Anda di halaman 1dari 3

A.

Golongan Ahli waris Ab Intestato


Penggolongan ahli waris menurut hukum waris perdata adalah sebagai berukut :
1. Golongan pertama, yaitu terdiri dari suami/isteri, dan anak-anak pewaris beserta
keturunannya dari anak-anak. Pasal yang mengatur golongan pertama ini adalah Pasal
852, 852a ayat 1, dan 852a ayat 2
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 852, bagian anak adalah sama besar
walaupun anak-anak tersebut berasal dari perkawinan yang berbeda. Maksud dari Pasal
852 ini adalah hak mewaris dari anak-anak pewaris adalah sama, artinya mereka
mendapatkan bagian yang sama besar walaupun mereka dilahirkan dari perkawinan yang
berbeda.
Pasal 852a ayat 1, bagian suami/isteri yang hidup terlama sama bagiannya dengan anakanak. Maksud dari Pasal 852 ayat 1 adalah hak mewaris suami/isteri yang hidup terlama
dalam perkawinan dimana terdapat anak-anak, bagiannya adalah sama dengan anak-anak
sah dari pewaris. Pasal 852a ayat 2, bagian isteri/suami perkawinan kedua, tidak boleh
melebihi bagian anak-anak dari perkawinan pertama, maksimal 1/4. Maksud dari Pasal
852a ayat 2 ini adalah jika terjadi perkawinan kedua dan pewaris meninggalkan anak dan
atau keturunannya dari perkawinan pertama, maka bagian suami/isteri perkawinan kedua
tidak boleh melebihi bagian anak dari perkawian pertama.
2. Golongan Kedua, yaitu terdiri bapak dan ibu, atau salah satu dari bapak/ibu, beserta
saudara dan keturunannya. Pasal yang mengatur golongan kedua ini adalah Pasal 854,
855, 856, 857, KUHPerdata. Pasal 854 KUHPerdata tentang bagian warisan jika masih
ada bapak dan ibu dan saudara. Bagian bapak dan ibu masing-masing 1/3 jika ada satu
saudara, dan masing-masing jika ada dua saudara atau lebih.
3. Golongan ketiga, yang terdiri dari kakek, nenek dan seterusnya, beserta keluarga dalam
garis lurus keatas, baik dalam garis sebapak maupun dalam garis seibu. Pasal-pasal yang
mengatur golongan ketiga ini adalah Pasal 85,853,858 KUHPerdata. Seperti halnya
pembagian saudara dalam Pasal 857 KUHPerdata, pembagian dalam ahli waris golongan
ketiga juga harus dilakukan kloving terlebih dahulu, yaitu bagian untuk ahli waris
dalam garis sebapak, dan bagian untuk ahli waris garis seibu.
4. Golongan keempat, yang terdiri saudara dari kedua orang tua serta sekalian keturunan
mereka sampai derajat keenam. Ahli waris golongan keempat ini termasuk dalam
pengertian keluarga sedarah dalam garis menyimpang yang lebih jauh.22 Pasal-pasal
yang mengatur golongan keempat ini adalah Pasal 850, 858, 861, KUHPerdata.
Pembagian ahliwaris golongan keempat ini intinya sama dengan pembagian golongan
ketiga, bahwa dalam pembagian warisan harus dikloving terbelih dahulu, yaitu 1/2 bagian
untuk ahli waris dalam garis sebapak, dan bagian untuk ahli waris dalam garis seibu.
Hal penting yang patut diketahui bahwa yang berhak mewaris hanyalah sampai derajat
keenam, setelah derajat keenam tidak akan tampil sebagai ahli waris. Sebagaimana
terdapat pengaturan didalam Pasal 861 KUHPerdata : Keluarga sedarah, yang dengan si

meninggal bertalian keluarga dalam garis menyimpang lebih dari derajat keenam, tak
mewaris
Berdasarkan Pasal 852a KUHPerdata, Ahli waris secara ab intestato berdasarkan hubungan darah
terdapat empat golongan, yaitu:
1. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak beserta
keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan / atau yang hidup paling
lama. Suami atau isteri yang ditinggalkan / hidup paling lama ini baru diakui sebagai ahli
waris pada tahun 1935, sedangkan sebelumnya suami / isteri tidak saling mewarisi;
2. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tua dan saudara, baik
laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka. Bagi orang tua ada peraturan
khusus yang menjamin bahwa bagian mereka tidak akan kurang dari (seperempat)
bagian dari harta peninggalan, walaupun mereka mewaris bersamasama saudara pewaris;
3. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari pewaris;
4. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan sanak
keluarga lainnya sampai derajat keenam.
BW tidak membedakan ahli waris laki-laki dan perempuan, juga tidak membedakan urutan
kelahiran, hanya ada ketentuan bahwa ahli waris golongan pertama jika masih ada maka akan
menutup hak anggota keluarga lainnya dalam dalam garis lurus ke atas maupun ke samping.
Demikian pula golongan yang lebih tinggi derajatnya menutup yang lebih rendah derajatnya.
Ahli Waris harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut untuk dapat menerima warisan, yaitu
meliputi:
1. Pewaris telah meninggal dunia.
2. Ahli waris atau para ahli waris harus ada pada saat pewaris meninggal dunia. Ketentuan
ini tidak berarti mengurangi makna ketentuan pasal 2 hukum perdata, yaitu: anak yang
ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana
kepentingan si anak menghendakinya. Apabila ia meninggal saat dilahirkan, ia dianggap
tidak pernah ada. Dengan demikian berarti bayi dalam kandungan juga sudah diatur
haknya oleh hokum sebagai ahli waris dan telah dianggap cakap untuk mewaris;
3. Seseorang ahli waris harus cakap serta berhak mewaris, dalam arti ia tidak dinyatakan
oleh undang-undang sebagai seorang yang tidak patut mewaris karena kematian, atau
tidak dianggap sebagi tidak cakap untuk menjadi ahli waris.

-Ahli Waris Ab intestato : Ahli waris yang berdasarkan undang-undang, diatur dalam pasal 832
BW
-Ahli Waris Testamenter : Ahli waris yang ditunjuk langsung oleh pewaris, diatur dalam pasal
874 BW
Didalam BW ada 4 golongan ahli waris Ab-Intestato :
1. Suami/istri yang hidup terlama dan anak-anaknya beserta keturunannya (Gol I)
2. Orang tua dan saudaranya beserta keturunannya (Gol II)
3. Keluarga dalam garis turun ke atas (kakek-nenek) (Gol III)
4. Saudara dari keturunan sedarah sampai derajat ke 6. (Gol IV)
Asas ahli waris diatir dalam pasal 836 BW : Seorang ahli waris harus sudah ada pada saat
pewaris meninggal dunia.
Menurut pasal 2 BW : anak yang ada dalam kandungan wanita, telah dianggap sebagai telah
dilahirkan, bila kepentingan anak menghendakinya, jadi anak tersebut mendapat warisan, dan
apabila anak itu meninggal dunia, maka dianggap tidak ada (lahir kemudian dalam keadaan mati)
1. Rumus Anak lahir mati :
Harta persatuan dibagi ahli waris = maka akhirnya bagian ibu ditambah harta persatuan +
total harta warisan dan sisanya diperoleh oleh ahli waris lain
2. Rumus Anak lahir hidup :
Harta persatuan dibagi untuk semua ahli waris = maka akhirnya bagian ibu ditambah harta
persatuan + total harta warisan dan sisanya diperoleh oleh ahli waris lain
3. Rumus Anak sempat hidup :

Menurut BW dia sebagai ahli waris


Dan sebagai pewaris

Anda mungkin juga menyukai