Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH LK-II

ISLAM, EKOLOGI, DAN DEMOKRATISASI MENJAWAB KRISIS IKLIM


DI INDONESIA

Oleh:
Rohmin Ramudiyah Arifin

HMI KOMISARIAT K.H. AHMAD DAHLAN


FAKULTAS HUKUM UMMU TERNATE
PERIODE 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kita nikmat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat
waktu yang berjudul “Islam, Ekologi, Dan Demokratisasi: Menjawab Persoalan Iklim Di
Indonesia”.

Shalawat serta salam selalu saya curahkan kepada Baginda Al-Mustofa, Nabi Allah,
Rasulullah, Muhammad SAW. Karena atas berkat Beliau, Saudara Beliau, Istri Beliau, Anak
Cucu Beliau, yang telah memperjuangkan agama Allah SWT, sehingga Islam sampai hari ini
masih mampu merasakan warisan megah Al-Qur’an sampai pada detik ini, yaitu nafas Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat Latihan Kader II (LK-II). Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai materi Islam dan Ekologi, sehingga
baik bagi saya menuliskan ini agar para sidang pembaca bisa memahami tentang bagaimana
peran kita sebagai cendikiawan muslim untuk menawarkan gagasan mengenai penyelamatan
alam dan menjawab persoalan iklim.

Saya tau persis bahwa di dalam makalah ini, masih banyak sekali kekurangan untuk
membahas persoalan penanggulangan dan strategi untuk membendung persoalan iklim
maupun ekologi itu sendiri. Akan tetapi bagi saya, inilah keterbasan yang kurang lebih
mampu menggungah konstruksi paradigma manusia milineal untuk turut andil berpartisipasi
dalam menjaga dan merawat alam.
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................,............................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................4

1.3. Tujuan Masalah.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5

2.1. Dampak Perubahan Iklim......................................................................................5

2.2. Rencana Marshall: Menjawab Persoalan Iklim..................................................6

2.3. Islam Dan Ekologi: Doktrin Nilai..........................................................................9

2.4. Taktik Islam: Menjawab Persoalan Ekologi......................................................10

2.4.1. Masjid Dan Pesantren.................................................................................11

2.4.2. Perbaikan Kampus dan Persatuan Organisasi Eksternal.......................12

2.4.3. Demokratisasi Dan Operasionalisasi.........................................................16

2.2. Operasionalisasi: Intra Parlemen........................................................17

2.2. Operasionalisasi: Ekstra Parlemen.....................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................................19

1. Kesimpulan................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kita pasti menginginkan pola hidup yang sehat dan bersih. Itu tentu. Akan
tetapi, kurangnya semangat untuk menjaga lingkungan inilah yang menjadi kesulitan manusia
dalam merawat gaya hidup ideal sesuai selera heterogenitas yang ada. Disamping itu,
pemahaman akan dampak lingkungan juga menjadi suatu bahan ajar dan renungan untuk
kalangan masyarakat awan untuk memahami resiko-resiko dari hasil ulah kaki tangan mereka
sendiri. Dan ini tentu bukan suatu hal candaan atau konspirasi jahat untuk menumbangkan
rezim kapitalisme. Meskipun, itu salah satunya. Akan tetapi ada hal obyektif yang harus
direnungi secara bersama bahwa, isu lingkungan yang akan berdampak pada perubahan iklim
atau efek rumah kaca dari pemanasan global harus dibicarakan dengan baik sebab, ini
berbicara mengenai nasib populasi manusia yang hidup diatas resiko kematian yang cukup
tinggi akibat kekurangan oksigen maupun, emisi karbon yang diakibatkan oleh industri
motor, pabrik, pertambangan, dan lain sebagainya yang memberikan dampak negatif bagi
nasib kehidupan umat manusia dan lingkungannya. Meskipun sebagian produk darinya juga
bermanfaat bagi orang banyak akan tetapi, kebanyakan watak ekploitatif bangsa asing masuk
beroperasi dinegeri lain itu, cenderung apatis terhadap kondisi lingkungan dan tidak berfikir
panjang tentang dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Orang sering memberi jawaban irasional tentang eksistensi industri pertambangan dan
mengaminkan mereka dari sisi positif, tapi malas berfikir tentang dampak negatifnya,
sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa Industri pertambangan itu hadir beroperasi
membawa dampak baik bagi kita semua (itu menurutmu, yang tidak mempertimbangkan
dampak negatifnya, dan implikasi lainnya). Mereka lupa atau sudah disogok? Atau mereka
lupa? Atau mereka tidak bisa membedakan? Atau apa? Apakah mereka pernah duduk lalu
merenung perbedaan warga pribumi yang mengelola dan warga asing yang mengelola itu
bagaimana? ......... Beginilah kalau hanya suka berkomentar atau menilai, tanpa berfikir
panjang. Begini! Warga asing atau Tenaga Kerja Asing (TKA) yang mempelopori suatu
industri tentu dia tidak berfikir panjang tentang lingkungan yang ia rusaki dinegeri orang lain
sebab, isi kepalanya hanya berfikir bagaimana dengan waktu kontrak yang ada secepat
mungkin mengambil keuntungan dan memupuk modal yang setinggi-tingginya. Hal itu juga
bisa terjadi pada warga pribumi yang mengelola, hanya saja tentu dia pasti masih berfikir dua
kali untuk merusak dan mencemari lingkungannya sendiri (meskipun ada watak warga
pribumi yang seperti itu). Yang kalau di cek para pelaku pencemaran lingkungan tidak lain
tidak bukan, pasti manusia-manusia yang rakus karena hasrat purbawinya tadi, digongceng
oleh sifat kebinatangannya sehingga, menjadi masa bodoh (irasional atau bertindak tanpa
berfikir) dan tidak peka terhadap lingkungan yang sehat. Seperti inilah manusia yang
sepenuhnya terdogma pada materi, yang mentuhankan uang sehingga termaterialisasi dalam
diri. Inilah ciri-ciri orang Kafir, mindsetnya bertindak hanya mengikuti hasrat purbawinya
secara totalitas. Sifat rakus yang terinstitusi melapaskan akal untuk menyeimbangkan sifat
hewaninya dan tidak manusiawi.

Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai berubahnya kondisi temperatur atau suhu
dan pola cuaca dengan jangka waktu yang panjang. Perubahan iklim dapat mengancam
berlangsungnya kehidupan manusia. Global warming keadaan bertambahnya suhu atmosfer,
laut, dan daratan bumi. Perubahan iklim dan global warming akan membawa dampak di
seluruh dunia dimana kehidupan umat manusia terganggu baik itu dalam kesehatan,
pertanian, hutan, infrastruktur, transportasi, pariwisata, energi dan sosial. Penelitian ini
bertujuan mengetahui perubahan iklim dan global warming yang terjadi sebagai fase kritis.
Metode yang digunakan ialah metode studi literatur, data didapat dari website, buku, jurnal
perpustakaan online. Hasil penelitian yaitu global warming dan perubahan iklim saling
berhubungan, manusia mulai memasuki fase kritis pemanasan global.1 (Jurnal: Absraksi
Silfia Ainurrohmah, Sudarti Sudarti, berjudul Analisis Perubahan Iklim dan Global Warming
yang Terjadi sebagai Fase Kritis). Olehnya pemanasan global dapat terjadi, seiring corak
perkembangan kehidupan manusia yang cenderung merusakan lingkungan. Hal ini terjadi
dikarenakan keseringan aktivitas penebangan pohon salah satunya oleh manusia. Karena
ohon adalah salah satu sumber pemberi oksigen yang dimanfaatkan manusia untuk menjaga
atau membendung keseimbangan maupun ketidakseimbangan temperatur atau suhu bumi,
agar angka emisi karbon tidak meningkat. Olehnya para ilmuan memperkirakan bahwa satu
helai daun tumbuhan dapat menghasilkan sekitar lima milliliter oksigen per jam melalui
proses fotosintesis. (Maka, semakin banyak pohon atau tumbuhan, maka semakin banyak
penghidupan dari pohon ke manusia).

Jurnal: Absraksi Silfia Ainurrohmah, Sudarti Sudarti, berjudul Analisis Perubahan Iklim dan Global Warming
yang Terjadi sebagai Fase Kritis. 1
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, kita semua
sudah tahu bahwa tubuh manusia dalam beraktifitas membutuhkan oksigen. Oksigen
berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika seseorang kekurangan oksigen akan
dapat menyebabkan hipoksia dan akan terjadi kematian. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
harus terpenuhi karena jika kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu berlangsung lama akan menimbulkan
kematian. Menurut Maslow, kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan
fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik seperti kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, papan).
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua
pemenuhan kebutuhan di atasnya. Dan apabila kita melakukan flashback saat terjadi puncak
pandemic dibulan Juli 2021, saat itu kebutuhan oksigen, menurut Kementerian Kesehatan,
meningkat 5 kali lipat selama pandemik ini, sehingga banyak rumah sakit yang kewalahan
dalam menyiapkan oksigen untuk kebutuhan pasien – pasien mereka, bahkan juru Bicara
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menegaskan seluruh
oksigen yang digunakan oleh industri dan dunia usaha harus dialihkan untuk kebutuhan
rumah sakit. Selain itu Pemerintah juga akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi
ketersediaan oksigen, baik produksi dalam negeri maupun impor untuk menangani sektor
kesehatan.

Oksigen adalah unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk
menjalankan fungsi – fungsi organ secara baik. Sekitar 20,93 % udara bebas disekitar kita
adalah oksigen. Lalu berapa banyak sebenarnya kebutuhan oksigen manusia dalam sehari?
Jawabannya, dalam satu menit, rata-rata manusia dewasa menghirup udara sebanyak 7-8 liter
udara. Jika dikalkulasi dalam satu hari, maka kurang lebih seorang manusia rata-rata
menghirup udara sebanyak 11.000 liter. Hitungan tadi terjadi dalam suatu aktifitas normal.
Jika pada hari itu seseorang melakukan aktivitas yang lebih banyak dan aktif, maka udara
yang dihirup akan semakin banyak pula, bisa mencapai 12.000 liter udara perhari. Dari total
sekitar 11.000 liter udara per hari yang kita hirup, sekitar 20%-nya merupakan Oksigen.
Artinya, perhari seorang manusia menghirup sekitar 2.200 liter oksigen. Angka ini, jika
dihitung berdasarkan harga oksigen yang beredar di pasaran, yakni Rp 25.000 per liter, maka
jika dinominalkan dalam bentuk rupiah nilai oksigen yang kita hirup perharinya adalah Rp
5.500.000,-. Jika angka ini dikalikan dengan 365 hari maka akan didapatkan jumlah oksigen
yang harus kita bayar selama setahun adalah sebesar Rp. 2.007.500.000, angka yang tentunya
cukup fantastis bagi seorang ASN seperti saya untuk memenuhi kebutuhan oksigen individu
apalagi jika harus dikalikan dengan anggota keluarga dalam sebuah rumah. (catatan : ini
belum termasuk Nitrogen yg ikut terhirup dalam udara). Itulah harga sebuah tarikan nafas,
jikalau kita hitung–hitung secara rupiah akan sangat berharga mahal. Melihat hal ini, maka
tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak memperbesar rasa syukur kita kepada Allah SWT
yang telah memberikan kita nikmat yang sangat banyak, salah satunya berupa Oksigen yang
bisa kita nikmati kapanpun secara gratis sampai saat ini. Meski di jual atau diperdagangkan
oleh manusia-manusia kapitalis. Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban? (Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagaimana berikut:

1. Bagaimana konsepsi Islam dalam melihat fenomena kerusakan Alam dan keharusan
manusia untuk mencegahnya?;

2. Bagaimana langkah-langkah yang akan diupayakan oleh manusia (hamba Allah) untuk
memilimalisir soal kerusakan lingkungan yang lebih besar?.

C. Tujuan Masalah

Dari uraian rumusan masalah diatas dapat ditujuan masalah sebagaimana berikut:

1. Agar supaya kader HMI dapat mengetahui bagaimana konsepsi Islam dalam melihat
fenomena kerusakan Alam dan keharusan Manusia untuk mencegahnya;

2. Agar supaya kader HMI dapat mengetahui bagaimana langkah-langkah atau usaha-usaha
yang diambil oleh Manusia untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang lebih besar.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Reflekasi Historis: Dampak Perubahan Iklim

Gejala perubahan iklim yang paling mudah dan nyata dirasakan adalah suhu udara
sebagai parameter utama. Hasil penelitian menunjukan terjadinya peningkatan suhu yang
semakin cepat, dalam 100 tahun pertama 1860-1960 terjadi peningkatan suhu bumi sekitar
0,4 derajat celcius, tetapi dari tahun 1980 peningkatan suhu semakin lebih singkat. Hanya
dalam 20 tahun terakhir dari tahun 1980 sampai 2000 terjadi peningkatan suhu antara 0,40-
0,45 derajat celcius. Menurut Timmerman et al: Global cenderung meningkatkan frekeunsi
El-Nino dan menguatkan fenomena La-Nina. Peningkatan siklus ENSO (El Nino Southern
Oscillation) dari 3-7 tahun sekali menjadi semakin 2-5 tahun sekali. Dampak dari kejadian
iklim ekstrim ini antara lain: (a) kegagalan panen dan tanaman, penurunan IP yang berujung
pada penurunan produktivitas dan produksi; (b) keruskan sumber daya lahan pertanian; (c)
peningkatan frekuensi, luas, dan bobot/intensitas kekeringan; (d) peningkatan kelembapan;
(e) peningkatan intensitas gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Las et al.,
2008).

Dampak perubahan iklim ini memiliki spektrum pengaruh sangat luas dan global,
hampir semua aspek kehidupan. Kerugian akibat dampak perubahan iklim ini dikhawatirkan
akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan tindakan dini
untuk pencegahan. Potensi dampak dari perubahan iklim ini meliputi antara lain:

a. Kesehatan Manusia, yaitu semakin berkembangnya penyakit akibat curah hujan dan
kelembapan antara lain demam berdarah dengue (DBD) dan malaria, stres panas tinggi,
insiden alergi dan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Air), demam kuning dan
echepalitis.

b. Keanekaragaman Hayati, yaitu punahnya hewan dan tumbuhnya yang tidak tahan atau
peka terhadap perubahan suhu, curah hujan, dan kekeringan.

c. Pertanian, yaitu penurunan produksi tanaman pangan, perkebunan, berkembangnya hama


dan penyakit tanaman, gangguan akibat kekeringan, banjir, suhu yang tinggi, termasuk
asap akibat kebakaran.
d. Perikanan dan Peternakan, yaitu penurunan produksi ikan dan ternak, gangguan kesehatan
atau berjangkitnya penyakit ikan dan ternak yang lebih ragam, gangguan akibat banjir,
kekeringan, dan suhu tinggi.

e. Perdagangan dan Perhubungan, yaitu penerunan perdagangan dan perhubungan karena


gangguan navigasi akibat badai, kabut asap, dan banjir.

f. Lingkungan Hidup, yaitu perubahan musim yang tidak menentu dan munculnya anomali
atau ekstrim tertentu dari iklim, peningkatan suhu (dari rata-rata 15 derajat celcius
meningkat rata-rata per tahun 0,6 derajat celcius, peningkatan muka air laut dan sungai
atau banjir/tsunami (10-25 cm dalam masa abad XX), daratan menyempit karena
genangan semakin luas, kekeringan semakin luas, air tanah menjadi cepat terkuras,
sebaliknya kelembapan meningkat untuk daerah tropik.

Berdasarkan besar dan rumitnya yang dihadapi akibat dari perubahan iklim diatas,
maka upaya dini untuk “memerangi” perubahan iklim ini memerlukan rencana sebaik-
baiknya dan rencana aksi nyata secara berkesinambungan.2

2. Rencana Marshall: Menjawab Krisis Iklim

Peradaban manusia sekarang sudah sedemikian rumit dan beragam, demikian tersebar
dan masif, hingga sulit untuk melihat bagaimana kita dapat bertindak secara ekologis dan
terkordinasi ubtuk menanggulangi krisis lingkungan hidup global. Tetapi keadaan kini tangah
medesakkan tindakan demikian; jika kita tidak dapat menerima pelestarian bumi sebagai
prinsip organisasi baru kita, kelangsungan hidup peradaban kita sendiri akan diragukan.

Ini sudah jelas. Namun bagaimana kita memulainya? Bagaimana kita membangun
hubungan kerja praktis yang menyatukan orang-orang yang tinggal dalam keadaan yang sama
sekali berbeda? Bagaimana kita memusatkan energi kelompok bangsa-bangsa yang berbeda
itu menjadi satu upaya berkelanjutan, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yang akan
menerjemahkan prinsip-prinsip organisasi tersebut menjadi perubahan konkret-perubahan
yang akan mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita bersama di planet ini?

Kita sulit membayangkan adanya landasan realistis untuk harapan bahwa lingkungan
hidup dapat diselamatkan. Hal itu terjadi tidak hanya karena kita masih belum mencapai
kesepakatan yang meluas mengenai perlunya tugas ini, karena krisis yang kita hadapi, pada
akhirnya, merupakan masalah global yang hanya dapat dipecahkan secara global. Menangani
hanya satu dimensi atau mencoba melaksanakan pemecahan hanya di satu wilayah dunia,
pada akhirnya, memastikan adanya frustasi, kegagalan, dan pelemahan tekad yang diperlukan
untuk menangani keseluruhan masalah.

Memang benar bahwa belum ada contoh nyata untuk tindakan global yang saat ini
dibutuhkan,. Namun, sejarah memberi kita satu model upaya kerja sama yang kuat: Marshall
Plan (Rencana Marshall). Dalam sebuah kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya,
beberapa negara kaya dan beberapa negara yang relatif miskin-diperkuat oleh tujuan
bersama-bergabung untuk menyusun kembali sebuah wilayah dunia dan mengubah cara
hidupnya. Rencana Marshall menunjukan bagaimana sebuaah visi besar dapat diterjemahkan
menjadi tindakan yang efektif. Dan, kita patut mengingat mengapa rencana tersebut demikian
berhasil.

Menulis penulis buku yang saya kutip sebagai rujukan, ia mengatakan bahwa ada
langkah strategis yang harus mengarahkan dan memberitahu upaya kita untuk
menyelamatkan lingkungan hidup global. Sasaran strategis pertama haruslah menstabilisasi
populasi dunia, dengan kebijakan-kebijakan yang dirancang guna menciptakan kondisi,
disetiap negara di dunia, yang diperlukan untuk peralihan demografis-yaitu perubahan
historis dan terdokumentasi dengan baik dari keseimbangan tingkat kelahiran yang dinamis
dan kematian yang tinggi menuju keseimbangan tingkat kelahiran yang stabil dan kematian
yang rendah. Perubahan ini telah terjadi pada hampir semua negara industri (yang
mempunyai tingkat moralitas bayi yang rendah dan tingkat melek huruf serta pendidikan
yang tinggi) dan pada hampir tidak ada satu pun negara-negara berkembang (dimana terjadi
kebalikannya).

Sasaran strategis kedua haruslah penciptaan dan pengembangan teknologi tepat-


guna secara lingkungan hidup yang mampu menyesuaikan kemajuan ekonomi
berkelanjutan tanpa diiringi degradasi lingkungan hidup. Teknologi tersebut diperlukan
terutama dalam bidang energi, transportasi, pertanian, konstruksi bangunan, dan manufaktur.
Kemudian teknologi-teknologi baru ini harus segara dialihkan ke semua negara-terutama di
dunia ketiga (seperti Indonesia), yang harus diperbolehkan membayarnya dengan
melaksanakan berbagai kewajiban yang mereka pikul sebagai peserta Rencana Marshall
Global.

Sasaran strategis ketiga haruslah perubahan komprehensif di semua tempat dalam


“peraturan jalan” ekonomi yang kita gunakan untuk mengukur dampak keputusan
kita terhadap lingkungan hidup. Dengan persetujuan global, kita harus membentuk sebuah
sistem akuntansi ekonomi yang memberikan nilai-nilai yang tepat akibat ekologis yang
ditimbulkan oleh pilihan-pilihan rutin individu di pasar maupun perusahan dan pilihan-
pilihan makroekonomi yang lebih besar oleh negara-negara.

Sasaran keempat haruslah negosiasi dan persetujuan sebuah generasi tentang


kesepakatan-kesepakatan internasional yang baru, yang akan mencakup kerangka kerja
peraturan, pelarangan pembagian, intensif, mekanisme pelaksanaan, perencanaan bersama
yang diperlukan untuk membuat rencana keseluruhan ini berhasil. Kesepakatan-kesepakatan
ini terutama peka terhadap berbagai perbedaan dalam kemampuan dan kebutuhan antara
negara-negara maju dan berkembang.

Sasaran strategis kelima haruslah penyusunan rencana bersama untuk mendidik


warga negara dunia tentang lingkungan hidup global. Hal itu dapat dilakukan pertama
dengan sebuah program komprehensif untuk meneliti dan memantau perubahan-perubahan
yang sedang terjadi pada lingkungan hidup dalam cara yang melibatkan orang-orang dari
semua bangsa, terutama pelajar dan kedua, melalui upaya besar untuk menyebarluaskan
informasi tentang ancaman-ancaman terhadap lingkungan hidup yang bersifat strategis, lokal,
dan regional. Sasaran akhir dari upaya ini adalah melahirkan pola-pola berfikir yang baru
tentang hubungan peradaban dengan lingkungan hidup global.

Masing-masing sasaran ini berhubungan dengan semua lainnya, dan semuanya harus
diupayakan secara bersamaan di dalam kerangka Rencama Marshall Global yang lebih besar.
Akhirnya, sasaran yang lebih umum dan terpadu dari rencana ini haruslah pembentukan
kondisi sosial dan politik yang kondusif bagi munculnya masyarakat-masyarakat yang
berkelanjutan, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini meliputi keadilan sosial
(termasuk pola kepemilikan lahan yang adil); komitmen terhadap hak-hak asasi manusia;
gizi, pelayanan kesehatan, dan kebebasan politik, peran serta dan tanggung jawab yang lebih
tinggi. Tentu saja, semua kebijakan spesifik harus dipilih sebagai bagian dari pemenuhan
terhadap prinsip organisasi utama, yaitu menyelamatkan lingkungan hidup global.2

Muhmmad Noor, Lahan Gambut Pengembangan, Konservasi, Dan Perubahan Iklim, Poin Dampak
Perubahan Iklim, Halaman 138-140.1

Al Gore, Bumi Dalam Keseimbangan, Rencana Marshall Global, Halaman 376-392.2


3. Islam Dan Ekologi: Doktrin Nilai

Ekologi adalah hubungan balik antara Alam dan Manusia. Hal ini dapat dilihat dalam
pendekatan secara etimologi. Secara etimologi atau asal usul kata Ekologi berasal dari bahasa
Yunani, Ekologi mengandung dua kosa kata yakni oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti ilmu atau pengetahuan. Istilah ini muncul diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada
tahun 1869. Jadi, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi)
antara organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya.3 Sehingga ekologi membahas soal
bagaimana manusia dalam hal memandang lingkungan oleh manusia haruslah dilandasi
dengan suatu basis kesadaran bahwa ekologi yang juga menyingsung soal lingkungan hidup
harus benar-benar diperhatikan.

Perenungan yang menimbulkan kesadaran akan reaksi positif manusia menjaga


lingkungan adalah tanggung jawab manusia dalam membersamai kehidupan ideal yang sehat
dan bersih. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Islam bahwa “Bersuci itu merupakan
sebagian dari iman.” (HR. Tirmidzi). Dan “Agama itu didirikan atas kebersihan.”(HR.
Muslim). Dua indikator ini salah satunya yang dijadikan bekal orientasi hamba Tuhan atau
manusia dalam menjaga lingkungan dan kelestariannya. Lewat pesan-pesan moral ini,
manusia diajarkan untuk memandang alam ini sebagai bagian dari dirinya yang harus dirawat
dengan cinta.

Sebagaimana Allah telah berfirman dalam QS. Al-Araf: 85 yang berbunyi:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan


memperbaikinya, yang demikian itu baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman.”

Selain itu, Allah juga berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 205 yang berbunyi:

“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan


kerusakan padanya, dan merusak tana-tanaman dan bintang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan.”

Djohar Maknun, S.Si., M.Si., Ekologi: Populasi, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan Kampus Hijau, Asri,
Islami Dan Ilmiah, Halaman 1.3
Islam sebagai agama perdamaian tentu sangat mencintai keseimbangan untuk
menimbun kualitas mutu hidup manusia dengan jalan menerapkan pola kehidupan yang
bersih dan sehat. Islam membutuhkan beragam muatan bahasa Tuhan yang tertuang dalam
lembaran kitab umat Islam yakni Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an tidak hanya kita melihat
bahwa islam yang dijadikan pedoman hidup yang fitrah dan cenderung pada yang hanif-
hanif, ternyata juga melihat berbagai aspek universal yang itu jauh tidak hanya sempit dan
terkukung pada suatu pembahasan saja, melainkan banyak hal yang disinggung oleh Al-
Qur’an sebagai pegangan segerombolan umat islam yang bermukim di bumi manusia dari
Tuhan.

Manusia atau hamba Tuhan umat islam haruslah bersandar pada perintah-Nya. Melalui
Al-Qur’an dan Hadits maupun As-Sunnah, umat Islam dapat merumuskan ideologi gerakan
untuk melakukan persatuan dan penyeimbangan dengan jalan mengambil kandungan-
kandungan kaidah dari tiga sumber di atas untuk ditebar ke seluruh sektor lini kehidupan
manusia dalam aspek pelestarian dan budidaya alam yang lebih kondusif dan efektif. Dan
tentu kita butuh sari pati atau potongan-potongan ayat tersebut untuk mengaitkannya pada
doktrin kesadaran lingkungan:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”. (QS. Al-Rum 30: 41).

Dari bunyi ayat diatas dapat kita ketahui bahwa keseimbangan ekologi antara aspek
hubungan manusia dan alam ditentukan oleh manusia itu sendiri sebagai pelaku yang
menjaga stabilitasnya. Rusak dan tidaknya sangat bergantung pada aktor atau pelaku yang
menjaga keseimbangannya. Untuk itu sebagai pesan moral sebagai hamba Allah, kita sebagai
umat Islam haruslah melestarikan dan mendorong kesadaran kolektif sebagai upaya
menyelamatkan alam dan memakmurkan bumi.

4. Taktik Islam: Menjawab Persoalan Ekologi

Islam mengakui soal perlunya ada upaya penyelamatan dan penjagaan mengenai
lingkungan. Maka dalam setiap agama tentu punya rumusannya masing-masing. Olehnya
Islam dalam hal ini juga menyinggung, maka tentu nilai itu di jadikan sebagai basis spirit
mendakwahi atau menyeru semangat kolektif mengenai kesadaran lingkungan. Dibawah ini
konsepsi dasar mengenai tiga pola ide dasar untuk modalitas dakwah lingkungan.
2.1. Mesjid Dan Pesantren

Umat muslim begitu banyak beredar masif di dunia dan bahkan setiap negara-negara.
Salah satunya Indonesia, yang mayoritasnya umat muslim. Akan tetapi, lemahnya Tauhid
mengakibatkan perintah menjaga alam dan larangan merusak alam jadi tak diperhatikan
secara serius oleh para abdullah (hamba Allah). Untuk itu rumusan polarisasi iman untuk
pembentuk bangunan kesadaran Tauhid untuk menjalankan perintah Tuhan sangat
diperlukan. Maka media-media apa yang harus dipergunakan untuk merealisasi target:

1. Mesjid: Sebagai sentral pembentukan Tauhid dan doktrin penyelamatan lingkungan;

2. Pesantren: Sebagai konsulidasi penyatuan dari kecil hingga besar.

Pertama, kenapa harus mesjid? Jawabannya alasan mesjid selain sebagai tempat
ibadah sholat, ia juga dijadikan sebagai sentral perjuangan umat muslim dalam menjawab
permasalahan ekologi dalam dedikasi Islam melalui perantara-perantaranya. Semisalnya
dalam setiap sholat Jum’at perlu adanya tema-tema ekologi yang disodorkan dalam
penyampaian khutbah Jum’at. Melalui panggung-panggung ini, sehingga anjuran-anjuran
maupun pesan moral itu dapat tersampaikan, sehingga membuat kesan politik bahwa ada
hal-hal yang harus umat Islam kejar.

Mengutip sepenggal kalimat yang disampaikan seorang jurnalis Amerika yang dikutip
oleh Said Munirrudin: “Yakinlah, masa depan bagi orang-orang yang ber-Tuhan. Barat
punya NGO untuk menjalankan program, sedangkan Islam punya Masjid untuk dijadikan
pusat pergerakan”.4

Rasulullah SAW apabila kita melihat sejarah, beliau menjadikan Mesjid sebagai
sentral pergerakan dan wadah pendalaman Islam. Hal ini dapat dilihat dalam refleksi
Sejarah Peradaban Islam bukunya Dr. Siti Zubaidah M.Ag terkait eksistensi Mesjid yang
dibangun di Madinah kalah hijrah waktu itu untuk mendakwai Islam dan membangun
masyarakat baru. Begitu pula massa Dinasti Abbasiyyah yang memperkuat pendalaman
mengenai Ilmu Agama dan lain-lain.4

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Dalam Prakata Dari
Penulis, Halaman xviii.4

Dr. Siti Zubaidah M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Fase Madinah: Membangun Masyarakat Baru,
Halaman 22.5
Kecenderungan Islam yang terninabobokan oleh era modernitas yang cukup
mengubah paradigma masyrakat menjadi terbelakang dan tertindas, harus di selamatkan
dengan jalan penguatan kesadaran. Olehnya, Mesjid menjadi tawaran media yang dapat
mendukung operasi misi menggugah kesadaran dan membangun semangat solidaritas
Ekologi. Melalui SDM apa? Melalui Fatwa Imam, Ulama, dll.

Kedua, kenapa harus pesantren? Hal ini kenapa disinggung dan dijadikan sebagai
media pendukung untuk mewujudkan proyeksi Islam untuk menjawab persoalan Ekologi?
Tentu karena dipondok pesantren bisa dijadikan sebagai wadah mendidik dari usia dini,
dari tingkat bawah hingga atas. Lewat dedikasi inilah yang akan membentuk paradigma
rawat lingkungan dan menjaga alam yang akan diserukan oleh para santri-santri umat
Islam.

Ekologi Islam harus diassosiasikan kepada para umat Islam sebagai langkah dasar
penyelamatan alam. Bisa dibilang bahwa Tuhan menyeru kepada hambanya untuk
menjaga Alam, olehnya tempuh awal untuk memasifkan agenda atau hajatan menjawab
persoalan ekologi dan krisis iklim harus didorong oleh kontruksi iman dan doktrin nilai.
Dua media pendukung diatas tentu sangat dibutuhkan dalam menindak lanjuti langkah
selanjutnya.

2.2. Perbaikan Kampus dan Persatuan Organisasi Eksternal

Ilmu sangat mendukung upaya manusia dalam menjawab persoalan-persoalan yang


ingin dituntaskan. Akan tetapi dalam penerapan manusia atau masyarakat intelektual
sering tidak serius dalam membijaki persoalan kemanusiaan yaitu menumbangkan
kebodohan. Buta aksara soal pendidikan Ekologi termasuk yang menjadi indikator kenapa
manusia jadi tidak memikirkan dampak dari apa yang ia perbuat, olehnya upaya
menyadarkan masyarakat manusia atau umat adalah usaha membendung kerusakan alam
itu sendiri.

Tugas manusia atau cendikiawan muslim adalah bagaimana memberikan pemahaman


kepada seluruh manusia sebagai sebuah seruan bahwa pentingnya menjaga alam dan
bahayanya apabila merusakinya. Pendidikan merupakan suatu hal yang harus sangat
diperhatikan oleh seluruh petinggi Islam, sebab salah satu metode untuk membentuk
moralitas dan etika manusia adalah dengan jalan menempuh pendidikan.
Disamping itu, ada organisaasi eksternal dalam bermahasiswa untuk mendukung upaya
demoratisasi menjawab persoalan krisis iklim yang semakin nyata. Himpunan Mahasiswa
Islam adalah wadah yang salah satunya bisa digunakan untuk mendongkrak harapan
kolektif, yakni kehidupan hidup yang sehat dan stabilitas alam yang baik. Itupun kalau
para kader HMI tidak apatis dalam merawat dan melalukan perlawanan kepada kaum
sebelah yang merusakan alam (kapitalis).

Tapi kecenderungan akan ketergantungan finansial dalam menjalankan program,


menjadikan HMI sering bergantung kepada pihak perusahan yang mengakibatkan para
kader HMI jadi tidak bisa berkutik dalam merespon masalah ekologi yang berimplikasi
pada krisis iklim yang sangat berbahaya bagi bumi dan manusia itu sendiri. Slogan-slogan
umat dan bangsa menjadi dongeng pratidur dikenyataan berkhianat. Mereka-mereka ini
yang harus disingkirkan dan dipecat dalam wadah himpunan yang suci ini (HMI).

Kapitalisme adalah musuh terbesar kemanusiaan. Sejak dulu, tantangan terbesar


kemanusiaan adalah ketidakadilan: yang hadir dalam wajah kedhaliman, kebatilan,
keburukan, korupsi, eksploitasi, dan berbagai kejahatan yang membuat masyarakat bodoh
dan miskin.6 Maka langkah awal untuk menjaga stabilitas alam atau ekologi adalah
menumbangkan rezim kapitalisme yang wataknya eksploitatif (menghisap) tanpa berfikir
panjang. Inilah langkah awal umat Islam untuk bangun dari tidur, jihad dijalan
menegakkan amar maruf nahi mungkar.

Kampus: ialah cikal bakal untuk mendorong peradaban dan pembangunan yang
berkelanjutan. Tetapi, pentingnya ilmu bukan untuk menindas, menghisap dan sombong.
Kampus hari ini yang mindsetnya telah terkonstruk materialis mengakibatkan semua para
dosen lebih condong mendidik mahasiswa untuk berfikir pragmatis, mengabaikan idealis
untuk membentuk prinsip mahasiswa yang lebih berkemanusiaan. Hal-hal sedemikian
telah lumrah kita temukan dalam dinamika bermahasiswa. Tentu, hal ini kalau dibiarkan
maka yakin atau tidak yakin kita akan tenggelam dalam suatu lautan kehancuran.
Kehancuran paradigma yang terbelakang, kemunduran moral atau etika yang buruk
sebagian konsekuensinya.

Islam harus punya perguruaan tinggi yang mandiri dan independen. Islam harus
mendorong perubahan dengan mandirikan kampus dengan sistem yang sehat dan
membangun. Meski telah banyak kampus yang bisa dibilang telah didirikan oleh umat
Islam, akan tetapi pesimisme saya terhadap sistem kampus yang bergantung dan tidak
mandiri mengakibatkan harapan besar yang visioner menjadi khayalan (utopis).

Muhammadiyah, Nadhatul Ulama, dan Himpunan Mahasiswa Islam yang salah satunya
punya upaya untuk mendirikan kampus meski secara sektoral dan kondisional (Universitas
Khairun buktinya), tidak lain ialah bagaimana merawat kesuburan yang waras untuk
menuju perbaikan. Tapi lagi-lagi toh makin kesini makin aneh, lebih mengekang ide-ide
perubahan dari mahasiswa karena dinilai ekstrem dan separatis, wataknya berubah
menjadi feodal, tidak lagi memberi ruang untuk mahasiswa, ada apa?

Kampus negeri dan swasta yang hari ini pula menonjolkan dalih Kampus Merdeka,
nyatanya mahasiswa masih sangat dijajah. Apa karena kampus telah menikah dengan
kapitalisme? Sehingga jadi tidak merdeka dan penakut dalam mengusung perubahan dan
perbaikan, apa begitu? Kalau begitu, pengecut dan durhaka namanya. Membenarkan yang
bathil dan menyalahkan yang hak.

Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi mahasiswa seharusnya sudah


memikirkan apa yang harus para kader maupun alumni lakukan. Sebagai organisasi yang
statusnya mahasiswa, fungsinya pengkaderan, dan perannya sebagai organisasi perjuangan
tentu, sudah harus mendirikan kampus dengan sistem yang mengacu pada Al-Qur’an,
Sunnah, dan Hadis. Seluruh alumni harus mendukung ide ini, bukan semata-mata memberi
modal lalu ingin mengatur-mengatur karena kepentingan politik, akan tetapi harus benar-
benar ikhlas dan mewakafkan untuk perbaikan maslahat umat dan bangsa, guna
mendorong perbaikan alam demi stabilitas iklim dalam menyeimbangkan bumi.

Organisasi Eksternal: di Indonesia khususnya, telah kita temukan banyaknya sekali


organisasi nasional maupun regional yang berhamburan. Himpunan Mahasiswa Islam
adalah salah satu dari banyaknya Organisasi Kemasyarakatan Dan Pemuda (OKP), juga
organisasi yang lingkupnya ragional. Banyaknya organisasi sehingga suatu disparitas
ideologi cukup mungkin diterima mengingat suasana negara yang landasannya demokrasi
sehingga memberikan ruang kepada siapapun (warga negara) untuk memfasilitasi
perangkatnya menuju pada tujuan negara.

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Kapitalisme Musuh
Terbesar Kemanusiaan, Halaman 4.6
Bung karno dalam bukunya Dibawah Bendera Revolusi, menawarkan gagasan
persatuan dengan pilar politik yang tidak lagi asing ditelinga kita yakni Nasionalis-
Agamais-Komunis (NASAKOM). Bung karno mencoba untuk mempelajari sifat dari
ketiga kubu dan menemukan kesamaan sifat dari segi penolakan. Soekarno menilai, Islam
menentang riba, Nasionalis menentang perampasan tanah (meski tidak hanya itu), dan
Komunis menentang laba.7

Upaya strategi Bung Karno bisa dibilang menarik dari segi perjuangan, sebab ia
mencoba untuk mencari titik temu dari penolakan tiga kubu yang proporsi untuk
mengawal kemerdekaan Indonesia, menolak penjajahan imperialis-kapitalis. Meski
mungkin saja Soekarno lupa kalau kubu Islam dan Komunis tidak bisa bertemu dari segi
prinsip akidah (kepercayaan). Islam yang spritualis dan Komunis yang materialis. Tapi
dari segi kemanusiaannya dapat.

Sebenarnya apabila kita tidak baperan dan kemudian meninjau bahwa salah satu tokoh
Komunis yang dilupakan Tan Malaka, sosok pahlawan nasional yang dilupakan atau tidak
dicantumkan dalam lembaran penghargaan, punya pemahaman brilian soal Islam. Tetapi
kecenderungan dari kita sering melihat background seseorang mengakibatkan Tan
dianggap sebagai kelompok penentang. Kesannya menjudge dengan kesimpulan subjektif
yang fanatis. Padahal wilayah yang boleh menentukan siapa salah siapa benar itu bukan
kodrat manusia melainkan Allah SWT, toh kenapa jadi seanti itu?!

Demokratisasi dimulai dari penyatuan persepsi, bukan saling bentak-bentakan


kemudian tidak melahirkan solusi untuk penyelamatan hajat hidup manusia. Islam
mengutamakan kemanusiaan, tidak pula menyampingkan Tuhan sebagai pencipta.
Makanya dalam kondisi ini, tentu Islam atau mahasiswa Islam butuh sebuah gerakan
pembaharuan yang mengantarkan perbaikan itu sendiri. Kurang persatuanlah yang
mengakibatkan kita jadi bangsa yang terbelakang. Kita butuh ikrar persatuan yang
komtemporer sebagai refleksi revolusioner jilid II dari jilid I sumpah pemuda 28 Oktober
1928. Dari persatuan itulah maka perubahan itu menjadi dorongan yang dinamis, tidak
stak pada fanatisme yang berujung fatalis.

Ir. Soekarno dalam bukunya Dibawah Bendera Revolusi, Nasionalisme-Islamisme-Dan Komunisme,


Halaman 2.7
Bangsa ini merdeka karena persatuan. Bangsa ini merdeka karena satu tujuan. Bangsa
ini tidak mungkin bisa merdeka tanpa persatuan. Persatuaanlah yang menyatukan
perbedaan sehingga kemerdekaan diraih. Hal itu obyektif dan selaras dengan slogan ikrar
Kie Raha (empat gunung) di Tadenas, Moti ditahun 1322. Pertemuan 4 (empat) Kolano
yang mengikrarkan semboyan “Marimoi Ngone Futuru yang berarti Bersatu Kita Teguh,
Bercerai Kita Runtuh”.8

Itulah penyatuan. Itulah demoratisasi! Soekarno yang menggalang basis penyatuan atau
demokratisasi global-nasional, dan para leluhur kita dinegeri raja-raja juga, jauh sebelum
Soekarno mengupayakan penyatuan usaha dari seluruh elemen untuk mencapai suatu
tujuan yaitu kemerdekaan. Dan sekarang kita membutuhkan strategi-strategi seperti itu,
untuk mengusung perubahan dan perbaikan. Tapi pertanyaannya, seluruh elemen OKP,
yang kiri maupun kanan, organisasi lokal, kedaerahan mengikrarkan hal itu, tanpa melihat
perbedaan SARA untuk melawan kungk ungan Imperialis-Kapitalis yang menindas,
menghisap, dan merusak alam? Kalau ya, kenapa musti tidak!

2.3. Demokratisasi Dan Operasionalisasi

Demokratisasi: penyatuan seluruh elemen gerakan, tidak melihat perbedaan, berjihad


dijalan yang benar. Jihad menegakan amar maruf nahi mungkar, tidak beda dengan
berperang dalam istilah umum untuk menegakan kebenaran. Olehnya, apapun istilahnya,
slogan dan semboyannya, yang jelas perbaikan dan penyelamatan adalah kunci dari ruh
perjuangan.

Dalam batang tubung demokratisasi atau penyatuan dari perbedaan untuk menuju
tujuan bersama, dibutuhkan manusia-manusia yang prodemokrasi. Tentunya hal ini tidak
mudah, akan tetapi siasat dalam skema untuk menggalang manusia-manusia yang pro
terhadap demokrasi harus digalang melalui propaganda besar dan konsuldasi akbar.
Disamping menyadarkan publik dengan ancaman-ancaman yang nyata mengenai dampak
berbahaya dari krisis iklim, pendidikan ekologi dan politik pada rakyat adalah salah satu
upaya untuk menyusung perubahan itu sendiri.

Islam tentu memang apabila kita melihat jejak historis Rasulullah SAW, mengajarkan
kita untuk bernegosiasi terlebih dulu sebelum menyatakan perang. Demi menyelamatkan
alam dari kehancuran dan membunuh banyak populasi manusia dibelahan negara, olehnya
suatu keharusan secara bersama untuk menjaga keseimbangan alam dan stabilitas bumi
dari ancaman krisis iklim yang cukup berdampak pada hajat hidup orang banyak.

Demokratisasi-yakni proses menuju demokrasi-harus didefenisikan sebagai semakin


meningkatnya penerapan pemerintahan rakyat pada lembaga, masalah, dan rakyat yang
sebelumnya tidak diatur menurut prinsip-prinsip demokrasi tersebut.7 Isu-isu kemanusiaan
yang harus didorong adalah salah satunya ketidakseimbangan alam atau krisis iklim yang
diakibatkan oleh Kapitalisme dalam industri pertambangan dan industri lainnya.

Asap PLTU dari pembakaran batu-bara di Harita yang mencemari udara, pembuangan
tailing kedalaman laut yang tidak diizinkan oleh pemerintah karena menyangkut
lingkungan hidup biota laut dan ekosistem lainnya, ditambah terjadi penampungan tailling
di dua titik belakang perusahan bagian daratan yang cukup mempengaruhi sebidang media
tanah yang tidak lagi dapat difungsikan untuk penghijauan sebab butuh pemulihan
bertahun-bertahun, dikarenakan lapisan tanah permukaan telah dicampur adukan dengan
lapisan tanah bagian bawah yang kadar asamnya tinggi, sehingga setiap tanaman pasti
tidak akan bertahan lama dan berkemungkinan besar mati dan sementara waktu tidak bisa
lagi difungsikan untuk menanam.

Operasionalisasi: dibagi menjadi dua metode, pertama operasionalisasi litigasi intra


parlemen (masuk mengambil kekuasaan untuk turut mengambil keputusan); kedua
operasionalisasi non litigasi ekstra parlemen (gerilya dan siasat politik dari luar
kekuasaan).

Pertama, Operasionalisasi: Intra Parlemen

Allah Mengambil Sumpah Ulama: Bukankah Allah SWT telah mengambil sumpah
dari Ulama bahwa mereka tidak boleh diam dan tenang menyaksikan kedzaliman dan
terjadinya kejahatan.9

Terlibat Dalam Urusan Politik Puncak Ajaran Nabi: Mereka menebar provokasi dan
propaganda luas agar kita semakin terisolasi. Artinya, mereka bahkan mampu membaca isi
otak kita dan kita sampai percaya bahwa kita tidak boleh mencampuri urusan politik.9

Anders Uhlin, Dalam Bukunya Oposisi Berserak, Poin Demokratisasi, Halaman 13.8

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Halaman 291-292.9-10
Dari refleksi diatas, dapat ditarik bahwa para Ulama dan Cendikiawan Muslim harus
melibatkan diri dalam urusan politik, khususnya politik praktis untuk merebut kekuasaan
dan memperbaiki sistem yang carut-marut dan bobrok.

Tawaran ini tentu tidak asing mengingat sangat lumrah dalam metode revolusi
dikalangan publik aktivis, akan tetapi selalu di judge bahwa metode ini hanya akan
berakhir sia-sia. Padahal kesalahannya bukan pada metode, melainkan komitmen dan
konsistensi dari pihak yang ingin melakukan. Kenapa tidak? Hal ini bisa jadi kemenangan,
asalkan ditangan manusia-manusia yang terideologis dan terorganisir.

Salah satu jalur tempuh Islam untuk mengubah suasana yang lebih ramah lingkungan
dan menyeru tentang alam, harus ditopang dengan eksistensi kekuasaan yang lebih atau
berada dalam intra parlemen, menghegemogi kekuasaan dan mengubah arah keputusan
bangsa yang lebih baik untuk penyelamatan bumi manusia.

“Wa Maa Akhdza Allahu Ala al-Ulamai Alla Yuqqaru Ala Kizzhati Zhalimin Wa Laa
Saghabin Mazhlumin. Bukankah Allah telah mengambil janji dari ulama untuk tidak diam
menyaksikan kerakusan para pelaku kezaliman dan kelaparan orang-orang tertindas?
(Nahjul Balaghah, Khutbah 3, Syiqsyiqiah).

Kedua, Operasionalisasi: Ekstra Parlemen

Dalam membangun kehidupan sosial Islam mengajarkan umatnya untuk siap sedia
bekerjasama dengan pemeluk agama lain.11 Tentu, kita perlu merenung kembali tentang
hikayat perjalanan Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat madinah, Rasulullah
SAW sangat membutuhkan kerja-sama dan saling membahu.

Islam merupakan agama yang menekankan untuk menyatukan dua kesalehan. Yaitu,
kesalehan spiritual dan kesalehan sosial. Kedua kesalehan tersebut tidak bisa dipisah-
pisahkan satu sama lainnya, bulat berkelindan.12 Dan selanjutnya dikenal dalam istilah
Islam yaitu muamalah, sebuah istilah Islam yang cukup mengandung makna kemanusiaan
dan kepekaan sosial sesuai syariat.

Misbah Shoim Haris, Doktrin Wong Cilik: Pergulatan Islam Dalam Realitas Sosial, Poin Islam Sebagai
Energi Transformatif, Halaman 7.11 - 12
Sebagaimana yang telah dipaparkan lebih awal mengenai doktrin nilai yang bersumber
dari Al-Qur’an ialah sebagai landasan awal fondasi kiprah perjuangan para hamba Allah
untuk melaksanakan sesuai firman-firman Allah dalam Al-Qur’an.

Islam bukan hanya agama perdamaian, Islam dari segi sempit maupun luas sangat
memikirkan hajat manusia secara totalitas, antara aspek dunia dan akhirat, intelektual dan
spiritual. Maka untuk menegakan amar maruf nahi mungkar, Islam harus berani melawan
kedzaliman dengan jalan jihad fisabilillah. Selama Islam hanya berdiam diri, tidak
bergerak, dan membiarkan kejahatan-kejahatan berlangsung maka disini rasa ketakwaan
individual pada Allah SWT telah memudar dari keharusan dirinya sebagai khalifah fill ard
atau khalifah dimuka bumi.

Dalam operasinalisasi tentu membutuhkan manajemen, olehnya tawaran manajemen


yang akan disodorkan adalah manajemen Fatimah, yaitu:

a. Subhallah: Mengagungkan kedudukan Allah SWT, artinya Maha Suci Allah,


memurnikan dan membersihkan segala kebatilan;
b. Alhamdulillah: Artinya Segala Puji Bagi Allah SWT, yang menghormati,
menghargai, mengangkat, dan berterima kasih: bukan dengan cara mengejek,
mengkritik, meremehkan, dan sikap negatif lainnya;
c. Lailla Ha Ilallah: Artinya Tiada Tuhan Selain Allah SWT, yang mendeklarasikan dan
mengkampanyekan Tauhid. Manajemen ini bergerak pada operasi penyatuan. Meng-
Esa-kan gerakan;
d. Allah Hu Akbar: Ini Takbir, Artinya Allah Maha Besar, yang operasinya
dikencangkan pada menghilangkan seluruh rasa takut, kecuali takut kepada Dia (Allah
SWT).12
Dalam impelementasi jihad untuk menegakan amar maruf nahi mungkar untuk
memakmurkan bumi, manajemen Fatimah mengusung konsep gerakan jihad yang berbasis
Taauhid untuk menyelamatkan alam dan bumi manusia. Lihat saja Muhammad, lihat Ali,
lihat Husein dan seluruh hamba yang bertakwa pada Allah SWT, mereka sama sekali tidak
ada rasa takut sama sekali dalam memperjuangkan perintah Allah SWT dan agama-Nya.

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Manajemen Berbasis
Spiritual: Tasbih Fatimah, Halaman 325-329.14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kapitalisme sering labai dan tidak memperhatikan hal-hal ekologis yang akan
berdampak besar bagi hajat hidup makhluk hidup maupun lingkungan hidup secara holistik.
Watak dan kebiasaan inilah yang sering mengakibatkan perubahan iklim dan mempengaruhi
keseimbangan alam, juga berimplikasi pada kegagalan panen disektor pertanian, begitu pula
sektor perikanan karena telah terkontaminasi Bahan Beracun Dan Berbahaya (B3).

Tailling pertambangan yang dibuang sembarangan didaratan maupun dilautan


menjadikan media tanah tidak dapat lagi difungsikan untuk bertani dan budidaya ikan. Tidak
hanya itu, ekosistem lainnya maupun keanekaragaman hayati pun akan terganggu. Disamping
itu, keseringan menebang pohon (salah satu penyuplai oksigen bagi bumi), menjadikan
meningkatnya emisi karbon yang tak terbendung karena salah satu bahaya asap PLTU yang
mengudara mengakibatkan polusi gas beracun terhirup oleh manusia dan cukup berbahaya
bagi kesehatan manusia.

Untuk itu, menjawab krisis iklim yang besar yang salah satu pelakunya adalah
kepitalisme atau industri pertambangan, maka menumbangkannya adalah suatu keharusan
dari umat manusia lalu merubah sistem dan kebijkan yang lebih hijau. Sifat kebinatangan
kapitalisme yang cukup fatal dan tidak berfikir panjang akan kerusakan ekologis tentu harus
dipangkas dengan kesadaran akan penuhnya partisipasi dari masyarakat untuk membersamai,
mengontrol dan merawat alam.

Dari uraian bahaya atau dampak dari perubahan iklim diatas cukup memberi
peringatan besar kepada manusia-manusia yang peka untuk menyadari ancaman besar bagi
seluruh elemen manusia dibumi Indonesia maupun secara global. Maka bagi saya, ide dan
strategi menjawab iklim seperti yang ditawarkan Marshall pada pembahasan diatas hanya sia-
sia. Sebab, kapitalisme cukup kuat karena dukungan dan bekingan negara, yang mana negara
atau oknum pemerintah, legislasi, dan yudikasi, telah dikoptasi secara kseluruhan sehingga
tunduk dan patut mentuhankan kapitalisme (pemodal raksasa).

Olehnya bagi saya secara pribadi, gerakan untuk menumbangkan kerasukan


kapitalisme, harus ditumbangkan dengan basis masa yang terorganizir. Karena, seluruh
rangkain kebatilan ini menjadi tanggung jawab penghuni bumi yang peduli, disamping Islam
yang menekankan hambanya untuk memakburkan bumi (buka dan renungi QS. Hud Ayat
61).

Tidak tidak boleh lagi menyangkal tentang bagaimana dampak negatif yang
diakibatkan oleh kaki tangan kapitalisme. Membuang limbah sembarangan dan kebiasaan
mencemari lingkungan dengan asap karbon beracun, menjadikan temperatur dan stabilitas
bumi ini jadi tidak seimbang. Pemanasan dari efek rumah kaca cukup mengganggu kesejukan
bumi dan kelayakan untuk ditinggal. Bukankah sudah saya singgung bahwa, pemanasan
global cukup bepengaruh besar bagi sektor pertanian (gagal panen) dan kesehatan
anekaragaman ikan yang ada dilaut.

Bayangkan saja, apabila terjadi gagal panen dan krisis ikan karena telah
terkontaminasi oleh bahan mercuri sehingga tidak laju dikonsumsi maka, sangat mengancam
tuntutan manusia secara ekonomi (makan minum) dan fisiologi (kekurangan oksigen).
Konsekuensi logisnya, populasi manusia akan mengurang karena angka kematian jadi naik
tinggi dikarenakan krisis pangan apabila tidak disadari sejak dini atau ditanggulangi
sekarang, sebelum terlambat.
DAFTAR PUSTAKA

Muhmmad Noor, Lahan Gambut Pengembangan, Konservasi, Dan Perubahan Iklim, Poin
Dampak Perubahan Iklim, Halaman 138-140.1

Al Gore, Bumi Dalam Keseimbangan, Rencana Marshall Global, Halaman 376-392.2

Djohar Maknun, S.Si., M.Si., Ekologi: Populasi, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan


Kampus Hijau, Asri, Islami Dan Ilmiah, Halaman 1.3

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Dalam
Prakata Dari Penulis, Halaman xviii.4

Dr. Siti Zubaidah M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Poin Fase Madinah: Membangun
Masyarakat Baru, Halaman 22.5

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Poin
Kapitalisme Musuh Terbesar Kemanusiaan, Halaman 4.6

Ir. Soekarno dalam bukunya Dibawah Bendera Revolusi, Poin Nasionalisme-Islamisme-Dan


Komunisme, Halaman 2.7

Anders Uhlin, Dalam Bukunya Oposisi Berserak, Poin Demokratisasi, Halaman 13.8
Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Halaman
291-292.9-10

Misbah Shoim Haris, Doktrin Wong Cilik: Pergulatan Islam Dalam Realitas Sosial, Poin
Islam Sebagai Energi Transformatif, Halaman 7.11 – 12

Said Munirrudin, Buku Bintang Ar’rasy Tafsir Filosofis Dan Gnostik Tujuan HMI, Poin
Manajemen Berbasis Spiritual: Tasbih Fatimah, Halaman 325-329.14
FORMULIR PENDAFTARAN INTERMEDIATE TRAINING (LK II)

Dengan Mengucapkan BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM, saya yang bertanda tangan


dibawah ini menyatakan bahwa apa yang saya isi dalam formulir ini adalah BENAR adanya

IDENTITAS DIRI

NAMA : Rohmin Ramudiyah Arifin

Tempat/Tanggal Lahir : Ternate, 25 April 2002

Jenis Kelamin : □ > Laki-Laki / □ Perempuan

Status Keluarga : □ Nikah / □ >Belum Nikah

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal Cabang : HMI Cabang Ternate

Alamat : Mangga Dua Lorong Parton, Ternate Selatan

Telp/Wa : 082393349034

Alamat Email : omin250402@gmail.com

PENDIDIKAN SAAT INI

Universitas/Institut : Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Fakultas : Hukum

Jurusan : Ilmu Hukum

Tahun Masuk : Tahun 2021

PENGALAMAN INTERNAL HMI

1. Jabatan Kabid PTKP Di HMI Komisariat K.H. Ahmad Dahlan Fakultas Hukum
UMMU Ternate Th 2021-2022

PENGALAMAN EXTERNAL HMI

1. Jabatan Wasek Hukum Dan Advokasi Di BEM Fakultas Hukum UMMU Ternate Th
2021-2022.
PENGHARGAAN/PRESTASI

1. –

2. –

3. -

KEAHLIAN/BAKAT/ SKILL

1. Seni :-

2. Olahraga :-

3. Keterampilan :-

4. Lainnya :-

KESEHATAN/ KEADAAN FISIK

Penyakit / Gangguan Kesehatan yang sering saya alami adalah: -

Hobi : Sepak Bola

Moto Hidup : Berbuat Baik Dan Saling Membantu

Tujuan Mengikuti LK-II : Menambah Pengalaman Dan Memperdalam Wawasan


Ke-HMI-an

JUDUL MAKALAH : Islam, Ekologi dan Demokratisasi : Menjawab Krisis


Iklim Di Indonesia
Demikian data yang saya berikan benar adanya, dan saya bersedia menjadi peserta pada
pelaksanaan Intermediate Training (LK II) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Cabang Bacan dengan mengikuti ketentuan dan aturan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai