Secara garis besar . Thalasemia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu tahalasemia alphadan thalasemia bheta sesuai dengan kelainan berkurangnya produsi rantai polipeptida
( jones H. 1995)
A. Thalasemia alpha
Thaalasemia alpha biasanya disebabkan oleh delesi ( penghapusan ) gen. Secara
normal terdapat empat buah gen globin alpa. Oleh sebeb itu beratnyaa penyakit secara klinis dapat digolongkan menurut jumlah gen yang tidak ada atau aktif. Thalasemia dibagi menjadi ( PMI jatim 2007)
1. Silent carrier State (gangguan pada ratai globin allpa)
Kelaianan yang disebabkan oleh kurangnya prtein alppha . tetapi kekurangan hanya dalam tahap rendah . akibaytnya fugsi hemoglobin dalam eritrosit tampak normal dan tidak terjadi gejala klinis yang signifikan. Silent Carrier baru terdetiksi ketika memiliki keturunan yang mengalami kelaianan hemoglobiin atau timbul thalasemia alpha 2. Thalasemia alpha trait ( gangguan pada rantai globin alpha ) Tahlasemia alpha trait sering tidak bersamaaan dengan anemia, tapi volume eritrosit rata-rata (MVC) , hemoglonin eritrosit rata-rata( MCH) dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (MCHC) ,semuanya rendah dan perhitungan sel darah merah di atas 5,5 x 1012 / L. Electroforesis hemoglobin normal tetap kadang-kadang benda hemoglobin H dapat diamaati dalam sel darah merah yang diisolasi dalam sediaan retikulosis dan pemeriksaaan ratio sintesis rantai α/β normal 1:1 dan ini berkurang pada talasemia alpha . pendeerita hanya menglami anemia kronis yang dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipoktom) dan lebih kecil dari normal ( mikrositer 0 ( holfbrand A, 1996) 3. Hemoglobin H disesae ( gangguan pada 3 rantai globulin alpha) Delesi tiga gen alpha menyebabkan anemia mikrrositik hipokrom yang cukup berat ( hemoglobin 7- 11 g/ dl ) disertai pembesaran limpa ( splenmegali) . keadaan in dikenal sebagai penyakit hemoglobin H karena hemoglobin H dapat dideteksi dalam eritrosit pasien melaui pemeriksaan elektrolit atau persdiaan eritrosit gambaran klins dari penderita dapat bervariasi dari tidak jelas gejala sama sekali , hingga anemia yang berat yang diseertai dengan splenomegali (PMI jtim 2007) 4. Tahalasemia alpa mayor ( gangguan pada 4 rantai lonin alpha) Thalasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalasemia tipe alpha . pada kondisi yang paling berbahaya pada thalasemia tipe ini tidal ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada hemoglobin A atau hemoglobin F yag diproduksi. Pada awal kehamilan biasnya janin yang menderita thalasemia alpha mojor mengalami anemia membengkak karena kelebihan cairan ( hydro fetalis ) , pembesaran hati dan limpa . janin yag menderita kelaianan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah kelahiran ( jones , 1995) B. Thalasemia beta Thalasmia beta merupakan kelainan yang disebabkan oleh kurangnyya produksi protein beta. Thalasemia beta terjadi muutasi pada satu atau dua ranttai globin yang ada. Thalasemia beta dibagi menjadi ( pmi jaatim , 2007) 1. Thalasemia beta trait ( minor) Thalasemia beta trait ( minor) meupakan kelainan yang diakibatkan kekurangan protein eta . namun kekurangan tidak terllu signifkan sehingga fungsi tubuh dapat normal. Gejala terjadinya atau terparahnya hanya berupa anemia ringan sehingga dokter menndiagnosa salah dalam hal ini. Penderita sering juga didiagnosa kekurangna zat besi. Penderita tahlasemia beta trait ini akan menularkan pada keturunannya secara genetik. Penderita thalasemia beta trait minor merupakan karier pada thalasemia pada beta 2. Tahlasemia intermedia Pada kondisi ini kedua gen mengalami muutasi namun bisa produksi sedikit ratai globin beta. Penderita akan mengalami anemia yang derajatya tegantung mutasi gen yang terjadi. Anmiia pengapuran dan pembesaran pembuluh darah merupakan gejala yang ditimbulkan oleh kurangnnya protein beta dalam jumlah yangcukup signifikan. Renta gejala thasemia mayor dan tahlasemia intermiedia hampir sama seingga sering terjadi salah diagnosa pada penderita. Indikator utama pada hal ini yaitu jumlah transfusii darah yang diberikan pada penderiita semakin sering penderita melakukan transfusi maka dapat digolonggakan pada talasemia mayor. Pada thalasemia intermedia, traanfusi yang dilakukan itu untuk memperbaiki diri atau menyehatkan diri bukan untuk mempertahankan diri. 3. Thalasemia major ( cooley’s anemia) Kelainan serius yang dialami penderta karena tubuh sangat sedikt memprodukri protein beta sehingga hemoglobin yang dihasilkan aka cacat atau abnormal. Penderita akan merasakan gejala anemia dan harus meakukan tranfusi darah terus menerus karena kondisi tubuh tidak mampu mencukupi kebutuhan protein beta. Frekuensi tranfusi pada penderita 2-3 minggu namun karena terlalu seringg tranfusi maka tubuhh akan mengakami kelebihan zat besi sehingga dapat mengakibatkan gagl organ. Setelah gagal organ penderita harus melakukan terapi agar kondisi tubuh kebali baik. Di kondisi ini tubuh melkukan mutasi gen sehingga tidak dapat membuat beta globin . gejala seperti ini terjadi pada bayi umur 3 bulan dengan gejala anemia berat