THALASEMIA
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan
pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak
dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah
mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia
(Herdata.N.H. 2008 dan Tamam.M. 2009).
Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna
merah pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan
globin. Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang
terdiri dari rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2
rantai alfa (α) dan 2 rantai beta (β) yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian
lagi HbA2 (α2δ2 = 2,5%) sisanya HbF (α2ƴ2 = 0,5%).
Sel darah merah (eritrosit) membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. Sel ini
berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sum-sum tulang. Leukosit
berada di dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Hitung rata-rata
normal sel darah merah adalah 5,4 juta /ml pada pria dan 4,8 juta/ml pada
wanita. Setiap sel darah merah manusia memiliki diameter sekitar 7,5 m
dan tebal 2 m.
b.Haemoglobin
Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah
merah, suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450.
Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang
berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-
tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta.
Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasam, yaitu
hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai
beta.
c.Katabolisme hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan
segera difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di
hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau
beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari
hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh
transferin menuju sumsum tulang untuk membentu sel darah merah baru,
atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin.
Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag
menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu.
2.3 Epidemiologi
Orang tua yang mempunyai gen karier terhadap kelainan ini mempunyai peluang
sekitar 25% untuk diturunkan kepada anaknya.
30% Anak dengan kelainan genetik, kelainan kromosom atau kelainan kongenital
lain yang juga beresiko untuk menderita atresia ani.
Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia adalah 1 dalam
5000 kelahiran ( Grosfeld J, 2006).
2.3 Etiologi
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara
genetic dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen
globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu
ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah
satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang
mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia tampak
normal/sehat,sebabmasih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat
berfungsi dengan baik).seorang pembawa sifat thalassemia juga jarang
memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua
kromosom,dinamakan penderita thalassemia (homozigot/mayor). Kedua belah
gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat
sebuah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua
orangtuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap
pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak
mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari ayah dan
ibunya maka anak akan menderita thalassemia,bila anak hanya mendapat
sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit
ini.
2.5 Klasifikasi
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai
alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala sama
sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih
pucat.
c. Hb H Disease
Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat bervariasi mulai tidak
ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan
perbesaran limpa.
2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin
beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :
Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang
bermutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel
darah merah yang mengecil (mikrositer).
b. Thalasemia Intermedia.
Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi
sedikit rantai beta globin. Penderita mengalami anemia yang derajatnya
tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
c. Thalasemia Mayor.
Diagnosis untuk thalassemia terdapat dua yaitu secara screening test dan
definitive test.
1) Screening test
Didaerah endemic, anemia hipokrom mikositik perlu diragui sebagai
gangguan thalassemia.(Wiwanitkit,2007).
a. Intrepretasi asupan darah
Dengan apusan darah anemia mikrositik sering dapat dideteksi
pada kebanyakan thalassemia kecuali thalassemia a silent
carrier.Pemeriksaan apusan darah rutin dapat membawa kepada
diagnosis thalassemia tetapi kurang berguna untuk skrining.
b. Pemeriksaan osmotic fragility (OF)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menetukan fragility
eritrosit.Secara dasarnya resistan eritrosit untuk lisis bila
konsentrasi natrium klorida dikurangkan dikira. Studi yang
dilakukan menemui probabilitas formasi pori-pori pada membran
yang regang bervariasi mengikut order ini :
thalassemia<control<spherositosis. (Wiwanitkit,2007)
2) Definitive test
a) Elektroforesis hemoglobin
Pemeriksaan ini dapat menentukan pelbagai jenis tipe hb di dalam
darah. Nilai abnormal bisa digunakan untuk diagnosis thalassemia
seperti pada thalassemia minor Hb A2 4-5,8% atau Hb F 2-5
%,thalassemia Hb H: Hb A2 <2% dan thalassemia mayor Hb F
10-90%. Pada Negara tropical membangun elektroresis bisa juga
mendeteksi Hb C,Hb S dan Hb J (wiwanitkit,2007)
b) Molecular diagnosis
Pemeriksaan ini adalah gold standar dalam mendiagnosis
thalassemia.Bukan saja menentukan tipe thalassemia dapat juga
menentukan mutasi yang berlaku (wiwanitkit,2007)
2.7 Patofisiologi
Pada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2
rantai alfa dan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari
alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2 % pada keadaan
normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasa menurun dan pada
usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada
keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Pada
thalasemia, satu atau lebih dari satu rantai globin kurang diproduksi sehingga
terdapat kelebihan rantai globin karena tidak ada pasangan dalam proses
pembentukan hemoglobin normal orang dewawa (HbA). Kelebihan rantai globin
yang tidak terpakai akan mengendap pada dinding eritrosit. Keadaan ini
menurun sedangkan produksi HbA2 dan atau HbF tidak terganggu karena tidak
memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak dari pada keadaan
Eritropoesis didalam susunan tulang sangat giat, dapat mencapai 5 kali lipat dari
nilai normal, dan juga serupa apabila ada eritropoesis ekstra medular hati dan
limfa. Destruksi eritrosit dan prekusornya dalam sumsum tulang adalah luas
(eritropoesis tidak efektif) dan masa hidup eritrosit memendek dan hemolisis.
2.8 Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah
yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa,
kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat
2.9 Penatalaksanaan
1. Transfusi darah berupa sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb 11 g/dl.
Jumlah SDM yang diberikan sebaiknya 10 – 20 ml/kg BB.
2. Asam folat teratur (misalnya 5 mg perhari), jika diit buruk
3. Pemberian cheleting agents (desferal) secara teratur membentuk mengurangi
hemosiderosis. Obat diberikan secara intravena atau subkutan, dengan bantuan
pompa kecil, 2 g dengan setiap unit darah transfusi.
4. Vitamin C, 200 mg setiap, meningkatan ekskresi besi dihasilkan oleh
Desferioksamin..
5. Splenektomi mungkin dibutuhkan untuk menurunkan kebutuhan darah. Ini
ditunda sampai pasien berumur di atas 6 tahun karena resiko infeksi.
6. Terapi endokrin diberikan baik sebagai pengganti ataupun untuk merangsang
hipofise jika pubertas terlambat.
7. Pada sedikit kasus transplantsi sumsum tulang telah dilaksanakan pada umur 1
atau 2 tahun dari saudara kandung dengan HlA cocok (HlA – Matched
Sibling). Pada saat ini keberhasilan hanya mencapai 30% kasus.
2.10 Pencegahan
a. Pencegahan primer :
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah
perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan
yang homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan
keturunan : 25 % Thalasemia (homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25
normal.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan
Thalasemia heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan
sperma berasal dari donor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran kasus
homozigot terhindari, tetapi 50 % dari anak yang lahir adalah carrier,
sedangkan 50% lainnya normal.
Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu
kemajuan dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin
sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokotus.
2.11 Prognosis
Thalasemia homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang
mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah
infeksi dan pemberian chaleting agents untuk mengurangi hemosiderosis
(harganya pun mahal, pada umumnya tidak terjangkau oleh penduduk negara
berkembang).
Thalasemia tumor trait dan Thalasemia beta HbE yang umumnya mempunyai
prognosis baik dan dapat hidup seperti biasa.
1. Sebagai penghubung antara klien, tim kes lain dalam rangka pemenuhan
kebutuhan
3. Sasaran : Pasien
4. Tempat : Ruang X
6. Waktu : 30 menit
9. Materi penyuluhan
1. Definisi thalasemia
2. Karakteristik thalasemia
3. Penyebab thalasemia
5. Komplikasi thalasemia
2. Tanya jawab
2. Pola Nutrisi-Metabolik
- Kebiasaan jumlah makanan dan makanan kecil
- Tipe banyaknya makanan dan minuman
- Pola makan 24 jam terakhir
- Pengaruh terhadap pemilihan makanan
- Kepuasan akan berat badan
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
3. Pola Aktivitas & Tidur
- Aktivitas kehidupan sehari-hari dilakukan dengan baik atau mengalami
gangguan
- Aktivitas menyenangkan yang biasa dilakukan oleh klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan meliputi pemeriksaan TTV
4. Pola Istirahat-Tidur
- Kebiasaan tidur sehari-hari : jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur.
- Gejala dari perubahan pola tidur
5. Pola Eliminasi
- Kebiasaan pola BAK:frekuensi, jumlah, warna ,bau ,nyeri ,nokturia
,kemampuan mengontrol buang air besar,adanya perubahan-perubahan.
- Kebiasaan pola BAB : frekuensi, jumlah, warna ,bau ,nyeri ,nokturia
,kemampuan mengontrol buang air besar,adanya perubahan-perubahan.
- Kemampuan perawatan diri ke kamar mandi
6. Pola Persepsi-Kognitif
- Penggunaan alat bantu seperti: kaca mata,alat bantu dengar
- Perubahan dalam pengindraan
- Persepsi akan kenyamanan
- Tingkat pendidikan
- Riwayat yang berhubungan dengan masalah perkembangan
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
- Keadaan social : pekerjaan,situasi keluarga,kelompok-kelompok social
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
8. Pola Hubungan-Peran
- Efek penyakit terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
9. Pola Reproduktif-Seksualitas
- Masalah atau problem seksual
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
c. Perencanaan
d. Evaluasi
1.Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
2.Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
BAB 3
Kesimpulan dan Penutup
A. Kesimpulan
Thalassemia adalah sekumpulan heterogenus penyakit akibat dari gangguan
sintesis hemoglobin yang diwarisi secara autosom resesif.
Thalassemia merupakan sindroma kelainan darah herediter yang paling sering
terjadi didunia,sangat umum dijumpai disepanjang sabuk thalassemia yang sebagian besar
wilayahnya endemis malaria. Heterogenitas molecular penyakit tersebut baik carrier
thalassemia-a maupun carrier thalassemia-B sangat bervariasi dan berikatan erat dengan
pengelompokkan populasi sehingga dapat dijadikan petanda genetic populasi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilyn dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3.EGC:Jakarta
Ngastiyah .2005.Pearwatan Anak sakit.Edisi 2.EGC:Jakarta
Syaifuddin,H.2011.anatomi dan Fisiologi Keperawatan.EGC.Jakarta