Anda di halaman 1dari 6

MOCH BAYU SELSA || 193300120004 || REGULER SORE

PERTANYAAN KEWARISAN BAB I

1. Sebutkan unsur pewarisan dan unsur waris yang saudara ketahui!


2. Sebutkan sikap ahli waris terhadap harta warisan!
3. Sebutkan subyek hukum waris menurut pasal 131 yo pasal 163 IS!
4. Apa yang dimaksud mewaris?
5. Sebutkan unsur sifat hukum waris!
6. Sebutkan prinsip umum pewarisan! Dan sebutkan cara pewarisan!
7. Sebutkan syarat terjadinya pewarisan bagi pewaris dan bagi ahli
waris!
8. Sebutkan beberapa golongan ahli waris karena keturunan!
9. Sebutkan siapa aja ahli waris karena penggantian!
10.Siapa yang tak pantas yang menjadi ahli waris menurut pasa l838
KUHP?
11. Siapa saja yang mewaris berdasarkan Undang-Undang dan dengan
cara apa?
12. Sebutkan penggantian tempat ahli waris!

JAWABAN
___________________________________________________
MOCH BAYU SELSA || 193300120004 || REGULER SORE

1. Unsur Waris Ada tiga syarat terjadinya pewarisan, yaitu :


1. Ada orang yang meninggal dunia ( pewaris );
2. Ada orang yang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan pada saat pewaris
meninggal dunia ( ahli waris );
3. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris ( harta warisan )
Menurut pasal 830 KUH Perdata ( 877 BW ), pewarisan hanya berlangsung karena kematian. Dalam hal ini
terkadang penting sekali untuk menetapkan dengan cermat saat kematian. Saat kematian yang biasa dipakai
sebagai patokan, yaitu berhentinya detak jantung atau ungkapan tradisionalnya disebut menghembuskan
napas terakhir. Baik terhentinya detak jantung maupun tidak berfungsinya alat-alat pernapasan merupakan
tanda-tanda iminensi. Namun dalam beberapa kasus kepastian tersebut tampaknya belum memadai, sehingga
perlu ditetapkan adanya kematian otak. Misalnya, pada saat menghadapi pasien yang dalam keadaan koma
dan sedang dibantu dengan alat pernapasan serta alat-alat tubuhnya diperlukan untuk tujuan transplantasi (
memindahkan alat ). Di dalam hukum Peransis dikenal hukuman tentang kematian perdata ( mort civile ).
Pengenaan hukum ini menyebabkan seseorang kehilangan kedudukannya sebagai subjek hukum perdata,
sehingga harta kekayaan sebagai harta peninggalan terbuka. Hukum Belanda tidak mengambil alih lembaga
mort civile ini, demikian juga hukum Indonesia, karena hukum perdata Indonesia masih menggunakan hukum
peninggalan Belanda.[3] Tentang kematian, ada beberapa pengecualian dalam Pasal 830 KUH Perdata, antara
lain orang yang dinyatakan meninggal dunia berdasarkan persangkaan ( de vermoedelijk overleden verklaarde
) dianggap masih hidup. Namun bagi hukum ia merupakan orang yang sudah tiada sampai ada bukti yang
dapat ditunjukkan bahwa ia masih hidup. Dalam kasus demikian, pembuat undang-undang menetapkan
tenggang waktu 20 tahun sebelum pewarisan definitif diselenggarakan selama sepuluh tahun pertama, ahli
waris atau penerima hibah wasiat belum dapat menikmati hak-hak lengkap yang dipunya pemilik, dan mereka
diharuskan membuat pencatatan ( boedelbeschrijving ) dan memberikan jaminan, hanya dengan alasan-alasan
mendesak dan atas seizin hakim mereka dapat mengesampingkan barang tersebut dan apabila sudah dua
puluh tahun, maka gugurlah segala perbuatan tersebut.[4] Menurut Pasal 836 KUH Perdata ( 883 BW ), untuk
dapat bertindak sebagai ahli waris ia harus ada pada saat harta peninggalan terbuka. Namun menurut Pasal 2
KUH Perdata, menentukan anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah
dilahirkan, bilamana kepentingan si anak menghendakinya. Jadi, apabila janin yang ada dalam kandungan
ibunya lahir hidup, maka ia akan menerima bagian harta peninggalan ayahnya, sama besar dengan ibu dan
kakak-kakaknya. Pengecualian, dari pasal ini diatur dalam Pasal 895 KUH Perdata.
MOCH BAYU SELSA || 193300120004 || REGULER SORE

2. Ada 3 ( tiga ) sikap yang dapat diambil oleh ahli waris sejak terbukanya warisan, yaitu :
1. Menerima tanpa syarat ( zuivere aanvaarding ) yaitu menerima secara penuh baik hak maupun
kewajiban dari si pewaris. Dapat dilakukan secara tegas, yaitu jika seorang dengan suatu akta
menerima kedudukannya sebagai ahli waris, atau secara diam-diam yaitu jika ia dengan melakukan
suatu perbuatan, misalnya mengambil atau menjual barang-barang warisan atau melunasi hutang si
pewaris dapat dianggap telah menerima warisan secara penuh.
2. Menerima dengan syarat ( beneficiaire aanvaarding ) yaitu menerima dengan catatan. Artinya ahli
waris bersedia menerima warisan dengan syarat ia hanya membayar hutang si pewaris terbatas atau
sebanyak harta warisan yang diterimanya. Sehingga ahli waris tidak menanggung pembayaran hutang
si pewaris dengan kekayaan pribadinya.
3. Menolak warisan, yaitu menolak menerima warisan baik berupa harta maupun kewajiban dari si
pewaris. Penolakan ini harus dilakukan dengan suatu akta pernyataan kepada Panitera Pengadilan
Negeri setempat dimana warisan itu terbuka.

3. Subjek Hukum Waris menurut Pasal 131 JO Pasal 163 IS yaitu :


1. Orang – Orang Belanda
2. Orang – Orang Eropa Lain
3. Orang – Orang Jepang dan Orang – Orang lain yang tidak termasuk dalam kelompok satu dan dua
yang tunduk pada hukum yang mempunyai Asas – Asas hokum keluarga yang sama
4. Orang – Orang yang lahir di Indonesia yang sah ataupun diakui secara sah keturunan lebih lanjut dari
orang – orang yang termasuk kelompok 2 dan 3

4. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiaban seseorang yang meninggal ,pada umumnya yang
digantikan adalah hak dan kewajiban nya dibidang hukum kekayaan

5. Unsur Waris yaitu :


1. Pewaris -> orang yang meninggal dunia yang meninggalkan harta kekayaan
2. Ahli Waris -> orang yang berhak atas harta warisan
3. Harta Warisan -> kekeyaan yang berupa keseluruhan aktiva dan pasiva yang ditinggalkan pewaris
4. Pewarisan -> proses beralihnya harta kekayaan (hak dan kewajiban) kepada ahli warisnya
MOCH BAYU SELSA || 193300120004 || REGULER SORE

6. Prinsip Umum Pewarisan :


-> Pada dasarnya yang dapat beralih pada ahli waris hanya hak dan kewajiban dibidang hukum
kekayaan saja
-> Dengan meninggalnya seseorang, seketika itu segala hak dan kewajiban pewaris beralih pada ahli
waris (HAK SAISINE)
-> Yang berhak mewaris pada dasarnya adalah keluarga sedarah dengan pewaris
-> Harta peninggalan tidak boleh dibiarkan dalam keadaan tidak terbagi (Pasal 1066 KUHPer)
-> Setiap orang termasuk bayi yang baru lahir, cakap mewaris kecuali mereka yang dinyatakan tak
patut mewaris (Pasal 838 KUHPer)
Cara Pewarisnya yaitu :
-> Pewarisan secara AB Intestato, yaitu pewarisan menurut Undang – Undang
-> Pewarisan secara Testamentair, yaitu pewarisan karena ditunjuk dalam surat wasiat atau testamen

7. Syarat Pewarisan yaitu :


-> Orang tersebut tidak diketahui keberadaan nya selama sekurang – kurang nya 5 tahun, telah
dilakukan pemanggilan resmi dari pengadilan serta pemanggilan dari surat kabar sebanyak 3 kali ( Pasal
467 KUHPer)
-> Apabila sampai 15 tahun harta warisan digunakan oleh ahli waris, ternyata pewaris hadir ahli waris
wajib mengembalikan setengah harta warisan tersebut (Pasal 482 KUHPer)
-> Apabila setelah 15 Tahun tetapi belum genap 30 Tahun, ahli waris mengembalikan ¼ harta warisan
yang di terima nya (Pasal 482 KUHPer)
-> Apabila lebih dari 30 Tahun atau 100 tahun umur pewaris, pewaris tidak dapat menuntut
pengembalian harta warisan yang telah digunakan (Pasal 484 KUHPer)
-> Apabila 2 orang saling mewaris meninggal dunia tanpa diketahui siapa yang meninggal terlebih
dahulu, mereka di anggap mati secara bersamaan dan tidak terjadi perpindahan harta warisan satu
dengan yang lainnya (Pasal 831 KUHPer)

8. 4 Golongan Ahli Waris :


-> Golongan 1 Anak sah suami istri yang hidup paling lama, termasuk istri kedua atau suami ke dua dst (
Pasal 852 JO 852a KUHPer )
MOCH BAYU SELSA || 193300120004 || REGULER SORE

-> Golongan 2 orang tua dan saudara – saudara sekandung seayah atau seibu ( Pasal 850 Jo 857
KUHPer)
-> Golongan 3 sekalian sekeluarga sedarah dalam garis lurus keatas balik dalam garis ayah maupun Ibu.
Secara singkat dapat dikatakan Kakek Nenek dari pihak Ayah dan Kakek Nenek dari PIhak Ibu ( Pasal
853 KUHPer )
-> Golongan 4 keluarga sedarah ke samping sampai derejat ke enam ( Pasal 853 KUHper

9. Ahli Waris Karena Penggantian :


-> Penggantian dalam garis lurus kebawah ( Pasal 842 KUHPer )
-> Penggantian dalam garis lurus kesamping ( Pasal 884 KUHPer )
-> Penggantian dalam garus lurus ke samping menyimpang ( Pasal 845 Jo Pasal 861 KUHPer)
10. Yang Tidak Pantas menjadi Ahli Waris menurut Pasal 838 KUHPer Yaitu :
-> Mereka yang di hukum karena membunuh atau melakukan percobaan pembunuhan terhadap ahli
waris
-> Mereka yang pernah di vonis bersalah karena memfitnah ahli waris, telah melakukan kejahatan yang
diancam hukuman 5 tahun atau lebih
-> Mereka yang mencegah pewaris membuat atau mencabut surat wasiat
-> Mereka yang terbukti menggelapkan, merusak, memalsukan surat wasiat dari pewaris

11. Pewaris bersarakan Undang – Undang :


-> Anak atau keturunan nya dan suami istri yang masih hidup
-> Orang tua dan saudara pewaris
-> Kakek dan Nenek atau leluhur lainnya dalam garis lurus keatas ( Pasal 853 KUHPer )
-> Sanak keluarga dalam garis ke samping sampai tinkat ke enam ( Pasal 861 KUHPer )
Cara mendapatkan nya :
-> Mewaris bersarakan kedudukan sendiri ( Uit eigen hoofed ) Mereka yang terpanggil
Untuk mewaris berdasarkan hak dan kedudukan sendiri
-> Mewaris berdasarkan penggantian dimana ahli waris mewaris menggantikan ahli waris yang berhak
menerima warisan yang telah meninggal dunia terlebih dahulu dari pewaris
MOCH BAYU SELSA || 193300120004 || REGULER SORE

12. Syarat penggantian tempat ahli waris :


A. Ditinjau dari yang digantikan :
-> Orang yang digantikan harus meniggal terlebih dahulu dari pewaris
B. Ditinjau dari orang yang menggantikan :
-> Orang yang menggantikan harus keturunan sah dari yang digantikan
-> Yang menggantikan harus memenuhi syarat untuk mewaris pada umumnya
- Hidup pada saat warisan terbuka ( Pasal 836 KUHPer ) pengecualian Pasal 2 Ayat 2 KUHper
- Bukan orang dinyatakan tidak patut mewaris ( Pasal 836 KUHPer )
-> Tidak menolak warisan

Anda mungkin juga menyukai