DI SUSUN OLEH :
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Karena atas rahmatNya yang
diberikan kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalahyang mudah-
mudahan bermanfaat bagi para pembaca dengan judul “Kepemilikan dalam Islam”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah Sistem Ekonomi
Islam. Kami sebagai penulis dari makalah ini mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada dosen pengajar mata kuliah Sistem Ekonomi Islam dan pihak-pihak yang membantu
kami dalam pencarian dan pemberian ide tentang proses terbuat hingga terbentuknya makalah
ini. Dan kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di
dalam kelas dan proses pembelajaran di tahun pelajaran berikutnya. Dan karena tiada gading
yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Maka dari itulah kami mengharapkan kritik
dan saran yang diberikan kepada kami demi perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………….…………...……………………...……. 1
1.1 Latar Belakang …..……………….…………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah ……..……………………………………………………….…….….. 1
1.3 Tujuan ……………………..…………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………….…………………………...………….…… 3
2.1 Pengertian sejarah dan paham kepemilikan …………………...……..………...………....3
2.2 Pengertian kepemilikan……………………………………………………… ..……..….. 3
2.3 Sebab-sebab Kepemilikan ….……………………………………….………………..….. 4
2.4 Macam-macam Kepemilkan…..…………………………………………………...…..…. 7
2.5 Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Sistem Ekonomi……………………………….. 9
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….... 14
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………... 14
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..... 16
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada saat ini realita yang nampak adalah telah terjadi ketidakadilan dalam penguasaan
atau kepemilikan harta kekayaan baik individu, umum dan negara. Hal ini mengakibatkan
timbulnya monopoli kepemilikan harta kekayaan yang bertumpu pada satu golongan
sehingga harta kekayaan tidak tersebar secara merata di masyarakat. Menanggapi kenyataan
tersebut, ekonomi islam diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan
sekaligus menjadi sistem perekonomian suatu negara.
Islam sebagai sistem hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab
memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan
budaya. Seiring dengan perkembangan kajian tentang ekonomi islam dan kebutuhan solusi
krisis ekonomi yang ada saat ini mendorong terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis
keislaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami
oleh nilai-nilai Islam.
Alqur’an telah memberikan gambaran tentang asal-usul harta atau hak milik yang
pertama kali diberikan oleh Allah kepada manusia pertama kemudian turun-temurun kepada
generasi berikutnya. Dengan demikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan awal manusia
itu sendiri.
Praktek kehidupan manusia di awal fase sejarah bersifat kelompok dalam mencari
kehidupan, antara manusia yang satu dengan yang lain tidak dapat lepas. Pada fase ini,
kepemilikan pribadi berarti juga milik keluarganya, mereka menjaga dan melindungi secara
bersama-sama kepemilikan tersebut dari ancaman pihak lain.
Pada fase awal, kepemilikan yang bersifat kolektif lebih dominan daripada
kepemilikan pribadi (individu), kemudian hak milik individu sedikit demi sedikit nampak
pudar seiring dengan mulai pudarnya sistem kepemilikan kolektif.
Filsafat Yunani menegaskan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan
akan merasa memiliki. Kepemilikan harus ada, baik bagi individu maupun bagi masyarakat
(kolektif). Aristoteles, berpendapat bahwa pribadi yang memiliki adalah faktor utama untuk
terwujudnya masyarakat ideal. Lebih jauh Aristoteles menentang pendapat gurunya Plato,
yang mengakui kepemilikan kolektif bahkan melibatkan anak-anak dan perempuan.
Dalam Islam kepemilikan dikenal dengan nama al‐milkiyah. Al‐ milkiyah secara
etimologi berarti kepemilikan. Al‐milkiyah memiliki arti yaitu sesuatu yang dimiliki dan
dapat dimanfaatkan oleh seseorang, dan pengertian lain al‐milk adalah pemilikian atas
sesuatu (al‐mal atau harta benda) dan kewenangan seseorang bertindak bebas terhadapnya.
Ada beberapa pengertian tentang kepemilikan diantaranya yang dikemukakan oleh ulama
fiqh antara lain seperti definisi Muhammad Musthafa al‐ Syalabi adalah keistimewaan atas
suatu benda yang menghalangi pihak lain bertindak atasnya dan memungkinkan pemiliknya
melakukan perbuatan secara langsung atasnya selama tidak ada halangan syara’.
Sedangkan definisi yang diungkapkan oleh ulama Wahbah al‐Zuhaily dan Ahmad al‐
Zarqa tentang kepemilikan yaitu sama‐sama menekankan hak dalam mempergunakan
kewenangan kepada pemiliknya kecuali terdapat halangan hukum tertentu (Ambok, 2011).
Dari ketentuan syara’ perihal sebab atau cara memperoleh kepemilikan,yakni: (1) Ihrazul
Mubahat, (2) Al-Uqud,(3) Al-Khalafiyah, (4) Al-Tawalluduminal mamluk.
Ihrazul mubahat adalah memiliki sesuatu (benda) yangmenurut syara’ boleh dimiliki atau
disebut juga dengan Istila’ al-Mubahat . Istila’ al-Mubahat adalah cara pemilikan melalui
penguasaan terhadap harta yang belum dikuasaiatau dimiliki pihak lain. Al-Mubahat adalah
harta benda yang tidak termasuk dalam milik yang dilindungi (dikuasai oleh orang lain) dan
tidak ada larangan hukum (mani’ al-syar’iy) untuk memilikinya. Misalnya, air yang masih
berada dalam sumbernya,ikan yang berada di lautan, hewan dan pohon kayu di hutan,dan
lainnya.
Tujuan penguasaan atas al-mubahat (harta babas) dengan tujuan untuk dimiliki. Adapun
cara penguasaan harta bebas tersebut yaitu:
a. Ihya’al-mawat , yaitu membuka tanah (ladang) baru yang tidak dimanfaatkan orang
lain, tidak dimiliki dan berada diluar tempat tinggal penduduk
b.Berburu hewan. Allah menghalalkan buruan kecuali jika pemburu sedang berihram.
Firman allah.
ص ْي ِد َوَأ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم ۗ ِإ َّن هَّللا َ يَحْ ُك ُم َما ْ َّيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأوْ فُوا بِ ْال ُعقُو ِد ۚ ُأ ِحل
َّ اَأْل ْن َع ِام ِإاَّل َما يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّي الjُت لَ ُك ْم بَ ِهي َمة
ي ُِري ُد
2. Al-Uqud (Perjanjian)
Akad berasal dari bahasa arab yang artinya perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa
diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Akad
adalah pertalian antara ijab dan qabul sesuai dengan ketentuan syara’ yang menimbulkan
pengaruh terhadap objek akad. Akad merupakan sebab kepemilikan yang paling kuat dan
paling luas berlaku dalam kehidupan menusia yang membutuhkan distribusi harta kekayaan.
3. Al-khalafiyah (Pewarisan)
Aqad/transaksi dikategorikansebagai suatu cara memperoleh hak milik menurut Islam. Dalam
akadterdapat sua atau lebih pihak yang melakukan perjanjian, masing-masing pihak dihargai
memiliki posisi yang sama, masing-masing memilikisesuatu yang bernilai sejak awal yang
sama-sama dihargai dalam aqad, halini mencerminkan bahwa dalam ketentuan Islam
terkandung nilai penghargaan terhadap setiap kepemilikan. Selanjutnya di dalam akad
yangterdapat persyaratan ijab dan qabul dan syarat-syarat lain menunjukkanadanya nilai
kepastian hukum dalam kepemilikan serta nilai kerelaan.
Salah satu carayang diatur Islam untuk memperoleh pemilikan adalah melalui khalafiyah
syakhsy ‘an syakhsy atau kewarisan. Waris menempati kedudukan muwaris (orang yang
mewariskan) dalam memiliki harta yang ditinggalkan oleh muwaris. Pewarisan harta
utamanya merupakan kosekuensi dari hubugan nasab dan pernikahan. Hak mewarisi bagi
warissangat kuat posisinya, muwaris harus memperhatikan nasib warisnya.Sehingga untuk
berwakaf, sadakah, hibah, dan lain-lain, ada batas maksimalnya (1/3), hal ini mencerminkan
nilai jaminan/kometmen Islam pada kesejahteraan keluarga lewat pengaturan kepemilikan.
a. Kepemilikan individu
Kepemilikan individu adalah hukum syara’ yang ditentukan pada zat ataupun
kegunaan (utility) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk
memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi baik karena barangnya diambil
kegunaannya oleh orang lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan
zatnya seperti dibeli dari barang tersebut.
b. Kepemilikan umum
kepemilikan umum adalah izin al-syari’ kepada suatu komunitas untuk bersama-sama
memanfaatkan benda atau barang. Sedangkan benda-bendayang tergolong kategori
kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh al-Syari’ sebagai benda-
benda yang dimiliki suatu komunitas secara bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh
hanya seorang saja. Karena milik umum, maka setiap individu dapat memanfaatkannya,
namun dilarang memilikinya, seperti fasilitas dan sarana umum, sumber daya alam yang
tabiat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu secara perorangan, dan
barang tambang yang depositnya tidak terbatas.
c. Kepemilikan Negara
Kepemilikan Negara adalah harta yang ditetapkan Allah menjadi hak seluruh rakyat,
dan pengelolaannya menjadi wewenang khalifah atau negara, dimana negara berhak
memberikan atau mengkhususkannya kepada sebagian rakyat sesuai dengan kebijakannya.
Kepemilikan negara pada dasarnya juga merupakan hak milik umum, tetapi hak
pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Meskipun demikian,
cakupan kepemilikan umum dapat dikuasai oleh pemerintah, karena ia merupakan hak
seluruh rakyat dalam suatu negara, yang wewenang pengelolaannya ada pada tangan
pemerintah.
d. Al milk At Tamm (milik sempurna)
Yaitu apabila materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang,
sehingga seluruh hak yang terkait dengan harta itu dibawah penguasaannya. Milik seperti ini
bersifat mutlak, tidak dibatasi waktu dan tidak boleh digugurkanorang lain. Ciri-cirinya
diantaranya, (a). sejak awal kepemilikan terhadap materi dan manfaat bersifat sempurna. (b)
Materi dan manfaatnya sudah ada sejak sejak pemilikan itu. (c) Pemilikannya tidak dibatasi
waktu. (d) kepemilikannya tidak dapat digugurkan.
Yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta itu, tetapi manfaatnya dikuasai
orang lain. Adapun cirri-ciri nya adalah, (a) Boleh dibatasi waktu,tempat, dan sifatnya. (b)
Tidak boleh diwariskan. (c) orang yang menggunakan manfaatnya wajib mengeluarkan biaya
pemeliharaan.
Sistem ekonomi Islam, mengakui kepemilikan individu dan umum secara bersamaan,
masing-masing kepemilikan tersebut memiliki eksistensi masing-masing, tidak ada yang
diunggulkan antara yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian, baik kepemilikan
individu maupun umum, mesti digunakan untuk kemaslahatan umum, karena hak milik pada
prinsipnya datang dari Allah, sehingga mesti digunakan secara bertanggung jawab.
2.5 Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Sistem Ekonomi: ISLAM, KAPITALISME,
DAN SOSIALISME
Sedangkan dalam sisitem ekonomi sosialis selalu mengedepankan pada hak milik
umum atau hak milik orang banyak yang diperankan oleh Negara atas alat-alat produksi.
Tidak mengakui hak kepemilikan individu, jika hal itu mash menyangkut masalah
kepemilikan umum. Negara adalah satu-satunya pemilik alat produksi. Falsafah yang menjadi
landasannya adalah falsafah kolektivisme. Falsafah ini beranggapan bahwa dasar pokok
adalah banyak orang. Individu diberikan batasan dalam memperoleh jumlah kekayaan,
sedang dalam hal cara memperolehnya ia diberikan kebebasan.
System kepemilikan dalam Islam memiliki kekhususan yang berbeda, dan ia sanagt
relevan dengan kehidupan masyarakat. Jika seseorang diberikan kebebasan dalam jumlah dan
cara memperoleh harta, maka akan terjadai kesenjangan social. Karena, yang memiliki modal
akan berkuasa dan menindas yang miskin. Sedang jika seseorang di berikan batasan dalam
memperoleh harta dan kebebasan cara memperoleh, maka akan berakibat pada lemahnya etos
kerja. Islam hadir dengan system yang berbeda, Islam mengakui hak milik individu dan hak
milik kolektif. Ia memberikan lapangan tersendiri terhadap keduannya. System ini didirikan
atas lendaan kebebasan ekonomi yang terikat, artinya setiap individu diberikan kebebasan
untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, namun dengan cara-cara yang telah ditentukan
dalam syariat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem ekonomi Islam, mengakui kepemilikan individu dan umum secara bersamaan,
masing-masing kepemilikan tersebut memiliki eksistensi masing-masing, tidak ada yang
diunggulkan antara yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian, baik kepemilikan
individu maupun umum, mesti digunakan untuk kemaslahatan umum, karena hak milik pada
prinsipnya datang dari Allah, sehingga mesti digunakan secara bertanggung jawab.
Sistem ekonomi Islam tidak menganut prinsip time value of money, sehingga istilah
time of money tidak cocok jika dihubungkan dengan sitem ekonomi Islam, sebab
kepemilikan utama dalam Islam adalah kasab.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/7415725/Teori_Kepemilikan_Dalam_Islam
file:///C:/Users/acer/Downloads/KEPEMILIKAN%20DALAM%20ISLAM%20(Fadilah
%20Ulfah).pdf
https://docs.google.com/document/d/1EciyqQCFLhyQli86Wal223GCraZVTJQSaU-
3mATLFes/edit
https://docs.google.com/file/d/0B5DxaF_9ujxbemlDMmVHV0kydjg/edit?resourcekey=0-
pRklqjFBm6q_lx-vTfDmww
https://news.detik.com/berita/d-5110490/surat-al-maidah-ayat-1-32-dan-48-arab-latin-dan-
terjemahanny
https://kicaunews.com/2019/12/06/kepemilikan-dalam-islam/
https://www.gustani.id/2011/07/konsep-kepemilikan-dalam-islam.html