Anda di halaman 1dari 17

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

DAN WASIAT

Disusun Sebagai Tugas Hukum Perdata

Oleh:

EDO PERDANA
NO. BP. 2233060

Dosen Pengampu:

Dr. Bisma Putra Pratama, S.E., S.H., M.H.

KONSENTRASI HUKUM PIDANA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………………………………… 2

Hukum Waris Perdata Barat

1. Pengertian Hukum Waris …………………………………………………………….3

2. Subjek Hukum Waris ……………………………………………………………….4

3. Objek Hukum Waris ……………………………………………………………….. 4

4. Syarat Waris ………………………………………………..………………………. 5

5. Golongan Ahli Waris Berdasarkan Hubungan Darah …………………………….… 5

6. Bagian Warisan ……………………………………………………………..…….....7

7. Ahli Waris Yang Tak Patut Menerima Warisan Dalam KuhPerdata………………8

8. Legitime Portie ……………………………………………………………………...9

Wasiat (Testamen) Menurut Kuhperdata

1. Pengertian Wasiat ………………………………………………………………….10

2. Unsur Wasiat ……… ………………………………………………………………10

3. Macam-Macam Surat Wasiat ………………………………………………….…..13

Daftar Referensi Bacaan

2
HUKUM WARIS PERDATA BARAT

1. Pengertian Hukum Waris

Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) yang

selanjutnya disebut KUH Perdata yang mana hukum waris dalam KUH Perdata diatur pada

Buku II, sedang jumlah pasal yang mengatur hukum waris sebanyak 300 (tiga ratus) pasal

yang dimulai dari Pasal 830 hingga Pasal 1130 KUH Perdata. Namun, dalam KUH Perdata

tidak ditemukan arti atau pengertian mengenai hukum waris, tetapi terdapat konsep-konsep

mengenaipewarisan, orang yang berhak dan yang tak berhak menerima warisan saja.1

Pada Pasal 830 KUH Perdata terdapat penjelasan yang menerangkan bahwa

pewarisan hanya terjadi karena kematian, sehingga jelas bahwa kematian merupakan syarat

utama dari terjadinya pewarisan sesuai dengan sudut pandang KUH Perdata. Dengan

meninggalnya seorang maka seluruh harta berpindah atau beralih kepada ahli waris. Menurut

asasnya dalam konsep KUH Perdata, yang dapat diwariskan hanya hak-hak dan kewajiban

yang ada di bidang hukum kekayaan saja.2

Hal terpenting di dalam pengertian hukum waris atau warisan di sini adalah adanya

tiga unsur yang masing-masing merupakan unsur mutlak atau pakem yang harus ada di setiap

pewarisan, unsur-unsur tersebut yakni:

a. Seorang peninggal warisan yang pada saat wafatnya meninggalkan harta.

1
Salim H.S. 2014. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 137
2
Henry Tanuwidjaja. 2012. Hukum Waris Menurut BW. Jakarta: Refika Aditama. Hal. 2

3
b. Seorang atau beberapa orang ahli waris yang memiliki hak guna menerima

kekayaan yang ditinggalkan tersebut.

c. Harta warisan atau juga dapat disebut harta peninggalan yang ditinggalkan dan

sekali beralih kepada ahli waris itu.3

2. Subjek Hukum Waris

Dalam pewarisan dikenal dengan dua subjek yang saling berkaitan, yaitu pewaris dan

ahli waris. Pengertian lebih jelas mengenai subjek hukum waris adalah sebagai berikut:

a. Pewaris, adalah orang yang meninggal dan meninggalkan harta kekayaan atau

harta benda. Pihak dapat dikatakan sebagai pewaris apabila seorang telah meninggal

dan meninggalkan harta untuk diberikan atau diserahkan kepada orang lain yang

disebut ahli waris.

b. Ahli waris, dalam Pasal 852 KUH Perdata menjelaskan ahli waris menurut hukum

waris perdata tidak dibedakan menurut jenis kelamin layaknya sesuai dengan hukum

waris adat. Seorang dapat menjadi ahli waris disebabkan oleh perkawinan dan

hubungan darah, baik secara sah maupun tidak. Orang yang memiliki hubungan

darah terdekat yang berhak untuk mewaris atau menjadi ahli waris

3. Objek Hukum Waris

Objek hukum waris atau kerap disebut dengan harta waris (warisan) adalah segala

sesuatu yang diberikan atau dapat pula diserahkan kepada ahli waris dari pewaris baik berupa

3
Prodjojo Hamidjojo. 2000. Hukum Waris Indonesia. Jakarta: Stensil. Hal. 37

4
benda seperti tanah; sawah; rumah; kendaraan; dan emas; hak-hak sosial atau status sosial,

maupun berupa kewajiban seperti halnya hutang.

4. Syarat-syarat Waris

a. Adanya pihak yang telah meninggal dunia;

b. Adanya pihak baik satu orang atau lebih yang masih hidup dan menjadi ahli waris yang

akan mendapatkan warisan harta kekayaan dari seorang yang meninggal dunia; dan

c. Adanya harta yang ditinggalkan oleh pihak yang telah meninggal dunia.

5. golongan Ahli waris berdasarkan Hubungan Darah

KUH Perdata telah menetapkan bagian siapa saja ahli waris yang sah menurut

undang-undang, dalam hal ini sebutan untuk ahli waris tersebut adalah ab intestato dan

digolongkan berdasarkan hubungan darah menjadi sebagai berikut:4

1) Golongan Pertama

Pada golongan pertama yang diatur di dalam Pasal 852 KUH Perdata ini berisi

keluarga yang memiliki hubungan darah dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-

anak serta keturunannya, lalu ada suami atau istri yang ditinggalkan oleh pewaris.

2) Golongan Kedua

Pada golongan pertama ini berisi keluarga yang memiliki hubungan darah dalam

garis lurus ke atas mencakup orangtua dan saudara, baik laki-laki ataupun

perempuan, beserta keturunan mereka. Untuk orangtua terdapat peraturan khusus

4
Suparman. Op.cit. Hal. 29

5
yang menjamin bahwa bagiannya tidak akan kurang dari 1/4 (seperempat) bagian

dari harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris walaupun mereka melakukan

pewarisan secara bersama dengan saudara pewaris. Golongan kedua ini diatur di

dalam Pasal 854 dan Pasal 855 KUH Perdata.

3) Golongan Ketiga

Golongan ketiga telah diatur di dalam Pasal 853 KUH Perdata yang berisi kakek,

nenek, dan terus lurus ke atas ditarik dari pewaris, baik dari keluarga bapak maupun

ibu. Dalam pewarisan di golongan ketiga ini berlaku sistem kloving, yang berarti

bahwa tiap-tiap bagian atau garis, pewarisan dibagi seakanakan merupakan satu

kesatuan yang berdiri sendiri.

4) Golongan Keempat

Pada Pasal 848 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa dalam hal tidak ada

saudara (golongan kedua) dan sanak saudara dalam satu garis lurus ke atas (golongan

ketiga), maka 1/2 (setengah) bagian warisan secara kloving menjadi bagian dari

keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas yang masih hidup, sedang 1/2 bagian yang

lain kecuali dalam hal bahwa pewarismeninggal tidak meninggalkan golongan

pertama, kedua, dan ketiga menjadi bagian dari sanak saudara dalam garis lain.

Maksud dari sanak saudara dalam garis lain adalah paman dan bibi serta

keturunannya hingga derajat keenam.

6
6. Bagian Warisan

Hukum waris menurut KUH Perdata telah memuat 4 (empat) golongan ahli waris

yang memegang hak bergilirian atas harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris. Dari sini

dapat diartikan bahwa apabila golongan pertama masih ada maka golongan berikutnya tidak

berhak untuk mendapatkan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris. Penjelasan

mengenai ahli waris dalam KUH Perdata tidak berhenti pada hal itu saja, namun bagian yang

ditetapkan untuk masing-masing golongan pun telah ditentukan, yaitu sebagai berikut:

a. Bagian untuk golongan pertama, masing-masing mendapatkan satu bagian yang

sama.

b. Bagian untuk golongan kedua, menurut ketentuan KUH Perdata baik untuk bapak,

ibu, atau saudara-saudara pewaris akan mendapat bagian yang sama, tetapi bagian

bapak dan ibu tidak dapat kurang dari 1/4 (seperempat) bagian dari seluruh harta

waris.

c. Bagian untuk golongan ketiga, sebelum harta waris dibuka untuk dibagikan

haruslah dilakukan dan diterapkan sistem kloving terlebih dahulu, selanjutnya 1/2

(setengah) bagian diperuntuhkan untuk sanak saudara menurut garis bapak dan

bagian 1/2 (setengah) yang lain diperuntuhkan untuk sanak saudara menurut garis

ibu.

d. Bagian untuk golongan keempat, sebelum harta waris dibuka untuk dibagikan

haruslah dilakukan dan diterapkan sistem kloving terlebih dahulu, cara

pembagiannya adalah bagian 1/2 (setengah) dari garis bapak atau dari garis ibu jatuh

kepada saudara sepupu si pewaris yakni saudara sekakek atau saudara senenek dari

7
pewaris. Apabila dalam bagian garis ibu sama sekali tak ada ahli waris hingga

derajak keenam, maka bagian ini jatuh kepada para ahli waris dari garis bapak,

begitu pula sebaliknya

Menurut Pasal 832 ayat (2) KUH Perdata menyatakan bahwa apabila ahli waris yang

berhak atas harta peninggalan sama sekali tak ada, maka seluruh harta peninggalan dari

pewaris jatuh menjadi milik negara. Selanjutnya negara wajib untuk melunasi hutang

peninggalan pewaris, sepanjang harta warisan tersebut mencukupi.

7. Ahli Waris yang Tak Patut Menerima Warisan dalam KUH Perdata

KUH Perdata menyatakan ada 4 (empat) hal yang dapat menyebabkan seorang ahli

waris tidak dapat atau tak patut untuk mendapatkan warisan, yaitu dijabarkan lebih lanjut

sebagai berikut:5

a. Ahli waris yang diputus oleh hakim karena dipidana, dipersalahkan membunuh

atau setidaknya melakukan percobaan pembunuhan terhadap pewaris;

b. Ahli waris yang diputus oleh hakim karena dipidana, dipersalahkan memfitnah

serta mengadukan pihak pewaris melakukan kejahatanpidana yang ancamannya

pidana penjara selama 5 (lima) tahun atau lebih;

c. Ahli waris yang dengan nyata melakukan kekerasan, menghalangi, atau melakukan

pencegahan terhadap pewaris guna membuat atau menarik kembali surat wasiat yang

dibuat oleh pewaris; dan

5
Suparman. Op.cit. Hal. 39.

8
d. Ahli waris yang melakukan penggelapan, memusnahkan, dan melakukan

pemalsuan surat wasiat.

Apabila ahli waris yang tidak patut itu telah melakukan penguasaan baik sebagian

maupun seluruhnya dari harta peninggalan pewaris dan ahli waris tersebut berpura-pura

sebagai ahli waris, maka dia wajib untuk mengembalikan semua yang telah ia kuasai

termasuk hasil-hasil yang telah ia nikmati.

8. Legitieme portie

Adalah suatu bagian warisan tertentu yang harus diterima seorang ahli waris dari

harta peninggalan yang tidak dapat diganggu gugat. Yang berhak menerima/memperoleh

adalah ahli waris dalam garis lurus, baik ke bawah maupun ke atas. Dan baru timbul apabila

seorang dalam suatu keadaan sungguh-sungguh tampil ke muka sebagai ahli waris menurut

UU. Dalam hal ini ada prioritas/penutupan, missal nya jika si pewaris meninggal

meninggalkan anak-anak dan cucu-cucu sebagai ahli waris golongan pertama, maka orang tua

sebagai ahli waris dan karenanya tidak berhak atas suatu legitieme portie. Seorang yang

berhak atas legitieme portie dinamakan legitimaris. Ia dapat meminta pembatalan tiap

testament yang melanggar haknya dan ia berhak pula untuk menuntut supaya diadakan

pengurangan (inkoeting) terhadap segala macam pemberian warisan, baik yang berupa

erstelling maupun berupa legaat yang mengurangi haknya.

Peraturan mengenai legitieme portie oleh UU dipandang sebagai suatu pembatasan

hak pewaris dalam membuat testament menurut kehendak hatinya sendiri. Karena itu pasal-

pasal tentang legitieme portie itu dimasukkan dalam bagian tentang hak mewaris menurut

wasiat (testamentair erfrecht)

9
WASIAT (TESTAMEN) MENURUT KUHPERDATA

1. Pengertian Wasiat

Orang yang memiliki harta terkadang berkeinginan agar hartanya kelak jika ia

meninggal dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Surat wasiat atau testament adalah suatu

akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah

ia meninggal dunia, dan olehnya dapat dicabut kembali.

2. Unsur-Unsur Wasiat

a. Akta

Jadi pertama-tama suatu testament adalah suatu “akta”, kata mana menunjuk pada

syarat, bahwa testament harus berbentuk suatu tulisan, sesuatu yang tertulis. Hukum waris

testamentair tidak mengikuti asas hukum perjanjian, dimana dikatakan bahwa pada asasnya

perjanjian itu berbentuk bebas6.

Wasiat harus dibuat dalam bentuk tulisan atau surat atau akta, baik akta otentik

maupun akta dibawah tangan. Dengan demikian pesan secara lisan, tidak dapat dinamakan

wasiat. Hanya saja mengingat bahwa surat wasiat baru mulai berlaku setelah pembuat

meninggal dunia, dan untuk menghindari timbulnya sengketa di antara ahliwaris, maka

pembuatan surat wasiat terikat pada suatu syarat-syarat tertentu, yaitu harus memenuhi

syarat formil dan syarat materiil.

Surat wasiat dapat dibuat baik dengan akta di bawah tangan maupun dengan akta

authentik. Namun demikian, mengingat bahwa suatu testament mempunyai akibat yang

10
luas dan baru berlaku setelah pewaris meninggal dunia, maka suatu testament terikat pada

syarat-syarat yang ketat. Bukankah biasanya testament baru menjadi masalah sesudah

orang yang membuat telah meninggal dan karenanya tidak dapat lagi ditanyai mengenai

apa yang sebenarnya dikehendaki, dalam hal ketetapannya ada yang tidak jelas

b. Pernyataan Kehendak pewaris

Secara materiil, surat wasiat berisikan kehendak dari testatur atau orang yang

membuat wasiat, tentang apa yang dikehendaki akan terjadi terhadap kekayaannya

setelah ia meninggal dunia.suatu testament adalah berisi “pernyataan kehendak”, yang

berarti merupakan suatu tindakan hukum sepihak. Tindakan hukum sepihak adalah

tindakan- tindakan, atau pernyataan-pernyataan dimana tindakan atau pernyataan

kehendak satu orang saja sudah cukup untuk timbulnya akibat hukum yang di kehendaki.

Jadi testament bukan merupakan suatu perjanjian, karena suatu perjanjian mensyaratkan

adanya sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, yang berarti harus ada paling

sedikitnya dua kehendak yang saling bertemu Suatu testament menimbulkan suatu

perikatan. Dan karenanya ketentuan- ketentuan mengenai perikatan berlaku terhadap

testament, sepanjang tidak secara khusus ditentukan lain

c. Berlaku setelah pewaris meninggal

Surat wasiat baru mempunyai daya kerja setelah pewaris atau testatur

meninggal, oleh karena itu surat wasiat seringkali disebut sebagai “kehendak terakhir”.

Sebab setelah matinya si pembuat testament, maka wasiatnya tidak dapat diubah lagi157.

Berarti bahwa testament baru berlaku atau baru efektif kalau si pembuat

testament telah meninggal dunia. Surat wasiat harus dilaksanakan sesuai dengan apa

11
yang dikehendaki oleh testatur, kalau terdapat kata-kata yang kurang jelas maksudnya,

harus ditafsirkan yang paling mendekati dengan maksud testatur

d. Dapat dicabut kembali

Unsur yang paling pokok dari suatu wasiat adalah unsur “ dapat dicabut

kembali” secara sepihak. Unsur ini sangat penting karena syarat inilah yang pada umunya

dipakai untuk menetapkan apakah suatu tindakan hukum harus dibuat dalam bentuk surat

wasiat atau cukup dalam bentuk lain.

Pembuatan surat wasiat merupakan perbuatan yang bersifat sangat pribad i, dan

perwakilan dalam hal ini tidak diperbolehkan162. Tidak ada pihak manapun yang dapat

mencampuri kehendak testatur, bahkan sebagaimana disebutkan dalam pasal 838 dan 912

Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa dinyatakan tidak patut mewaris

(Onwaardig) apabila seorang ahliwaris melakukan perbuatan atau kekerasan telah

mencegah pewaris untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya. Sedangkan surat

wasiat yang dibuat akibat paksaan atau tipu daya adalah batal.

Perkecualian, terhadap ketentuan mengenai bentuk suatu pernyataan sepihak

yang dapat ditarik kembali secara sepihak, dan baru mempunyai akibat hukum bila

sipembuat pernyataan meninggal dunia, terhadap suatu perkecualian, yaitu dalam

lembaga hukum, pertanggungan jiwa, bila didalamnya terdapat ketentuan, bahwa orang

yang ditunjuk sebagai penerima santunan asuransi dapat diganti (diubah menurut

kehendak sitertanggung) .

1. Hak sipenerima santunan baru muncul sesudah matinya tertanggung.

2. Tertanggung sewaktu-waktu secara sepihak dapat menarik kembali

12
penunjukkannya.

3. Macam-Macam Surat Wasiat

Dalam Pasal 931 Kitab Undang- undang Hukum Perdata menetapkan bahwa

surat wasiat boleh dinyatakan, baik dengan akta yang ditulis sendiri atau olografis, baik

dengan akta umum, baik dengan akta rahasia atau tertutup. Dari pasal tersebut dapat

disimpulkan, bahwa undang-undang pada dasarnya mengenal 3 macam bentuk surat wasiat,

yaitu :

 Surat wasiat olographis.

Yang dimaksud surat wasiat olograpis adalah surat wasiat yang dibuat dan ditulis

sendiri oleh testateur. Surat wasiat yang demikian harus seluruhnya ditulis sendiri

oleh testateur dan ditandatangani olehnya. Kemudian surat wasiat tersebut dibawa ke

notaris untuk dititipkan atau disimpan dalam protocol notaris. Notaris yang

menerima penyimpanan surat wasiat olograpis wajib dengan dihadiri oleh 2 orang

saksi, membuat akta penyimpanan atau disebut akta van depot. Sesudah dibuatkan

akta van depot dan ditandatangani oleh testateur, saksi-saksi dan notaris, maka surat

wasiat tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan wasiat umum, yang dibuat

dihadapan seorang notaris .

Ciri yang terpenting dari wasiat olografis, adalah seluruhnya mesti ditulis

dengan tangan pewaris dan kemudian ditandatangani. Di waktu orang masih dapat

menyimpan sendiri wasiat olografisnya itu, dan karenanya banyak kesempatan untuk

penggelapan dan pemalsuan, maka dengan adanya syarat “seluruhnya harus ditulis

dengan tangan sendiri”. Merupakan satu-satunya jaminan untuk keasliannya.

13
Memalsukan tandatangan saja sudah sukar, apalagi menulis seluruh surat dengan

tulisan orang lain tentu tidak mungkin dapat dikerjakan. Syarat ini dipegang seteguh-

teguhnya. Apabila dalam surat itu terdapat sedikit tulisan tangan orang lain, maka

wasiat itu tidak berharga lagi.

Surat wasiat ologafis mempunyai kekuatan yang sama dengan surat wasiat yang

diperbuat dengan akta umum, demikian dikatakan oleh pasal 980. Pewaris boleh

membubuhkan surat wasiat olografis itu dengan tanggal dan tempat ia perbuat.

Undang–undang memberikan cara khusus untuk menarik surat wasiat ologarfis yaitu

dengan jalan suratnya diminta kembali dari notaris.

 Surat wasiat umum

Surat wasiat umum adalah surat wasiat yang dibuat oleh testateur dihadapan notaris.

Ini merupakan bentuk testament yang paling umum dan yang paling sering muncul,

dan paling dianjurkan (baik), karena notaris, sebagai seorang yang ahli dalam bidang

ini, berkesempatan dan malah wajib, memberikan bimbingan dan petunjuk, agar

wasiat tersebut dapat terlaksana sedekat mungkin dengan kehendak testateur.

Dalam pasal 985 dan 986 dapat kita membaca syarat-syarat tentang bentuk surat

wasiat umum, yaitu suatu wasiat yang dituang dalam akta umum (yang dalam hukum

sipil sama artinya dengan “akta notaris”). Ini adalah suatu wasiat yang umumnya

disebabkan oleh hal, bahwa wasiat ini pada asasnya, merupakan suatu wasiat lisan.

Akta otentik ini dibuat dihadapan notaris dengan dihadiri oleh dua orang saksi, tidak

perlu dikatakan oleh undang- undang.

Jadi intinya surat wasiat umum adalah surat wasiat yang dibuat oleh orang

yang akan meninggalkan warisan, datang sendiri ke kantor notaris dan menyatakan

14
kehendaknya kepada itu kepada notaris, kemudian notaris tersebut menyusunnya

dalam sebuah akta, dengan dihadiri oleh 2 orang saksi. Kehadiran lebih dari dua

orang saksi tidak dapat mengurangi sahnya suatu surat wasiat. Undang-undang

menghendaki adanya dua orang saksi pada pembuat akta, yaitu untuk mengawasi

notaris.

 Surat Wasiat Rahasia

Wasiat ini dibuat oleh testateur sendiri dan kemudian diserahkan kepada notaris

dalam keadaan tertutup atau tersegel. Notaris yang menerima penyerahan surat

wasiat yang demikian, harus membuat akta pengalaman atau akta super scriptie,

dengan dihadiri oleh 4 orang saksi.

Kalau sampulnya diserahkan dalam keadaan tertutup, maka orang yang membuat

testament itu harus membuat surat keterangan dimuka notaris dan saksi-saksi itu

bahwa yang termuat dalam sampul itu adalah testamentnya dan bahwa ia sendiri

yang menulis atau menyuruh orang lain menulisnya dan telah mendatanganinnya.

Notaris kemudian membuat akta superskripsi yaitu membenarkan keterangan itu.

Surat wasiat rahasia berlawanan dengan wasiat olografis, pewaris tidak perlu

menuliskan sendiri ketetapannya. Tetapi ia mesti menandatangani surat itu.

Berlawan dengan wasiat olografis, maka notaris tidak boleh mengembalikan wasiat

rahasia, menarik kembali wasiat rahasia mestilah dilakukan dengan cara yang serupa

dengan menarik kembali wasiat umum.

Perbedaan antara wasiat olografis yang diserahkan dengan tertutup dipihak yang

satu, dengan wasiat rahasia di pihak yang lain, maka akan ditemukan hal- hal yang

berikut :

15
1. Wasiat olografis mesti ditulis dan ditandatangani dengan tangan sendiri oleh

pewaris, wasiat rahasia hanya ditandatangani saja oleh pewasiat. Penyerahan

kepada notaris dan formalitas berikutnya pada wasiat olografis, dilakukan

dihadapan dua orang saksi, pada wasiat rahasia dihadapan empat orang saksi.

2. Pada wasiat olografis, notaris membuat akta yang khusus tentang

penyimpanan, dan pewasiat mencantumkan suatu keterangan diluar surat itu,

sedangkan pada wasiat tertutup tidak dipe rbuat akta khusus untuk

penyimpanan dan akta superskripsi dari notaris dituliskan di kulit surat itu.

3. Wasiat ologarfis dapat dikembalikan, wasiat rahasia tidak dapat.

16
DAFTAR REFERENSI BACAAN

A Pitlo, 1994, Hukum Waris Menurut KUHPerdata Belanda (terjemahan : M.Isa Arief),
Intermasa, Jakarta
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Apeldorn, L.J. van, 1980, Pengantar ilmu Hukum (terjemhan : Mr. Oetarid Sadino) Cet. XVI,
Pradnya Paramita, Jakarta
Djaj S. Meliala, 2015, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan hukum
Perikatan,Nuansa Aulia, Bandung
Eman Suparman, 1985, Intisari Hukum Waris Indonesia, Armico, Bandung
Henry Tanuwidjaja. 2012. Hukum Waris Menurut BW. Jakarta: Refika Aditama.
Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Waris Indonesia Menurut perundangan, hukum Adat,
Hukum Agama Hindu-Islam, PT. Citra Aditya, Bandung
Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung
Oemarsalim,1987, Dasar-Dasar Hukum Waris Di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta
P.N.H. Simanjuntak, 2015, Hukum Perdata Indonesia, edisi Pertama, Kencana, Jakarta
Prodjojo Hamidjojo. 2000. Hukum Waris Indonesia. Jakarta: Stensil.
R. Santoso Pudjosubroto, 1976, Hukum Warisan Di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, 1999, Kitab Undang Undang Hukum Perdata Terjemahan,
PT.Pradnya Paramita, Jakarta
Salim H.S. 2014. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika
Soepomo, 1993, Bab – Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta .
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah, Cet.Pertama, Liberty,
Yogyakarta
Subekti, 1979, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cet, ke. 14, PT. Intermasa, Jakarta
Wirjono Prodjodikoro, 1966, Hukum Warisan Di Indonesia, Sumur, Bandung

17

Anda mungkin juga menyukai