Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEMINAR AGAMA ISLAM

TENTANG “PERAWATAN BAYI BARU LAHIR”


TINGKAT IA

Dosen Pembimbing :
NAMA KELOMPOK :
 Febi Ayu Nur A (17)
 Nur Laily R (34)
 Sinta Mulyana S (44)

AKADEMI KEPERAWATAN DHAMA HUSADA KEDIRI


Jl. Penanggungan No. 41 A Kediri
Telp/Fax. (0354) 772628

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami bisa menyusun makalah Agama yang
berjudul “Hal-hal yang dilakukan setelah kelahiran bayi dalam pandangan islam”
Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk menambah wawasan kami, penulis khususnya dan
pembaca.
Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah kami ini. Diantaranya
ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Agama Dr.H. Tajudin Noor, dan juga rekan-
rekan yang telah menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa yang akan datang.
Kami berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kediri, 23 Mei 2019

Penyusun

Daftar isi
Kata pengantar
Bab I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan pelaksanaan
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Kelahiran Menurut Agama Islam
2.1.1 pengertian persalinan & Kelahiran
2.1.2 Tanda-tanda Persalinan
2.1.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir
2.1.4 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir dikatakan normal dan sehat
2.1.5 masa melahirkan
2.1.6 Pandangan Islam tentang Kelahiran dan Persalinan
2.1.7 Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir
2.1.8 Hal Pertama yang dilakukan saat Kelahiran Bayi menurut pandangan Agama Islam
A. Mendoakan Bayi
B. Adzan dan Iqamah
C. Tahnik
D. Aqiqah
E. Memberi Nama Baik
F. Mencukur Rambut
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi adalah sebuah anugrah terindah yang di berikan Allah kepada sepasang suami istri,
dengan kehadiran bayi di sekeliling mereka menghadirkan kebahagiaan keluarga, selain
itu bayi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan dibina agar kelak menjadi
anak yang sholeh dan solehah , pejuang umat, dan meneruskan perjuangan Rasulullah
SAW. Oleh karna itu kehadiran bayi harus di sambut oleh pihak keluarga, diantaranya
dengan adzan, iqomah, mentahnik dengan kurma, potong rambut, aqiqah dan pemberian
nama, sesuai dengan yang dicontohkan Rosululloh SAW.
Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada umatnya akhlak yang baik dan bijaksana,
semua yang di ajarkan oeh beliau pasti ada dasarnya dan memiliki atsar (pengaruh) yang
sangat besar, baik itu berupa perintah ataupun larangan.
Sebagai seorang calon ibu dan ayah harus mengatahui hal – hal apa saja yang pertama
dilakukan saat bayi baru lahir yang sesuai dengan syariat islam. Jangan sampai saat bayi
baru lahir ibu dan ayah tidak mengerti harus melakukan apa. Apalagi melakukan hal – hal
yang tidak sesuai dengan syariat islam.
Landasan Hukum Hak-Hak Anak

Hak-hak anak sudah melekat dalam diri setiap anak dan diakomodasi melalui undang-
undang. Landasan

hukum yang mengatur pemenuhan hak-hak anak, antara lain:

Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28B ayat 2 mengatakan: “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh

dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, pasal 2 ayat 1-


4:

(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan
kasih sayang baik dalam

keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan
wajar.

(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya, sesuai dengan

kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan
berguna.
(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah

dilahirkan.

(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat

pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.

Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada


tanggal 20 November 1989 dan telah

ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia di New York pada tanggal 26


Januari 1990 melalui Keputusan

Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of The
Child. Seluruh bagian dalam

Konvensi ini mengatur pemenuhan hak-hak anak.

Ada 4 prinsip dasar hak anak yang terkandung di dalam Konvensi Hak Anak, yaitu:

1. Non-diskriminasi.

2. Kepentingan yang terbaik bagi anak.

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan.

4. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Setiap orang dewasa, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk menghormati,


melindungi dan
memenuhi hak-hak anak sejak anak masih di dalam kandungan, memenuhi kebutuhan
dasar anak dalam bentuk

asih (kebutuhan fisik biologis termasuk pelayanan kesehatan), asah (kebutuhan kasih
saying dan emosi), dan asuh

(kebutuhan stimulasi dini) agar anak bertumbuh dan berkembang sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Di

samping memenuhi hak-hak yang sudah melekat pada anak, pembinaan anak perlu
pula diarahkan untuk

menggugah dan meningkatkan kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab anak
kepada orang tua, masyarakat,

bangsa dan negara.

Batasan Usia Anak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak, pasal 1

Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam

kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di
dalam kandungan sampai

usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-bangsa

pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1
pasal 1, yang dimaksud Anak
adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-
undang yang berlaku bagi anak

ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.


Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses kelahiran menurut agama?
2. Apa tujuan perawatan bayi baru lahir ?
3. Apa saja hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir menurut agama?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Proses kelahiran menurut agama?
2. Mengetahui apa saja hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir
menurut agama?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 proses kelahiran menurut agama
1. Pengertian Persalinan Dan Kelahiran
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya
selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan
bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini
adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin.

2. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja
mengalami semua tanda persalinan ini atau sebagian.
Tanda kemungkinan persalinan :
a. Sakit Pinggang.
b. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul.
c. Kram pada perut bagian bawah.
d. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman di paha.
e. Tinja yang lunak
f. Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut
atau gangguan pencernaan.
g. Desakan untuk berbenah
h. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak
aktivitas dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

Masa bayi baru lahir (neonatus) ini, dikatakan sebagai masa-masa berbahaya
dalam hidupnya, karena anak harus beradaptasi pada lingkungan yang baru, yang
jauh berbeda dari lingkungan sebelumnya. Beberapa adaptasi bayi yang paling
krusial itu, di antaranya adalah:
1. Bernafas, karena tali pusat sudah dipotong maka bayi baru lahir harus
bernafas sendiri.
2. Perbedaan suhu. Suhu di dalam rahim berkisar 100° F, sementara suhu
di luar berkisar 60° C sampai 70° F.
3. Menghisap dan menelan. Bayi yang baru lahir sudah tidak lagi
mendapatkan asupan makanan dari ibu, untuk itu ia harus menghisap
dan menelan susu/ASI sendiri.
4. Saluran dan alat-alat pembuangan akan mulai difungsikan saat bayi
sudah di luar.
Secara umum bayi baru lahir dikatakan normal dan sehat, apabila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Setelah bayi keluar, bayi akan segera menangis
2. Berat badan bayi berkisar antara 2500 – 4000 gram
3. Bayi menghisap ASI dengan baik
4. Bergerak aktif
5. Warna kulit kemerahan
6. Tidak ada cacat bawaan lahir
7. Umur kehamilan 37 – 40 minggu
Itulah hal-hal yang berkaitan tentang bayi baru lahir yang perlu Anda ketahui,
untuk Anda yang saat ini sedang menanti kelahiran bayi. Semoga ibu bisa
melahirkan selamat dan bayi lahir sehat.

3. Masa Melahirkan
1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik Setelah melahirkan seorang ibu akan
mengalami masa nifas (darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang
wanita dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang
membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.
2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Pasca melahirkan wanita memerlukan
perhatian khusus dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang
keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena
melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah berbagai
penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan Islam telah
menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang
dikaitkan dengan keimanan. Rasulullah saw bersabda: Artinya:” Kebersihan
merupakan bagian dari iman. Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya
manusia segera berobat. Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban dalam
agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib dengan alasan taqdir,
karena sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika sakit.
Rasulullah saw bersabda: Artinya: “ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan
mengadakan penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu
penyakit yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan.
3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas Islam
melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas sampai
darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan
tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada
wanita masih dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran
bayi.
Ayat allah SWT Artinya: dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang haid. Katkanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah
istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci….
(al-Baqarah: 222) Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu
setelah haid maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti
keluar).
4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas Setelah berkahirnya masa nifas,
seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan demikian maka ia kembali
menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus
diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40
hari merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik
kesehatan fisik maupun mentalnya.
4. Pandangan Islam Tentang Kelahirkan Dan Persalinan
Kelahiran Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang
wanita boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan
tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri.
Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi,
kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal
bahkan bisa menyebabkan seorang wanita meninggal dunia ketika hamil atau
melahirkan.
Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya
secara baik dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana
firman Allah swt: Ayat Allah SWT Artinya: “Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui
anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna……….
(QS:al-Baqarah 233) Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna
hingga 2 tahun, artinya dia tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan
itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu
dalam menyapih bayinya.
Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan
itu sendiri membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi
seorang ibu untuk mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan.
Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak,
bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga boleh
memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah anak dan mengatur jarak
antar anak, karena Islam sangat menekankan pentingya musyawarah dalam segala
urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak.
Dalam hal ini Allah swt berfirman: Ayat Allah SWT: Artinya: “………….
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.(QS:Ali Imran:159.) 2.
Persalinan Dari rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga
kelestarian manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan
masa nifas sangatlah penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang
harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan merupakan cakupan dari pelayanan
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pelayanan dasar ditujukan untuk menangani
kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada
mereka yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang
memerlukan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di Rumah Sakit.
Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarkat, baik dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana
transportasi. Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan
masih sangat buruk dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka
Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut survei Kesehatan dan Rumah Tangga 2001 penyebab langsung
kematian ibu diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan, yaitu endarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi
pueperium (8%), partus macet (5%), abortus (5%), trauma obstertik (5%), emboli
(3%), dan lain-lain (11%). Oleh karena itu pelayanan kesehatan ibu dan
perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Dalam
surat Lukman ayat 14 Al Qur’an mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan,
“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah dan bertambah-
tambah…”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melaui sabda
Rasulullah saw yang artinya,”…wanita yang meninggal karena melahirkan adalah
syahid…” (HR. Ahmad) Wajar bila Islam mewajibkan Negara untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas dan dapat dijangkau oleh semua kaum ibu sejak masa
kehamilan sampai persalinan bahkan hingga masa nifas dan menyusui. Layanan
tersebut adalah bagian integral dari sistem kehidupan Islam.
Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada Khalifah sebagai
pemimpin umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayanan bersalin (atenatal,
bersalin, nifas) berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis! Bila keuangan
Negara tidak cukup, maka Khalifah akan menarik sejumlah uang dari orang-orang
kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan layanan bersalin mengacu
pada 3 prinsip dasar: 1). kesederhanaan aturan, 2). Kecepatan pelayanan, 3).
Standar layanan bersalin bersalin berkalitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas
termasuk tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun
bidan secara merata di seluruh wilayah Negara baik pada pelayanan dasar
(puskesmas) maupun lanjutan (Rumah Sakit). Dalam ranah fikih, menjadi tenaga
medis (dokter kadungan, bidan, perawat) adalah fardu kifayah. Sehingga harus ada
sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut. Karena itu Negara akan
memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan tenaga medis
yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat. Dalam sejarah Masa
Keemasan Islam layanan bersalin yang memadai terlihat dari banyaknya Rumah
Sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan
lembaga pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan
kandungan dan ruang untuk layanan persalinan. Belum lagi adanya rumah sakit
keliling yang disediakan oleh Negara yang menelusuri pelosok negeri, sehingga
layanan bersalin bagi semua ibu benar-benar direalisasikan secara nyata. Pada
zaman keemasan Islam, ilmu kedokteran kebidanan termasyur ada di Harran,
Baghdad, dan Jundi Syahpur. Lembaga pendidikan menengah dan tinggi ilmu
kedokteran merata ada di setiap kota besar seperti Damsyiq, Isfahan, Rayy,
Baghdad, Al Qahirah, Tunis, Marakisy (Maroko), dan Qurtuba (Kordoba) Juga
terdapat Al Jami’ah (universitas) yang memiliki fakultas kedokteran. Salah satu
fakta di Baghdad, masa Khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H), disamping
didirikan Rumah Sakit terbesar di kota Baghad, dan beberapa Rumah Sakit kecil,
juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah
pendidikan kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun
Al Rasyid kepada Al Musawaih yang menjabat menteri kesehatan dan dokter
kekhilafahan.
Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses
(permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu,
untuk menyelesaikan problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala
aspek yang terkait, baik medis maupun non medis, termasuk ketersediaan SDM
berkualitas secara merata.

II.Tujuan Perawatan bayi Baru Lahir


1.Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
2.Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermi.
3.Memastikan keamanan dan mencegah cidera atau infeksi.
4.Mengidentifikasi masalah-masalah aktual atau potensial yang memerlukan
perhatian.

2.2 Hal Pertama Yang Dilakukan Saat Kelahiran Bayi


hal yang harus dilakukan dalam menyambut kelahiran bayi antara lain :
1. Mendoakan bayi
Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bayi yang baru lahir. Bukan hanya
orang tua bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar kelahiran bayi. Ada
beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir.
Pertama, doa memohon keberkahan untuk si anak. Kedua, doa memohon perlindungan
dari godaan setan.
2. Adzan dan iqamah
Sang ayah segera mengadzani di telinga kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri
pada anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan iqamah ini salah satu tujuannya
agar kalimat yang pertama kali di dengar sang bayi adalah kalimat thayyibah dan di
jauhkan dari segala gangguan setan yang terkutuk. Sebagian ulama menganggap
sunnah membacakan adzan dan iqamah untuk bayi yang baru lahir. Ulama yang
berpendapat seperti ini diantaranya adalah hasan al-bashri, umar bin abdul aziz, ulama
madzhab syafi’I dan hanbali. Namun sebagian ulama yang lain tidak menyunahkan
adzan dan iqamah bagi bayi yang baru lahir bahkan menganggapnya sebagai bid’ah.
Ulama yang berpendapat seperti ini adalah imam malik bin anas. Para ulama yang
menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah karena dalil atai hadits yang memerintahkan
untuk bayi yang baru lahir tidak kuat alias hadist dhaif. Maka tidak bisa dipakai
sebagai landasan untuk menyunnahkan adzan untuk bayi yang baru lahir. Jadi aktivitas
memperdengarkan adzan dan iqomah untuk bayi yang baru lahir dari segi hukum fiqih
termasuk amal yang di perdebatkan oleh para ulama. Walaupun dari segi manfaat
dapat diterima, bahwa memperdengarkan kalimat tauhid bagi bayi yang baru lahir
merupakan bagian dari penddikan keimanan untuk anak.
Dari ‘Ubaidillah bin Abi Rofi’, dari ayahnya (Abu Rofi’), beliau berkata:

‫ص لَّى اللَّ ُه‬ ِ َّ‫ول الل‬


‫ه‬ َ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫َي‬
‫أ‬ ‫ر‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ِ ِ‫عن عبي ِد اللَّ ِه ب ِن أَيِب رافِ ٍع عن أَب‬
‫يه‬
َ َُ َُْ َْ َ ْ ْ َُ ْ َ
‫اط َمةُ بِالصَّاَل ِة‬ِ َ‫علَي ِه وسلَّم أَذَّ َن يِف أُذُ ِن احْل س ِن ب ِن علِي ِحني ولَ َدتْه ف‬
ُ َ َ ٍّ َ ْ َ َ َ َ َ َْ
Dari Ubaidillah bin Abi Rofi’ dari ayahnya beliau berkata: “Saya melihat Rasulullah
shollallahu alaihi wasallam adzan di telinga al-Hasan bin ‘Ali ketika dilahirkan Fathimah,
dengan (adzan) sholat”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

3. Tahnik
tahnik secara bahasa dan syr’i adalah mengunyah sesuatu dan meletakkanya di mulut
bayi. Maka dikatakan engkau mentahnik bayi, jika engkau mengunyah kurma
kemudian menggosokkannya di langit-langit mulut bayi. Dianjurkan agar yang
melakukan tahnik adalah orang yang memiliki keutamaan, dikenal sebagai orang yang
baik dan berilmu. Dan hendaklah ia mendo’akan kebaikan (barakah) bagi bayi
tersebut.
Apakah tidak bahaya bagi bayi?
Bayi yang baru lahir terutama bayi yang lahir prematur atau bayi dengan berat lahir kurang, memiliki
kandungan glukosa yang sangat kecil dalam darahnya (umumnya hanya di bawah 30mg per 100 ml
darah). Jika kekurangan zat gula ini tidak segera dipenuhi, biasanya bayi akan mudah menolak ASI
ibunya, otot-ototnya lemas, gangguan syaraf, bahkan berujung pada kematian. Biasanya, dokter akan
memberikan tambahan zat gula pada bayi baru lahir yang kurang berat badannya atau prematur
mellaui infus atau langsung melalui mulut.

Dan kurma adalah penghasil glukosa yang sangat baik dan bagus untuk kesehatan bayi.
Mentahnikbayi dengan kurma dapat memperkuat otot-otot mulut bayi sehingga bayi akan kuat
menyusu pada ibunya. Dan ketika bayi kuat menyusu, maka insya Allah ASI akan menjadi lancar dan
berlimpah.

Dalil tentang tahnik ini disebutkan dalam beberapa hadits di antaranya:


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari Abu Musa,
dia berkata:

ُ‫ فَ َس َّماه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ ُ ‫د لِى ُغالَ ٌم فَأَتَي‬qَ ِ‫ُول‬


َّ ِ‫ْت بِ ِه النَّب‬
‫إِب َْرا ِهي َم َو َحنَّ َكهُ ِبتَ ْم َر ٍة‬
“Aku pernah dikaruniai anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah
kurma (tamr).”
Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin
Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota
Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan.
Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan
anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan
meludahkannya ke mulut bayi itu, maka yang pertama kali masuk ke
kerongkongannya adalah ludah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu
beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah
memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).”
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Aku pergi membawa Abdullah
bin Abi Thalhah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia baru
dilahirkan. Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu sedang
mencat seekor untanya dengan ter. Beliau bersabda kepadaku “Adakah kurma
bersamamu?”. Aku jawab, “Ya (ada)”. Beliau lalu mengambil bebeberapa kurma dan
memasukkannya ke dalam mulut beliau, lalu mengunyahnya sampai lumat. Kemudian
beliau mentahniknya, maka bayi itu membuka mulutnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian memasukkan kurma yang masih tersisa di mulut beliau ke maulut
bayi tersebut, maka mulailah bayi itu menggerak-gerakan ujung lidahnya (merasakan
kurma tersebut). Melihat hal itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kesukaan orang Anshar adalah kurma”. Lalu beliau menamakannya Abdullah.”
Hikmah Tahnik
hikmah tahnik adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si anak dengan keimanan,
karena kurma adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan seorang mukmin dan juga karena manisnya. Lebih-lebih bila
yang mentahnik itu seorang yang memiliki keutamaan, ulama dan orang shalih, karena
ia memasukkan air ludahnya ke dalam kerongkongan bayi. Dan tujuan tahnik adalah
persiapan agar bayi nantinya mudah untuk merasakan manisnya air susu ibu dan juga
agar mulut bayi kuat sehingga mampu menghisap air susu ibunya.
4. Aqiqah
Kata aqiqah berasal dari bahasa arab  ‫ عقيقة‬artinya penyembelihan binatang dari kelahiran
seorang anak pada hari yang ketujuh. Aqiqah juga berarti rambut yang tumbuh dikepala
anak yang baru lahir.
Menurut istilah Islam Aqiqah adalah menyembelih binatang ternak berkenaan dengan
kelahiran anak, sebagai bukti rasa syukur kepada Allah swt., dengan syarat-syarat tertentu
menurut syariat. Menurut sunnah Rasulullah saw., anak laki-laki dua ekor kambing
sedangkan bayi perempuan disembelikan satu ekor kambing.
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata

‫ ِن‬5.‫ أَ َم َرهُ ْم َع ِن ْال ُغالَ ِم َشاتَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ‫أَ َّن َرس‬
“Rasululllah shallallahu ٌ‫‘ َشاة‬alaihi
‫اريَ ِة‬
ِ ‫ج‬َ ‫ ْال‬sallam
wa ِ َ‫ُم َكافِئَت‬
‫ َو َع ِن‬memerintahkan
‫ان‬ mereka, untuk anak laki-laki
akikah dengan dua ekor kambing dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.” (HR.
Tirmidzi no. 1513. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Aqiqah adalah sembelihan yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran
seorang bayi. Jumhur ulama menyatakan bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkad
baik bagi bayi laki-laki maupun bayi perempuan. Pelaksanaannya dapat dilakukan pada
hari ke tujuh (ini yang lebih utama menurut para ulama), keempat belas, dua puluh satu
atau pada hari-hari yang lainnya yang memungkinkan.
Ketentuan syarat binatang aqiqah sama dengan ketentuan syarat-syarat binatang qurban
yakni cukup umur dan terhindar dari cacat fisik.
Menurut Syaikh Jibrin, beliau berkata “Sunnahnya dia memakan sepertiganya,
menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga
lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk
menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya”.
Pendapat lain menurut Syaikh Ibnu Bazz, beliau berkata, “Dan engkau bebas memilih
antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian
mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga,
teman-teman seiman dan sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa
dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah”.
6. Member nama yang baik
Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal
dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim disebutkan

‫ك بِ ُغاَل ٍم ا ْس ُمهُ يَحْ يَى لَ ْم نَجْ َعل لَّهُ ِمن قَ ْب ُل‬


َ ‫يَا َز َك ِريَّا إِنَّا نُبَ ِّش ُر‬
‫) سورة مريم‬7( ‫َس ِميًّا‬
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang
anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu
sebelumnya” (QS. Maryam: 7).
Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar ia dikenal serta memuliakannya.
Oleh sebab itu para ulama bersepakat akan wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki
dan perempuan . Oleh sebab itu apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan
menjadi seorang yang majhul (=tidak dikenal) oleh masyarakat.

7. Mencukur Rambut
Di dalam Islam, hukum mencukur rambut bayi adalah sunnah muakkad, sedangkan
dari sisi medis, mencukur rambut bayi baru lahir bisa membuat kepala si bayi bersih
dan bebas penyakit. Baik untuk bayi laki-laki maupun bayi perempuan yang
pelaksanaannya dilakukan pada hari ketujuh dari kelahiran dan alangkah lebih baik
jika dilaksanakan berbarengan dengan aqiqah. Hal tersebut, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW.Dari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata:

ُ َ‫ُكلُّ ُغالَ ٍم َر ِهينَةٌ بِ َعقِيقَتِ ِه تُ ْذبَ ُح َع ْنهُ يَ ْو َم َسابِ ِع ِه َويُحْ ل‬


‫ق َويُ َس َّمى‬
”Setiap yang dilahirkan tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh dari
kelahirannya dan dicukur rambutnya serta diberi nama” (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai
no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari Pembahasan yang kita ambil dapat di beri kesimpulan
Sebagai berikut :
Seorang bayi yang baru lahir adalah sebuah anugrah terindah yang di berikan Allah kepada
sepasang suami istri, dengan kehadiran bayi di sekeliling mereka menghadirkan kebahagiaan
keluarga, selain itu bayi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga dan dibina agar
kelak menjadi anak yang sholeh dan solehah , pejuang umat, dan meneruskan perjuangan
Rasulullah SAW. Oleh karena seorang bayi yang baru lahir harus menjalankan Adzan dan
Iqomah, Tahnik, mencukur rambut, Aqiqah, dan yang terakhir pembaerian nama sesuai
dengan perintah yang allah berikan.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Sehingga kami mohon kepada
para pembaca makalah ini, agar memberikan kritik dan saran kepada kami. Sehingga
apabila kami membuat makalah – malkalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Tips-tips Mendidik Anak Sejak Dini 

1. Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif.
Seperti Membersih ruangan rumah, membersihkan dan merapikan buku-buku
bacaan,mencuci sepeda dan lain-lain.
2. Berikan contoh untuk menta’ati waktu. Seperti waktu bermain untuk bermain, waktu
belajar untuk belajar, waktu tidur untuk tidur 
3. Hindarkan anak dari hal-hal yang bersifat buruk. Seperti bertengkar didepan anak-
anak,memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, dan lain-lain.
4. Sisakan waktu bersama anak ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tua.
5. Usia 7 tahun bagi yang Muslem, bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit
keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkannya agar segera sholat.
6. Diatas usia 7 tahun anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak
terlalu merepotkan orang tua

DAFTAR PUSTAKA

http://anasubkhan.blogspot.co.id/2011/12/makalah-bayi-baru-lahir-menurut-agama.html
(diakses pada hari jumat 30 Desember 2011)
http://www.mediangaji.com/2015/01/tata-cara-terhadap-bayi-yang-baru-lahir-menurut-
islam.html
http://www.aqiqahberkah.com/pembagian-daging-aqiqah-dalam-islam
https://rumaysho.com/3655-akikah-anak-laki-laki-dengan-satu-kambing-bolehkah.html
(diakses pada tanggal 27 September 2013)
https://muslim.or.id/10863-benarkah-tahnik-termasuk-imunisasi-islami.html
https://rumaysho.com/619-kritik-anjuran-adzan-di-telinga-bayi.html
https://buahilmu.wordpress.com/tag/tujuan-perawatan-bayi-baru-lahir/
Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga edisi kelima.
http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-pandangan-islam-terhadap-kelahiran-dan-
persalinan
https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/16/hal-pertama-yang-dilakukan-saat-
kelahiran-bayi/
http://www.kompasiana.com/yantigobel/asi-pandangan-kesehatan-dan
islam_550df227813311c52cbc6040
https://prahasti.wordpress.com/2011/02/23/menyapih-menurut-al-quran/
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.depkes.go.id/download.php%3Ffile
%3Ddownload/pusdatin/infodatin/infodatin-
anak.pdf&ved=2ahUKEwjKq5rEzbDiAhXj6nMBHTv0Du8QFjAAegQICBAC&usg=AOvVa
w2ZAweSBbRycTWg_SOJYCkk

Anda mungkin juga menyukai