Anda di halaman 1dari 18

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN KONTEMPORER SEBAGAI KEBUTUHAN

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM1

Sudarto
Dosen Fakultas Agama Islam STIT Muhammadiyah Ngawi dan Alumni Doktor Pendidikan Islam
Universitas Ibnu Khaldun – Bogor
sudartokampus@gmail.com

ABSTRACT
Islamization of Science is a necessity for the world of Islamic education today. Western
civilization with its worldview has hegemony in almost all lines of the academic world. As a result,
standards, policies, and concepts of science are more determined by Western perspectives than
Islamic perspectives. This issue becomes an increasingly important issue for immediate response
because the effects of secularization transplanted into science in the Islamic world have led to the
confusion of the concept of science. Thus the Islamization of contemporary science is a necessity
that cannot be negotiable in the development of Islamic education.
Keywords: Islamization of science, Western civilization, science

ABSTRAK
Islamisasi Ilmu Pengetahuan merupakan sebuah kebutuhan bagi dunia pendidikan Islam hari
ini. Peradaban Barat dengan worldview-nya telah menghegemoni hampir disemua lini dunia
akademis. Akibatnya standar, kebijakan, dan konsep ilmu lebih banyak ditentukan oleh cara
pandang Barat dibandingkan cara pandang Islam. Persoalan ini menjadi isu yang semakin penting
untuk segera ditanggapi sebab akibat sekularisasi yang dicangkokkan ke dalam keilmuan di dunia
Islam telah menyebabkan kerancuan konsep ilmu. Dengan demikian Islamisasi ilmu pengetahuan
kontemporer menjadi kebutuhan yang tidak bias ditawar lagi dalam pengembangan pendidikan
Islam.
Kata kunci: islamisasi ilmu, peradaban Barat, sains

1
Tulisan ini merupakan bagian dari Tesis master penulis berjudul “Budaya Akademik Islami (BUDAI) dalam
Perspektif Islamisasi Ilmu (Studi Kasus di Universitas Islam Sultan Agung Semarang)” yang diajukan untuk meraih
gelar Magister Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor pada 2013.

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 93


A. PENDAHULUAN termasuk di dalamnya adalah sains, telah
Berbicara tentang Islamisasi ilmu terbaratkan (westernized) atau telah
pengetahuan kontemporer tidak lepas dari disekularisasi (Al-Attas, 1993: 134).
konsep dasar ilmu menurut pandangan Islam. Westernisasi atau sekularisasi ilmu inilah
Konsep ini harus diuraikan terlebih dahulu yang menimbulkan permasalahan di dunia
mulai definisi, perbedaan beberapa istilah yang Islam dan kaum Muslimin pada umumnya.
sering dipakai, ontologi ilmu, klasifikasi ilmu, Solusi dari permasalahan tersebut adalah
metode ilmiah, sifat-sifat ilmu khususnya Islamisasi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
dalam hal ketidaknetralannya serta sifatnya konsep dasar mengenai ilmu, ilmu pengetahuan
yang dapat menurut istilah Sabra dan sains menurut Islam harus diperjelas, dan
naturalisasikan (Handrianto, 2010: 40). dipahami terlebih dahulu (Handrianto, 2010:
Konsep dasar ilmu menurut Islam 41).
berbeda secara diametral dengan konsep ilmu
menurut pandangan Barat. Dalam uraian B. DEFINISI ILMU, ILMU
mengenai ilmu tersebut akan ditunjukkan PENGETAHUAN, DAN SAINS
perbedaan yang nyata antara konsep ilmu Dalam bahasa Indonesia lazim dikenal
dalam Islam dengan menurut pandangan Barat. istilah ilmu pengetahuan. Belakangan muncul
Kesalahan dalam memahami konsep ilmu ini istilah sains sebagai kata serapan dari Bahasa
akan menyebabkan kekeliruan dalam Inggris science. Ilmu, ilmu pengetahuan dan
memahami proses Islamisasi ilmu sains sering disama artikan. Hal itu bisa
pengetahuan. Sebab, Islamisasi ilmu diketahui dari definisi yang dikemukakan para
pengetahuan mensyaratkan suatu konsep ilmu ilmuwan. Namun, sebuah istilah dihadirkan
yang benar menurut Islam. tentu mengandung makna yang unik sehingga
Di antara syarat membahas Islamisasi antara ilmu, ilmu pengetahuan dan sains
ilmu pengetahuan yaitu menerima sifat bahwa terdapat perbedaan diantara ketiganya
ilmu itu tidak netral atau tidak bebas nilai (Handrianto, 2010: 42).
(value free). Ilmu terkait dengan nilai-nilai
tertentu (value laden) yang berupa paradigma, Endang Saifuddin Anshari dalam
ideologi atau pemahaman seseorang. Suatu bukunya Ilmu, Filsafat dan Agama
kenyataan yang janggal seseorang membahas mengatakan:
Islamisasi ilmu pengetahuan namun ia Salah satu corak pengetahuan adalah
berpendapat bahwa ilmu itu bebas nilai. Pada pengetahuan yang ilmiah, yang lazim disebut
kenyataannya mengingat sifat ilmu dapat ilmu pengetahuan, atau singkatnya ilmu, yang
dinaturalisasi, ilmu pengetahuan kontemporer, ekuivalen artinya dengan scince dalam Bahasa

94 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


Inggris dan Prancis, wissenschaft (Jerman) dan Ahmad Baiquni, seorang guru besar
wetenschap (Belanda). Sebagaimana juga Universitas Gajah Mada merumuskan bahwa
science berasal dari kata scio, scire (Bahasa sains merupakan general consensus dari
Latin) yang berarti tahu, begitupun ilmu berasal masyarakat yang terdiri dari para saintis.
dari kata ‘alima (Bahasa Arab) yang juga Herbert L. Searles, guru besar filsafat di
berarti tahu. Jadi, baik ilmu maupun science Universitas Southern California mengatakan,
secara etimologis berarti pengetahuan. Namun “Ilmu pengetahuan itu adalah pengetahuan
secara terminologis ilmu dan science itu yang paling eksak.”
semacam pengetahuan yang mempunyai ciri- Ashley Montagu, guru besar antropologi
ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas di Rutgers University menyimpulkan, “Science
(Anshari, 1987: 47). is a sistematized knowledge derived from
observation, study, and experimentation
Masih di dalam buku tersebut, carried on order to determine the nature of
dipaparkan beberapa definisi ilmu dalam arti principles of what being studied.” (Ilmu
science oleh para ahli. Ralph Ross dan Ernest pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun
Van Den Haag menulis, “Science is empirical, dalam satu sistem yang berasal dari
rational, general and cumulative; and it is all pengamatan, studi dan percobaan untuk
four at ance.” (Ilmu adalah sesuatu yang menentukan hakikat dan prinsip tentang hal
bersifat empiris, yang rasional, yang umun dan yang sedang dipelajari) (Anshari, 1987: 48).
tersusun, dan keempat-empatnya serentak). Harsojo seorang guru besar antropologi
Mohammad Hatta menulis, “Tiap-tiap dari Universitas Pajajaran menerangkan bahwa
ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang ilmu itu mempunyai 3 pengertian:
pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan 1) Merupakan akumulasi pengetahuan yang
masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut disistematisasi
kedudukannya tampak dari luar, maupun 2) Suatu pendekatan atau suatu metode
menurut bangunannya dari dalam.” pendekatan terhadap seluruh dunia empiris,
Karl Pearson merumuskan, “Science is yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang
the complete and consistentdescription of the dan waktu, dunia yang pada prinsipnya
facts of experience in the simplest possible dapat diamati oleh panca indra manusia
term.” (Ilmu pengetahuan adalah lukisan atau Suatu cara menganalisa yang
keterangan yang lengkap dan konsisten tentang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
fakta pengalaman dengan istilah yang menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk
sesederhana). “jika… maka…” (Anshari, 1987: 49). Dari
pengertian yang dikutipnya, Endang Saifuddin

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 95


menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari
adalah usaha pemahaman manusia yang anggota kelompok pengetahuan ini terdapat
disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, tiga kriteria, yaitu:
struktur, pembagian, bagian-bagian dan 1) Apakah obyek yang ditelaah yang
hukum-hukum tentang hal yang diselidiki membuahkan pengetahuan tersebut?
(alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat Kriteria ini disebut dengan obyek
dijangkau daya pemikiran yang dibantu ontologis. Umpamanya saja ekonomi
pengindraan manusia itu, yang kebenarannya menelaah hubungan antara manusia
diuji secara empiris, riset dan eksperimental dengan benda atau jasa dalam rangka
(Anshari, 1987: 50). memenuhi kebutuhan hidupnya dan
Dari semua pendapat di atas, bisa manajemen menelaah kerjasama manusia
disimpulkan bahwa definisi ilmu yang mereka dalam mencapai tujuan yang telah disetujui
sampaikan sedikit banyak telah dipengaruhi bersama. Secara ontologis maka dapat
oleh pandangan Barat. Ciri-ciri pengaruh ditetapkan obyek penelaahan masing-
pandangan Barat dalam definisi tersebut yaitu, masing dari kebudayaan, cara bertukang
bahwa ilmu merupakan suatu hal yang empiris, dan filsafat, dan dengan demikian dapat
rasional, dan logis. Selain itu, para ahli dibedakan daerah penjelajahan atau bidang
mendefinisikan ilmu dengan obyek yang telaah pengetahuan masing-masing.
bersifat fisik. Mereka tidak mengakui sesuatu 2) Cara yang dipakai untuk mendapatkan
yang sifatnya metafisik. Bahkan, B.J. Habibie pengetahuan tersebut atau dengan
sendiri dalam pendefinisian di atas menyatakan perkataan lain, bagaimana caranya
bahwa agama tidak dapat dibuktikan mendapatkan pengetahuan itu? Kriteria ini
kebenarannya. disebut dengan landasan epistemologis
Penjelasan yang lebih filosofis yaitu dari yang berbeda untuk tiap bentuk apa yang
Jujun Suriasumantrimenjelaskan bahwa diketahui manusia. Umpamanya, landasan
pengetahuan atau knowledge merupakan epistemologis matematika adalah logika
terminologi generik yang mencakup segenap deduktif dan landasan epitemologis
bentuk seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, kebiasaan adalah pengalaman dan akal
cara menyulam dan biologi itu sendiri sehat.
(Soemantri, 1990: 293). Jadi biologi termasuk 3) Untuk apa pengetahuan itu dipergunakan
dalam pengetahuan (knowledge) seperti juga atau nilai kegunaan apa yang dipunyai
ekonomi, matematika dan seni. olehnya? Kriteria ini disebut landasan
aksiologis yang juga dapat dibedakan
untuk tiap jenis pengetahuan. Nilai

96 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


kegunaan seni pencak silat jelas berbeda alam. Jujun sendiri menganggap
dengan nilai kegunaan filsafat atau fisika pengindonesiaan science dengan sains kurang
nuklir (Soemantri, 1990: 293). tepat berkaitan dengan turunan kata tersebut
(Soemantri, 1990: 295).
Menurut Jujun, penjelasan sebuah ilmu Definisi ilmu menurut ilmuwan Muslim
harus memenuhi tiga syarat yaitu obyek tentu berbeda dengan pengertian-pengertian
ontologis (pengalaman manusia yakni segenap yang sudah disebutkan di atas. Salah satu
wujud yang dapat dijangkau lewat panca indra pendapat yang berkembang adalah pendapat
atau alat yang membantu kemampuan panca Ibnu Taimiyah. Beliau mendefinisikan ilmu
indra), landasan epistemologis (metode ilmiah sebagai sebuah pengetahuan yang berdasarkan
yang berupa gabungan logika deduktif dan pada dalil (bukti). Dalil yang dimaksud bisa
logika induktif dengan pengajuan hipotesis berupa penukilan wahyu dengan metode yang
atau yang disebut dengan logico hyphotetico- benar (al-naql al-mushaddaq), bisa juga berupa
ferifikasi) dan landasan aksiologis penelitian ilmiah (al-bahts al-muhaqqaq).
(kemaslahatan manusia artinya segenap wujud Sedang yang dimaksud dengan ilmu yang
pengetahuan ini secara moral ditujukan untuk bermanfaat adalah yang bersumber dari
kebaikan hidup manusia) (Soemantri, 1990: Rasulullah. Kata Ibnu Taimiyah :
294). “Sesungguhnya ilmu itu adalah yang
Persoalan timbul ketika harus bersandar pada dalil, dan yang bermanfaat
membedakan antara knowledge dan science. darinya adalah apa yang dibawa oleh Rasul.
Dalam pandangan Jujun, knowledge adalah Maka sesuatu yang bisa kita katakana ilmu itu
pengetahuan yang bersifaat generik, dan adalah penukilan yang benar dan penelitian
science adalah bentuk pengetahuan yang yang akurat” (Ibn Taimiyah, 6,1997: 388).
spesifik yang mempunyai obyek ontologis,
landasan epistemologis dan landasan aksiologis Ibnu Taimiyah menegaskan, apabila
yang khas. sesuatu yang dikatakan ilmu, jika
Jujun memberi alternatif pertama yaitu kenyataannya tidak berdasar pada dalil seperti
menggunakan ilmu pengetahuan untuk science disebutkan di atas, maka ia ibarat sebuah
dan pengetahuan untuk knowledge, ini yang tembikar yang terlihat bagus dari luarnya saja
sering dipakai. Alternatif kedua adalah kata (khazaf muzawwaq). Maksudnya, kelihatan
pengetahuan untuk knowledge dan ilmu untuk sebagai sebuah ilmu yang bagus tapi
science. Dengan demikian maka social sebenarnya ia bukan ilmu. Atau kalau tidak,
sciences diterjemahkan dengan ilmu-ilmu yang disangka ilmu tersebut adalah sesuatu
sosial dan natural sciences dengan ilmu-ilmu yang jelas-jelas batal (batil mutlaq), yakni

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 97


bukan ilmu sama sekali Ibn Taimiyah, jil. 6, pengetahuan yang terorganisasi”, termasuk
1997: 388). teologi (Kartanegara, 2003: 2).
Di sini jelas bahwa dalam Islam, wahyu Mulyadhi menyoroti perubahan makna
merupakan sumber ilmu. Sedangkan dalam sains yang ada di dunia Barat, dari mulai sains
pandangan Barat, wahyu tidak termasuk ilmu bermakna ilmu pengetahuan sebagaimana
karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. terminologi ilmu dalam Islam menjadi sains
Di sinilah salah satu perbedaan yang menyolok menurut makna yang bersifat fisik semata. Hal
antara definisi ilmu dalam Islam dengan ilmu ini beliau teliti pada definisi kamus Webster’s
dalam pandangan Barat. New World Dictionary. Dalam kamus itu
Menurut Mulyadhi Kartanegara, guru disebutkan bahwa kata science berasal dari kata
besar filsafat lulusan Universitas Chicago, Latin, scire, yang berarti mengetahui, secara
Amerika Serikat, memberi penjelasan yang bahasa science berarti “keadaan atau fakta
lebih terang. Bahwa istilah ilmu dalam mengetahui dan sering diambil dalam arti
epitemologi Islam mempunyai kemiripan pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan
dengan istilah science dalam epistemologi dengan intuisi atau kepercayaan”. Namun kata
Barat. Sebagaimana sains dalam epistemologi ini kemudian mengalami perkembangan dan
Barat dibedakan dengan knowledge, ilmu perubahan pemaknaan sehingga berarti
dalam epistemologi Islam dibedakan dengan “pengetahuan yang sistematis yang berasal dari
opini (ra’y). sementara sains dipandang sebagai observasi, kajian, dan percobaan-percobaan
any organized knowledge, ilmu didefinisikan yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar
sebagai “pengetahuan tentang sesuatu atau prinsip dari apa yang dikaji”.
sebagaimana adanya.” Dengan demikian, ilmu Dengan demikian telah terjadi pergeseran
bukan sembarang pengetahuan atau sekedar makna sains dari “pengetahuan” menjadi
opini, melainkan pengetahuan yang telah teruji “pengetahuan yang sistematis berdasarkan
kebenarannya. Pengertian ilmu sebenarnya observasi indrawi”. Tren ini kemudian
tidak jauh berbeda dengan sains, hanya mengarah pada pembatasan lingkungan sains
sementara sains dibatasi pada bidang-bidang hanya pada dunia fisik. Hal ini dapat dilihat
fisik atau indrawi, ilmu melampauinya pada dari definisi lain yang kemudian diberikan oleh
bidang-bidang nonfisik, seperti metafisika. kamus tersebut pada science sebagai
Penyetaraan ini dapat diperkuat oleh “pengetahuan yang sistematis tentang alam dan
pernyataan Karier, pengarang buku The dunia fisik” (Handrianto, 1990: 53).
Scientists of the Mind, bahwa pada masa-masa Penjelasan-penjelasan di atas cukup
awal abad ke-19, sains dipahami sebagai any untuk menyatakan perbedaan konsep ilmu di
organized knowledge, atau “sembarang dalam Islam dengan konsep ilmu di dunia

98 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


Barat. Tentu saja ada persamaan di antara tidak hanya fisik tetapi juga metafisika
keduanya, yaitu sama-sama menyatakan bahwa (Handrianto, 1990: 55).
ilmu adalah pengetahuan yang sistematis. Baik
ilmu yang bersifat fisik maupun metafisik, C. SEJARAH ISLAMISASI ILMU
semuanya memang harus sistematis atau PENGETAHUAN
organized. Namun ilmu di dunia Barat 1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Awal
kemudian mulai mensyaratkan bahwa ilmu Islam
yang sistematis itu harus muncul dari observasi Islamisasi ilmu telah terwujud lama
atau pengamatan yang biasanya bersifat semenjak Muhammad SAW diutus sebagai
indrawi, baik dengan bantuan alat maupun Nabi dan Rasul lebih 1.400 tahun yang lalu.
indra secara telanjang. Ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi
Begitu juga, ilmu dalam pandangan Islam secara jelas menegaskan semangat Islamisasi
sebagaimana sudah dikemukakan di depan, ilmu pengetahuan, yaitu ketika Allah
sama mensyaratkan dan telah diuji menekankan bahwa Dia adalah Sumber dan
kebenarannya berdasarkan bukti-bukti yang Asal ilmu pengetahuan manusia. Dalam masa
kuat dan tidak hanya berdasarkan praduga atau turunnya wahyu selama 23 tahun, baginda
asumsi. Dengan kata lain, ilmu memiliki Rasulullah telah mengubah paradigma
criteria yang dimiliki oleh sains sebagai jahiliyyah pelbagai sudut kehidupan manusia
pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. ke prinsip rabbaniyyah dan tauhid kepada
Ilmu dalam pandangan Islam berbeda dengan Allah (Wan Daud, 1998: 340).
sains dalam pandangan Barat. Sains Barat (atau Proses Islamisasi ilmu lebih jelas tampak
menurut Herman Suwardi SBS-Sains Barat pada era pemerintahan Abbasiyah ketika
Sekular) hanya dibatasi pada bidang-bidang kegemilangan Islam memuncak. Sarjana-
empiris-positivis. Sedangkan ilmu dalam sarjana Islam pada zaman tersebut diberi
pandangan Islam melampauinya dengan amanah dan kepercayaan untuk
memasukkan tidak hanya bidang-bidang menterjemahkan dan sekaligus meng-
empiris, tetapi juga non-empiris, seperti Islamisasikan karya-karya Yunani, Parsi dan
matematika dan metafisika. India kedalam Bahasa Arab. Pada masa-masa
Jadi kesimpulannya, ilmu dalam awal Islam, diskursus keilmuan Islam
pandangan Islam mempunyai ruang lingkup mencapai tingkat yang tinggi sehingga mampu
yang lebih luas daripada sians dalam istilah memberikan sumbangan besar pada
peradaban Barat. Sains membatasi dirinya pada perkembangan ilmu pengetahuan dunia di
hal-hal yang bersifat fisik, sedangkan ilmu masa-masa sesudahnya. Ini terjadi disebabkan
dalam pandangan Islam masih tetap meliputi beberapa hal. Di antara motivasi internal ajaran

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 99


Islam sendiri yang menganjurkan agar kaum berbenturan dengan prinsip-prinsip Islam yang
Muslimin menuntut ilmu tanpa batasan waktu fundamental. Kemudian, dikembangkan
dan tempat. Juga tak terelakkan adanya faktor dengan kreatif sehingga pada gilirannya
eksternal, akibat terjadinya kontak antara melahirkan penemuan-penemuan baru yang
orang-orang Islam dan kalangan non Islam, dapat dikontribusikan dalam dunia ilmu
atau lebih tepatnya dengan kebudayaan lain pengetahuan. Dengan demikian patut kiranya
yang jauh lebih maju jika dibandingkan dengan apabila kemudian diskursus keilmuan Islam ini
kebudayaan yang dimiliki Islam, seperti di tidak dikatakan sebagai pengkopian atau
Bizantium, Persia dan India (Mastuhu, 1999: pinjaman seadanya dari Yunani. Melainkan itu
52). semua merupakan Islamisasi berbagai tradisi
Dari gabungan beberapa kondisi ini, keilmuan (Mastuhu, 1999: 54).
tentunya, terdapat peluang bagi Islam untuk Sekalipun istilah Islamisasi adalah baru,
mencapai prestasi yang gemilang sebagaimana namun konsep yang terkandung didalam kata
tercatat dalam lembaran sejarahnya. Tak aneh tersebut bukanlah baru. Al-Quran telah
jika sejak preode-preode awal, perhatian mengislamkan sejumlah kosa kata Arab yang
terhadap ilmu pengetahuan dikalang Islam digunakan pada saat itu. Al-Qur’an
telah terjadi. Al-Haris bin Qaladah, sahabat mengislamkan struktur-struktur konseptual,
Nabi, misalnya telah belajar kedokteran di bidang-bidang semantik dan kosa kata.
Jundishapur. Sahabat Nabi lainnya, Khalid bin Khususnya istilah-istilah dan konsep-konsep
Yazid dan Ja’far Al-Shadiq, mempelajari ilmu kunci, yang digunakan untuk memproyeksikan
kimia. Kemudian diteruskan oleh para sahabat, hal-hal yang bukan dari pandangan hidup
tabi’in dan ulama-ulama sehingga umat Islam Islam. Karena itu, Islamisasi dalam arti kata
mencapai kegemilangan dalam ilmu (Mastuhu, yang sebenarnya bukanlah perkara baru.
1999: 53). Gagasan itu merupakan kontinum dari gagasan
Kemajuan yang dicapai Islam pada masa Islamisasi ilmu sebelumnya. Ia mempunyai
kelasik sangat erat hubungannya dengan akar dalam teradisi intelektual Islam. Dan
terjadinya interaksi antara Islam dan aneka dilihat dari segi konsepnya, ia lahir dari aqidah
ragam kebudayaan yang berkembang saat itu. Islam itu sendiri (Wan Daud, 1998: 341).
Interaksi ini kemudian melahirkan sikap Pada zaman pertengahan, Islamisasi telah
terbuka kalangan Islam untuk mempelajari dan dilakukan khususnya oleh para teolog Muslim
menerima sesuatu yang ditemukannya. Islam seperti Al-Ghazali, Fakhruddin Ar-Razi,
tidak serta merta dengan pasif mengambil Sayfuddin Al-Amidi dan lain-lain. Dengan
seluruh keilmuan yang ada, melainkan pengetahuan Islam yang mendalam, mereka
menyeleksinya dengan baik sehingga tidak menyaring filsafat Yunani kuno untuk

100 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


disesuaikan dengan pemikiran Islam. Sebagai Islam di Spayol pada tahun 711 Hijriyah.
hasilnya, ada hal-hal dari filsafat Yunani kuno Kontak tersebut awalnya membawa orang-
yang diterima dan ada yang ditolak (Wan orang Eropa untuk mengkaji studi Islam.
Daud, 1998: 343). Menurut M. In’am Esha, sebagaimana dikutip
Terjadinya Islamisasi berbagai tradisi oleh Budi Handrianto dalam Islamisasi Sains,
keilmuan itu mempunyai berbagai implikasi. pada awal studi Islam karya-karya seperti
Di antaranya pemfungsian ilmu-ilmu yang Progugnaculum karya Flotentino Ricoldo dan
berserakan di berbagai tempat, yang tentunya Monte Croce yang mengkaji bahasa dan agama
berbentuk lokal, menjadi satu kesatuan. Di Arab sekitar tahun 1290 di Bagdad, Thomas
samping itu, adanya pembebasan ilmu-ilmu Erpenius yang mengkaji geografi Abul Fida’,
yang ada ini dari berbagai bentuk lokal, etnis, Babad Persia karya Mirkhwan, Jacobus
mitologi, dan lain sebagainya, kemudian mengarang kamus Arab-Latin, dan sebagainya.
membentuknya dalam skala yang universal. Kajian-kajian keislaman ini pada akhirnya
Inilah tampaknya sumbangan Islam terpenting mengarahkan mereka pada studi orientalisme di
dibidang ilmu pengetahuan yang mempunyai abad modern. Akan tetapi sebelum priode
andil besar terhadap terjadinya renaissains di penerjemahan besar-besaran pada abad ke-12
Eropa. Berbagai disiplin ilmu yang sudah ada usaha-usaha sporadis untuk
berkembang hingga kini merupakan memajukan ilmu pengetahuan di Barat. Bukti
sumbangan abadi kaum Muslimin bagi yang jumlahnya tidak banyak, menunjukkan
kesejahteraan umat manusia (Wan Daud, 1998: bahwa usaha-usaha penerjemahan ke bahasa
343). Latin sudah dimulai pada abad ke-9. Meskipun
Namun demikian, pada abad ke-14 demikian, sarjana penting pertama yang
beransur-ansur kejayaan intlektual kaum mempelajari ilmu pengetahuan Arab adalah
muslimin memudar. Umat mengalami Gerbert dari Aurillac, yang menjadi Paus
kemunduran dibidang ilmu pengetahuan yang Syilvester II (999-1003) (Esha, 2006).
menurut para ahli banyak faktor penyebabnya. Banyak buku-buku menyebutkan
Disinilah sains yang telah diislamkan oleh kemajuan yang terjadi di Barat didukung oleh
ilmuan Islam kemudian diambil ilmuan-ilmuan kontribusi peradaban Islam di abad
Barat (Handrianto, 1990: 126). pertengahan. Kata “kontribusi” mengandung
Kemunduran umat Islam waktu itu arti positif. Namun demikian, apabila tidak ada
menjadi blessing in disguise bagi Barat yang pengakuan, maka kontribusi tersebut bukanlah
sejak awal memang ‘mengincar’ harta sebuah sumbangsih, melainkan sebuah
intlektual kaum Muslimin. Bermula dari pengambilalihan, dalam arti, sebenarnya Barat
interaksi dan kontak orang-orang Eropa dengan telah mengambil beberapa kekayaan intlektual

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 101


untuk menjadi landasan kebangkitan mereka. Fitzgeraid, Matsnawi karya Jalaludin Rumi,
Meskipun beberapa ahli sejarah telah mengakui Gulistan dan Bustan karya Sa’di.
bentuk-bentuk kontribusi peradaban Islam, tapi 2. Karya Matematika. Angka-angka Hindu
secara mainstream Barat saat ini tidak diuraikan oleh Khawarizmi (abad ke-9) dan
mengakuinya. Dengan demikian, wajarlah Biruni (abad ke-11), telah selesai
dikatakan kemajuan Barat yang di awali diperkenalkan kepara Eropa oleh Adelard
dengan kemajuan sains dan teknoligi, karena dari Barh dan melalui suatu adaptasi oleh
mengambil produk-produk kemajuan Ibrahim Ibn Ezra (abad ke-12). Pada masa
peradaban Islam, terutama memanfaatkan Indonesia banyak karya matematika yang
kondisi di saat peradaban Islam mengalami diterjemahkan dalam bahasa Hebrew,
kemunduran. Spanyol, Latin, misalnya dibawah Raja
Menurut Mehdi Nakosteen, salah satu Alfonso.
penyebab kemunduran Islam adalah banyaknya 3. Karya Kedokteran. Karya Ensiklopedia Al-
perpustakaan Islam yang dihancurkan oleh Razi tentang menyakit menular, Ibn Sina
tentara Mongol, sementara itu di Barat banyak menemukan karakter penyakit menular
buku yang tidak ikut hancur karena banyak melalui air, dan Ibn Khatib dan Ibn Baitar
perpustakaan yang letaknya jauh dari yang telah menemukan indeks obat-obatan
jangkauan penghancuran (Nakosteen, 1995: dan juga Optical Tha Saurus karya Al
56). Banyak perpustakaan pribadi yang Hazim.
memiliki beberapa buku-buku penting. Karya 4. Karya-karya lain yang ada dalam berbagai
tersebut telah diselamatkan oleh para ilmuan bidang seperti musik, arsitektur,
Eropa melalui beberapa penerjemahan ke trigonometri, astronomi, kimia dan
dalam bahasa Latin, Hebrew, Spanyol, Italia, sebagainya.
Catalan, dan bahasa lainnya selama abad 12 Dari beberapa buku yang selamat,
dan 13. Terdapat beberapa dimensi karya yang Barat telah mengembangkan sains dan
mungkin perlu kita sebutkan dalam konteks ini, teknologi yang menjadi cikal bakal Revolusi
seperti: Ilmiah. Fakta telah menunjukkan, bahwa
1. Karya Sastra Persia. The Fables of Bed Pai, kekayaan intlektual Islam yang berhasil
The Hazar Afsana, telah diterjemahkan diambil tersebut telah membangkitkan
dalam bahasa Arab Alf Laila wa Laila, Shah intlektual Barat sekarang ini (Nakosteen,
Namah karya Firdausi dari Thus, Khudai 1995: 56).
Namah karya Daniswar. Rubaiyyat karya Dapat disimpulkan, bahwa kemajuan
Omar Khayam oleh telah diterjemahkan ke Barat banyak didukung oleh intlektualisme
dalam bahasa Inggris oleh Erward Islam, yaitu melalui penerjemahan karya-karya

102 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


sarjana Muslim. Barat mengambil ilmu-ilmu secara diametral berbeda dengan ilmu dalam
tersebut dan mengembangkannya sehingga pandangan Islam.
terciptalah revolusi ilmiah abad 17-18. Mereka Kemrosotan umat akibat ilmu
juga mengambil model pembelajaran pengetahuan, yang dalam istilah Al-Attas
Universitas sebagaimana yang mereka lihat di disebut dengan ilmu pengetahuan kontemporer,
institusi-institusi perguruan tinggi Islam, yang mana telah diuraikan panjang lebar oleh
seperti Universitas Qarawiyyin (University of para ilmuan Muslim. Bahkan menurut Wan
Al Karaouine) di Fez Maroko, yang berdiri Daud, dalam memasuki abad ke-15 Al-Attas
pada tahun 1067 di mana imam Ghazali pernah telah menemukan tiga temuan ilmiah terpenting
mengajar di sana. Selain itu ada Baitul di dunia Islam yang sangat berpotensi
Hikmah, Darul Kutub, Majlis An Nazar, dan mempengaruhi perjalanan kehidupan umat
tidak terkecuali Universitas Al Azhar Cairo Islam secara mendalam dan menyeluruh. Tiga
tahun 1171 (Zarkasyi, 2007: 6). temuan tersebut adalah: 1) Problem terpenting
Setelah sains mengalami transformasi yang dihadapi umat Islam saat ini adalah
dari sains Islam kepada sains Barat yang masalah ilmu pengetahuan; 2) Ilmu
sekuler, maka beberapa ilmuan maupun pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral)
intlektual Muslim berupaya untuk sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
mengislamkan kembali. Pada kurun inilah keagamaan, kebudayaan dan filsafat, yang
dimulai kembali projek Islamisasi yang biasa mencerminkan kesadaran dan pengalaman
disebut dengan Islamisasi ilmu pengetahuan manusia Barat; 3) Umat Islam, oleh karena itu,
kontemporer. perlu mengislamkan ilmu pengetahuan masa
kini dengan mengislamkan simbol-simbol
D. ISLAMISASI ILMU KONTEMPORER linguistic mengenai realitas dan kebenaran
Kaum intelektual Islam bersepakat, (Wan Daud, 1998: 317).
gagasan Islamisasi ilmu masa kini bukanlah Walaupun ide Islamisasi ilmu ini telah
sesuatu yang baru tetapi pernah terjadi dalam disentuh oleh beberapa sarjana Islam, namun
sejarah Islam di masa silam. Setelah proses penjelasan yang sistematik secara konseptual
Islamisasi ilmu di awal Islam, umat Islam telah bermula dari Al-Attas. Beliau dianggap sebagai
mengalami kemunduran dan kemrosotan. seorang sarjana Islam yang pertama kali
Dilain pihak, ilmu atau sains yang mengupas dan menegaskan tentang perlunya
dikembangkan di dunia Barat jauh mengalami Islamisasi pendidikan sains. Al-Attas telah
kemajuan yang sangat pesat dan signifikan. melahirkan ide-ide beliau pada satu
Sedangkan ilmu yang dikembangkan tersebut persidangan pendidikan yang sangat penting
dalam sejarah umat Islam kontemporer, yaitu,

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 103


persidangan Pertama Pendidikan Islam Sedunia tidak diungkapkan secara sistematik hingga
di Makkah pada 1977 (Handrianto, 1990: 129). zaman mutakhir ini (Iqbal, 2000: 26).
Usaha Islamisasi ilmu secara perlahan Dari usaha Islamisasi di atas yang
mulai marak dan beberapa karya telah pula dipelopori oleh Al-Attas dan Al-Faruqi,
dihasilkan. Al-Attas sendiri telah menunjukkan kemudian banyak di antara cendekiawan
satu model usaha Islamisasi ilmu yang baik Muslim yang berusaha menjelaskan dan
melalui karya beliau, The Concept of mengembangkan lagi gagasan Islamisasi ilmu-
Education in Islam. Dalam teks ini beliau ilmu modern, seperti Louay Safi dan Ibrahim
berusaha menunjukkan hubungan antara bahasa Ragab yang mengembangkan ide Al-Faruqi.
dan pemikiran. Beliau menganalisis istilah- Abu Sulayman membuat sedikit penjelasan dan
istilah yang sering dimaksudkan untuk sedikit modifikasi terhadap konsep Al-Faruqi
mendidik seperti ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Ia dalam edisi kedua monograf yang diterbitkan
akhirnya menyimpulkan bahwa ta’dib pada tahun 1988. Sementara itu Wan Moh. Nor
merupakan istilah yang paling sesuai dan juga menjelaskan dan mengembangkan ide Al-
komprehensif untuk pendidikan Islam (Wan Attas (Iqbal, 200: 26).
Daud, 1998: 24). Menurut Adnin Armas dalam
Sementara Ismail Raji Al-Faruqi makalahnya Westernisasi dan Islamisasi Ilmu,
merupakan seorang lagi sarjana Islam yang bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan yang
turut berkecimpung lebih jauh, menjelaskan populer ditahun 80-an, sejatinya telah
dan mengembangkan gagasan Islamisasi ilmu dicanangkan oleh Syed Muhammad Naquib
melalui karyanya Islamization of Knowledge Al-Attas, maka kajian mengenai substansi
(1981). Dalam bukunya ia menggariskan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer akan
beberapa langkah yang harus di ambil ke arah lebih jelas jika merujuk kepada konsep-
merealisasikan usaha ini (Al Faruqi, 1984: 55). konsepnya. Selain itu, konsep-konsep yang
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, diajukannya berdasarkan pemahaman yang
Islamisasi ilmu modern merupakan satu tugas mendalam terhadap pandangan hidup dan
yang serupa sifatnya dengan tugas yang pernah peradaban manusia Barat dan epistemologinya
dimainkan oleh nenek moyang kita yang (Armas, 2009).
mencerna ilmu zaman mereka dan mewariskan Lebih lanjut Adnin mengatakan, Al-Attas
kepada kita peradaban dan kebudayaan Islam, menyadari, bahwa virus yang terkandung
walaupun ruang lingkupnya kini lebih luas. dalam ilmu pengetahuan Barat modern sekuler
Tapi, meskipun gagasan ini telah dipraktekkan merupakan tantangan yang paling besar bagi
dalam sejarah intelektual Islam, sebenarnya ia kaum Muslimin saat ini. Dalam pandangannya,
peradaban Barat Modern telah membuat ilmu

104 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


menjadi problematis. Selain telah salah Sedangkang menurut Hamid Fahmi
memahami makna ilmu, peradaban Barat juga Zarkasy, sebagaimana yang disadari oleh Al-
telah menghilangkan maksud dan tujuan ilmu. Attas, memang antara Islam dengan filsafat dan
Sekalipun peradaban Barat modern telah sains modern terdapat persamaan khususnya
menghasilkan ilmu yang bermanfaat, namun dalam hal-hal yang menyangkut sumber dan
peradaban tersebut juga telah menyebabkan metode ilmu, kesatuan cara mengetahui secara
kerusakan dalam kehidupan manusia (Armas, nalar dan empiris, kombinasi realisme,
2009). idealisme dan pragmatisme sebagai fondasi
Ilmu pengetahuan modern yang kognitif bagi filsafat sains, proses dan filsafat
diproyeksikan melalui pandangan hidup itu sains. Namun ia menegaskan terdapat juga
dibangun di atas visi intelektual dan psikologis sejumlah perbedaan mendasar dalam
budaya dan peradaban barat. Menurut Al-Attas pandangan hidup (divergent worldviews)
ada lima faktor yang menjiwai budaya dan mengenai realitas akhir. Baginya, dalam Islam,
peradaban Barat: 1) Akal di andalkan untuk Wahyu merupakan sumber ilmu tentang
membimbing kehidupan manusia; 2) Bersikap realitas dan kebenaran akhir berkenaan dengan
dualistik terhadap realitas dan kebenaran; 3) ciptaan dan pencipta. Tanpa Wahyu, ilmu sains
Menegaskan aspek eksistensi yang dianggap satu-satunya pengetahuan yang
memproyeksikan pandangan hidup sekuler; 4) otentik. Bila ilmu pengetahuan kosong dari
Membela doktrin humanism; 5) Menjadikan Wahyu, ilmu pengetahuan hanya terkait dengan
drama dan tragedi sebagai unsur-unsur fenomena. Akibatnya, kesimpulan kepada
dominan dalam fitrah dan eksistensi fenomena akan selalu berubah sesuai dengan
kemanusiaan. perkembangan zaman. Tanpa Wahyu, realitas
Sebagaimana dikutip oleh Adnin, Al- yang dipahami hanya terbatas kepada alam
Attas berpendapat ilmu yang berkembang di nyata ini yang dianggap satu-satunya realitas
Barat tidak semestinya diterapkan di dunia (Zarkasy, 2010: 82).
Muslim, karena ilmu pengetahuan dalam Lebih lanjut menurut Hamid,
budaya dan peradaban Barat itu justru mengislamkan ilmu bukanlah pekerjaan mudah
menghasilkan krisis ilmu pengetahuan yang seperti labelisasi. Selain itu, tidak semua dari
berkepanjangan. Ilmu dijadikan alat yang Barat berarti ditolak, karena terdapat sejumlah
sangat halus dan tajam bagi menyebarluaskan persamaan dengan Islam. Oleh sebab itu,
cara dan pandangan hidup sesuatu kebudayaan. seseorang yang mengislamkan ilmu, perlu
Oleh karena itu, ilmu bukan bebas nilai (value memenuhi syarat, yaitu ia mampu
free), tetapi sarat nilai (value laden). mengidentifikasi pandangan hidup Islam (The
Islamic Worldview) sekaligus mampu

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 105


memahami budaya dan peradaban barat. tersebut yang menentukan bentuk perubahan,
Pandangan hidup dalam Islam adalah visi perkembangan, dan kemajuan. Pandangan
mengenai realitas dan kebenaran (the vision of hidup Islam dibangun atas konsep Tuhan yang
reality and truth). Realitas dan kebenaran unik, yang tidak ada pada tradisi filsafat,
dalam Islam bukanlah semata-mata pikiran budaya, peradaban, dan agama lain (Zarkasyi,
tentang alam fisik dan keterlibatan manusia 2010: 86).
dalam sejarah, sosial, politik, dan budaya.
Sebagaimana yang ada di dalam konsep Barat E. PROSES ISLAMISASI ILMU
sekuler mengenai dunia yang dibatasi kepada KONTEMPORER
dunia yang dapat dilihat. Realitas dan Setelah mengetahui mengenai pandangan
kebenaran dimaknai berdasarkan kajian hidup Islam dan barat, maka proses Islamisasi
metafisis terhadap dunia tampak dan tidak baru bisa dilakukan. Karena, Islamisasi ilmu
tampak. pengetahuan saat ini melibatkan dua proses
Jadi, pandangan hidup Islam mencakup yang terkait, yaitu:
dunia dan akhirat. Aspek dunia harus 1) Mengisolasi unsur-unsur dan konsep-konsep
dihubungkan dengan cara yang sangat kunci yang membentuk budaya dan
mendalam kepada aspek akhirat yang memiliki peradaban Barat dari setiap bidang ilmu
signifikansi yang terakhir dan final. Pandangan pengetahuan modern saat ini, khususnya
hidup Islam, tidak berdasarkan kepada metode dalam bidang ilmu pengetahuan humaniora.
dikotomis seperti objektif dan subjektif, Bagaimanapun ilmu-ilmu alam, fisika dan
historis dan normatif. Namun realitas dan aplikasi harus diislamkan juga khususnya
kebenaran dipahami dengan metode dalam penafsiran-penafsiran akan fakta-
menyatukan (tauhid). Pandangan hidup Islam fakta dan alam formulasi teorai-teori.
bersumber kepada Wahyu yang didukung oleh Menurut Al-Attas, jika tidak sesuai dengan
akal dan intuisi. Substansi agama, seperti nama pandangan hidup Islam, maka fakta-fakta
keimanan, dan pengalamannya, ibadahnya, menjadi tidak benar.
doktrinnya, serta sistem teologinya, telah ada 2) Memasukkan unsur-unsur Islam beserta
dalam Wahyu dan dijelaskan oleh Nabi konsep-konsep kunci dalam setiap bidang
(Zarkasyi, 2010: 83). dari ilmu pengetahuan saat ini yang relevan
Pandangan hidup Islam terdiri dari (Wan Daud, 1998: 336).
berbagai konsep yang saling terkait seperti Jika kedua proses tersebut selesai
konsep Tuhan, Wahyu, penciptaan, psikologi dilakukan, maka Islamisasi akan membebaskan
manusia, ilmu, agama, kebebasan, nilai dan manusia dari magic, mitologi, animisme, tradisi
kebaikan, serta kebahagiaan. Konsep-konsep budaya, tradisional yang bertentangan dengan

106 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


Islam, dan kemudian dari kontrol sekuler Inti masalah ini, menurutnya, adalah sistem
kepada akal dan bahasanya. Islamisasi akan pendidikan yang mengasingkan Muslim dari
membebaskan akal manusia dari keraguan agamanya sendiri dan dari sejarah
(shakk), dugaan (zann), dan argumentasi kegemilangan agamanya yang seharusnya
kosong (mira) menuju keyakinan akan menjadi sumber kebanggaannya. Solusinya
kebenaran mengenai spiritual, intelligible, dan dengan demikaian adalah, membenahi sistem
materi. Islamisasi akan mengeluarkan pendidikan. Sistem pendidikan yang
penafsiran-penafsiran ilmu penetahuan memisahkan antara ilmu agama (madrasah) dan
kontemporer dari ideologi, makna dan ilmu non agama (sekolah, universitas) mesti
ungkapan sekuler (Zarkasyi, 2010: 86). dipadukan kembali. Di sinilah letak pentingnya
Ringkasnya, gagasan Islamisasi ilmu Islamisasi ilmu. Sampai di sini al-Faruqi
kontemporer yang diformulasikan Al-Attas menjelaskan arti Islamisasi pada tingkat
merupakan suatu revolusi epistemologi yang kongkretnya sebagai berikut: “Islamisai sains
merupakan jawaban terhadap krisis adalah Islamisasi disiplin-disiplin ilmu, atau
epistemologi yang melanda bukan hanya dunia tepatnya memproduksi buku-buku teks
Islam tapi juga budaya dan peradaban Barat. universitas yang telah dibentuk kembali
Isamisasi ilmu pengetahuan, bagi al- menurut visi Islam, dalam sekitar dua puluh
Faruqi merupakan suatu keharusan yang tidak disiplin” (Al-Faruqi, 1984: 59).
dapat ditawar-tawar lagi oleh para ilmuwan Islamisasi ilmu pengetahuan itu sendiri
Muslim. Apa yang telah berkembang di dunia berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti
Barat dan merusak dunia Islam saat ini mengungkapkan, menghubungkan, dan
sangatlah tidak cocok untuk umat Islam. Ilmu menyebarluaskannya menurut sudut pandang
sosial Barat tidak sempurna dan jelas bercorak ilmu terhadap alam kehidupan manusia.
Barat dan karena itu tidak berguna sebagai Islamisasi ilmu pengetahuan berarti
model. Ilmu sosial Barat juga melanggar salah mengislamkan ilmu pengetahuan modern
satu syarat krusial dari metodologi Islam, yaitu dengan cara menyusun dan membangun ulang
kesatuan kebenaran. Ia menambahkan adanya sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan
sesuatu yang khas Islam, yaitu prinsip memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang
ummatiyyah (Al-Faruqi, 1984: 59). konsisten dengan Islam (Al-Faruqi, 1984: 97).
Selain itu, al-Faruqi sampai pada Al-Faruqi menetapkan lima sasaran dari
kesimpulan tentang perlunya Islamisasi telah rencana kerja Islamisasi, yaitu: 1) Menguasai
menganalisis masalah umat. Dalam setiap disiplin-disiplin modern; 2) Menguasai
bidang, politik, ekonomi, dan budaya, umat khazanah Islam; 3) Menentukan relevansi
Islam terpinggirkan, kalah oleh dominasi Barat. Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 107


pengetahuan modern; 4) Mencari cara- F. PENUTUP
cara untuk melakukan sintesa kreatif antara Berdasarkan kajian di atas maka langkah
khazanah Islam dengan khazanah ilmu Islamisasi perlu diterapkan dalam
pengetahuan modern; 5) Mengarahkan penyelenggaraan pendidikan Islam. Ide
pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang islamisasi ilmu yang dicetuskan oleh Al-Attas
mengarah pada pemenuhan pola rancangan dan Al-Faruqi tentang mengembangkan ilmu
Tuhan. atas dasar nilai Islam dan penguatan tauhid
Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk yakni akidah akhlak dalam berbagai materi
menggapai ridha Allah. Dengan pendidikan, ajar. Menurut Al-Faruqi, masalah yang
diharapkan akan lahir individu-individu yang terpenting dan menjadi tema sentral islamisasi
baik, bermoral, dan berkualitas, sehingga ilmu adalah pemurnian tauhid. Sedangkan
bermanfaat kepada dirinya, keluarganya, menurut Al-Attas, islamisasi sebagai
masyarakatnya, negaranya, dan manusia secara pembebasan diri individu dari belenggu tahayul
keseluruhan. Maka dengan demikian, proses dan kekangan sekularisme. Sebelum
keilmuan termasuk disiplin ilmu yang mengalami proses islamisasi yang lain, diri
dipelajari hendaknya telah diarahkan individu itulah yang mesti menjalani proses
sedemikian rupa sehingga sesuai benar dengan islamisasi terlebih dahulu agar diri individu
prinsip-prinsip pandangan hidup Islam. tersebut kembali kepada fitrahnya yang asal,
yaitu tauhid kepada Allah.

108 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020


DAFTAR PUSTAKA Keilmuan Islam, Bogor: QMM
Publishing
Al Faruqi, Ismail Raji, 1984, Islamisasi Ilmu Mulia, T.S.G. dan Hidding, K.A.H.,
Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin, Ensiklopedia Indonesia, jilid F-M,
Bandung: Pustaka artikel: ilmu pengetahuan.
al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 1993, Nakosteen, Mehdi, 1995, Kontribusi Islam Atas
Islam and Secularism, Kuala Lumpur: Dunia Barat, Surabaya: Risalah Gusti
International Institute of Islamic Thought Suriasumantri, Jujun S., 1990, Filsafat Ilmu
and Civilization (ISTAC). Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara
Anshari, Endang Saifuddin Anshari, 1987, Wacana
Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Wan Daud, Wan Mohd Nor, 1998, Filsafat
Bina Ilmu dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.
Armas, Adnin, 2009, Westernisasi dan Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan
Islamisasi Ilmu, Depok: Makalah Zarkasy, Hamid Fahmi, 2007, “Makna Sains
disampaikan dalam acara “Diskusi Islam”, Majalah Islamia Volume III No.
Pekanan DISC Masjid UI” 3
Bakar, Osman, 1997, Bakar, Hirarki Ilmu: Zarkasy, Hamid Fahmi, 2010, Membangun
Membangun Rangka Pikir Islamisasi Peradaban Dengan Ilmu, Depok: Kalam
Ilmu Menurut Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ilmu Indonesia.
Qutb Al-Din Al-Syirazi, Bandung: Mizan
Handrianto, Budi, 2010, Islamisasi Sains,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ibn Taimiyah, Taqiy al-Din Ahmad Ibn ‘Abd
al-Halim, 1997, Majmu’ Fatawa Syaikh
al-Islam Ahmad Ibn Taimiyah, Jilid VI,
Beirut: Muassasah al-Risalah
Iqbal, Muhammad Arief, 2000, Pengislaman
Ilmu, Jakarta: Lontar Utama
Kartanegara, Mulyadhi, 2003, Menyibak Tirai
Kejahilan: Pengantar Epistemologi
Islam, Bandung: Mizan
Maman, U., 2012, Pola Berpikir SAINS,
Membangkitkan Kembali, Tradisi

Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020 109


Catatan :

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

................................................................................................................................................................................

110 Jurnal Al-Fikri Volume 3 Nomor 1 - Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai