Anda di halaman 1dari 3

Nama : Deden Kurniawan

NIM : 8111420296
Fakultas : Fakultas Hukum
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal : Senin,10 Mei 2021
Dosen Pengampu : Dudin, M.Pd.I

Rangkuman Materi Kedudukan Wahyu dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu sudah menjadi kata bahasa Indonesia sehari-hari, padahal kata ilmu itu diambil dari kata
Arab yaitu dari kata jadian alima-ya`lamu menjadi ilmun. Alima sebagai kata kerja yang
berarti “mengetahui”. Selanjutnya menurut Quraish shihab, kata ilmu dengan berbagai
bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Selanjutnya kata Quraish, ilmu dari segi bahasa
berarti “kejelasan” dari segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai kejelasan. Jadi
ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu, sekalipun demikian kata ini
berbeda dengan ‘arafa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan).
Dalam Al-Quran Allah tidak dinamakan ‘arif, tetapi ‘alim yang berkata kerja ya’lamu (dia
mengetahui), dan biasanya Al-Quran menggunakan kata tersebut untuk Allah yang
mengetahui hal-hal ghaib, tersembunyi dan rahasia.
Kata ilmu jika diterjemahkan dalam bahasa asing disebut dengan “science”. Menurut Virginia
dalam The New Webster Dictionary English Langguage, bahwa science berasal dari bahasa
Latin “scire” yang artinya juga mengetahui. Jadi science sebagaimana yang ditafsirkan oleh
Virginia adalah sekumpulan pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis. Menurut
Poeradisastra, ilmu merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang disebut dengan
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Pengetahuan disini adalah sekumpulan fakta yang
saling berhubungan satu sama lain mengenai suatu hal tertentu. Dan pengetahuan tersebut
telah disistematiskan, artinya telah tersusun rapi, jelas batasannya, cara kerjanya dan
tujuannya. Selanjutnya pengetahuan itu muncul menurut Roderick M.Chisholm, tidak lepas
dari sikap skeptis terhadap fenomena. Selanjutnya, The Liang Gie menjelaskan ilmu
pengetahuan mengandung tiga hal yaitu proses, prosedur dan produk. Ilmu bila
diperbandingkan sebagai suatu proses, maka ia menunjukkan pada penelitian ilmiah, bila
diperbandingkan sebagai prosedur, maka ia mengacu pada metode ilmiah, bila
diperbandingkan sebagai produk, maka ia menunjukkan sebagai pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan disebut ilmiah menurut Archi J. Bahm, harus memenuhi enam komponen yaitu,
problem, attitude, methode, activity, conclution, dan effectc.
Ilmu pengetahuan memiliki ciri tersendiri, Van Nelsen menjelaskan ciri-ciri
tersebut pertama, ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang
logis dan koheren, kedua, harus tanpa doktrin, sebab ilmu berkaitan dengan tanggung
jawab. Ketiga, ilmu pengetahuan harus universal. Universalitas bisa mencakup seluruh dunia
atau terbatas menurut tempat, yang penting universalitas harus ada agar menjadi penting
secara historis. Keempat, ilmu pengetahuan harus obyektif, dan tidak dicampur adukkan
dengan hal-hal yang subyektif, kelima, ilmu pengetahuan harus memenuhi tuntutan inter-
subyektif, sehingga dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang sejenis. Keenam, harus
dapat dikomunikasikan, artinya harus terbuka bagi siapa saja yang ingin
menguasainya. Ketujuh harus progresif dalam arti selalu mengandung pertanyaan yang
mendorong munculnya problem baru. Kedelapan, ilmu pengetahuan harus memeiliki sikap
kritis dalam sikap ilmiah. Kesembilan, ilmu harus dapat digunakan.
B. Kedudukan Wahyu, Akal, dan Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Islam
Wahyu berasal dari kata Arab al-wahy, kata ini berarti suara, disamping itu juga menurut
Harun Nasution, al-Wahyu mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-
wahyu selanjutnya mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat.
Tetapi kata tersebut lebih dikenal dalam arti “apa yang disampaikan Tuhan kepada Nabi-
nabi”. Jadi kata wahyu mengandung arti penyampaian sabda Tuhan kepada orang pilihan-
Nya agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Wahyu Allah
tersebut telah terangkum dalam kitab yaitu Al-Quran dan sebagai pedoman hidup manusia
yang banyak berisi tentang dorongan untuk berbuat baik sesama manusia dan alam sekitar.
Sedangkan akal secara terminologi diambil dari kata aqala yang berarti al-hijr yaitu
“menahan”, dan al-‘aqil ialah orang yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu.
Diterangkan pula oleh Ibnu Munzir bahwa al-‘aqal mengandung arti kebijaksanaan yang
dalam bahasa Arab disebut al-Nuha yakni lawan dari lemah pikiran, lebih lanjut dijelaskan
Ibn Munzir, aqal mengandung arti memahami. Sementara Akal dalam arti aslinya menurut
Harun Nasution adalah mengikat dan menahan, dan akal itu selanjutnya dijelaskan oleh Harun
Nasutin, bukanlah otak, tapi daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. senada dengan
Harun, akal menurut Amin Syukur, ialah pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, oleh
karena itu akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati.
Jadi peran wahyu disini yang pasti adalah disamping mendorong kerja akal juga mengarahkan
kerja akal agar tidak terpengaruh oleh hawa yang dibawa oleh setan, karena banyak produk
akal namun tidak membawa kebaikan, hal itu disebabkan akal yang terpengaruh oleh hawa
nafsu dan kepentingan pribadi, sementara akal yang terpengaruh oleh wahyu, akan berjalan
sesuai dengan koridor yang ditetapkan, sehingga ia berjalan lurus. Sementara itu peran ilmu
bagi manusia pertama, sebagai alat pengembangan daya pikir. Disini ilmu tidak dilihat sebagai
produk yang siap di konsumsi. Oleh karena itu, untuk pengertian ilmu sebagai kata benda
lebih tepat diganti dengan istilah keilmuan sebagai kata kerja yang mencerminkan aktivitas
dan kegiatan berpikir yang dinamis dan tidak statis.
Peran ilmu yang kedua, sebagai alat pengelola sumber daya Alam. Karena alam ini diciptakan
oleh Allah untuk manusia, maka manusia berhak untuk mengelolanya dengan baik, agar
pengelolaanya berhasil dengan baik, diperlukan perangkat atau alat berupa ilmu. Dalam
mengeksploitasi alam ini manusia harus mengenal norma-norma yang telah ditetapkan oleh
Allah yang kita sebut sunnatullah. Ketika manusia mengeksploitasi sumber daya alam,
manusia haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Memberi tempat yang wajar kepada makhluk hidup lainnya, dan juga sesama manusia di
bumi
2. Tidak berlebihan atau rakus
3. Memelihara keseimbangan takaran yang telah ditentukan Allah.
4. Menggunakan akal (yang menghasilkan ilmu untuk manfaat) dan rasa (yang
mencerminkan keindahan, seni) yang bertujuan membawa manusia kepada tauhid,
sebagai prinsip azas Islam.
5. Bersyukur.
C. Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan
Dalam Al-Quran surat al-Alaq 1-5 berisi perintah “membaca”. Membaca sebagai sarana
mencari ilmu. Menurut Nurcholis Madjid, membaca adalah kegiatan manusia yang paling
produktif, sebab dalam membaca orang dapat melakukan penjelajahan bebas kemana-mana
ke daerah ilmu pengetahuan yang belum dikenal. Dalam ayat lain Allah memberikan motivasi
yang sangat tinggi, agar kaum muslim menuntut ilmu seperti dalam Q.S:Al-
Mujadalah: 11, Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Motivasi ini juga
datang dari rasul, bahwa beliau langsung mewajibkan menuntut ilmu, menuntut ilmu sebagai
kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat dalam hadsit lain, Barang siapa menempuh jalan
untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalannya ke surga. Karena menuntut ilmu
dinyatakan wajib, maka kaum muslimin pun menjalankannya sebagai ibadah.
Dalam kenyataan sejarah perkembangan Islam, proses belajar mengajar yang berlangsung
dalam sejarah peradaban Islam telah menimbulkan perkembangan ilmu, baik yang lama
maupun yang baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi pendorong perubahan dan
perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan
sebagai kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat
kaum muslim masa lalu. Dalam sejarah sekitar abad ke 7-11 Masehi, Islam mengalami
kejayaan dalam berbagai bidang ilmu. Menurut Nourrouzzaman, pusat perkembangan
kebudayaan dan peradaban dunia Islam ketika itu berada di Bagdad, Cardova, dan Cairo.
Ketiga kota ini merupakan ibu kota wilayah khalifah muslim. Bagdad ibu kota Dinasti
Abasyiah, Cardova ibu kota Dinasti Umayah, dan Cairo, ibu kota Dinasti fartimiyah.
Sebagai kesimpulan, bahwa Al-Quran sendiri menyatakan bahwa manusia diberi kemampuan
untuk menjangkau pengetahuan, dan menganjurkan kepada manusia untuk melihat
keseluruh horizon makro-kosmos, dan kedalam diri manusia sendiri atau horizon mikro-
kosmos, agar manusia memiliki pengetahuan demi kesejahteraan manusia itu sendiri dan alam
sekitar.

Anda mungkin juga menyukai