Anda di halaman 1dari 4

Nama : Deden Kurniawan

NIM : 8111420296
Rombel :6
Mata Kuliah : Hukum Perdata
Hari/Tanggal : Rabu,7 Juli 2021
Dosen Pengampu : Ubaidillah Kamal, S. Pd., M. H.
Dr. Dewi Sulistianingsih, S. H., M. H.
Ujian Akhir Semester
1. A. Secara luas, Hukum Keluarga meliputi tentang hal antara lain keturunan, kekuasaan orang
tua, perwalian, pendewasaan, pengampuan (curatele), dan perkawinan.
B. Berdasarkan Pasal 44 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dijelaskan
diberikannya hak kepada suami untuk menyangkal anak yang dilahirkan oleh istrinya dalam
perkawinan yang sah. Dimana dalam hal ini seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang
dilahirkan oleh istrinya, bila seorang suami dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina
dan anak itu akibat daripada perzinaannya tersebut. Selain pada UU Perkawinan, ada juga
hukum islam yang mengatur mengenai bolehnya suami menyangkal sahnya anak dalam
pernikahannya yakni diatur dalam Pasal 101 dan Pasal 102 KHI
2. A. Pembagian benda menurut hukum atau Undang-Undang dibagi menjadi empat, antara lain:
1) Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti
2) Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar
perdagangan
3) Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi
4) Benda yang bergerak dan benda yang tidak dapat bergerak
B. Beberapa hal yang menjadikan pembagian benda menjadi benda bergerak dan benda tidak
bergerak penting yaitu ketentuannya yang telah diatur didalam KUHPerdata. Selain itu, terkait
dengan empat hal berikut, antara lain:
1) Kedudukan berkuasa (bezit)
2) Penyerahan (levering)
3) Daluwarsa (verjaring)
4) Jaminan (bezwaring)
C. Macam-macam hak kebendaan menurut Buku II KUHPerdata dan UUPA, antara lain: Hak
Bezit (Kedudukan Berkuasa), Hak Eigendom (Hak Milik), Hak Servituut (Hak Pekarangan),
Hak Opstal (Hak Numpang Karang), Hak Erfpacht (Hak Guna Usaha), Hak Vruchtgebruik
(Hak Pakai), Hak Gadai, Hak Hipotik, Hak Istimewa (Privilege), Hak Reklame, Hak Retentie,
dan Hak Tanggungan.
3. A. Macam-macam daluwarsa yang diatur dalam KUHPerdata, antara lain:
1) Daluwarsa untuk memperoleh Hak Milik atas suatu barang (acquisitive verjaring)
Ketentuan dalam Pasal 1963 KUH Perdata, untuk memperoleh hak milik atas suatu
barang dapat dilakukan jika terpenuhi beberapa unsur-unsur sebagai berikut:
 Mempunyai itikad baik (Pasal 1965 dan Pasal 1966 KUH Perdata);
 Terdapat alas hak yang sah;
 Menguasai barang tersebut terus menerus selama 20 tahun atau 30 tahun tanpa ada
yang menggugat.
2) Daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan dari tuntutan
(extinctive verjaring)
Berdasarkan Pasal 1967 KUH Perdata ditentukan bahwa segala tuntutan baik yang
bersifat kebendaan maupun yang bersifat perorangan hapus karena daluwarsa itu tidak
usah menunjukkan alas hak.
B. 1) Contoh kasus daluwarsa untuk memperoleh hak milik atas benda/barang :
 Pak Budi tidak memiliki tanah, kemudian ia menguasai sepetak tanah pekarangan yang
tidak diketahui kepemilikan atau siapa pemiliknya selama lebih dari 25 tahun. Selama
waktu tersebut tidak ada gangguan atau gugatan dari pihak ketiga. Maka demi hukum,
tanah tersebut dapat menjadi miliknya tanpa dipertanyakan alasan hukumnya tersebut.
 Pak Harto saat ini sedang menguasai suatu barang yang membuktikan bahwa dia telah
menguasai barang tersebut sejak lama maka dianggap telah menguasai barang tersebut
selama jangka waktu tersebut tanpa mengurangi pembuktian. Didalam UU ditetapkan
dengan lewatnya waktu 30 tahun setiap orang dibebaskan dari semua penagihan dan
tuntutan hukum. Jadi, ketika Pak Harto menguasai barang tersebut lebih dari jangka
waktu tersebut maka ketika dituntut dapat menolak tuntutan tersebut.
2) Contoh kasus daluwarsa untuk pembebasan dari suatu perikatan atau suatu tuntutan
 Seseorang yang telah menggadaikan suatu barang, yang setelah pemegang gadainya
meninggal dunia, tidak memenuhi panggilan berulangkali dari ahli waris untuk
menghadiri pembagian harta warisan selama tujuh tahun dianggap telah melepaskan
haknya untuk menebus barang yang telah digadaikannya. Hal tersebut berdasarkan
Keputusan Mahkamah Agung RI No.147 K/Sip/195 tanggal 19 September 1955.
 Para Penggugat yang telah lebih dari 30 tahun membiarkan tanah-tanah sengketa
dikuasai oleh almarhum Bapak Soepardi dan kemudian digantikan oleh anak-anaknya,
hak mereka sebagai ahli waris yang lain untuk menuntut sebidang tanah tersebut
dianggap telah lewat waktu (daluwarsa). Hal tersebut sesuai dengan Putusan
Mahkamah Agung RI No.408 K/Sip/1973 tanggal 9 Desember 1973.
4. A. Setiap orang memiliki sesuatu hak untuk menguatkan haknya seseorang itu sendiri maupun
membantah suatu hak orang lain dan merujuk pada suatu peristiwa, wajib untuk membuktikan
adanya hak atau peristiwa tersebut dihadapan hakim.
B. Macam-macam alat-alat pembuktian menurut KUHPerdata
a) Bukti tulisan/Surat-surat
Surat-surat dibedakan menjadi surat-surat akta dan surat-surat lainnya, yang dimaksud
pada surat akta adalah tulisan yang dibuat oleh dua pihak dengan maksud untuk
membuktikan sesuatu hal atau peristiwa yang bersifat penting, oleh karena itu suatu akta
harus selalu ditandatangani. Akta merupakan bukti kuat apabila terjadi sebuah
permasalahan
b) Bukti Lisan/Kesaksian
Dalam persidangan, kesaksian merupakan alat pembuktian yang kurang kuat. Karena
dalam pengambilan keputusan, seorang hakim tidak serta merta dapat mempercayai
begitu saja perkataan atau pernyataan dari kesaksian seorang saksi, sehingga dalam
kesaksian harus dilandasi juga dengan pembuktian lain yang sifatnya lebih kuat.
c) Persangkaan
Persangkaan adalah suatu kesimpulan yang diambil dari peristiwa yang terjadi secara
terang atau jelas dan nyata. Persangkaan dibagi menjadi dua bagian, pertama adalah
persangkaan yang telah ditetapkan oleh undang-undang sendiri atau biasa kita kenal
sebagai sebutan wattelijk vermoeden dan kedua persangkaan yang telah ditetapkan oleh
seorang hakim atau yang disebut sebagai rechtelijk vermoeden.
d) Pengakuan
Pengakuan merupakan bukan sebuah alat pembuktian karena pemeriksaan belum sampai
pada tahap pembuktian dan jika pengakuan dilakukan maka secara otomatis pihak lawan
tidak diwajibkan untuk membuktikan perkara tersebut. Dengan adanya pengakuan, hakim
menerima dan menganggap bahwa peristiwa tersebut memang benar adanya, walaupun
hakim tersebut tidak percaya bahwa peristiwa tersebut terjadi.
e) Sumpah
Sumpah dibagi menjadi dua macam. Pertama, sumpah yang “menentukan” dan sumpah
“tambahan”. Sumpah menentukan adalah sumpah yang diperintahkan oleh salah satu
pihak yang berperkara kepada pihak lawannya dengan maksud untuk mengakhiri perkara
yang sedang di periksa oleh hakim. Jadi, jika pihak tergugat ini berani melakukan
sumpah, maka ia akan dimenangkan oleh hakim, namun sebaliknya jika ia tidak berani
melakukan sumpah tersebut maka ia langsung dikalahkan oleh hakim.
5. A. Unsur-unsur waris menurut KUHPerdata, antara lain :
1) Pewaris
Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan warisan.
2) Ahli Waris
Ahli waris adalah orang yang berhak menerima warisan dari pewaris
3) Harta Warisan
Harta warisan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ahli waris untuk dimiliki dari
pewaris
B. Menurut KUHPerdata ada dua cara mendapatkan warisan, antara lain:
1) Sebagai ahli waris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
Mereka yang untuk seluruhnya atau untuk sebagian secara berimbang, berhak menerima
harta warisan dari pewaris yang disebut penerima hak berdasarkan atas hak hukum.
2) Karena ditunjuk dari pewaris dalam surat wasiat (testament)
Ahli waris yang ditunjuk berdasarkan wasiat terjadi apabila pewaris menentukan sendiri
tentang harta kekayaannya sehingga dalam hal ini pewaris membuat surat wasiat untuk
menunjuk siapa yang berhak mewarisi harta peninggalannya,
C. Didalam Pasal 838 KUHPerdata disebutkan bahwa ada empat hal yang menyebabkan ahli
waris tidak berhak mendapatkan warisan, yaitu:
1) Ahli waris karena putusan hakim dihukum karena membunuh/mencoba membunuh
pewaris.
2) Ahli waris karena putusan hakim dihukum karena memfitnah pewaris melakukan
kejahatan.
3) Ahli waris dengan kekerasan menghalangi pewaris untuk membuat wasiat.
4) Ahli waris yang memusnahkan surat wasiat.
D. Yang berhak mendapatkan warisan dari pewaris ketika A telah meninggal dunia antara lain
ada pada golongan I yaitu B (Istri), C (Anak laki-laki), D (Anak perempuan) dan E (Anak
angkat). Ada pada golongan II yaitu H (Saudara laki-laki), dan I (Saudara perempuan). Ada
pada golongan IV yaitu F (Bapak) dan G (Ibu). Pada golongan II dan IV tidak berhak
mendapatkan warisan selama ahli waris pada golongan I masih hidup atau belum meninggal.
6. A. Menurut Buku III KUHPerdata, Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi karena
perjanjian dan undang-undang.
B. Jenis-jenis perikatan berdasarkan KUHPerdata,antara lain:
1) Perikatan bersyarat
Perikatan bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada suatu peristiea yang akan
datang dan masih belum tentu akan atau tidak terjadi.
2) Perikatan dengan ketetapan waktu
Yaitu perikatan yang ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.
3) Perikatan yang membolehkan memilih
Sebuah perikatan dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi, debitur dalam hal ini
dibebaskan memilih untuk memenuhi satu dari dua atau lebih prestasi yang disebutkan
dalam perjanjian.
4) Perikatan tanggung-menanggung
Merupakan perikatan dimana debitur atau kreditur terdiri dari beberapa orang berhadapan
dengan satu orang debitur atau kreditur, dengan dipenuhinya seluruh prestasi oleh salah
seorang debitur kepada kreditur, maka perikatannya menjadi terhapus
5) Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Perikatan dapat dibagi jika prestasinya kemungkinan dapat dibagi tanpa mengurangi
hakikat dari prestasi tersebut, sedangkan perikatan yang tidak dapat dibagi karena
prestasinya tidak dapat dibagi yang ditentukan dengan sifat barangnya tidak dapat dibagi
dan maksud perikatannya.
6) Perikatan dengan ancaman hukuman
Perikatan dimana ditentukan bahwa si berhutang untuk jaminan pelaksanaan perikatannya
diwajibkan melaksanakan sesuatu apabila perikatannya tidak dipenuhi.
C. Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, penyebab hapusnya perikatan ada 10 antara lain:
1) Karena Pembayaran
2) Karena penawaran pembayaran tunai yang diikuti oleh penyimpanan atau penitipan
3) Pembaharuan utang
4) Kompensasi
5) Pencampuran utan
6) Pembebasan utang
7) Musnahnya barang yang terutang
8) Pembatalan perjanjian
9) Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan
10) Lewat waktu (daluwarsa)

Anda mungkin juga menyukai