0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan3 halaman
Teks tersebut membahas tentang kedudukan wahyu, akal, dan ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam. Wahyu dijelaskan sebagai penyampaian ajaran Tuhan kepada nabi untuk dijadikan pedoman hidup manusia. Akal adalah daya pikir manusia yang dapat menahan hawa nafsu. Ilmu pengetahuan berperan untuk mengembangkan pikiran dan mengelola sumber daya alam sesuai aturan Tuhan. Al-Quran mendorong umat
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Deden Kurniawan_8111420296_Kedudukan wahyu dan ilmu pengetahuan dalam islam
Teks tersebut membahas tentang kedudukan wahyu, akal, dan ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam. Wahyu dijelaskan sebagai penyampaian ajaran Tuhan kepada nabi untuk dijadikan pedoman hidup manusia. Akal adalah daya pikir manusia yang dapat menahan hawa nafsu. Ilmu pengetahuan berperan untuk mengembangkan pikiran dan mengelola sumber daya alam sesuai aturan Tuhan. Al-Quran mendorong umat
Teks tersebut membahas tentang kedudukan wahyu, akal, dan ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam. Wahyu dijelaskan sebagai penyampaian ajaran Tuhan kepada nabi untuk dijadikan pedoman hidup manusia. Akal adalah daya pikir manusia yang dapat menahan hawa nafsu. Ilmu pengetahuan berperan untuk mengembangkan pikiran dan mengelola sumber daya alam sesuai aturan Tuhan. Al-Quran mendorong umat
NIM : 8111420296 Fakultas : Fakultas Hukum Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam Hari/Tanggal : Senin,10 Mei 2021 Dosen Pengampu : Dudin, M.Pd.I
Rangkuman Materi Kedudukan Wahyu dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu sudah menjadi kata bahasa Indonesia sehari-hari, padahal kata ilmu itu diambil dari kata Arab yaitu dari kata jadian alima-ya`lamu menjadi ilmun. Alima sebagai kata kerja yang berarti “mengetahui”. Selanjutnya menurut Quraish shihab, kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Selanjutnya kata Quraish, ilmu dari segi bahasa berarti “kejelasan” dari segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai kejelasan. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu, sekalipun demikian kata ini berbeda dengan ‘arafa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan). Dalam Al-Quran Allah tidak dinamakan ‘arif, tetapi ‘alim yang berkata kerja ya’lamu (dia mengetahui), dan biasanya Al-Quran menggunakan kata tersebut untuk Allah yang mengetahui hal-hal ghaib, tersembunyi dan rahasia. Kata ilmu jika diterjemahkan dalam bahasa asing disebut dengan “science”. Menurut Virginia dalam The New Webster Dictionary English Langguage, bahwa science berasal dari bahasa Latin “scire” yang artinya juga mengetahui. Jadi science sebagaimana yang ditafsirkan oleh Virginia adalah sekumpulan pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis. Menurut Poeradisastra, ilmu merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang disebut dengan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Pengetahuan disini adalah sekumpulan fakta yang saling berhubungan satu sama lain mengenai suatu hal tertentu. Dan pengetahuan tersebut telah disistematiskan, artinya telah tersusun rapi, jelas batasannya, cara kerjanya dan tujuannya. Selanjutnya pengetahuan itu muncul menurut Roderick M.Chisholm, tidak lepas dari sikap skeptis terhadap fenomena. Selanjutnya, The Liang Gie menjelaskan ilmu pengetahuan mengandung tiga hal yaitu proses, prosedur dan produk. Ilmu bila diperbandingkan sebagai suatu proses, maka ia menunjukkan pada penelitian ilmiah, bila diperbandingkan sebagai prosedur, maka ia mengacu pada metode ilmiah, bila diperbandingkan sebagai produk, maka ia menunjukkan sebagai pengetahuan ilmiah. Pengetahuan disebut ilmiah menurut Archi J. Bahm, harus memenuhi enam komponen yaitu, problem, attitude, methode, activity, conclution, dan effectc. Ilmu pengetahuan memiliki ciri tersendiri, Van Nelsen menjelaskan ciri-ciri tersebut pertama, ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren, kedua, harus tanpa doktrin, sebab ilmu berkaitan dengan tanggung jawab. Ketiga, ilmu pengetahuan harus universal. Universalitas bisa mencakup seluruh dunia atau terbatas menurut tempat, yang penting universalitas harus ada agar menjadi penting secara historis. Keempat, ilmu pengetahuan harus obyektif, dan tidak dicampur adukkan dengan hal-hal yang subyektif, kelima, ilmu pengetahuan harus memenuhi tuntutan inter- subyektif, sehingga dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang sejenis. Keenam, harus dapat dikomunikasikan, artinya harus terbuka bagi siapa saja yang ingin menguasainya. Ketujuh harus progresif dalam arti selalu mengandung pertanyaan yang mendorong munculnya problem baru. Kedelapan, ilmu pengetahuan harus memeiliki sikap kritis dalam sikap ilmiah. Kesembilan, ilmu harus dapat digunakan. B. Kedudukan Wahyu, Akal, dan Ilmu Pengetahuan dalam Pandangan Islam Wahyu berasal dari kata Arab al-wahy, kata ini berarti suara, disamping itu juga menurut Harun Nasution, al-Wahyu mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al- wahyu selanjutnya mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Tetapi kata tersebut lebih dikenal dalam arti “apa yang disampaikan Tuhan kepada Nabi- nabi”. Jadi kata wahyu mengandung arti penyampaian sabda Tuhan kepada orang pilihan- Nya agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan pegangan hidup. Wahyu Allah tersebut telah terangkum dalam kitab yaitu Al-Quran dan sebagai pedoman hidup manusia yang banyak berisi tentang dorongan untuk berbuat baik sesama manusia dan alam sekitar. Sedangkan akal secara terminologi diambil dari kata aqala yang berarti al-hijr yaitu “menahan”, dan al-‘aqil ialah orang yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu. Diterangkan pula oleh Ibnu Munzir bahwa al-‘aqal mengandung arti kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab disebut al-Nuha yakni lawan dari lemah pikiran, lebih lanjut dijelaskan Ibn Munzir, aqal mengandung arti memahami. Sementara Akal dalam arti aslinya menurut Harun Nasution adalah mengikat dan menahan, dan akal itu selanjutnya dijelaskan oleh Harun Nasutin, bukanlah otak, tapi daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. senada dengan Harun, akal menurut Amin Syukur, ialah pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, oleh karena itu akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati. Jadi peran wahyu disini yang pasti adalah disamping mendorong kerja akal juga mengarahkan kerja akal agar tidak terpengaruh oleh hawa yang dibawa oleh setan, karena banyak produk akal namun tidak membawa kebaikan, hal itu disebabkan akal yang terpengaruh oleh hawa nafsu dan kepentingan pribadi, sementara akal yang terpengaruh oleh wahyu, akan berjalan sesuai dengan koridor yang ditetapkan, sehingga ia berjalan lurus. Sementara itu peran ilmu bagi manusia pertama, sebagai alat pengembangan daya pikir. Disini ilmu tidak dilihat sebagai produk yang siap di konsumsi. Oleh karena itu, untuk pengertian ilmu sebagai kata benda lebih tepat diganti dengan istilah keilmuan sebagai kata kerja yang mencerminkan aktivitas dan kegiatan berpikir yang dinamis dan tidak statis. Peran ilmu yang kedua, sebagai alat pengelola sumber daya Alam. Karena alam ini diciptakan oleh Allah untuk manusia, maka manusia berhak untuk mengelolanya dengan baik, agar pengelolaanya berhasil dengan baik, diperlukan perangkat atau alat berupa ilmu. Dalam mengeksploitasi alam ini manusia harus mengenal norma-norma yang telah ditetapkan oleh Allah yang kita sebut sunnatullah. Ketika manusia mengeksploitasi sumber daya alam, manusia haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Memberi tempat yang wajar kepada makhluk hidup lainnya, dan juga sesama manusia di bumi 2. Tidak berlebihan atau rakus 3. Memelihara keseimbangan takaran yang telah ditentukan Allah. 4. Menggunakan akal (yang menghasilkan ilmu untuk manfaat) dan rasa (yang mencerminkan keindahan, seni) yang bertujuan membawa manusia kepada tauhid, sebagai prinsip azas Islam. 5. Bersyukur. C. Kewajiban Menuntut Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Quran surat al-Alaq 1-5 berisi perintah “membaca”. Membaca sebagai sarana mencari ilmu. Menurut Nurcholis Madjid, membaca adalah kegiatan manusia yang paling produktif, sebab dalam membaca orang dapat melakukan penjelajahan bebas kemana-mana ke daerah ilmu pengetahuan yang belum dikenal. Dalam ayat lain Allah memberikan motivasi yang sangat tinggi, agar kaum muslim menuntut ilmu seperti dalam Q.S:Al- Mujadalah: 11, Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Motivasi ini juga datang dari rasul, bahwa beliau langsung mewajibkan menuntut ilmu, menuntut ilmu sebagai kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat dalam hadsit lain, Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalannya ke surga. Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin pun menjalankannya sebagai ibadah. Dalam kenyataan sejarah perkembangan Islam, proses belajar mengajar yang berlangsung dalam sejarah peradaban Islam telah menimbulkan perkembangan ilmu, baik yang lama maupun yang baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat kaum muslim masa lalu. Dalam sejarah sekitar abad ke 7-11 Masehi, Islam mengalami kejayaan dalam berbagai bidang ilmu. Menurut Nourrouzzaman, pusat perkembangan kebudayaan dan peradaban dunia Islam ketika itu berada di Bagdad, Cardova, dan Cairo. Ketiga kota ini merupakan ibu kota wilayah khalifah muslim. Bagdad ibu kota Dinasti Abasyiah, Cardova ibu kota Dinasti Umayah, dan Cairo, ibu kota Dinasti fartimiyah. Sebagai kesimpulan, bahwa Al-Quran sendiri menyatakan bahwa manusia diberi kemampuan untuk menjangkau pengetahuan, dan menganjurkan kepada manusia untuk melihat keseluruh horizon makro-kosmos, dan kedalam diri manusia sendiri atau horizon mikro- kosmos, agar manusia memiliki pengetahuan demi kesejahteraan manusia itu sendiri dan alam sekitar.