaan seperti dalam metode ilmiah. Hanya
4. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (comprehensif)
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (aplication)
dipelajari situasi atau kondisi real (sebenarnya). Pada tahap ini diharapkan dapat
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Bila seseorang sudah bisa mengambil
asuhannya.
a. Pendidikan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan formal yang kita kenal dengan
pendidikan di sekolah ialah secara teratur, sistematis bertingkat dan dengan mengikuti
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak
aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
b. Pekerjaan
kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena
ruanglingkup sosial yang lebih luas. Artinya orang yang memiliki pekerjaan dimana
sosial yang lebih luas. Orientasi pada bekerja adalah bekerja dan tidak bekerja. orang
yang bekerja memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan yang tidak
bekerja karena orang yang bekerja memiliki lingkungan sosial atau lebih banyak
c. Lingkungan
lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman,
karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam
lingkungan dimana didalamnya terdapat sumber belajar seperti karang taruna, sarana
olah raga, pengajian, tempat sosialisasi atau berkumpul lainnya sehingga hal ini akan
mengakibatkan adanya interaksi timbal balik ataupun hal yang akan direspon sebagai
d. Sosial Ekonomi
berasal dan keluarga yang bestatus sosial ekonominya baik dimungkinkan lebih
memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka
yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
e. Intelegensi
seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-orang yang lebih
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf
f. Pengalaman
disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Wawan dan
Dewi, 2010).
g. Informasi
massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan penting dalam
atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya akan
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi boolet, leaflet, rubrik
yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian media elektronik
yang meliputi televisi, video, slide, dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo.,
2010).
h. Kepercayaan
bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar
pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
i. Umur
kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan menerima informasi.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
individu akan lebih berperan aktif sdalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca.
j. Sosial budaya
1. Pengertian
kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan
yangmerupakan pengukuran multidimensi, tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun
Kualitas hidup dalam ilmu kesehatan dipakai untuk menilai rasa nyaman/sehat
intervensi medis, meliputi kerangka individu, kelompok dan sosial, model umum kualitas
individu atau keluarganya tentang tingkat kesehatan individu tersebut setelah mengalami
mental, sosial dan perilaku yangdipersepsikan oleh pasien atau orang lain di sekitar
2. Faktor
Kualitas hidup anak secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain (Lindstrom
B, 2012):
d. Kondisi Personal, meliputi dimensi fisik, mental dan spiritual pada diri anaksendiri,
yaitu genetik, umur, kelamin, ras, gizi, hormonal, stress, motivasibelajar dan
thalsemia diteliti oleh Ray (2019) menemukan dari hasil analisis didapatkan ada
hubungan antara pengetahuan orang tua dengan kualitas hidup anak penderita talasemia
(p-value: 0,001; α 0,05) dan terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kualitas
hidup anak penderita talasemia (p-value: 0,001; α 0,05). Seseorang yang memiliki
pengetahuan yang luas akan cenderung berperilaku hidup sehat dan sadar tentang
pada orangtua dan memberikan kekuatan untuk melakukan perawatan rutin pada anak
pengetahuan ibu dengan kualitas hidup anak thalasemia (p value 0,021; α 0,05). Hasil
pengetahuan ibu dengan kualitas hidup anak thalassemia.Ibu dengan tingkat pengetahuan
tinggi memiliki kualitas hidup anak yang normal dibandingkan ibu dengan tingkat
pengetahuan rendah.
Bulan (2010) menemukan dari 55 anak thalassemia beta mayor ditemukan status
ekonomi, pendidikan ibu, kadar feritin, pendidikan ayah, kadar Hb, jenis kelasi besi,
ukuran limpa, berpengaruh terhadap kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan
sebagai berikut: makin tinggi kadar hemoglobin, status ekonomi dan tingkat pendidikan
ayah, ibu makin tinggi nilai kualitas hidup. Tetapi makin besar ukuran limpa makin
berkontribusi terhadap kualitas hidup anak dengan thalassemia adalah sikap keluarga
dalam merawat anak thalassemia. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya
pendidikan kesehatan pada keluarga akan mempengaruhi sikap keluarga menjadi lebih
positif dalam merawat anak yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup anak
berhubungan jenis kelamin(P value 0,358 ). pendidikan ibu (P value 0,118), pemakaian
kelasi besi yang teratur ( P value 0,079), kadar Hb pre transfusi (P value =0,617),
frekwensi transfusi (P value =0,419). Variabel yang berhubungan umur (P value 0,014),
pendidikan anak (P value 0,022), pendidikan ayah( P value 0,000), pekerjaan ayah ( P
value 0,014) dan dukungan orang tua (p value 0,018).Simpulan faktor yang berhubungan
dalam penelitian ini adalah umur pendidikan anak/ayah,pekerjaan ayah serta dukungan
orang tua
kecemasan ibu yang memiliki anak Thalasemia (p-value = 0,000 <α = 0,05). Diharapkan
Thalasemia sehingga para orangtua dapat lebih siap dan bisa menerima kondisianak
kenyataan (ibu mengalamiperasaan kaget, sakit hati dan bingung saat pertama kali
Hastuti (2014) hasil penelitian yaitu pengetahuan orang tua, perilaku dan kualitas
hidup anak talasemia meningkat setelah diberikan PEdTal, terdapat perbedaan signifikan
pengetahuan orang tua sebelum dan setelah pendidikan kesehatan (p=0.001), tidak ada
perbedaan signifikan kualitas hidup sebelum dan setelah PedTal, tidak ada perbedaan
kualitas hidup berdasarkan laporan anak dan orang tua (p>0.05). Saran perawat pediatrik
kualitas hidup dengan kadar Hb pre-transfusi (p= 0,003, α= 0,05), dukungan keluarga (p=
0,003, α= 0,05) dan penghasilan (p= 0,046, α= 0,05). Hasil multivariat didapatkan bahwa
didesain untukdigunakan pada berbagai keadaan kesehatan anak, instrumen ini dapat
membedakankualitas hidup anak sehat dengan anak yang menderita suatu penyakit akut
penyakitkeganasan, asma, arthritis, diabetes anak, fibrosis kistik, penyakit sickle cell,
Konsep PedsQL 4.0 Generic Core Scalesadalah menilai kualitas hidup sesuai
bidang pentingkualitas hidup anak yang terdiri dari 6 bidang dengan 30 pertanyaan yaitu:
(1pertanyaan). Setiap skala mendapat penilaian secara terbalik, untuk setiap pemilihan
Menurut (Ratna, 2010) dalam Zurmeli, Bayhakki & Utami (2016) menyatakan
darah yang teratur dapat mengurangi komplikasi yang terjadi akibat anemia kronik,
dan perkembangan anak, dan memperpanjang kelangsungan hidup anak. Transfusi darah
diberikan pada anak dengan kadar hemoglobin kurang dari 6 g/dL. Pemberian transfusi
darah bertujuan untuk mengatasi kondisi anemia kronik dan mempertahankan kadar
zat besi dalam jaringan tubuh akibat penyerapan besi yang berlebih oleh saluran cerna
yang dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti: hati, limpa, ginjal,
Penyebab kematian tersering akibat penimbunan zat besi adalah gagal jantung
adanya penurunan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri pada anak yang menderita
Indonesia lainnya juga melaporkan terjadinya penurunan fungsi paru secara signifikan
pada kelompok anak Talasemia sebagai akibat penumpukan besi. Setiap 500 mL darah
yang ditransfusikan akan menyebabkan sekitar 200 mg besi tersimpan dalam jaringan dan
akan terus terakumulasi. Komplikasi lain yang terjadi adalah gangguan pertumbuhan,
Komplikasi tersebut terjadi akibat pemberian transfusi yang tidak benar, deposit
hemosiderin pada organ-organ yang berperan dalam pertumbuhan atau karena tidak
mendapat zat pengikat besi yang adekuat.Berbagai masalah dapat timbul setelah
cemas, gangguan psikososial, dan gangguan fungsi sekolah akibat penyakit yang
merupakan beban yang sangat berat dimana orang tua merasa sedih, kecewa, putus asa,
stress, bahkan depresi. Keadaan anemia yang berat menyebabkan anak memiliki
keterbatasan dalam beraktivitas, keterampilan dan daya ingat, anak mudah merasa lelah
dan sulit melakukan kegiatan yang seharusnya mampu dilakukan anak sehat
seusianya.Anak menjadi lebih sensitif, mudah marah dan tersinggung, merasa putus asa,
darah dan terapi pengikat besi seumur hidupnya merupakan penyebab mengapa anak
(kesehatan) dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress dimana pandangan
hidup menjadi luas dan tidak mudah stress. Terdapat hubungan yang kuat antara
dukungan orang tua dan status kesehatan anggotanya dimana keluarga sangat penting
bagi setiap perawatan kesehatan anggota keluarganya untuk mencapai suatu keadaan
sistim anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat