Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai kekayaan karena wafatnya
seseorang, mengenai pemindahan kekayaan yang di tinggalkan oleh si pewaris.
Unsur Pewarisan
1. Adanya pewaris
2. Adanya harta warisan
3. Adanya ahli waris
Prinsip Pewarisan
1. Harta Waris baru terbuka (dapat diwariskan kepada pihak lain) apabila
terjadinya suatu kematian. (Pasal 830 KUHPerdata);
2. Adanya hubungan darah di antara pewaris dan ahli waris, kecuali untuk suami
atau isteri dari pewaris. (Pasal 832 KUHPerdata), dengan ketentuan mereka
masih terikat dalam perkawinan ketika pewaris meninggal dunia. Artinya, kalau
mereka sudah bercerai pada saat pewaris meninggal dunia, maka suami/isteri
tersebut bukan merupakan ahli waris dari pewaris.
3. Golongan III: Keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu pewaris;
4. Golongan IV: Paman dan bibi pewaris baik dari pihak bapak maupun dari pihak
ibu, keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris,
saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya, sampai derajat keenam
dihitung dari pewaris.
Hukum benda adalah hukum yang mengatur atas benda. Menurut Soediman
Kartohadiprodjo, pengertian hukum benda adalah semua kaidah hukum yang
mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda. Sri
Soedewi Masjchun Sofwan menerangkan bahwa sistem pengaturan dalam hukum
benda ini adalah bersifat tertutup. Hal itu berarti, hak-hak kebendaan baru tidak
dapat dilakukan, selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang.
Klasifikasi Benda
Menurut Sri Soedewi Masjchun Sofwan klasifikasi hukum benda adalah sebagai
berikut:
1. Barang yang berwujud dan barang tidak berwujud.
2. Barang yang bergerak dan barang yang tidak bergerak.
3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang yang tidak dapat dipakai habis.
4. Barang yang sudah ada dan barang yang masih akan ada.
5. Barang dalam perdagangan dan barang di luar perdagangan.
6. Barang yang dapat dibagi dan barang yang tidak dapat dibagi.
Berdasarkan Undang-undang sebagaimana dimaksud Soebekti klasifikasi hukum
benda adalah sebagai berikut:
1. Benda yang dapat diganti dan tidak dapat diganti.
2. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan.
3. Benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi.
4. Benda yang bergerak dan tidak bergerak.
Berdasarkan Undang-undang sebagaimana dimaksud Djaja S. Meliala klasifikasi
hukum benda adalah sebagai berikut:
1. Benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUH Perdata).
2. Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504 KUH Perdata).
3. Benda dapat dipakai habis dan tidak dapat dipakai habis (Pasal 505 KUH
Perdata).
4. Benda yang sudah ada dan benda yang akan ada (Pasal 1334 KUH Perdata).
5. Benda dalam perdagangan dan di luar perdagangan (Pasal 537, 1444, dan 1445
KUH Perdata)
6. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 KUH Perdata).
7. Benda terdaftar dan tidak terdaftar (UU Hak Tanggungan, Fidusia).
8. Benda atas nama dan tidak atas nama (Pasal 613 KUH Perdata, UUPA, dan PP
24/1997).