Anda di halaman 1dari 4

HUKUM WARIS

(SOAL DAN JAWABAN UTS)

NAMA: ROHMIN RAMUDIYAH ARIFIN


FAKULTAS: HUKUM
PRODI: ILMU HUKUM
SEMESTER: IV (EMPAT)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALUKU UTARA
1. Apa yang di maksud dengan Hukum Waris?
Menurut pakar hukum Indonesia, Prof.Dr. Wirjono Prodjodikoro (1976), hukum waris
diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan seseorang setelah
ia meninggal dunia (pewaris), dan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang
lain (ahli waris).

2. Sebutkan dan jelaskan tiga istilah dalam Hukum Waris?


Berikut ini beberapa istilah dalam hukum waris:
a. Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta benda untuk
dibagikan kepada yang berhak (Ahli Waris). Ahli Waris adalah orang-orang yang berhak
menerima warisan dari pewaris. Ada ahli waris menurut ketentuan undang-undang disebut
ahli waris di bawah title umum (secara ab intestanto), ada ahli waris yang ditunjuk dengan
surat wasiat/testament disebut ahli waris di bawah title khusus (ahli waris testamentair).
b. Warisan adalah semua peninggalan pewaris yang berupa hak dan kewajiban atau semua
harta kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia setelahdikurangi semua
utangnya.
c. Boedel adalah warisan yang berupa kekayaan saja, dan yang perlu segera dikeluarkan dari
harta orang meninggal dunia antara lain ialah:
1. Biaya pengurusan mayat;
2. Dibayarkan utangnya;
3. Dilaksanakan wasiatnya/hibah wasiatnya;
4. Dalam hukum waris islam diambil zakatnya/sewanya; dan
5. Sisanya adalah harta warisan.
d. Wasiat adalah suatu keputusan dari seseorang (biasanya dituangkan dalam suatu akta) yang
harus dilaksanakan setelah ia meninggal dunia. Wasiat karena perbuatan sepihak dapat
ditarik kembali.
e. Legitime Portie adalah bagian mutlak yaitu bagian dari harta peninggalan yang tidak dapat
dikurangi dengan testament dan pemberian lainnya oleh pewaris. Ahli waris yang berhak
atas bagian ini disebut “legitimaris” yaitu para ahli waris dengan garis lurus menurut
undang-undang.
3. Sebutkan syarat-syarat mewaris?
Syarat-syarat waris juga ada tiga:
a. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum (misalnya
dianggap telah meninggal);
b. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia;
c Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing.

Syarat Pertama: Meninggalnya pewaris


Yang dimaksud dengan meninggalnya pewaris --baik secara hakiki ataupun secara hukum-- -
ialah bahwa seseorang telah meninggal dan diketahui oleh seluruh ahli warisnya atau sebagian
dari mereka, atau vonis yang ditetapkan hakim terhadap seseorang yang tidak diketahui lagi
keberadaannya. Sebagai contoh, orang yang hilang yang keadaannya tidak diketahui lagi
secara pasti, sehingga hakim memvonisnya sebagai orang yang telah meninggal. Hal ini harus
diketahui secara pasti, karena bagaimanapun keadaannya, manusia yang masih hidup tetap
dianggap mampu untuk mengendalikan seluruh harta miliknya. Hak kepemilikannya tidak
dapat diganggu gugat oleh siapa pun, kecuali setelah ia meninggal.

Syarat Kedua: Masih hidupnya para ahli waris


Maksudnya, pemindahan hak kepemilikan dari pewaris harus kepada ahli waris yang secara
syariat benar-benar masih hidup, sebab orang yang sudah mati tidak memiliki hak untuk
mewarisi. Sebagai contoh, jika dua orang atau lebih dari golongan yang berhak saling
mewarisi meninggal dalam satu peristiwa atau dalam keadaan yang berlainan tetapi tidak
diketahui mana yang lebih dahulu meninggal-- maka di antara mereka tidak dapat saling
mewarisi harta yang mereka miliki ketika masih hidup. Hal seperti ini oleh kalangan fuqaha
digambarkan seperti orang yang sama-sama meninggal dalam suatu kecelakaan kendaraan,
tertimpa puing, atau tenggelam. Para fuqaha menyatakan, mereka adalah golongan orang yang
tidak dapat saling mewarisi.

Ketiga: Diketahuinya posisi para ahli waris


Dalam hal ini posisi para ahli waris hendaklah diketahui secara pasti, misalnya suami, istri,
kerabat, dan sebagainya, sehingga pembagi mengetahui dengan pasti jumlah bagian yang
harus diberikan kepada masing-masing ahli waris. Sebab, dalam hukum waris perbedaan jauh-
dekatnya kekerabatan akan membedakan jumlah yang diterima. Misalnya, kita tidak cukup
hanya mengatakan bahwa seseorang adalah saudara sang pewaris. Akan tetapi harus
dinyatakan apakah ia sebagai saudara kandung, saudara seayah, atau saudara seibu. Mereka
masing-masing mempunyai hukum bagian, ada yang berhak menerima warisan karena sebagai
ahlul furudh, ada yang karena 'ashabah, ada yang terhalang hingga tidak mendapatkan warisan
(mahjub), serta ada yang tidak terhalang.

4. Sebutkan dan jelaskan Ahli Waris menurut Undang-Undang?


Ahli Waris Ab Intestato diatur dalam pasal 832 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa
berhak menjadi Ahli Waris adalah para keluarga sedarah, baik sah, maupun di luar kawin dan
si suami dan istri yang hidup terlama. Apabila semua tidak ada, maka yang berhak menjadi
Ahli Waris adalah Negara.

5. Jelaskan bagian Ahli Waris menurut Undang-Undang?


Terdapat pembagian empat golongan ahli waris menurut KUH Perdata pasal 832, yaitu:
Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak beserta
keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau yang hidup paling lama.
Golongan kedua, meliputi orang tua dan saudara pewaris, baik laki-laki maupun perempuan,
serta keturunan mereka. Bagi orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian
mereka tidak akan kurang dari ¼ (seperempat) bagian dari harta peninggalan, walaupun
mereka mewaris bersama-sama saudara pewaris;
Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas dari pewaris;
Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan sanak keluarga
lainnya sampai derajat keenam.

Anda mungkin juga menyukai