Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN STERILISASI


DAN PROSEDUR STERILISASI

OLEH:
Nama : Fadillah Agustina
NIM : P00320222052
Tingkat : 1B

DOSEN PENGAMPU:
Kasad, SKM, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Sterilisasi..........................................................................................3
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sterilisasi.......................4
C. Prosedur Sterilisasi......................................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian
alam, berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-
sahabatnya, dan para yang setia hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing. Tidak
sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat semangat dan kerja keras
penulis serta dorongan berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala
kekeliruan dan kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Langsa, April 2023


Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang
besar bagi dunia kesehatan. Adanya penemuan konsep dekontaminasi dan
berbagai macam alat serta bahan sterilisasi dan desinfeksi dapat mencegah
atau mengendalikan infeksi di kalangan tenaga kesehatan dan membantu
proses penyembuhan pasien. Pasien dan tenaga kesehatan beresiko untuk
mendapatkan infeksi jika tidak melaksanakan tindakan pencegahan infeksi
dengan benar. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan sebagai pelaksana
tindakan dapat menjadi agen penyebar infeksi pada pasien baik dalam hal
pelaksanaan prosedur atau karena instrumen yang tidak steril, dimana risiko
utama dari semua prosedur adalah pengenalan mikroba patogen pada tubuh
yang dapat menyebabkan infeksi (DepKes RI, 2009).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika pasien sedang
dalam proses perawatan setelah ± 72 jam di rumah sakit. Untuk meminimal
kasus infeksi nosokomial perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian infeksi
nosokomial di rumah sakit meliputi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan. Untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial perlu
dilakukan langkah-langkah menghilangkan kuman penyebab penyakit dari
sumber infeksi, mencegah kuman tersebut mencapai penderita dan
menjauhkan penderita yang rentan. Faktor yang paling penting adalah higiene
dan kebersihan perorangan maupun rumah sakit. Salah satu strategi
pencegahan infeksi adalah dengan dekontaminasi (pembersihan, desinfeksi
dan sterilisasi). Pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi adalah merupakan
kunci utama pencegahan penyebaran infeksi karena melalui proses ini,
mikroorganisme yang melekat pada peralatan medis atau objek dapat
dihilangkan dan dimusnahkan sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya
(Lewis T, 2013).

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep sterilisasi

1
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
sterilisasi
3. Untuk mengetahui prosedur sterilisasi

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Studi kasus ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan dijadikan bahan penulisan lebih lanjut
sebagai dasar untuk peningkatan penerapan ilmu keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih
penulis dalam pengembangan caara berfikir yang objektif serta dapat
menjadi pengalaman bagi diri sendiri ketika di tugaskan.
b. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan hukum kesehatan.
c. Bagi Pendidikan
Sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan
datang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan
hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukan lagi adanya
mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk
mikroorganisme, baik yang berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora.
Mikroorganisme yang dimaksud dapat berupa kuman, virus, ricketsia, maupun
jamur. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan
dapat dilakukan denagn proses kimia atau fisika. (Depkes RI, 2009) Sterilisasi
adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen beserta
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom,
panas tinggi atau menggunakan bahan kimia (Wulandari, dkk, 2022).
Sterilisasi merupakan suatu langkah atau tindakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi, maupun penularan penyakit infeksi. Sterilisasi merujuk pada kata
steril (suci hama) adalah keadaan bebas dari segala mikroba baik patogen atau
nonpatogen. Sterilisasi merupakan suatu tindakan untuk membuat suatu benda
menjadi steril. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan
semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk bakteri, virus, mikroplasma, dan
spora yang terdapat pada/di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan penggunaan
bahan biosidal atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari
metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein,
atau membran mikroorganisme tersebut. Sedangkan, sterilan adalah bahan kimia
yang digunakan untuk sterilisasi. Agar menjadi efektif, sterilisasi harus didahului
dengan pembersihan secara teliti (baik secara mekanik atau manual) untuk
menghapus semua bahan asing dari benda-benda sebelum dilakukan sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua mikroorganise termasuk endospora pada suatu alat/bahan
(Nurlaily, 2018).

3
Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan
alat kesehatan yang berhubungan dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang
secara normal bersifat steril. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan
sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak
diharapkan kehadirannya baik yang patogen ataupun yang apatogen. Atau juga
bisa dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sterilisasi


Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan
dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme
yang tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk pangan dan
membuat makanan lebih cepat basi. Sterilisasi adalah pembebasan suatu material
bahan ataupun alat dari berbagai mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya.
Sel –sel vegetatif bakteri dan fungi dapat dimatikan pada suhu 60 °C dan dalam
waktu 5 – 10 menit. Namun spora fungi dapat mati pada suhu di atas 80 °C dan
spora bakteri baru mati di atas suhu 120 °C selama 15 menit. Sterilisasi dan
pasteurisasi dapat di capai dengan cara pemanasan lembab, pemanasan kering,
filtrasi, penyinaran, atau bahan kimia. Semakin tinggi tingkat kontaminasi
mikroorganisme pada suatu alat ataupun bahan maka jumlah spora semakin
banyak yang termos resisten sehingga di perlukan waktu pemanasan yang lebih
lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,
konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan.
Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam
bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau
kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas
(Rizkiyatussani, et al, 2019).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi
a. Faktor kuman
Bila mikroorganisme yang berkontaminasi pada alat banyak berkurang
oleh karena pembersihan, maka sterilisasi hanya memerlukan waktu kontak

4
yang relatif singkat. Keadaan alamiah mikroorganisme pada spesies yang
berbeda mempunyai kepekaan terhadap panas atau zat kimia yang berlainan
pula. Perbedaan paling jelas ialah diantara sel vegetatif dengan endospora
bakteri dimana lingkungan dapat meningkatkan atau menurunkan daya kerja
zat kimia tersebut.
b. Faktor penularan penyakit
Dalam pengendalian penyebaran infeksi, tindakan yang harus dilakukan
adalah memutuskan mata rantai proses penularan penyakit, yang dikenal
dengan istilah “circulair chain of the infectious process”, yaitu : Penyebab
(causative agent) merupakan mata rantai pertama yang harus dimusnahkan,
biasanya penyebab penyakit menular ini adalah mikroorganisme baik kuman,
virus, jamur dan sebagainya, untuk memusnahkannya dapat dilakukan dengan
sterilisasi.
c. Penampung (reservoir)
Tempat-tempat mikroorganisme hidup dan berkembang biak, maka untuk
mematahkan mata rantai harus selalu dijaga kebersihan ruangan, lingkungan
serta alat-alat yang dipergunakan di tempat perawatan, selain itu operator
harus selalu menyadari bahwa setiap pasien mungkin merupakan pembawa
dan sumber infeksi.
d. Pintu keluar (portal of exit)
Rute atau jalur yang dilalui kuman-kuman pathogen meninggalkan tubuh
manusia.
e. Pemindahan (mode of transfer)
Penularan bibit penyakit yang dapat terjadi dengan berbagai cara
diantaranya melalui udara, sentuhan badan atau melalui peralatan.
f. Pintu masuk (portal of entry)
Masuknya kuman-kuman pathogen ke tubuh manusia, dapat melalui
saluran pencemaan, saluran pemapasan, kulit dan selaput lender.
g. Kerentanan penerima (susceptible host)
Mata rantai ini sukar dipatahkan karena tergantung pada daya tahan dan
kesehatan perorangan.
h. Faktor pelaksana

5
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada faktor pelaksana antara lain:
hygiene pribadi dan hygiene tangan yang baik. Faktor pelaksanaan meliputi
kebersihan badan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pelaksana selalu
berpenampilan rapih, memakai baju pelindung dan masker serta
memperhatikan kebersihan tangan untuk menghindari pemindahan kuman ke
pasien atau sebaliknya.
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses sterilisasi
a. Prosedur sterilisasi
 Membersihkan dan mengeringkan seluruh instrumal yang akan
disterilisasi
 Semua peralatan Yang berengsel harus dibuka

 Instrumen jangan ketat untuk mencegah kontak uap dengan seluruh


permukaan
 Susun dalam ruangan untuk memudahkan sirkulasi Yang bebas dan
penetrasi uap keseluruhan permukaan
 Tutup Pintu kemudim tekan ON

 Setelah dingin tutup semua tempat ymg terbuka

 Alat siap digunakan


b. Lingkungan
Pada prinsipnya lingkungan ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang
bersih dan ruang kotor Yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya dekontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu
pembagian ruangan disesuaikan dalgan alur ka-ja Ruang pusat sterilisasi
dibagi menjadi lima ruangan yaitu:
 Ruang dekontaminasi
Pada ruang dekmtaminasi terjadi proses penerirrıaan barang kotor,
dekontaminasi, dan pembersihan. Ruang dekontaminasi hanıs
direrwanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efısiensi
proses dekontaminasi serta melindungi pekerja dari benda-benda yang
dapat menyebabkan infeksi, racun, dan hal-hal berbahaya lainnyaruang

6
dekontaminasi hanıs terjaga dengan baik ventilasi, kebersihan, suhu,
udara serta tersebamya partikel-partikel yang dapat membawa
mikroorganisme dari satu tempat ke tempat lainnya. Partikel-partikel ini
dapat meningkatkan jumlah bakteri pada benda-benda yang
terkontaminasi, alat-alat kesehatan yang telah didekontaminasi, alat-alat
yang siap disterilkan, bahkan yang sudah steril. Udara dihisap ke luar
atau ke dalam sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter, diganti
sepuluh kali dalam satu jam. Tekanan pada ventihsi udara harus -7 agar
tiük mengkontaminasi udara pada ruangan lainnya. Selain itu pada ruang
dekontaminasi tidak dianjukan memakai kipas angin. Suhu dan
kelembaban berpengaruh pada jumlah mikroorganisme pada benda
terkontaminasi, lingkungan, dan kenyamanan pekerja di ruang
dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan antara
18oC-22oC, dan kelembaban antara 35%-75%. Kebersihan ruang
dekontaminasi sangat penting karena debu, serangga, dan vermin adalah
pembawa mikroorganisme.
 Ruang pengemasan alat
Ruang pengemasan alat merupakan suatu ruang tempat dilakukannya
proses pengemasan alat, bongkar pasang, dan penyimpanan barang
bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang
 Ruang pemrosesan linen
Di ruang pemrosesan ini dilakukan pemeriksaan linen, pelipatan dan
pengemasan untuk persiapan sterilisasi. Pada daerah ini sebaiknya ada
tempat penyimpanan barang tertutup. Selain linen, pada ruang ini juga
dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas, cotton
swabs, dan sebagainya.
 Ruang sterilisasi
Ruang merupakan tempat dilakukannya proses sterilisasi alat dan
bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus
yang terpisah dan dilengapi dengan alat sirkuhsi
 Ruang penyimpanan barang steril

7
Ruang panyimpanan barang steril berada dekat dengan ruang
sterilisasi. Di ruang ini penerangan harus memadai, suhu antara 18 oC-
22oC dan kelembaban 35%-75%. Vartilasi ruangan ini menggunakan
sistem tekanan positif dalgan efisiersi filtrasi partikular antara 90-95%
(untuk partikular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan
terbuat dari bahan halus, kuat sehingga mudah dibersihkan. Barang-
barang yang telah steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukm pada dan alat
steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran lainnya. Lokasi ruang
penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas utama dan terisolasi.
c. Perilaku manusia
Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai
prosedur sterilisasi yang aman. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan
sterilisasi harus memperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi
minimal 1 kali satu tahun. Kenakan pakaian yang tepat sebelum menangani
instrumen yang terkontaminasi, Anda harus mengenakan pakaian yang tepat.
Pekerja yang bertugas di area dekontaminasi harus mengenakan pakaian
yang melindungi, seperti scrub atau pakaian tahan air lainnya. Anda juga
harus mengenakan pelindung wajah, sarung tangan plastik atau karet, dan
penutup kepala atau penutup lainnya. Anda mungkin memerlukan kacamata
pelindung untuk mengantisipasi jika bahan yang digunakan untuk
mendekotaminasi instrumen terciprat. Bersihkan diri anda sebelum memulai
proses pembersihan instrumen, petugas harus dalam keadaan steril sehingga
tidak memindahkan bakteri atau kuman apapun ke instrunent yang sudah
steril. Petugas juga harus menggunakan pakaian steril saat memuci instrument
dan juga harus menggunakan penutup rambut, masker, pelindung mata, serta
sarung tangan steril.
d. Materi Penyusun Alat/Bahan
Materi penyusun suatu alat akan mempengaruhi daya tahan alat tersebut.
Ketahanan alat/bahan itulah yang mempengaruhi keefektifan suatu proses

8
sterilisasi, apabila materi penyusun alat/bahan tersebut tidak tahan panas
maka sterilisasi tidak akan efektif karena suhu sterilisasi tidak bisa tinggi.
e. Kondisi Alat/Bahan
Apabila suatu alat.bahan digunakan untuk interaksi langsung dengan
mikroorganisme pengotor, maka diperlukan waktu sterilisasi ekstra agar
semua jasad renik yang ada pada alat/bahan yang ada pada alat/bahan mati.
f. Ukuran Wadah Pensterilan
Semakin besar wadah pensterilan maka semakin sulit menjamin semua
permukaan terkena panas, sehingga kesterilan pun tidak bisa dijamin.
g. Ketahanan Tubuh Mikroba
Semakin tahan tubuh mikroba maka diperlukan perlakuan tambahan
untuk mensterilkannya, misalnya peningkatan suhu, pengendalian pH, dsb.
h. e) Suhu dan Waktu
Semakin tinggi suhu dan lama sterilisasi akan menyebabkan perubahan
wama menjadi lebih gelap, menurunkan viskositas. Metode sterilisasi panas
kering lebih unggul dalam hal lama keadaan bebas bakteri dan rerata jumlah
koloni yang tumbuh. Terdapat perbedaan efektifitas pada pemrosesan alat
menggunakan teknik panas kering dan DTT teknik rebus. Sterilisasi panas
kering lebih efektif dalam pemrosesan instrumen bekas pakai (Yudianti, dkk,
2017).
Tehnik sterilisasi, steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari
mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun
apatogen/non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk
vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam
keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan
lapisan pelindung yang kuat) Tidak semua mikroba dapat merugikan,
misalnya mikroba yang terdapat dalam usus yang dapat membusukkan sisa
makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba yang patogen misalnya
Salmonella typhosa yang menyebabkan penyakit typus, E.coli yang
menyebabkan penyakit perut. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat
ruang/benda menjadi steril atau suatu proses untuk membunuh semua jasad

9
renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada
lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat
membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Sterilisasi
merupakan suatu proses pembebasan bahan atau alat dari semua bentuk
organisme hidup (Wulandari, dkk, 2022).

C. Prosedur Sterilisasi
1. Dekontaminasi
i. Memakai sarung
j. Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan klorin 0,5%
dengan cara mencampur 1 sendok makan kaporit dengan 1 liter
k. Mengaduk larutan sampai terlarut
l. Memasukkan alat-alat kesehatan yang sudah terpakai dan bisa digunakan
iagi kedalam bak
m. Memasukan satu persatu alat kesehatan kedalam bak perendaman klorin
dengan korentaru.
n. Biarkan selama kurang lebih 10 menit.
2. Pencucian dan pembilasan
b. Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum jam (modelkran
bukan putaran) dengan tangan kanan.
c. Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah didokumentasikan (hati-
hati bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jurum
jahit), agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau
karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam atau
kaca.
d. Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang berbeda, caranya
dengan mengambil satu persatu alkes atau peralatan laboratorium yang
sudah didekontaminasi dengan korentang.
e. Mencuci hati-hati semua benda tajam atau yang terbuat dari kaca dengan
cara:
 Menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran dengan cara menyikat dengan perlahan, searah dan

10
berulang-ulang di bawah air mengalir sampai sisa darah dan kotoran
bersih di semua permukaan,
 Membuka engsel, gunting dan klem dengan cara memutar skrup
secara perlahan ke kiri sampai
 Menyikat dengan seksama terutama pada bagian sambungan dan
sudut peralatan dengan cara : menyikat dengan perlahan, searah dan
berulangulang di bawah air mengalir sampai tidak tampak noda darah
atau kotoran.
 Memastikan sudah tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal
pada peralatan dengan cara melihat dengan membolak balik di bawah
penerangan yang cukup terang.
f. Mengulangi prosedur di atas setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih
bila perlu) dengan air dan sabun atau detergen.
g. Membllas benda- benda tersebut dengan air bersih dengan cara:
 Menganbil satu persatu alkes/paralatan laboratorium.
 Membilas satu persatu di bawah air mengalir.
 Mengulangi prosedur tersebut untuk benda- benda lain
h. Peralatan yang akan di deinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus /
rebus, atau di sterilisasi di dalam autoclave / oven panas kering, tidak
perlu dikeringkan dulu sebelum proses sterilisasi
i. Selagi masih menggunakan sarung tangam cuci sarung tangan dengan air
dan sabun, kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih
j. Melepas sarung tangan.
k. Menggantung sarung tangan dan biarkan kering
l. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (Rumahorbo, 2020).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sterilisasi merupakan suatu langkah atau tindakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi, maupun penularan penyakit infeksi. Sterilisasi merujuk pada kata
steril (suci hama) adalah keadaan bebas dari segala mikroba baik patogen atau
nonpatogen. Sterilisasi merupakan suatu tindakan untuk membuat suatu benda
menjadi steril. Sterilisasi adalah pembebasan suatu material bahan ataupun alat
dari berbagai mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Sel –sel vegetatif
bakteri dan fungi dapat dimatikan pada suhu 60 °C dan dalam waktu 5 – 10 menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,
konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan.
Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam
bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau
kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.

B. Saran
Diharapkan tindakan sterilisasi dilakukan şecara baik dan sempurna, maka
akan menjamin keselamatan kerja dan berkurangnya resiko terpapar
mikroorganisme. Dan dapat juga dilakukan untuk ataupun mengendalikan infeksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI (DepKes RI). 2009. Pedoman Instalasi Pusat


Sterilisasi (Central Sterile Supply department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Lewis T. 2013. Infection Prevention and Control Team. Policy on Cleaning and
Disinfection of Equipment, Surfaces, Environment and Skin. Edisi ke-5.
NorthBeccles: ECCH.

Nurlaily, Ari Pebru, 2018, Modul Ajar Konsep Management Patient Safety,
Surakarta: Stikes Kusuma Husada.

Rizkiyatussani, Her Gumiwang Ariswati and Syaifudin. 2019. ‘Five Channel


Temperature Calibrator Using Thermocouple Sensors Equipped With Data
Storage’, Journal of Electronics, Electromedical Engineering, and Medical
Informatics, 1(1), pp. 1–5. doi: 10.35882/jeeemi.v1i1.1

Wulandari, dkk, 2022, Manajemen Pasien Safety Keperawatan, Padang: PT


Global Eksekutif Teknologi.

13

Anda mungkin juga menyukai