Anda di halaman 1dari 20

ILMU, PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Oleh :Kelompok I
(Mustanan, Mustafa, Mustafah Hasbi, Musdalifah Asjik)

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah umat manusia, ilmu pengetahuan menjadi hal yang
sangat penting untuk keperluan hidupnya. Hampir-hampir manusia tidak akan
dapat bertahan hidup tanpa ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berkembang
sejalan dengan sejarah peradaban umat manusia. Bersama peradaban umat
manusia tersebut, ilmu pengetahuan membuktikan dirinya sebagai fasilitas
utama manusia da1am menghadapi segala tantangan.

Sejarahpun mengungkap tentang bagaimana umat manusia dapat


menghadapi seleksi alam yang sangat ganas. Kisah petualangan umat manusia
dibuktikan dengan survivenya keturunan mereka sampai sekarang. Bangunan-
bangunan sejarah di penjuru dunia masih dapat disaksikan, karya-karya
gemilang abad-abad yang lalu masih tersisa sampai sekarang. Semua itu
merupakan saksi-saksi bahwa betapa manusia membangun dan
mempertahankan dirinya dengan ilmu, pengetahuan dan juga teknologi.
Ilmu, pegetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan pokok yang
sangat penting bagi umat manusia, di dalam al-Qur'an sendiri ayat yang
pertama turun adalah Q.S. Al-‘Alaq (96) : 1-5 yang menjelaskan tentang
perintah membaca. Dengan demikian Allah memberi isyarat bahwa ilmu
adalah landasan utama dalam melaksanakan segala bentuk aktifitas. Sebagai
kenyataan kehidupan, Franz Rosenthal, melihat bahwa pada zaman abad
pertengahan, ilmu berkembang menjadi konsep yang sangat sentral dalam
masyarakat muslim. Sebenarnya tidak ada satu konseppun, yang secara
operatif berperan menentukan dalam pembentukan peradaban (kebudayaan)
manusia di segala aspeknya, yang sama dampaknya dengan konsep ilmu.1
Di abad modern saat ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi
telah berkembang pesat namun pada kenyataannya perkembangan pesat itu
telah terjaadi sekat-sekat ilmu pengetahuan, Sebagian menganggap ilmunya
lebih baik dari yang lain. Oleh karena itulah dalam hal ini dibutuhkan suatu
penyeimbang yaitu Agama. Agama tidak kalah pentingnya bagi kehidupan
umat manusia. Agama di samping sebagai spirit peradaban, juga sebagai
penyeimbang ilmu pengetahuan, agar tetap dalam rel-rel kemanusiaan. Agama
membawa manusia pada suatu tingkat di mana ia menjadi sempurna
dibandingkan dengan mahluk-mahluk lain dimuka bumi ini. Betapa manusia
hanya hewan yang berakal, tanpa dilandasi agama.2

Demikian urgensi ilmu, pengetahuan dan teknologi sehingga perlu


pembahasan lebih lanjut yang insya Allah penulis uraikan dalam makalah ini,
dengan mengacu pada berbagai literatur yang ada.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas maka penulis memberikan


batasan masalah yang menjadi dasar pembahasan pada bagian selanjutnya
yaitu :

1. Apa itu ilmu, pengetahuan dan teknologi ?

2. Bagaimana hubungan ilmu, pengetahuan dan teknologi ?

3. Apa manfaat ilmu, pengetahuan dan teknologi ?

1
Franz Rosenthal. Knowledge Triumphant : The Concept of Knowledge in Midieval Islam
(Lieden: E.J Brill, 1970)., h. 79
2

Tarmizi Taher, Agama dan Dialog Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. 173
II. Pembahasan

A. Ilmu, Pengetahuan dan Teknologi

1. Konsep Ilmu

a. Pengertian Ilmu

llmu berasal dari kata Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti, atau
memahami benar-benar. Tiga kata yang terakhir itu menjadi kata indonesia,
yaitu ilmu, maklum, dan alim-ulama.3 Dalam Bahasa Inggris disebut science,
dari bahasa latin scientia (pengetahuan) – scire (mengetahui) sinonim yang
paling dekat dengan Bahasa Yunani adalah episteme.4 Dalam Kamus Bahasa
Indonesia Ilmu adalah Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.5
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjalaskan kausalitas
(hubungan sebab) akibat dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu

3
A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. XI; Yogyakarta :
Pustaka Progressif, 1997)., hal. 966
4

Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Cet,1;Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan), h. 324
5

Wihadi Atmojo, et.al., Kamus Bahasa Indonesia, (Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka, 1998),
h.324
yang merupakan suatu kesatuan sistematis.6 Sementara menurut Quraish
Shihab, ilmu secara bahasa adalah berarti kejelasan. Karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan, misalnya kata 'alam
(bendera), 'ulmat (bibir sumbing), 'a'lam (gunung-gunung), 'alamat (alamat),
dan sebagainya. Jadi menurutnya ilmu dalam al-Qur'an adalah pengetahuan
yang jelas tentang sesuatu.7

Menurut Muhammad Hatta yang dikutip oleh Endang Saipuddin


memberikan defenisi:
Ilmu adalah pengetahuan yang tereratur tentang pekerjaan hukum kausal
dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari
dalam.8
Ralph Ross dan Ernest Van den Haag, mengatakan ilmu adalah
“empiris, rasional umum dan sistematik dan keempatnya serentak”. Sementara
itu Karl pearson berpendapat bahwa “ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
konprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana”.
Pengertian ilmu pengetahuan terdapat pula dalam kata hikmah, yang
sudah menjadi kata Indonesia. Biasanya kata hikmah diartikan "pelajaran".
Orang yang bisa "memetik hikmah" adalah orang yang bisa "mengambil
pelajaran". Tetapi bisa juga hikmah diterjemahkan "kebijaksanaan", atau

6
Sutriono dan Rita Hanafi, Filsafat Ilmu Dan Metode Penelitian, (Yogyakarta : CV. Andi
Ofset, 2001)., h. 140.
7
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur 'an: Tafsir Maudhu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Cet.
II; Bandung: Penerbit Mizan, 1996)., hal. 434
8

Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat danAgama, (Cet. VII; Surbaya : Bina Ilmu, 1981) h.
47
pengetahuan tinggi. Dalam al-Qur'an berkaitan dengan hasil pemikiran
seseorang. Dan sebagai hasil pemikiran hikmah merupakan sesuatu yang
sangat berharga, seperti tercermin dalam Q.S. Al-Baqarah (2) : 269 sebagai
berikut:
          
       
Terjemahnya:
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah).9
Dalam pandangan al-Qur’an ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap mahluk-mahluk lain guna menjalankan
fungsi kehalifahan.10 Jadi siapa saja yang memiliki ilmu maka dia akan
menjadi manusia unggul.
Dari keterangan para ahli tentang ilmu di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengathuan yang
disistemasikan, serta pengetahuan yang disusun dalam satu sistemyang berasal
dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji. Ilmu adalah sesuatu yang mempunyai cirri,
tanda dan syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif,
dapat diukur, terbuka dan kumulatif.

b. Dasar-Dasar Ilmu
1) Ontologi
9
Dari ayat di atas kita memperoleh defenisi ulul albab, yaitu orang yang melakukan secara
berulang-ulang dan terus menerus, sehingga akhirnya bisa meraih pengetahuan yang tertinggi, atau
hikmah, atau untuk memperjelas pengertian ulul albab menurut al-Qur'an, lihat Q.S. Ali Imran: 190-
191
10
Ibid., h.435
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan
bagaiamanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pertama kali
orang pada adanya dua macam kenyataan yaitu kenyataan yang beruapa materi
(kebenaran) dan yang kedua kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa
yang menurut Ariestoteles merupakan the first Philosphy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda.11
Kata ontology berasal dari perkataan Yunani : On = Being dan Logos
= Logic. Jadi ontology adalah the teory of being (teori tentang keberadaan
sesuatu).12 A.Dardiri dalam bukunya Humaniora, Filsafat dan logika
mengatakan ontology adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang
logis yang berlainan (objek-objek, fisis, hal universal, abstaraksi) dapat
dikatakan ada; dalam kerangka tradisional ontology dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada sedangkan dalam hal
pemakaiannya akhir-akhir ini ontology dipandang sebagai teori mengenai apa
yang ada.13
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Ontology membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu, yang
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dengan kata lain ontology
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.

2) Epistemologi
11
Ahmad tafsir, Filsafat Umum, (Bandung : Rosdakarya, 2002), h.24
12
Romdom, Ajaran Ontology Aliran Kabatinan,(Ed. I, Cet. I; Jakarta : Rajawali Press, 1996),
h. 10
13

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 133
Epistemology atau teori pengetahuan ialah dasar ilmu yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian pengandaian dan dasar-
dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.14
Epistemologi berasal dari kata epitimo (pengetahuan), dan logos
(pikiran) yakni, teori tentang metode atau dasar dari pengetahuan atau studi
tentang hakekat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.15
Pertanyaan tentang bagaimana cara manusia memperoleh ilmu
pengetahuan, membawa kita kepada aspek epistimologi. Dalam sejarah
epistimologi, yang menjadi perhatian awal adalah pengetahuan lewat panca
indera. Berpangkal dari sini, lahirlah dua macam aliran ilmu pengetahuan,
yaitu rasionalisme dan empirisme.
Ciri yang paling menonjol dari epistimologi adalah bahwa ilmuan-
ilmuan menganggap realitas bukan hanya pengalaman indra tetapi juga
pengalaman akal dan intuisi, karena itu, masing-masing dipandang sah
serbagai sumber ilmu pengetahuan. Mengabaikan salah satu dari ketiganya,
sama dengan mengabaikan realitas sendiri.16
Jadi epistimologi adalah cara untuk memperoleh ilmu dan proses
mengukur benar tidaknya suatu penelitian untuk menguji bukti rasional yang
telah dirumuskan dalam hipotesis.

3) Aksiologi
14
Ibid., h.148, lihat juga DW. Hamlyn, history of Epitemolog dalam Paul Edwards, the
Encyclopedia Of Philoshofi, (vol. III, tp, 1967). H. 9
15

Sarwan, H.G, Philosophy of Qur’an, diterjemahkan oleh Zainal Muhtadin Mursyid dengan
judul “Filsafat al-Qur’an “(Cet. X; III; tp, 1994), h. 6
16

Mulyadhi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 2000), h. 117.
Axiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi Aksiologi berarti teori
tentang nilai.17 Dengan dmikian aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berka itan dengan kegunaan ilmu yang diperoleh.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu :
pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang memiliki disiplin
khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan. Ketiga, sosio political life,yaitu kehidupan sosial politik
yang melahirkan filsafat sosio-politik.18
Pertanyaan tentang apakah nilai ilmu, membawa kita kepada aspek
axiologi. Ilmu merupakan aspek yang paling penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan
mudah. Dan merupakam kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu, ilmu telah banyak mengubah
wajah dunia.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu menjadi berkah dan


penyelamat manusia? Memang sudah terbukti dengan kemajuan ilmu manusia
dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom yang
pada awalnya memudahkan kerja manusia, namun kemudian digunakan untuk
hal-hal yang besifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu
sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proporsional dan memihak
pada nilai-nilai kebaikan dan kamanusiaan.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas
bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud
17
Amsal Bakhtiar, op. cit. h. 163
18

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, ( Jakarta : Gaya Media Utama, 1997),
h.106
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
peertimbangan terhadap apa yang hendak dilakukan.

2. Konsep pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris


yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophi dijelaskan bahwa
knowledge is justified true blief (pengetahuan adalah kepercayaan yang benar.19
Secara terminology menurur Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran.20 Dalam depenisi lain pengetahuan adalah:
Pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin
sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan
pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas
(sebab akibat) yang hakiki dan universal.21
Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional
objek dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi
atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan
pasti. Di sini subjek sadar akan suatu eksistensi. Pada umumnya tepat kalau
mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman sadar. Karena sangat
sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten
tanpa kehadian eksisten itu dalam dirinya.22

19
Amsal Bahtiar, op. cit. h. 85. Lihat juga Paul Edwards, the encyclopedia of phisolophi
Vol.III, (New York : Macmilan Publising, 1972)
20

Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat , (Cet. I; Jakarta : Bulan Bintang, 1992), h. 4


21

Sutriono dan Rita Hanafi, op. cit. h. 140


22
Amsal Bahtiar, op. cit. h. 86
Dengan demikian pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan
untuk menunjukkan apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu yang
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk mengetahui sesuatu secara
lansung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan berkembang dari rasa ingin
tahu, yang merupakan cirri khas manusia karena manusia satu-satunya mahluk
yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Pengetahuan
pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu
adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun
gambaran tentang fakta diluar akal.

b. Sumber-Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari
mana pengetahuan itu diperoleh atau atau dari mana sumber pengetahuan kita?
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat
yang merupakan sumber pengetahuan tersebut, yaitu :

1) Empirisme

Kata ini berasal dari bahasa yunani yaitu empeirikosi yang artinya
pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman
yang dimaksud adalah pengalaman inderawi.23 Dengan inderanya manusia
dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk kedalam
medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indra menghubungkan
manusia dengan hal-hal yang kongkrit material.

23
Ahmad Tafsir, op. cit., h.24
Jhon Locke dengan teori tabularasanya mengungkapkan bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengatahuan, lantas pengalamannya
mengisi mengisi jiwa yang kosong itu, barulah ia memiliki pengetahuan. Mula-
mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana lama-kelamaan menjadi
kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan yang berarti. Jadi pengalaman indera
itulah sumber pengatahuan yang benar.24
Namun penulis menilai aliran ini mempunyai kelemahan karena
kemampuan indra itu terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, indra terkadang
juga bias menipu, orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara yang
panas akan terasa dingin. Ini menunjukkan keterbatasan indera yang akan
menimbulkan pengetahuan empiris yang keliru.

2) Rasionalisme

Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan


kelemahan indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme
tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.
Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-
bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akal mengatur bahan tersebut
sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar.25 Dalam hal ini panca
indera mengumpulkan data-data, sedangkan akal menyimpulkan berdasarkan
pada prinsip-prinsip universal.
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
24

Amsal bakhtiar, op. cit., h. 100


25
Ibid, h. 103
3) Intuisi
Intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan
bukan pengatahuan nisbi. Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi)
memerlukan suatu usaha.26
Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang pada
dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh
penggambaran secara simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika. Intuisi bersifat personal dan tidak
bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur,
intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat digunakan sebagai
hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya
pernyataan yang dikemukakan.

4) Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Alah kepada
manusia lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari
tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah dan tanpa memerlukan waktu untuk
memperolehnya. Allah mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula
jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.27
Wahyu Allah berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan
seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah

26
Ibid.,h.107
27
Ibid., h. 110
transcendental seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan
segenap isinya dan kehidupan akhirat kelak. Kepercayaan inilah yang
merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat
meningkatkan atau menurunkan ilmu pengetahuan.

3. Sekilas Tentang Teknologi


Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau
keterampilan. Dalam Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan
pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis.28
Menurut komaruddin yang dikutip Pandji Anoraga memberikan
definisi bahwa :
Teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata teknicos yang berarti
teknik. Apabila ilmu bertujuan mencari dan memahami gejala-gejala,
maka teknologi bertujuan membuat sesuatu. Karena itu teknologi berarti
suatu metode penerapan ilmu untuk keperluan manusia.29
Sementara itu dlam kamus Oxford yang juga dikutip oleh Pandji
Anoraga dijelaskan bahwa :
Technology is study, mastery And utilization of manufacturity and
industrial methods, systematic application of knowledge to practical task
in industry
Jadi dari definisi-definisi diatas dapat dipahami bahwa teknologi
adalah suatu studi penguasaan dan pemampatan dari peralatan dan metode
industry, pengaplikasian pengetahuan secara sistematik untuk praktik-praktik
pada industry, atau teknologi adalah ilmu pengetahuan industrial. Kemudian
ditinjau dari klasipikasinya teknologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
28

Anonim, Mari Terus Belajar Dan Berbagi, http:// Terusbelajar .Wordpress. Com/2008/08/07/
Pengertian-Teknologi/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2009
29
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional dan Pananaman Modal Asing, ( Jakarta :
Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 6
teknologi modern (advanced technologi), teknologi madya (interemediate
technologi), dan teknologi rendah (low / traditional technologi).

B. Hubungan Ilmu, Pengetahuan Dan Teknologi

Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan kerancuan


antara pengartian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap
memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengatahuan terkadang dirangkum
menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Namun jika kedua
kata tersebut berdiri sendiri-sendiri tampak perbedaan diantara keduanya.
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan
sifatnya pra ilmiah yaitu pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat
ilmiah, sebaliknya ilmu adalah pengetahuan yang telah memenuhi syarat-syarat
ilmiah, dimana syarat-syarat itu adalah : harus memiliki objek tertentu (formal
dan meteril) dan harus bersistem (runtut).30
Pengetahuan merupakan bahan utama bagi ilmu. Selain itu
pengetahuan tidak menjawab pertanyaan dari adanya kenyataan itu,
sebagaimana dapat dijawab oleh ilmu. Dengan lain perkataan pengetahuan
baru dapat menjawab perkataan tentang apa, sedangkan ilmu dapat menjawab
pertanyaan tentang mengapa dari kenyataan atau kejadian.31
Dari beberapa perbedaan ilmu dan pengetahuan diatas dapat pahami
bahwa ilmu sudah pasti merupakan pengetahuan tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
30
Amsal Bakhtiar, op. cit., h. 90
31

Sutriono dan Rita Hanafi, op. cit., h. 140


menjelaskan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari suatu objek menurut
metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis. Kegiatan
membuat dan menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat (produk)
dan ilmu menggunakan (komsumsi). Ilmu tersebut merupakan kumpulan dari
pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai sumber.
Ilmu yang berkembang semakin pesat akhirnya kemudian melahirkan
teknlogi. Pembahasan yang bulat dan menyeluruh akan tercapai kalau
teknologi dtinjau sebagai suatu system. Ini berarti teknologi dibahas sebagai
suatu kebulatan unsur-unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi
dalam lingkungan system itu sendiri. Memahami teknologi tidak dapat
dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam (nature science) dan rekayasa
(engineering). Ilmu pengetahuan alam adalah input bagi proses ilmu rekayasa
sedangkan teknologi adalah hasil proses rekayasa.32
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa Dari akukumulasi
pengetahuan itu akan melahirkan ilmu, dan dari kemajuan ilmu pengatahuan
itu melahirkan teknologi. Jadi ilmu, pengetahuan dan teknologi ibarat satu
mata rantai yang saling berhubungan yang tidak bisa dipisahkan sama lain..

C. Manfaat Ilmu, Pengetahuan dan Teknologi

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-
Quran. Kata ini digunakan dalam arti pencapaian pengatahuan dan objek
pengatahuan. prinsip-prinsip keilmuan dalam al-Qur' an dapat diketahui dari
wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw, yaitu Q.S, al-Alaq
(96): 1-5. Wahyu pertama tersebut diawali dengan kata iqra' . Kata iqra' ini
32
Anonim, Mari Terus Belajar Dan Berbagi, http://TerusbelajarWordpress. Com/2008/08/07/
Pengertian-Teknologi/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2009
terambil dari akar kata qara'a, yang berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna, seperti menyampaikan, menela'ah, mendalami, meneliti,
dan mengetahui ciri sesuatu.33
Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah, ciri ciri sesuatu;
bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis
maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra' mencakup segala sesuatu
yang dapat dijangkaunya.34
Ilmu, pegetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan pokok
manusia, segala sesuatu menyangkut aktifitas umat manusia harus didasari
dengan ilmu pengetahuan. Ilmu, pengetahuan dan teknologi merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia, karena dengan hal tersebut semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah. Pentingnya ilmu pengetahuan juga di tekankan oleh Allah dalam Al-
Qur’an Q.S. Az-Zumar (39) : 9 sebagai berikut:

          


   

Terjemahnya:
Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.35

33

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat, (Cet. IX; Bandung : Mizan, 1994), h. 167
34

Lihat Falsafah Dasar Iqra' secara mendalam dalam buku Quraish Shihab,
Membumikan…… .op, cit. h. 171
35
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : Toha Putra, 1998)., h.
367
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu, ilmu pengetahuan dan teknologi telah
banyak merubah wajah dunia. Kelemahan yang ada pada diri manusia itu
kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi. Namun pertanyaan
kemudian muncul, apakah ilmu selalu menjadi berkah dan penyalamat bagi
manusia?. Memang sudah terbukti dengan kemajuan ilmu manusia dapat
menciptakan berbagai teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya
memudahkan pekerjaan manusia, namun kemudain digunakan untuk hal-hal
yang bersifat negativ yang menimbulkan malapetaka bagi manusia.
Disinilah peran agama yang menjadi alat control bagi ilmu agar
senantiasa diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai
kemanusiaan. Iman dengan ilmu harus seiring dan sejalan, karena iman tanpa
ilmu bagaikan pelita ditangan bayi dan ilmu tanpa iman ibarat pelita di tangan
pencuri.36 Ini pulalah makna dari iqra pada wahyu pertama tidak diikuti objek
yang menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur'an menghendaki
manusia membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi rabbik, dalam artian
bermanfaat untuk kemanusiaan.

III. KESIMPULAN

1. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas


(hubungan sebab akibat) dari suatu objek menurut metode-metode
tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis, Pengetahuan
merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan
36

Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, op. cit., h. 7


manusia untuk memahami suatu objek tertentu, sedangkan teknologi
adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis.
2. Adanya berbagai macam pengetahuan yang dikembangkan dan diteliti
lahirlah sebuah ilmu, selanjutnya ilmu pengetahuan yang semakin
berkembang kemudian melahirkan teknologi.
3. Manfaat Ilmu, pengetahuan dan teknologi bagi umat manusia yaitu telah
merubah peradaban dunia menjadi semakin maju serta mampu membuat
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan
lebih mudah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Mari Terus Belajar dan Berbagi, http://Terus belajar.Wordpress.


Com/2008/08/07/Pengertian-Teknologi/, diakses pada tanggal 20 Oktober
2009
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, Cet. VII; Surbaya : Bina
Ilmu, 1981

Atmojo, Wihadi et.al., Kamus Bahasa Indonesia, Cet. I; Jakarta : Balai


Pustaka, 1998

Anoraga, Pandji, Perusahaan Multi Nasional dan Pananaman Modal Asing,


Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1995

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putra,


1998

DW. Hamlyn, History of Epitemolog, the Encyclopedia Of Philoshofi, Vol. III, tp,
1967

Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat , Cet. I; Jakarta : Bulan Bintang, 1992

Munawwir, A. W., Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap, Cet. XI


Yogyakarta : Pustaka Progressif, , 1997

Romdom, Ajaran Ontology Aliran Kabatinan, Ed. I, Cet. I; Jakarta : Rajawali


Press, 1996

Rosenthal, Franz, Knowledge Triumphant : The Concept of Knowledge in


Midieval Islam, Lieden : E.J Brill, 1970

Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur 'an: Tafsir Maudhu'i Atas Pelbagai


Persoalan Umat, Cet. II; Bandung : Penerbit Mizan, 1996

_________, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam


Kehidupan Masyarakat, Cet. IX; Bandung : Mizan, 1994

Sutriono dan Rita Hanafi, Filsafat Ilmu Dan Metode Penelitian, Yogyakarta :
CV. Andi Ofset, 2001.

Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Cet,1; Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 2001.
Taher, Tarmizi, Agama dan Dialog Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1996.

Anda mungkin juga menyukai