Anda di halaman 1dari 8

Wahyu Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Dan Konsep Akal Dalam Al-Qur`an

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah tafsir hadist iqtishad

Dosen Pengampuh mata kuliah :

Ustadz Abdul Latif ,S.H.i, M.E.Sy

Ditulis Oleh:

M. Lukman Hanif

412020412057

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR

2022/1443

1
Abstrak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Esensi wahyu

Mengungkapkan istilah wahyu akan terkait dengan apa saja yang bersumber
dari Allah SWT. dan memahami wahyu dimulai dari arti kata wahyu itu
sendiri. Secara etimologis, kata wahyu berasal dari kata Arab al-wahy. Yang
berarti memberi sugesti, memasukkan sesuatu ke dalam pikiran.

Syekh Muhammad ‘Abduh menjelaskan bahwa, wahyu adalah


pengetahuan yang didapat seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa
pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan perantaraan, dengan suara atau
tanpa suara, maupun tanpa perantaraan.

Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa wahyu itu hanya yang berasal
dari Allah SWT terutama yang diberikan kepada utusannya yaitu para Nabi
dan Rasul-Nya serta makhluk atau ciptaan- Nya yang lain baik secara
langsung maupun melalui perantara Malaikat-Nya

3
ٍ ‫ ا‬6‫ هُ هّٰللا ُ اِاَّل َوحْ يًا اَوْ ِم ْن َّو َر ۤاِئ ِح َج‬6‫ ٍر اَ ْن يُّ َكلِّ َم‬6 ‫انَ لِبَ َش‬66‫ا َك‬66‫۞ َو َم‬
‫وْ اًل‬6 ‫ َل َر ُس‬6 ‫ب اَوْ يُرْ ِس‬
‫ي بِاِ ْذنِ ٖه َما يَ َش ۤا ُء ۗاِنَّهٗ َعلِ ٌّي َح ِك ْي ٌم‬
6َ ‫فَيُوْ ِح‬

Yang artinya :

Tidak mungkin bagi seorang manusia untuk diajak berbicara langsung


oleh Allah, kecuali dengan (perantaraan) wahyu, dari belakang tabir, atau
dengan mengirim utusan (malaikat) lalu mewahyukan kepadanya dengan izin-
Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi
Mahabijaksana. (Q.S. Asy-Syura : 51)

Ayat ini menjelaskan tentang wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul.
Tidak mungkin terjadi, bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara
secara langsung kepadanya kecuali berupa wahyu yang di turunkan kepadanya
atau pembicaraan yang disampaikannya dari belakang tabir, seperti yang di
alami oleh Nabi Musa di Tur Sina atau dengan mengutus utusan, yakni
malaikat Jibril lalu di wahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi, Mahasuci dari sifat-sifat yang dimiliki
makhluk-Nya dan Mahabijaksana.

Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa wahyu yang


dikaruniakan kepada manusia ada tiga macam, yaitu

 Menurunkan wahyu.
 Mendengarkan suara dari belakang tirai/hijab.
 Lewat perantara malaikat Jibril As.

Hakikat atau esensi wahyu tersebut adalah firman Allah, sedangkan isi
wahyu berupa pengetahuan yang diturunkan oleh allah kepada manusia yang
telah ditunjuk sendiri oleh Nya kepada para nabi dan rasul. Dan diuraikan pula
bahwa wahyu diterima oleh para Nabi dan Rasul Allah berbentuk risalah atau
ajaran menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia, khususnya hubungan

4
manusia dengan Allah dalam bentuk masalah keimanan, ataupun hubungan
antara manusia dengan manusia.

B. Wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan mengandung dua kata yaitu pertama ilmu, kedua


pengetahuan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia ilmu adalah pengetahuan
mengetahui suatu bidang disusun dengan sistematis berdasarkan metode-
metode tertentu yang bisa dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dalam bidang pengetahuan itu, seperti agama, alam, bahasa, dan
sebagainya. lmu pengetahuan berasal dari bahasa Arab ʽilm berasal kata
‘alima berarti pengetahuan.

Secara istilah diartikan sebagai kesatuan dari pengetahuan terhadap


beberapa aturan bidang kajian yang diteliti secara ilmiah, dan terhadap
beberapa penerapan praktis dari fakta yang diperoleh melalui penelitian.

Sedangkan pengetahuan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI),


arti kata pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
pelajaran atau ilmu. Secara istilah Pengetahuan adalah informasi yang
diketahui atau disadari oleh seseorang.

Potensi yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan adalah


dengan melalui akal dan indra. Itulah sebabnya Islam member kedudukan
yang tinggi kepada akal manusia, sebagaimana yang dijelaskan pengetahuan
lewat akal disebut pengetahuan aqli, lawannya adalah pengetahuan naqly.
Akal dan indera dalam kaitannya dengan pengetahuan satu dengan yang lain
tidak dipisahkan secara tajam, satu dengan yang lain, bahkan saling
berhubungan.

Dari yang telah dijelaskan diatas bahwa sumber ilmu pengetahuan yaitu
akal dan wahyu. Atas dasar tersebut ilmu pengetahuan dalam pemikiran Islam
terbagi dua jenis yaitu

5
 Bersifat abadi yang tingkat kebenarannya mutlak karena bersumber
dari wahyu Allah.
 Bersifat perolehan yang tingkat kebanarannya relatif, karena
bersumber dari akal pikiran manusia.

Empat macam pengetahuan dasar manusia yang saling berkaitan, yaitu;

1. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui observasi dan pengukuran tertentu


yang menggunakan instrumen indrawi, lazimnya disebut ilmu-ilmu alam.
2. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara instrumen emosi, ilmu
pengetahuan tersebut akan mewujud dalam seni dan budaya.
3. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan penggunaan rasio untuk memahami
fonemena yang ada, kemudian memunculkan ilmu sosial.
4. ilmu pengetahuan yang didapat dari pengalaman kerohanian, biasa dialami Nabi
dan Rasul, disebut sebagai ilmu agama.

lmu pengetahuan tidak dapat menjawab semua permasalahan yang


dipertanyakan manusia, oleh karena itu wahyu dan ilmu pengetahuan sebenarnya
saling berkaitan, saling membutuhkan dan saling mengisi. Ketika ilmu
pengetahuan tidak mampu menjawab persoalan yang dihadapi manusia, maka
manusia akan mencarinya dalam wahyu.

Sumber wahyu berasal dari Allah yang kebenarannya bersifat mutlak;


sedangkan ilmu pengetahuan berdasarkan akal, manusia yang kebenarannya bisa
dikatakan relative.

Wahyu al-Qur`an sebagai sumber pokok dari agama Islam dan dapat
dijadikan sebagai suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan umat Islam
memahami realitas sebagaimana al-Qur`an memahaminya. Konstruksi
pengetahuan tersebut akan menjadi dasar bagi umat untuk merumuskan desain
besar mengenai sistem Islam termasuk sistem ilmu pengetahuannya

6
Pemikiran untuk menjadikan al-Qur`an tidak hanya sekedar sumber ajaran
agama, tetapi juga sumber ilmu pengetahuan karena al-Qur`an tidak hanya sebatas
teks suci yang membicarakan pesan-pesan ritual keagamaan, tetapi juga sebagai
yang membicarakan realitas dan ilmu-ilmu pengetahuan.

‫ًا‬6ۘ‫ك اِاَّل ُمبَ ِّشرًا َّونَ ِذ ْير‬


َ ‫ق نَ َز ۗ َل َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬
ِّ ‫ق اَ ْن َز ْل ٰنهُ َوبِ ْال َح‬
ِّ ‫َوبِ ْال َح‬

Yang artinya :

Kami menurunkannya (Al-Qur’an) dengan sebenarnya dan ia (Al-Qur’an) turun


dengan (membawa) kebenaran. Kami mengutus engkau (Nabi Muhammad) hanya
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (Q.S. Al-Isra` : 105)

C. Konsep akal dalam al-quran

Secara etimologi dalam kamus besar Bahasa Indonesia Akal adalah daya
pikir; pikiran; ingatan; mahluk yang memiliki adalah manusia. Sedangkan
secara terminologi akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang
berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis
sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat
pendidikan formal maupun informal. Akal yang diberikan, pada satu sisi
sebagai upaya untuk meninggikan harkat dan martabat manusia.

Akal dan pengetahuan mendapatkan perhatian serius dalam Al-Qur’an,


karena akal adalah daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya yang
digambarkan Al-Qur’an untuk memperoleh pengetahuan dari berbagai
sumber, salah satunya alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, Al-Qur’an
sangat menganjurkan umat manusia menjalankan tanggung jawabnya sebagai
khalifah Allah Swt untuk menggunakan akal pikirannya sehingga memperoleh
berbagai pengetahuan melalui petunjuk-petunjuk yang Allah Swt berikan
melalui ayat-ayat kauniyah yang dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi

7
sendiri tetapi juga bagi orang lain dalam wujud membagun kemaslahan hidup
bersama. Selain itu melalui penguakan misteri dari berbagai sumber
pengetahuan tersebut dapat meningkatkan aqidah kepada sang Khalik, yaitu
Allah Swt.

Berdasarkan hal tersebut, Al-Qur’an sangat membenci orang-orang yang


tidak mau menggunakan akalnya dalam mencari kebenaran melalui pencarian
pengetahuan yang tertera jelas dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, Al-Qur’an
dan hadis sebagai kunci membuka ilmu pengetahuan tidak pernah
mengajarkan untuk membeda-bedakan disiplin ilmu, karena surah pertama
turun dengan jelas mengatakan “bacalah”, yang mengandung konotasi apa saja
yang penting bermanfaat dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai