Oleh :Kelompok I
(Mustanan, Mustafa, Mustafah Hasbi, Musdalifah Asjik)
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah umat manusia, ilmu pengetahuan menjadi hal yang
sangat penting untuk keperluan hidupnya. Hampir-hampir manusia tidak akan
dapat bertahan hidup tanpa ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berkembang
sejalan dengan sejarah peradaban umat manusia. Bersama peradaban umat
manusia tersebut, ilmu pengetahuan membuktikan dirinya sebagai fasilitas
utama manusia da1am menghadapi segala tantangan.
1
Franz Rosenthal. Knowledge Triumphant : The Concept of Knowledge in Midieval Islam
(Lieden: E.J Brill, 1970)., h. 79
2
Tarmizi Taher, Agama dan Dialog Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1996), hal. 173
II. Pembahasan
1. Konsep Ilmu
a. Pengertian Ilmu
llmu berasal dari kata Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman dengan wazan fa’ila, yaf’alu yang berarti mengerti, atau
memahami benar-benar. Tiga kata yang terakhir itu menjadi kata indonesia,
yaitu ilmu, maklum, dan alim-ulama.3 Dalam Bahasa Inggris disebut science,
dari bahasa latin scientia (pengetahuan) – scire (mengetahui) sinonim yang
paling dekat dengan Bahasa Yunani adalah episteme.4 Dalam Kamus Bahasa
Indonesia Ilmu adalah Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.5
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjalaskan kausalitas
(hubungan sebab) akibat dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu
3
A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap (Cet. XI; Yogyakarta :
Pustaka Progressif, 1997)., hal. 966
4
Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, (Cet,1;Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan), h. 324
5
Wihadi Atmojo, et.al., Kamus Bahasa Indonesia, (Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka, 1998),
h.324
yang merupakan suatu kesatuan sistematis.6 Sementara menurut Quraish
Shihab, ilmu secara bahasa adalah berarti kejelasan. Karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan, misalnya kata 'alam
(bendera), 'ulmat (bibir sumbing), 'a'lam (gunung-gunung), 'alamat (alamat),
dan sebagainya. Jadi menurutnya ilmu dalam al-Qur'an adalah pengetahuan
yang jelas tentang sesuatu.7
6
Sutriono dan Rita Hanafi, Filsafat Ilmu Dan Metode Penelitian, (Yogyakarta : CV. Andi
Ofset, 2001)., h. 140.
7
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur 'an: Tafsir Maudhu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Cet.
II; Bandung: Penerbit Mizan, 1996)., hal. 434
8
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat danAgama, (Cet. VII; Surbaya : Bina Ilmu, 1981) h.
47
pengetahuan tinggi. Dalam al-Qur'an berkaitan dengan hasil pemikiran
seseorang. Dan sebagai hasil pemikiran hikmah merupakan sesuatu yang
sangat berharga, seperti tercermin dalam Q.S. Al-Baqarah (2) : 269 sebagai
berikut:
Terjemahnya:
Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah).9
Dalam pandangan al-Qur’an ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap mahluk-mahluk lain guna menjalankan
fungsi kehalifahan.10 Jadi siapa saja yang memiliki ilmu maka dia akan
menjadi manusia unggul.
Dari keterangan para ahli tentang ilmu di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengathuan yang
disistemasikan, serta pengetahuan yang disusun dalam satu sistemyang berasal
dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji. Ilmu adalah sesuatu yang mempunyai cirri,
tanda dan syarat tertentu yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, obyektif,
dapat diukur, terbuka dan kumulatif.
b. Dasar-Dasar Ilmu
1) Ontologi
9
Dari ayat di atas kita memperoleh defenisi ulul albab, yaitu orang yang melakukan secara
berulang-ulang dan terus menerus, sehingga akhirnya bisa meraih pengetahuan yang tertinggi, atau
hikmah, atau untuk memperjelas pengertian ulul albab menurut al-Qur'an, lihat Q.S. Ali Imran: 190-
191
10
Ibid., h.435
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan
bagaiamanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pertama kali
orang pada adanya dua macam kenyataan yaitu kenyataan yang beruapa materi
(kebenaran) dan yang kedua kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab apa
yang menurut Ariestoteles merupakan the first Philosphy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda.11
Kata ontology berasal dari perkataan Yunani : On = Being dan Logos
= Logic. Jadi ontology adalah the teory of being (teori tentang keberadaan
sesuatu).12 A.Dardiri dalam bukunya Humaniora, Filsafat dan logika
mengatakan ontology adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang
logis yang berlainan (objek-objek, fisis, hal universal, abstaraksi) dapat
dikatakan ada; dalam kerangka tradisional ontology dianggap sebagai teori
mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada sedangkan dalam hal
pemakaiannya akhir-akhir ini ontology dipandang sebagai teori mengenai apa
yang ada.13
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Ontology membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu, yang
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dengan kata lain ontology
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau
suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
2) Epistemologi
11
Ahmad tafsir, Filsafat Umum, (Bandung : Rosdakarya, 2002), h.24
12
Romdom, Ajaran Ontology Aliran Kabatinan,(Ed. I, Cet. I; Jakarta : Rajawali Press, 1996),
h. 10
13
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 133
Epistemology atau teori pengetahuan ialah dasar ilmu yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian pengandaian dan dasar-
dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.14
Epistemologi berasal dari kata epitimo (pengetahuan), dan logos
(pikiran) yakni, teori tentang metode atau dasar dari pengetahuan atau studi
tentang hakekat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.15
Pertanyaan tentang bagaimana cara manusia memperoleh ilmu
pengetahuan, membawa kita kepada aspek epistimologi. Dalam sejarah
epistimologi, yang menjadi perhatian awal adalah pengetahuan lewat panca
indera. Berpangkal dari sini, lahirlah dua macam aliran ilmu pengetahuan,
yaitu rasionalisme dan empirisme.
Ciri yang paling menonjol dari epistimologi adalah bahwa ilmuan-
ilmuan menganggap realitas bukan hanya pengalaman indra tetapi juga
pengalaman akal dan intuisi, karena itu, masing-masing dipandang sah
serbagai sumber ilmu pengetahuan. Mengabaikan salah satu dari ketiganya,
sama dengan mengabaikan realitas sendiri.16
Jadi epistimologi adalah cara untuk memperoleh ilmu dan proses
mengukur benar tidaknya suatu penelitian untuk menguji bukti rasional yang
telah dirumuskan dalam hipotesis.
3) Aksiologi
14
Ibid., h.148, lihat juga DW. Hamlyn, history of Epitemolog dalam Paul Edwards, the
Encyclopedia Of Philoshofi, (vol. III, tp, 1967). H. 9
15
Sarwan, H.G, Philosophy of Qur’an, diterjemahkan oleh Zainal Muhtadin Mursyid dengan
judul “Filsafat al-Qur’an “(Cet. X; III; tp, 1994), h. 6
16
Mulyadhi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam (Cet. I; Jakarta: Paramadina, 2000), h. 117.
Axiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi Aksiologi berarti teori
tentang nilai.17 Dengan dmikian aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berka itan dengan kegunaan ilmu yang diperoleh.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu :
pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang memiliki disiplin
khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan. Ketiga, sosio political life,yaitu kehidupan sosial politik
yang melahirkan filsafat sosio-politik.18
Pertanyaan tentang apakah nilai ilmu, membawa kita kepada aspek
axiologi. Ilmu merupakan aspek yang paling penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan
mudah. Dan merupakam kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
peradaban manusia sangat berutang kepada ilmu, ilmu telah banyak mengubah
wajah dunia.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, ( Jakarta : Gaya Media Utama, 1997),
h.106
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
peertimbangan terhadap apa yang hendak dilakukan.
2. Konsep pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
19
Amsal Bahtiar, op. cit. h. 85. Lihat juga Paul Edwards, the encyclopedia of phisolophi
Vol.III, (New York : Macmilan Publising, 1972)
20
b. Sumber-Sumber Pengetahuan
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya dari
mana pengetahuan itu diperoleh atau atau dari mana sumber pengetahuan kita?
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat
yang merupakan sumber pengetahuan tersebut, yaitu :
1) Empirisme
Kata ini berasal dari bahasa yunani yaitu empeirikosi yang artinya
pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman
yang dimaksud adalah pengalaman inderawi.23 Dengan inderanya manusia
dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk kedalam
medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indra menghubungkan
manusia dengan hal-hal yang kongkrit material.
23
Ahmad Tafsir, op. cit., h.24
Jhon Locke dengan teori tabularasanya mengungkapkan bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengatahuan, lantas pengalamannya
mengisi mengisi jiwa yang kosong itu, barulah ia memiliki pengetahuan. Mula-
mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana lama-kelamaan menjadi
kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan yang berarti. Jadi pengalaman indera
itulah sumber pengatahuan yang benar.24
Namun penulis menilai aliran ini mempunyai kelemahan karena
kemampuan indra itu terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, indra terkadang
juga bias menipu, orang yang sakit malaria, gula rasanya pahit, udara yang
panas akan terasa dingin. Ini menunjukkan keterbatasan indera yang akan
menimbulkan pengetahuan empiris yang keliru.
2) Rasionalisme
4) Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Alah kepada
manusia lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari
tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah dan tanpa memerlukan waktu untuk
memperolehnya. Allah mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula
jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.27
Wahyu Allah berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan
seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah
26
Ibid.,h.107
27
Ibid., h. 110
transcendental seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia dan
segenap isinya dan kehidupan akhirat kelak. Kepercayaan inilah yang
merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat
meningkatkan atau menurunkan ilmu pengetahuan.
Anonim, Mari Terus Belajar Dan Berbagi, http:// Terusbelajar .Wordpress. Com/2008/08/07/
Pengertian-Teknologi/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2009
29
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional dan Pananaman Modal Asing, ( Jakarta :
Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 6
teknologi modern (advanced technologi), teknologi madya (interemediate
technologi), dan teknologi rendah (low / traditional technologi).
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-
Quran. Kata ini digunakan dalam arti pencapaian pengatahuan dan objek
pengatahuan. prinsip-prinsip keilmuan dalam al-Qur' an dapat diketahui dari
wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw, yaitu Q.S, al-Alaq
(96): 1-5. Wahyu pertama tersebut diawali dengan kata iqra' . Kata iqra' ini
32
Anonim, Mari Terus Belajar Dan Berbagi, http://TerusbelajarWordpress. Com/2008/08/07/
Pengertian-Teknologi/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2009
terambil dari akar kata qara'a, yang berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna, seperti menyampaikan, menela'ah, mendalami, meneliti,
dan mengetahui ciri sesuatu.33
Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah, ciri ciri sesuatu;
bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis
maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra' mencakup segala sesuatu
yang dapat dijangkaunya.34
Ilmu, pegetahuan dan teknologi merupakan kebutuhan pokok
manusia, segala sesuatu menyangkut aktifitas umat manusia harus didasari
dengan ilmu pengetahuan. Ilmu, pengetahuan dan teknologi merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi manusia, karena dengan hal tersebut semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah. Pentingnya ilmu pengetahuan juga di tekankan oleh Allah dalam Al-
Qur’an Q.S. Az-Zumar (39) : 9 sebagai berikut:
Terjemahnya:
Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.35
33
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan
Masyarakat, (Cet. IX; Bandung : Mizan, 1994), h. 167
34
Lihat Falsafah Dasar Iqra' secara mendalam dalam buku Quraish Shihab,
Membumikan…… .op, cit. h. 171
35
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang : Toha Putra, 1998)., h.
367
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu, ilmu pengetahuan dan teknologi telah
banyak merubah wajah dunia. Kelemahan yang ada pada diri manusia itu
kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi. Namun pertanyaan
kemudian muncul, apakah ilmu selalu menjadi berkah dan penyalamat bagi
manusia?. Memang sudah terbukti dengan kemajuan ilmu manusia dapat
menciptakan berbagai teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya
memudahkan pekerjaan manusia, namun kemudain digunakan untuk hal-hal
yang bersifat negativ yang menimbulkan malapetaka bagi manusia.
Disinilah peran agama yang menjadi alat control bagi ilmu agar
senantiasa diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai
kemanusiaan. Iman dengan ilmu harus seiring dan sejalan, karena iman tanpa
ilmu bagaikan pelita ditangan bayi dan ilmu tanpa iman ibarat pelita di tangan
pencuri.36 Ini pulalah makna dari iqra pada wahyu pertama tidak diikuti objek
yang menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur'an menghendaki
manusia membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi rabbik, dalam artian
bermanfaat untuk kemanusiaan.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
DW. Hamlyn, History of Epitemolog, the Encyclopedia Of Philoshofi, Vol. III, tp,
1967
Sutriono dan Rita Hanafi, Filsafat Ilmu Dan Metode Penelitian, Yogyakarta :
CV. Andi Ofset, 2001.