Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULAN PADA PASIEN ANAK DENGAN

TALASEMIA

Dosen Pembimbing :
Ns. Erna Susilowati,S.ST, SKep,Ns,M.Gizi

Disusun Oleh :
Widhia Astuti (201849052)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


TAHUN AKADEMIK 2021
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Talasemia
Talasemia merupakan penyakit anemia hemalitik dimana terjadi kerusakan
sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi
pendek (kurang dari 100 hari). (Subianto, 2013)
2. Penyebab
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat
yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen
dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut
hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit
ini.(Subianto, 2013)
3. Patofisiologi (sampai pada diagnosis keperawatan)
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan polipeptida rantai alpa
dan dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya
rantai beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kekurangan rantai beta dalam
molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan ertrosit membawa
oksigen. Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai
beta memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin
defictive. Ketidak seimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan
rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai
polipeptida ini mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida
alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan heint, merusak
sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin
menstimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi

2
eritropik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus menerus pada suatu
dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC,menimbulkan tidak edukatnya
sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan edstruksi RBC menyebabkan
bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
Pada talasemia letak salah satu asam amino rantai polipre tidak berbeda
urutannya/ditukar dengan jenis asam amino lain. Perubahan susunan asam
amino tersebut. Bisa terjadi pada ke-4 rantai poliper Hb-A, sedangkan kelainan
pada rantai alpha dapat menyebabkan kelainan ketiga Hb yaitu Hb-A, Hb-A2
dan Hb-F.(Subianto, 2013)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d mengeluh lelah
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d berat
badan menurun minimal 10 % di bawah rentang ideal.
c. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
penurunan hemoglobin, leukopenia (penurunan granulosit)
4. Tanda dan Gejala
Pada talasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun. Gejala yang tampak adalah anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badan kurang. Pada anak
yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya
pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba. Adanya pembesaran limpa dan
hati tersebut mempengaruhi gerak pasien karena kemampuan terbatas, limpa
yang membesar ini akan mudah ruptur hanya karena trauma ringan saja.
Gejala lain (khas) ialah bentuk muka mongoloid, hidung pesek tanpa
pangkal hidung; jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar. Hal
ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan tulang muka dan
tengkorak. (Gambaran radiologis tulang memperlihatkan medula yang besar,

3
korteks tipis dan trabekula kasar).Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan. Jika
pasien telah sering mendapat tranfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan
besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.Penimbunan besi
(hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limpa, jantung akan
mengakibatkan gangguan fatal alat-alat tersebut (hemokromatosis).(Subianto,
2013)
5. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan transfusi hingga Hb mencapai 10 gram/dl. Komplikasi dari
pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya
pemupukan zat besi yang disebut hemosiderotis ini dapat dicegah dengan
pemberian deferoxamine (Desferal)
b. S. Plenectomy: dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan
meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen
(transfusi)

Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan


genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia.
Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan
hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang
menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine.
Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika
suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak
mereka memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia.
Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah
di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia atau
tidak.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Asal keturunan/kewarganegaraan

4
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit
darah yang paling banyak diderita.
b. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut
telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang
berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
c. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang
berfungsi sebagai alat transport.
d. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh
hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk
thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan
ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
e. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
f. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa
lelah.

5
6
g. Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah
orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita
thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh
karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi
untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena
keturunan.
h. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam
adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya
sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai
risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk
memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
i. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya
adalah:
 Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak
selincah aanak seusianya yang normal.
 Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk
khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid,
yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan
tulang dahi terlihat lebar.
 Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
 Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
 Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat
adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik

7
 Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa
dan hati ( hepatosplemagali).Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk
umurnya dan BB nya kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat
lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
 Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia
kronik.
 Kulit Warna kulit pucat kekuning- kuningan
Jika anak telah sering mendapat transfusi darah, maka warna kulit
menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam
jaringan kulit (hemosiderosis).

2. Diagnosa Keperawatan
I. Intoleransi Aktifitas
a. Definisi operasional : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengeluh lelah

8
Objektif
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritma saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Gagal jantug kongestif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katub jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
8) Ganggguan muskuloskeletal [ CITATION Tim16 \l 1033 ]
f. Kriteria hasil: Toleransi Aktivitas
Definisi oprasional: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan
tenaga
Ekspektasi : meningkat

9
Kriteria Hasil:
Menuru Cukup Sedan Cukup Mening
n menuru g meningk kat
n at
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
Mening Cukup Sedan Cukup Menuru
kat meningk g menuru n
at n
Keluhan lelah 1 2 3 4 5
Dispnea saat 1 2 3 4 5
aktifitas
Dyspnea 1 2 3 4 5
setelah
aktifitas
Membur Cukup Sedan Cukup Membai
uk membur g membai k
uk k
Warna kulit 1 2 3 4 5
membaik
Tekanan 1 2 3 4 5
darah

[ CITATION Tim162 \l 1033 ]

g. Intervensi keperawatan
1) Manajemen Energi

10
Definisi Oprasional: Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan
proses pemulihan.
Tindakan :
1. Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktifitas
2. Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
c) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi:
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi:
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

2) Terapi aktivitas

11
Definisi Operasional : menggunakan aktivitas fisik, kognitif, dan
spiritual tertentu untuk memulihkan keterlibatan, frekuensi atau durasi
aktivitas individu atau kelompok
Tindakan :
1. Observasi
a) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
b) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
c) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
d) Identifikasi strategi meningkatkan pertisipasi dalam aktivitas
e) Identifikasi makna aktifitas rutin (mis, bekerja dan waktu luang )
f) Monitor respons emosional, fisik,sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
2. Terapeutik
a) Fasilitasi fokus kemampuan, bukan defsit yang dialami
b) Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
aktivitas
c) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktifitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,psikologis, dan sosial
d) Koordinasikan pemilihan aktivitas seusai usia
e) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f) Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika perlu
g) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
h) Fasilitasi aktivitas rutin
i) Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energi dan gerak
j) Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
k) Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika
sesuai

12
l) Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasikan otot
m) Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan
emosional
n) Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
o) Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk mengurangi kecemasan
p) Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
q) Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
r) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
s) Jadwalkan aktifitas dalam rutinitas sehari-hari
t) Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
3. Edukasi
a) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
b) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
c) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spritual dan kognitif
falam manjaga fungsi dan kesehatan
d) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok dan terapi, jika sesuai
[ CITATION Tim163 \l 1033 ]
II. Defisit Nutrisi
a. Definisi Operasional : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolism.
b. Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi (mis. finsansial tidak mencukupi)

13
6) Faktor psikologis (mis. stres , keengganan untuk makan)
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif (tidak tersedia)
Objektif
1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram / nyeri abdomen
3) Nafsu makan menuru
Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membrane mukosa pucat
5) Sariawan
6) Srum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
e. Kondisi klinis terkait
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebral paisy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amytropic lateral sclerosis
8) Kerusakan neuromuscular
9) Kuka bakar

14
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
13) Penyakit crohn”s
14) Enterokolitis
15) Fibrosis kistik
[ CITATION Tim16 \l 1033 ]

f. Kriteria hasil : status cairan


Definisi operasional : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolism
Ekspetasi : Membaik
Kriteia hasil :

Menu Cuku Sedang Cukup Meningk


run p Menin at
Menu gkat
run
Porsi makan yang di habiskan 1 2 3 4 5
Kekuatan otot pengunyah 1 2 3 4 5
Kekuatan otot menelan 1 2 3 4 5
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi keinginan untuk 1 2 3 4 5
meningkatkan nutrisi
Pengetahuan tentang pilihan 1 2 3 5
makanan yang sehat
Pengetahuan tentang pilihan 1 2 3 4 5
minuman yang sehat
Pengetahuan tentang standar 1 2 3 4 5
asupan nutrisi yang tepat

15
Penyiapan dan penyimpanan 1 2 3 4 5
makanan yang aman
Penyiapan dan penyimpanan 1 2 3 4 5
minuman yang aman
Sikap terhadap makanan / 1 2 3 4 4
minuman sesuai dengan tujuan
kesehatan
Meni Cuku Sedang Cukup Menur
ngkat p Menuru un
Meni n
ngkat
Perasaan cepat kenyang 1 2 3 4 5
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Mem Cuku Sedang Cukup Memba
buru p membai ik
k mem k
buru
k
Berat badan 1 2 3 4 5
Indeks Massa Tubuh (IMT) 1 2 3 4 5
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal kulit lipatan trisep 1 2 3 4 5
Mebran mukosa 1 2 3 4 5
[ CITATION Tim162 \l 1033 ]
g. Intervensi Keperawatan
1) Manajemen Nutrisi
Definisi operasional : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
seimbang
Tindakan

16
1. Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang di sukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
c) Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan
oral dapat di toleransi
3. Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Anjurkan diet yang di programkan
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang di butuhkan, jika perlu
[ CITATION Tim163 \l 1033 ]
III. Resiko Infeksi

17
a. Definisi operasional : berisiko mengalami peningkatan terserang
organisme patogenik
b. Faktor resiko
1) Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
a) Gangguan peristaltik
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketubah pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imunosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit baru obstruktif kronis
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid

18
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
9. Kanker
10.Gagal ginjal
11.Imunosupresi
12.Lymphedema
13.Leukositopenia
14.Gangguan fungsi hati
[ CITATION Tim16 \l 1033 ]
d. Kriteria hasil : tingkat infeksi
Definisi operasional : derajat infeksi berdasarkan observasi atau
informasi
Ekspetasi : menurun

19
Kriteria hasil :

Menuru Cukup Sedang Cukup Meningka


n menurun meningkat t
Kebersihan 1 2 3 4 5
tangan
Kebersihan 1 2 3 4 5
badan
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Mening Cukup Sedang Cukup Menurun
kat meningkat menurun
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5
Cairan berbau 1 2 3 4 5
busuk
Sputum 1 2 3 4 5
berwarna hijau
Drainase 1 2 3 4 5
purulent
Piuna 1 2 3 4 5
Periode 1 2 3 4 5
malaise
Periode 1 2 3 4 5
menggigil
Letargi 1 2 3 4 5
Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif
Membu Cukup Sedang Cukup Membaik
ruk memburuk membaik
Kadar sel putih 1 2 3 4 5
Kultur darah 1 2 3 4 5
Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur sputum 1 2 3 4 5

20
Kultur area 1 2 3 4 5
luka
Kultur feses 1 2 3 4 5
Kadar sel darah 1 2 3 4 5
putih
[ CITATION Tim162 \l 1033 ]
e. Intervensi Keperawatan
1) Manajemen imunisasi / vaksinasi
Definisi operasional : mengidentifikasi dan mengelola pemberian kekebalan
tubuh secara aktif dan pasif
Tindakan
1. Observasi
a) Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
b) Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. reaksi anafilaksis
terhadap vaksin sebelumnya dan/ sakit parah dengan/ tanpa demam)
c) Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
2. Terapeutik
a) Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
b) Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. nama produsen, tanggal
kadaluwarsa)
c) Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
b) Informasikan imunisasi yang di wajibkan pemerintah (mis. Hepatitis B,
BCG, difteri, tetanus, pertussis, H, Influenza, polio, campak, measles,
rubela)
c) Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat
ini tidak di wajibkan pemerintah (mis. influenza, pneumokakus)
d) Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. rabies, tetanus)

21
e) Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang
jawal imunisasi kembali.
f) Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasioanal yang
menyediakan vaksin gratis.
2) Pencegahan infeksi
Definisi operasional : mengidentifikasi dan menurunkan resiko terserang
organisme patogenik
Tindakan
1. Observasi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Terapeutik
a) Batasan jumlah pengunjung
b) Berikan perawatan kulit pada area edema
c) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
d) Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
3. Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c) Ajarkan etika batuk
d) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
e) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
[ CITATION Tim163 \l 1033 ]

3. Rencana Keperawatan

22
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan.Adapun kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan
tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan
konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau mendokumentasikan
rencana asuhan keperawatan

4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan lebih menekankan pada


menyelesaikan atau melakukan suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahap
perencanaan atau intervensi. Implementasi lebih ditujukan pada, upaya perawatan
dalam meningkatkan kenyamanan, upaya pemberian informasi yang akurat, upaya
mempertahankan kesejahteraan, upaya tindakan pemberian edukasi untuk
meningkatkan manajemen kesehatan keluarga.(Ristya, 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisa, dan Planning).

S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah


dilakukan intervensi keperawatan.

O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi

23
6. Format Pengkajian Anak

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

NAMA MAHASISWA : Widhia Astuti

SEMESTER : 6 (Genap)

RUANG : di rumah Ny. S

TANGGAL PENGKAJIAN :4 Februari 2021

A. BIODATA
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : An. T
b. Nama Panggilan : An. T
c. Umur : 22 Juli 2014
d. Jenis Kelamin :P
e. Pendidikan : TK (B)
f. Diagnosa Medis :-
g. Tanggal MRS :-
h. No. Register :-
i. Golongan Darah :-

2. Identitas Orang tua


 Ayah
 Nama Ayah : Tn. B
 Umur : 33th

24
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Penghasilan per bulan : -
 Alamat : Loceret

 Ibu
 Nama Ibu : Ny. S
 Umur : 29th
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Penghasilan per bulan : -
 Alamat : Loceret

B. ALASAN KUNJUNGAN
-
C. KELUHAN UTAMA
Tidak ada keluhan
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Ibu px mengatakan bahwa anak nya baik baik saja dan sehat
E. RIWAYAT KEHAMILAN
1. Prenatal
Kehamilan anak pertema
Status kesehatan gizi ibu baik
Ibu px tidak mengalami penyakit apapun hanya mual dan muntah saat trimester
awal

25
Ibu px mendapatkan imunisasi TT

2. Natal
Persalinan di klinik terdekat
Jenis persalinan normal
Penolong bidan
Keadaan bayi sehat
Ibu px tidak mengalami komplikasi apapun
3. Post Natal
Keadaan ibu sehat
Kondisi bayi sehat, tidak asfiksia, dan tidak kekuning kuningan
Bayi menangis kuat saat lahir
Bayi telah mendapat imunisasi lengkap
F. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit – Penyakit Waktu Kecil
Ibu px mengatakan bahwa anaknya pernah sakit panas, batuk, dan flu.
2. Perawatan di Rumah Sakit
Ibu px mengatakan bahwa anaknya belum pernah di rawat di RS
3. Penggunaan Obat – Obatan
Ibu px mengatakan bahwa anaknya pernah mengkonsumsi obat dari klinik serta
dari apotik (hufagrip)
4. Tindakan Operatif lainnya
Ibu px mengatakan jika anaknya sakit panas tinggi di bawa ke puskesmas/klikik
terdekat
5. Alergi
Ibu px mengatakan bahwa anaknya tidak mempunyai riwayat alergi
6. Imunisasi

26
Ibu px mengatakan bahwa anaknya mendapat imunisasi lengkap yaitu BCG,
DPT 1-3, campak dan imunisasi lanjutan, sejak saat lahir sampai pada usia
10bulan
G. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ny. S mengatakan bahwa ia dan suami tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan dari keluarga.

H. GENOGRAM
X

Ket :

Laki – laki :

Perempuan :

Px :P

Tinggal serumah : - - - - - -

27
X : sudah meninggal

I. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang Mengasuh Anak
Ibu px mengatakan bahwa ibunya yang merawat px, tetapi jika sedang kerja
biasanya bersama kakek serta sodara ibunya, pola asuh dari ibu/ sodara ibunya
sudah efektif, tidak ada gangguan resiko untuk tidak mengenal teman, an. T
berteman baik dengan temannya, an. T berinteraksi baik dengan ibu dan
kakek/sodara ibunya yang sedang mengasuhnya
2. Hubungan dengan Anggoa Keluarga
Ibu px mengatakan bahwa hubungan an. T sebagai anak dalam keluarga terjalin
dengan baik, dan an. T berkomunikasi baik dengan keluarga.
3. Hubungan dengan Teman Sebaya
Ibu px mengatakan bahwa an. T senang bermain dengan temannya, mudah
bergaul
4. Pembawaan Secara Umun
Ibu px mengatakan bahwa anaknya selalu ramah dengan orang lain dari
keluarganya, mudah beradaptasi dengan orang baru, dan tidak mempunyai
masalah sosial
J. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi
a. Selera Makan
An. T biasanya makan 3x dalam sehari, nafsu makan baik, suka
mengkonsumsi jajan/ snack, makan sendiri tetapi kadang minta di suapi.
b. Alat Makan Yang digunakan
Alat makan yang di gunakan piring, sendok, mangkuk, gelas.
c. Jam Makan
Pagi : 07.30
Siang : 11.30

28
Sore : 17.00
2. Aktivitas/ Istirahat
a. Kebiasaan Sebelum Tidur
Ibu px mengatakan bahwa kebiasaan an. T sebelum tidur masih meminta
minum susu/ teh menggunakan botol dot, an. T tidur bersama ibu, ibu px
selalu memberi saran pada anaknya jika ia masih minum susu/ teh
meggunakan botol dot dapat merusak kondisi gigi tetapi an. T tetap
melakukan kebiaasannya. Ibu px juga sudah berusaha membuang botol/ dot
tetapi tetap di ambil oleh anaknya.
b. Aktivitas bermain
Ibu px mengatakan bahwa anaknya selalu aktif dalam bermain, an. T juga
sudah bisa menggunakan handphone, tetapi lebih sering bermain di rumah
temannya.
3. Personal Higiene
Mandi 2x/hari (bisa mandi sendiri), gosok gigi 1x sehari jika malam an. T tidak
mau menggosok gigi, kramas 3x/seminggu
Gigi : berlubang, ada karies, gigis warna hitam bagian depan atas
Rambut : bersih, tidk ada ketombe, tidak mudah rontok, pertumbuhan merata,
warna hitam lurus.
4. Eliminasi
Ibu an. T mengatakan bahwa an. T BAK 3-5x/sehari (melakukan sendiri)
BAB 2xsehari (melakukan sendiri)
K. KEADAAN SAAT INI
1. Tindakan Operatif
TB : BB: 17kg
2. Konjungtiva mata tidak anemis, mukosa bibir tidak pucat, An.R tidak terlihat
lesu
3. Status Nutrisi

29
An. T biasanya makan 3x dalam sehari, nafsu makan baik, bisanya minta makan
nasi menggunakan nugget, suka mengkonsumsi jajan/ snack, makan sendiri
tetapi kadang minta di suapi.
4. Status Hidrasi
Turgor kulit kembali dengan cepat, mata tidak terlihat cowong. An. T BAK 3-5
kali sehari

5. Obat – Obatan
-
6. Aktivitas
7. An. T terlihat mampu beraktivitas, tidak ada kelemahan otot, tidak ada
gangguan pada motorik halus, motorik kasar. Pada saat dilakukan test denver II
An. T mampu melakukanya dengan skor P/ lulus
8. X – Ray
-
L. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
An. T tampak rapi dan terawat
An. T tidak tampak pucat dan lemah
2. Tanda – Tanda Vital :
a. Suhu :36 ⁰ c
b. Nadi :-
c. TD :-
d. RR :-
e. TB :-
f. BB :17kg
3. Integumen/ Kulit Kuku
Kulit sawo matang, kulit sedikit lentur, kulit bersih, kuku bersih dan pendek
4. Leher dan Kepala

30
5. Tidak ada pembesaran vena jugularis, ada nya peningkatan otot
sternokleidomastoideus, tidak ada luka pada kepala, pertumbuhan rambut rata,
tidak ada ketombe, rambut berwarna hitam tidak mudah rontok.
6. Payudara dan Ketiak
Tidak ada benjolan, tidak ada lesi/luka, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
7. Dada/ Thorax
Dada simetris, tidak ada nyeri tekan
8. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada lika/lesi
9. Kelamin dan Sekitarnya
Sudah tidak menggunakan pampers, tidak ada kelainan, warna anus tidak
kemerahan
10. Punggung
Tidak ada luka, tidak ada benjolan, tulang belakang tidak bengkok
11. Neurologi
An. T dapat membedakan waran, dapat membedakan rasa, tidak ada gangguan
pada indra penciuman
12. Ekstremitas
Ekstrermitas atas(bahu,lengan) : pergerakan bebas, tidak ada gangguan
Ekttremitas bawah kemampuan dan uji kemampuan otot : an. T mampu berdiri
menggunakan satu kaki selama 6detik

M. TINGKAT PERKEMBANGAN
1. Adaptasi Sosial
An. T terlihat sangat ramah saat bersama orang lain, bermain dengan teman
sebaya dan mudah berkomunikasi
2. Bahasa
Penggunaan bahasa indonesia dan bahasa jawa cukup baik
3. Motorik Halus

31
Pada saat pemeriksaan denver II an. T mampu melakukan uji test denver
dengan baik(P), dengan test mencontoh menggambar persegi panjang dan
mengartikan 1-2 kata serta menyebutkan arti lawan kata
4. Motorik Kasar
Pada saat pemeriksaan denver II an. T mampu melakukan uji test denver
dengan baik(P), dengan test berdiri menggunakan 1 kaki selama 6detik

N. INFORMASI LAIN

Kediri, 4 Februari 2021

Mahasiswa

Widhia Astuti

32
ANALISA DATA

Nama Pasien : an. T


Umur : 22 Juli 2014
No Register :………………..
Tanggal : 5 Februari 2021

NO KELOMPOK DATA MASALAH KEMUNGKINAN


PENYEBAB
1. Ds : ibu px mengatakan Pencapaian peran
bahwa ibunya yang menjadi orang tua
merawat px, tetapi jika
sedang kerja biasanya
bersama kakek serta sodara
ibunya, pola asuh dari ibu/
sodara ibunya sudah
efektif, tidak ada gangguan
resiko untuk tidak
mengenal teman

Do : an. T berteman baik


dengan temannya

an. T berinteraksi baik


dengan ibu atau yang
mengasuhnya

2. Ds : an. T tidak mau gosok Defisit perawatan diri Penurunan


gigi saat malam hari (Mulut) motivasi/minat

33
Do : gigi berlubang,
terdapat karies, gigis
bagian depan atas berwarna
hitam

34
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Nama Pasien : an. T


Umur : 22 Juli 2014
No Reg :-
Tanggal : 5 Februari 2021

No Tanggal Diangnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan
1. 5 Februari Pencapaian peran menjadi orang tua
2020 d.d perilaku positif menjadi orang tua

Defisit perawatan diri (Mulut) b.d


2. 5 Februari penurunan motivasi/minat d.d
2020 menolak melakukan perawatan diri

35
36
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : an. T


Umur : 22 Juli 2014
No Register :-
Tanggal : 5 Februari 2021

No Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana Rasional TTD


Keperawatan Standar Tindakan
1. Pencapaian Peran menjadi Promosi Untuk
peran menjadi orang tua Antisipasi mengetahui
orang tua d.d Setelah di Keluarga cara yang di
perilaku lakukan gunakan dalam
positif tindakan - Identifi pemecahan
menjadi orang keperawatan kasi metode masalah
tua 1x24 jam di pemecahan
harapkan peran masalah yang Untuk
menjadi orang sering di mengetahui
tua membaik gunakan pendapat/saran
dengan kriteria keluarga dari anggota
hasil : - Libatkan selu keluarga dalam
- perilaku ruh anggota upaya
positif menjadi keluarga dalam mengatasi
orang tua upaya antisipasi masalah
meningkat masalah kesehatan
- interaksi kesehatan, jika
perawatan bayi memungkinkan Untuk
meningkat -Jelaskan menambah

37
- memberi perkembangan pengetahuan
pengertian pada dan perilaku kepada
anak/ anggota yang normal keluarga
keluarga kepada keluarga menganai
meningkat perkembangan
- kebutuhan dan perilaku
fisik dan emosi yang normal
anak/anggota
keluarga
terpenuhi
meningkat
- keinginan
meningkatkan
peran menjadi
orang tua
terpenuhi
meningkat
Perawatan diri
(Mulut)
Setelah di
lakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam di
harapkan
perawatan diri
meningkat
dengan kriteria

38
hasil :

- Minat
melakukan
perawatan diri
meningkat
- Mempertahan
kan kebersihan
diri meningkat
- Mempertahan
kan kebersihan
mulut

2. Defisit Edukasi Untuk


perawatan diri perawatan mulut memberikan
(Mulut) b.d informasi
penurunan -identifikasi mengenai
motivasi/mina kesiapan dan perawatan
t d.d menolak kemampuan mulut dan gigi
melakukan menerima
perawatan diri informasi Untuk
-sediakan materi mencegah
dan media dampak tidak
pendidikan merawat mulut
kesehatan
-jelaskan aspek

39
yang perlu di
identifikasi dari
kondisi mulut
(mis. luka,
karies gigi, plak,
sariawan atau
tumor)
-anjurkan sikat
gigi setiap 2x
sehari
-ajarkan
memilih sikat
gigi sesuai
dengan kondisi
-ajarkan cara
menyikat gigi
dari arah gusi ke
atas pada
masing –
masing gigi atas
dan bawah
-ajarkan cara
memantau
kebersihan
mulut, lidah,
dan gusi

40
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : an. T


Umur : 22 Juli 2014
No Reg :-
Tanggal : 5 Februari 2021

No Tanggal No Tindakan Keperawatan TTD


Diagnosa
1. 5 Februari Dx. 1 - Identifikasi metode pemecahan
2021 masalah yang sering di gunakan
keluarga
- Libatkan seluruh anggota keluarga
dalam upaya antisipasi masalah
kesehatan, jika memungkinkan
- Jelaskan perkembangan dan perilaku
yang normal kepada keluarga

2. 5 Februari Dx. 2 - Identifikasi kesiapan dan kemampuan


2021 menerima informasi
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jelaskan aspek yang perlu di
identifikasi dari kondisi mulut (mis.
luka, karies gigi, plak, sariawan atau
tumor)
- Anjurkan sikat gigi setiap 2x sehari
- Ajarkan memilih sikat gigi sesuai
dengan kondisi
- Ajarkan cara menyikat gigi dari arah

41
gusi ke atas pada masing – masing gigi
atas dan bawah
- Ajarkan cara memantau kebersihan
mulut, lidah, dan gusi

42
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : an. T


Umur : 22 Juli 2014
No Reg :-
Tanggal : 5 Februari 2021

No Tanggal No EVALUASI TTD


Diagnosa
1. 5 Dx.1 S : ibu px mengatakan bahwa ibunya
Februari yang merawat px, tetapi jika sedang kerja
2021 biasanya bersama kakek serta sodara
ibunya, pola asuh dari ibu/ sodara ibunya
sudah efektif, tidak ada gangguan resiko
untuk tidak mengenal teman

O : an. T berteman baik dengan temannya


an. T berinteraksi baik dengan ibu atau
yang mengasuhnya

A : peran menjadi orang tua teratasi,


,melanjutkan intervensi untuk edukasi
komunikasi pra sekolah kepada an. T

P : mengidentifikasi metode pemecahan


masalah yang sering di gunakan keluarga
- melibatkan seluruh anggota keluarga
dalam upaya antisipasi masalah
kesehatan, jika memungkinkan

43
- menjelaskan perkembangan dan
perilaku yang normal kepada keluarga
- menjelasakan cara komunikasi pra
sekolah terhadap ibu/an. T

Dx. 2 S : an. T tidak mau gosok gigi saat malam


hari

O : gigi berlubang, terdapat karies, gigis


bagian depan atas berwarna hitam

A : masalah perawatan mulut belum


teratasi

P : mengidentifikasi kesiapan dan


kemampuan ibu dan an. T menerima
informasi
- menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- menjelaskan aspek yang perlu di
identifikasi dari kondisi mulut (mis. luka,
karies gigi, plak, sariawan atau tumor)
- menganjurkan sikat gigi setiap 2x
sehari
- mengajarkan memilih sikat gigi sesuai
dengan kondisi
- mengajarkan cara menyikat gigi dari
arah gusi ke atas pada masing – masing

44
gigi atas dan bawah
- mengajarkan cara memantau kebersihan
mulut, lidah, dan gusi

2. 6 Dx.1 S : ibu px mengatakan bahwa tidak ada


Februari gangguan resiko untuk tidak mengenal
2021 teman, an. T berkomunikasi baik dengan
keluarga

O : an. T berteman baik dengan temannya


an. T berinteraksi baik dengan ibu atau
yang mengasuhnya

A : masalah peran menjadi orang tua


teratasi, melanjutkan edukasi pentingnya
komunikasi pra sekolah pada ibu/ an. T

P : mengidentifikasi metode pemecahan


masalah yang sering di gunakan keluarga
- melibatkan seluruh anggota keluarga
dalam upaya antisipasi masalah
kesehatan, jika memungkinkan
- menjelaskan perkembangan dan
perilaku yang normal kepada keluarga
- tetap menjelasakan cara komunikasi pra
sekolah terhadap ibu/an. T

45
Dx. 2 S : an. T tidak mau gosok gigi saat malam
hari

O : gigi berlubang, terdapat karies, gigis


bagian depan atas berwarna hitam

A : masalah perawatan diri (mulut) belum


teratasi, intervensi di lanjutkan

P : menjelaskan aspek yang perlu di


identifikasi dari kondisi mulut (mis. luka,
karies gigi, plak, sariawan atau tumor)
- menganjurkan sikat gigi setiap 2x
sehari
- mengajarkan memilih sikat gigi sesuai
dengan kondisi
- mengajarkan cara menyikat gigi dari
arah gusi ke atas pada masing – masing
gigi atas dan bawah
- mengajarkan cara memantau kebersihan
mulut, lidah, dan gusi

46
DAFTAR PUSTAKA

Ristya. (2016). No Title.

Subianto, A. (2013). LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN THALASEMIA DI RUANG POLI THALASEMIA RSUP HASAN
SADIKIN BANDUNG. Agung Subianto, 66(1997), 37–39.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

PPNI, T. P. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

PPNI, T. P. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

PPNI, T. P. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

47
Lampiran Revisi

LP

1. Rencana tindakan
2. Implementasi
3. Evaluasi

ASKEP
1. Fokus tindakan komunikasi pra sekolah
2. Tindakan operasional

48

Anda mungkin juga menyukai