Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENYULUHAN

DIET SEIMBANG PADA THALASEMIA

OLEH :
NIKMAHTUL FADILLA P27835111016
SAYEKTI RAHAYU P27835111031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
DIII JURUSAN GIZI
2014
Satuan Acara Penyuluhan
Diet Seimbang Pada Thalasemia

A. Pokok bahasan
Gizi seimbang untuk penderita kelainan darah

B. Sub pokok bahasan


Gizi seimbang untuk thalasemia

C. Judul Penyuluhan
Gizi seimbang untuk thalasemia

D. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien

E. Waktu
Selasa, 22 April 2014 pukul 10.00 – selesai

F. Tempat
Ruang Poli Thalasemia

G. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai diet seimbang thalasemia di harapkan peserta
dapat mengerti mengenai pengaturan makan untuk penderita kelainan darah
Tujuan khusus :
1. Peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai pengertian thalesemia
2. Peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai mengenai gejala dan jenis –
jenis thalasemia
3. Peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai pencegahan thalasemia
4. Peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai diet seimbang pada
thalasemia
5. Peserta dapat mengetahui dan memahami makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan untuk penderita thalasemia
6. Peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai masalah gizi yang terkait
dengan thalasemia
H. Materi
1. Pengertian Thalasemia
2. Gejala thalasemia
3. Pencegahan thalasemia
4. Diet pada thalasemia
5. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
6. Masalah gizi yang terkait dengan thalasemia

I. Metode
ceramah dan tanya jawab

J. Media
PPT dan Leaflet

K. Kriteria evaluasi
1. Mengajukan pertanyaan lisan pada awal dan akhir penyuluhan mengenai thalasemia
Tes awal.
 Apakah yang dimaksud thalasemia?
 Bagaimana tanda dan gejala penyakit thalasemia?
 Bagaimana mencegah penyakit thalasemia?
 Apakah mengerti masalah gizi apa yang dapat terjadi pada penderita thalasemia ?
 Apa saja makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita thalasemia?

Tes akhir
 Apakah yang dimaksud thalasemia?
 Bagaimana tanda dan gejala penyakit thalasemia?
 Bagaimana mencegah penyakit thalasemia?
 Apakah mengerti masalah gizi apa yang dapat terjadi pada penderita thalasemia ?
 Apa saja makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita thalasemia?

2. Observasi.
 Respon/tingkah laku peserta saat diberi pertanyaan: apakah diam atau menjawab
(benar atau kurang tepat).
 Peserta antusias atau tidak.
 Peserta mengajukan pertanyaan atau tidak.
3. Kegiatan penyuluhan
Proses Kegiatan Penyuluhan

No KEGIATAN Kegiatan Peserta Waktu

1. Pendahuluan  Ø Membalas 5
 Ø Memberi salam pembuka dan salam Menit
perkenalan diri  Ø Mendengarkan
 Ø Menjelaskan tujuan  Ø Memberi
 Ø Kontrak waktu respon

2. Penjelasan : 20
1. Pengertian Thalasemia Mendengarkan Menit
2. Jenis – jenis thalasemia dengan penuh
perhatian
3. Gejala thalasemia
4. Pencegahan thalasemia
5. Masalah gizi yang terkait dengan
thalasemia
6. Diet pada thalasemia
7. Makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan

3.  Menanyakan hal 15
Penutup :
yang belum jelas Menit
 Ø Tanya jawab
 Aktif bersama
 Ø Menyimpulkan hasil penyuluhan
menyimpulkan
 Ø Memberikan salam penutup
 Membalas salam
MATERI PENYULUHAN

PENGERTIAN
Thalassemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit
keturunan yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari
setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,
kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi
pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar
penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
Thalassemia terjadi karena kelainan atau perubahan pada gen globin alfa atau yang
mengatur produksi rantan alfa atau beta. Berkurang atau tidak terbentuk sama sekali rantai
globin disebut Thalasemia. Keadaan ini menyebabkan produksi hemoglobin terganggu dan
umur eritrosit memendek. Dalam keadaan normal, umur eritrosit berkisar 120 hari tetapi sel
darah pada penderita thalasemia hanya berkisar 23 hari.

Jika memiliki 4 orang anak, dengan salah satu orang tua yang memiliki penyakit thalasemia,
maka 2 orang anak memiliki kemungkinan tingkat kesehatan tanpa penyakit thalasemia
sebesar 50%, sedangkan 2 anak lainnya memiliki keturunan menderita thalasemia beta dari
salah satu orang tua dengan resiko lebih besar diderita sang anak.
Jika memiliki 4 orang anak, dengan kedua orang tua memiliki penyakit thalasemia beta maka
hanya 1 anak yang normal (tidak menderita thalasemia, dan kemungkinan terserang
thalasemia hanya 25%). Sedangkan ketiga anak lainnya memiliki resiko lebih besar
menderita thalasemia beta 25-50% dari gen orang tua.
GEJALA THALASEMIA
Gejala thalasemia sendiri cukup bervariasi tergantung dari derajat kerusakan gen yang
terjadi seperti anemia dengan gejala tambahan :
- pucat, sulit tidur, lemas, kurang nafsu makan atau infeksi yang kerap berulang,
- jantung yang dipaksa bekerja lebih keras untuk memenuhi pembentukan
hemoglobin
- penipisan atau perapuhan tulang karena sumsum tulang juga berperan penting
dalam memproduksi hemoglobin tersebut.
- Pada tampilan yang khas, penderita thalasemia sering memiliki batang hidung
melesak ke dalam yang dikenal juga dengan istilah 'facies cooley' dan
merupakan salah satu tanda khas thalasemia mayor.

MASALAH GIZI PADA THALASEMIA


1. Gangguan Pertumbuhan
Pada thalassemia terjadi proses hemolisis atau pembebasan hemoglobin dari
sel darah merah sehingga terjadi anemia kronis yang mengakibatnya hipoksia atau
kematian jaringan. Hipoksia atau kematian kronis menyebabkan gangguan
penggunaan nutrien pada tingkat sel, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan.
Absorpsi dan metabolisme seng menyerupai absorpsi dan metabolisme besi.
Sebagian seng menggunakan transferin sebagai alat transport, yang juga merupakan
alat transport besi. Bila perbandingan antara besi dengan seng lebih dari 2:1,
transferin yang tersedia untuk seng berkurang, sehingga menghambat absorpsi seng.
Sebaliknya seng dosis tinggi juga menghambat absorpsi besi. Pada thalassemia, kadar
besi yang tinggi dapat menghambat absorpsi seng karena diabsorbsi pada sel mukosa
usus yang sama, yaitu pada jejunum dan ileum, serta menggunakan transferin sebagai
alat transport. Seluruh seng yang diabsorpsi masuk ke dalam sirkulasi darah,
disimpan dalam berbagai jaringan tubuh, terutama di dalam otot dan tulang, kemudian
diekskresi melalui saluran cerna. Defisiensi seng yang berat pada thalassemia dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan, hambatan maturasi seksual, hipogonadisme,
alopesia, defisiensi imun, serta hambatan pada proses penyembuhan luka.
Defisiensi seng yang kronis mengakibatkan penurunan produksi somatomedin.
Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi seng pada bayi dan anak dengan
hambatan pertumbuhan menyebabkan pertumbuhan linier lebih cepat. Makanan
dengan kadar seng tinggi antara lain kerang, daging merah, sereal, sedangkan telur,
susu dan ikan mengandung seng dalam jumlah yang lebih sedikit. Suplementasi seng
pada thalassemia sebaiknya dengan dosis tinggi yaitu 45 mg/hari.
2. Gizi kurang atau Gizi Buruk
Adanya perbesaran hati dan limpa menyebabkan nafsu makan menurun,
sehingga asupan makanan berkurang, berakibat terjadinya gangguan gizi seperti gizi
kurang atau gizi buruk. Selain itu, defisiensi beberapa mikronutrien dan vitamin
menyebabkan keadaan gizi kurang atau gizi buruk semakin parah.
3. Penumpukan Zat Besi
Transfusi darah terus menerus pada pasien thalassemia dapat mengakibatkan
penimbunan besi dalam tubuh dan terjadinya hemosiderosis atau peningkatan
cadangan besi jaringan. Cadangan besi jaringan mengakibatkan defisiensi mineral lain
seperti seng yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan linier sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan.
4. Osteoporisis
Kalsium diperlukan untuk membentuk dan mempertahankan kekuatan tulang
dan gigi. Bila kadar kalsium dalam darah rendah, tubuh akan meningkatkan produksi
hormon paratiroid yang berfungsi merangsang pelepasan kalsium dari tulang dan
reabsorpsi kalsium dalam ginjal untuk mempertahankan kadar kalsium dalam darah.
Absorpsi kalsium pada saluran cerna juga akan ditingkatkan dengan pemberian
vitamin D. Bila asupan kalsium dalam makanan kurang, maka deposit kalsium dalam
tulang akan menurun dan pelepasan kalsium dari tulang akan semakin meningkat,
mengakibatkan terjadinya osteoporosis.
Pada pasien thalassemia yang tidak mendapatkan transfusi darah secara
adekuat terjadi peningkatan aktifitas sumsum tulang, sehingga korteks tulang menjadi
tipis. Sebaliknya, pemberian transfusi berulang akan menyebabkan terjadinya
hemosiderosis atau peningkatan cadangan besi jaringan pada berbagai organ seperti
testis, ovarium, kelenjar tiroid dan paratiroid dengan akibat menurunnya densitas
tulang pula. Selain itu, pasien thalassemia yang mendapat transfusi darah berulang
biasanya memiliki kadar vitamin D yang rendah sebagai akibat disfungsi hati.
Sehingga kemungkinan resiko terjadinya osteoporosis semakin besar.

PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN DIET


a) PENCEGAHAN THALASEMIA
 Menghindari perkawinan antara 2 orang pembawa sifat Thalassemia,
 Memeriksa janin yang dikandung oleh pasangan yang menderita Thalassemia, dan
menghentikan kehamilan apabila janin dinyatakan positif terinfeksi Thalassemia.
Selain itu dapat juga dilakukan uji penyaringan terhadap orang-orang yang beresiko
antara lain :
1. Memiliki riwayat keluarga penderita Thalassemia,
2. Seseorang dengan gejala anemia terus menerus atau ciri kahas penderita Thalassemia
yang lain,
3. Pasangan usia subur (Skrining Premarital / pranikah)
4. Kadar hemoglobin rendah, walaupun sudah minum obat atau suplemen penambah
darah seperti zat besi.
5. Ibu hamil (Diagnosa Prenatal)
6. Hasil pemeriksaan anemia mikrositik dan atau hipokromik (MCV 80 fl dan/atau MCH
26pg)
7. Hasil pemeriksaan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal atau gambaran sel
darah merah abnormal

b) PENATALAKSANAAN DIET THALASEMIA


Anemia akut yang terjadi dalam waktu yang lama menyebabkan penderita tampak
pucat, lesu, mudah sakit, bahkan menyebabkan gagal jantung, pembengkakan hati dan
limpa. Untuk mengatasi kekurangan darah (anemia) akibat penyakit Thalassemia,
penderita harus melakukan transfusi darah dan pengobatan selama hidup. Akan tetapi,
transfusi darah memiliki efek samping yaitu berpotensi menimbulkan kelebihan zat besi
dan tertular penyakit dari darah yang ditransfusikan. Sementara itu, penumpukan zat besi
yang berlebihan juga membahayakan bagi tubuh. Untuk menghindari kelebihan zat besi,
penderita thalasemia dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung zat besi
dan memperbanyak asupan asam folat.
Asupan nutrisi yang dianjurkan pada pasien thalassemia adalah tinggi kalori, tinggi
protein, kalsium, seng, vitamin D, vitamin E, asam folat dan rendah besi, sedangkan
vitamin C harus dibatasi karena dapat meningkatkan absorpsi besi.

 Tujuan diet :
o Memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
penderita thalasemia
o Menghindari penumpukan zat besi dalam tubuh untuk penderita
thalasemia berat dengan transfusi darah berkala
o Meningkatkan asupan asam folat untuk meningkatkan regenerasi sel
o Meningkatkan status gizi pasien
 Syarat diet :
o Energi tinggi 150 kalori/kg berat badan/hari
o Protein tinggi 4 gram/kg berat badan atau 15% dari total kebutuhan
o Lemak cukup 30% dari total kebutuhan energi
o Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total. (55%)
o Asupan zat besi dari makanan dibatasi (laki – laki < 13 mg/hari
;perempuan < 20 mg/hari)
o Asupan vitamin C dari makanan dibatasi (laki – laki < 40 mg/hari;
perempuan <50 mg/hari)
o Vitamin dan mineral kecuali besi dan vitamin C diberikan sesuai dengan
kebutuhan normal. Tetapi apabila terjadi defisiensi berat dapat dilakukan
suplementasi beberapa vitamin dan mineral.
MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI DAN DIPERBOLEHKAN BAGI PASIEN
THALASEMIA
Tabel 1. Makanan yang harus dihindari oleh pasien thallasemia
Makanan dengan kandungan besi tinggi Kandungan besi
Organ dalam (hati, ginjal, limpa) 5 – 14 mg/dl/100gr
Kerang 13,2 mg/100 gr
Hati dan ampela 2-10 mg/100gr
Biji – bijian yang dikeringkan 21,7 mg/100 gr
Kacang – kacangan yang digoreng 4-8 mg/100 gr
Telur bebek 3,7 mg/100 gr
Buah kering/kismis, kacang 2,9 mg/100 gr
Telur ayam 2,4 mg/100 gr
Daging sapi 2,2 mg/100gr
Kacang – kacangan yang dibakar 1,9 mg/100 gr
Sayuran berwarna hijau (bayam, kailan, >3 mg/100 gr
kangkung)

Tabel 2. Makanan yang diperbolehkan bagi pasien thallasemia


Makanan dengan kandungan Kandungan Besi Jumlah pemberian
besi sedang
Daging ayam 1,5 mg/100 gr 2 ptg/hari
Tahu 3,4 mg/100 gr 1 potong
Sawi 2,9 mg/100 gr 1-2 porsi (0,5 cup)/hari
Kacang panjang 0,6 mg/100 gr 1-2 porsi (0,5 cup)/hari
Bawang, gandum 0,5 mg/100 gr Jumlah sedang
Makanan dengan kandungan besi rendah
Nasi, mie, roti, biskuit 0,4 – 3 mg/100gr
Umbi – umbian (wortel, lobak, 0,6 – 1 mg/100gr
bengkuang)
Semua jenis ikan 0,05 – 1,7 mg/100gr
Semua jenis buah (yang tidak 0,5 – 1 mg/100gr
dikeringkan)
Susu, keju, minyak, lemak 1,5 – 1,7 mg/100gr

DAFTAR PUSTAKA

Arijanty, Luszy dkk. 2003. Masalah Nutrisi pada Thalassemia. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 1,
Juni 2003: 21 – 26. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5.1.5.pdf (diunduh pada tanggal
16 April 2014)
Ganie, Ratna A. 2005. Thalasemia : permasalahan dan penanganannya.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/718/1/08E00109.pdf (diunduh pada
tanggal 16 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai