Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISTIKHLAF DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah

TEOLOGI EKONOMI

Dosen Pengampu : Dana Syahputra Barus M.E

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Nama : Putri Salsabila (230202031)

Reva Putri Arfian (230202032)

Syazwani Thahirah Ishmah (230202104)

Semester : 1 Reguler pagi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH H. ABDUL


HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI PROGRAM
STUDI PERBANKAN SYARIAH TA2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,kami memanjatkan puji & syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah me l i mp a hk a n r a h ma t dan k e mu d a ha n kepada kam
i s e h i n g g a k a mi d a p a t menyelesaikan makalah kami tentang “Istikhlaf
Dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Kami menyadari dalam menyelesaikan tugas
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini. Demikian makalah ini
kami buat dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
kami khususnya.
Aamin ya robbal alamiin.

Binjai,Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
B. PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
1. Konsep Istikhlaf ................................................................................2
2. Istikhlaf (Etika bisnis) Dalam Green Economics..............................4
3. Teologi Istikhlaf Dalam Ekonomi ....................................................7
C. PENUTUP…………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

3
A. PENDAHULUAN

Tauhid sebagai atas ekonomi Islam mengandung arti bahwa Allah


SWT adalah pencipta, penguasa, dan pemilik alam semesta serta segala isi
yang dikandungnya. Semuanya diperuntukkan Allah SWT membuat
manusia, dan tumbuh-tumbuhan agar dapat hidup, bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan sunnahnya yang telah ditetapkan. Sebagai
panduan dalam pengelolaan dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang utuh.
Bagaimana isi alam semesta ini dikelola dan dimanfaatkan bagi sebesar-
besar kemaslahatan makhluknya. di samping itu, Allah juga menetapkan
hukum-hukum tersendiri bagi segala ciptaannya yang populer disebut ayat
kauniyah.
Disebabkan Allah telah menyediakan segala keperluan makhluknya,
tentu harus ada yang bertanggungjawab dalam pengelolaannya, pemimpin
atau(khalifah) dimuka bumi ini. Semuanya menolak karena amanah
tersebut terlalu berat sehingga makhluk yang telah disebut di atas tak
sanggup memikulnya. Akhirnya ditawarkan kepada manusia. Manusia
dengan otonomi yang dimilikinya, sanggup menerima amanah tersebut.
Walau bagaimanapun baratnya. Allah ingatkan. Suatu kezaliman dan
kebodohan jika manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah
tidak menggunakan panduan ayat- ayat qur’aniyah dan ayat kauniyah. Alih-
alih kemaslahatan yang tercipta malah kemudaharatanlah yang diterima
manusia. Faktanya ada banyak manusia yang tidak sadar akan
tanggungjawabnya terhadap segala macam nikmat yang diberikan Allah
kepada dirinya. Al-qur’an mengisyaratkan banyak manusia yang tidak
pernah merasa cukup dengan apa yang ia dapatkan. Malah mereka
berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta benda serta menghitung-
hitungnya.

4
B. PEMBAHASAN

1. Konsep Istikhlaf
Istikhlaf dapat diartikan perwakilan, Konsep ini mengajarkan bahwa
tuhan (Islam : Allah ) adalah pemilik mutlak seluruh ciptaanNya di alam
raya, termasuk segala harta kekayaan yang dipunyai atau dikuasai oleh
manusia. Adapun manusia hanyalah pemilik relative atau penguasa
sementara harta kekayaan dimaksud. Daam kaitan ini manusia
berkedudukan sebagai “wakil” Allah yang beroleh amanat untuk
memelihara dan memanfaatkannya, dan kelak akan dimintai
pertanggungjawaban atas amanat tersebut. Istikhlaf merupakan salah
satu materi ajar ekonomika islami,khusunya materi ajar dalam teori
kepemilikan sumber daya.
Materi ajar lain dalam teori kepemilikannya di antaranya
kepemilikan harta kekayaan, pemanfaatan factor-faktor produksi,
distribusi sumberdaya ekonomi, dan kepemilikan tanah. Materi terakhir
ini beroleh perhatian khusus dan dibahas secara sangat terinci dan
mendalam. Ekonomika konvensional memiliki teori tentang alokasi
faktor-faktor produksi (di ranah teori produksi ) dan tori tentang alokasi
kekayaan keuangan (di ranah teori portofolio). Akan tetapi ekonomika
konvensional tidak memiliki teori tentang kepemilikan sumberdaya.
Pemilikan sumberdaya dianggap given dalam ekonomika konvensioanl.
Oleh sebab itu teori distribusi yang terdapat di dalam ekonomika
konvensioanl hanya teori distribusi hasil-hasil produksi, yaitu distribusi
penyampaian produk dari produsen ke konsumen (diranah teori
pemasaran) serta distribusi pendapatan nasional (diranah ekonomika
pembangunan). Ekonomika konvensional tidak mengenal distribusi

5
sumber daya ekonomi atau distribusi faktor-faktor produksi. Padahal
causa prima kesenjangan kemakmuran adalah ketimpangan pemilikan
sumber daya. Selama tidak ada batasan atas kepemilikan sumberdaya,
pula tidak ada upaya untuk mendistribusikannya secara adil, selama itu
kesenjangan kemakmuran tidak akan pernah surut.
Konsep istikhlaf ini menegaskan kenisbian kehidupan di dunia,
sekaligus memagari batas-batas pemanfaatan dan kepemilikan harta.
Bahkan harus juga disadari khususnya oleh kaum mulimin bahwa di
antara harta titipan itu terdapat pula sebagian yang merupakan hak orang
lain. Itulah zakat dan sedekah. Konsep istikhlaf, apabila disadari dengan
sungguh-sungguh dan diterapkan sepenuh hati, niscaya akan membuat
para pelaku ekonomi berperilaku lebih manusiawi, tidak lagi seheani
prilaku homo economicus.
Dalam konsep istikhlaf ini, manusia hanyalah sebagai pemegang
amanah (al-amin). Segala sesuatu itu, apa yang ada di langit dan di bumi,
dan antara keduanya adalah milik Allah Swt manusia adalah sebagai
penjaga dan pemegang amanah sahaja.

2.Istikhlaf (Etika bisnis) Dalam Green Economis


United Nation Environment Programme (UNEP) memberikan
pengertian ekonomi hijau sebagai kegiatan perekonomian yang mampu
meningkatkan kesejahteraan dan keadilan social di satu sisi, tetapi di sisi
lain mampu menghilangkan dampak negatif pertumbuhan ekonomi
terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Menurut
United Nation Environment Programme, ekonomi hijau merupakan
kegiatan perekonomian yang rendah karbon, tidak mengandalkan bahan
bakar fosil, hemat sumber daya alam dan berkeadilan social. Bumi
dengan segala kekayaannya memang sebagai karunia Tuhan yanag telah
di percayakan kepada manusia (istikhlaf) untuk mengelolanya.
Pengelolaan yang baik bagaimanapun harus didasarkan pada etika
(akhlak) karena kepercayaan itu merupakan amanah, sehingga manusia

6
harus mengikuti petunjuk pemberi amanah yakni Allah Swt. Tanpa
mengikuti norma yang benar, niscaya manusia akan memperlakukan
alam sesuai keinginannya, yang pada gilirannya akan merugikan
manusia sendiri. Disinilah letak relasi etika,bisnis dan lingkungan hidup
untuk menuju konsep green economics.
Maka dari itu ada hal-hal yang terkait yang lebih kongkrit untuk
menjelaskan relasi antara etika, bisnis, dan lingkungan hidup yang lebih
kita keal dengan istilah green economis adalah sebagai berikut :
a). Penggunaan bahan baku. Kebutuhan bahan baku alam, terutama bagi
perusahaan besar dalam skala industry, niscaya menjadi masalah
besar yang selalu mendapat perhatian mereka. Jika tidak bukanlah
tidak mungkin mereka akan kekurangan supply bahan baku yang
berakibat macetnya produksi yang harus berkelanjutan, agar
perusahaan terus hidup dan berkembang.

b). Kedua, pembuangan sampah proses industri. Masalah lain yang


tidak kalah seriusnya yang dialami perusahaan besar adalah
pembuangan sampah sebagai penyebab kerusakan ekosistem di
berbagai belahan bumi. Sampah (residu) itu baik dalam bentuk
benda padat, cair maupun udara akan berpotensi mencemari daratan
dimana semua makhluk hidup menjalankan aktivitas kehidupan di
dalamnya. Selain itu juga berpotensi akan mencemari perairan yang
menjadi tumpunan hidup manusia seperti sungai, danau, dan laut.

c). Masalah barang hasil produksi. Untuk mengatasi atau paling tidak
memperkecil dampak hasil produksi. Hasil produksi baik yang
menyangkut barang jadi yang siap pakai maupun kemasan yang
digunakan, keduanya bukanlah tidak mungkin akan menjadi
penyebab kian parahnya ekosistem. 1

1
Dana Syahputra Barus, Teologi Ekonomi Islam,(Medan: Merdeka Kreasi, 2022), hlm 40-44

7
3.Teologi Istikhlaf Dalam Ekonomi
Salah satu prinsip dalam ekonomi islam , yang juga menjadi
dasar bagi manajemen keuangan keluarga islami adalah istikhlaf.
Dalam kajian islam, ada beberapa kata yang pelafalannya mirip
dengan istikhlaf, namun artinya sangat jauh berbeda yakni ikhtilaf
dan ikhtilat.
Salah satu ulama yang mempopulerkan istilah istikhlaf,
diantaranya adalah oleh Dr. Yusuf Qardhawi dalam Kitabnya
“Norma dan Etika Ekonomi Islam”. Secara definisi arti dari istikhlaf
adalah bahwa seluruh harta benda yang ada pada manusia, yang
biasanya disebut milik kita, pada hakekatnya adalah hanya titipan
dari Allah SWT. 2
Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan bahwa pada dasarnya harta
yang kita miliki dan belum kita miliki seluruhnya adalah milik allah,
Dia-lah yang menganugerahkan dan memberikan nikmat-Nya pada
hamba-Nya. Dia-lah saja yang menciptakan dan mengembangkan
nya. Adapun pekerjaan manusia yang kita sebut produksi adalah
mengolah materi yang telah Allah ciptakan dan taklukan untuk
keperluan manusia. Karena itu para ahli ekonomi berkata, “produksi
adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan mateeri.”
Makssudnya adalah, bahwa manusia mengolah materi itu untuk
mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai
manfaat.
Masih menurut Yusuf al-Qaradhawi : “Apa yang bisa
dilakukan manusia dalam ‘memproduksi’ tidak sampai pada
merubah substansi benda”. Apa yang bisa dilakukan manusia

2
https://www.bprsbotani.co.id/blog-post/istikhlaf/

8
berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempatnya yang asli
dengan mengeluarkan atau mengeksploitasi. Memindahkannya dari
tempat yang tidak membutuhkan ke tempaat yang membutuhkannya
atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa dimanfaatkan di
masa yang akan dating atau mengolahnya dengan memasukkan
bahan-bahan tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk ke bentuk
lainnya dengan melakukan strelisasi, pemintalan, pengukiran, atau
penggilingan dan lain sebagainya.
Pengaruh istikhlaf ini bagi manusia dalam perekonomian
secara langsung telah membawa dampak positif diantaranya :

a). Mengurangi sikap sombong dan bangga yang merupakan sifat manusia
di mana pemilik harta lupa daratan dan semena-mena terhadap hartanya
yang nantinya dapat melahirkan si kaya yang tidak sombong serta bakhil.

b). Harta dianggap masalah yang ringan bagi pemiliknya sehingga pemilik
itu dengan mudah mengeluarkan harta itu. Memudahkan golongan kaya
untuk menerima perintah dan patuh terhadap undang-undang yang nantinya
dapat menjadikan si kaya dengan ikhlas dan mudah untuk menurut perintah
Allah terutama yang berkaitan dengan hukum yang melibatkan kekayaan
dan pengurusan harta.

c). Memberikan keabsahan bagi masyarakat yang beriman untuk mengawasi


orag kaya yang melampaui batas dalam memperlakukan kekayaannya.

d). Menguatkan hati fakir miskin dan membenarkan tindakan mereka dalam
meminta hak dari orang kaya.

e). Memberikan hak kepada kumpulan pemimpin orang islam untuk


mengawal orang-orang yang diberikan harta kekayaan supaya tidak
menggunakan harta mereka secara mubazir dan bermewah-mewah yang
bisa merusak ekonomi sebuah Negara dan nilai masyarakat.3

3
Ibid, hlm 45-46

9
C. KESIMPULAN

Istikhlaf bermaksud wakil yang diberi kuasa. Di dalam


konteks ekonomi Islam yang berpaksikan kepatuhan tidak mutlak
kepada rabbani atau ketuhanan, konsep ini bermaksud
menyerahkan bahawa manusia sebagai yang diberi kuasa oleh
Allah swt untuk mengurusi kekayaan yang diberikan kepadanya
untuk dibelanjakan kepada perkara-perkara yang tidak diizinkan
dan disyorkan oleh syarak.
Istikhlaf artinya perbedaan pendapat di kalangan umat
Islam. Istilah ini biasanya digunakan dalam hal perbedaan-
perbedaan dalam hal fiqh. Sedangkan arti Ikhtilat adalah
pergaulan/pencampuran antara lelaki dan perempuan yang tidak
ada hubungan mahram. Penggunaan istilah ini biasanya ketika
membahas masalah ahlak.
Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan buruknya
serta kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial
maupun moral, pada setiap individu di dalam kehidupan
bermasyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Syahputra Dana. Teologi Ekonomi Islam. Medan:


Merdeka Kreasi, 2022
https://www.bprsbotani.co.id/blog-post/istikhlaf/

11

Anda mungkin juga menyukai