Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

DI SUSUN OLEH :

Nefrielza Angela Putri 2061201157

Presti Loveani M 2061201175

Nora Veronika 2061201063

Ario Syahdeli 2061201104

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSTITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Karena atas rahmatNya yang
diberikan kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalahyang mudah-
mudahan bermanfaat bagi para pembaca dengan judul “Kepemilikan dalam Islam”.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah Sistem Ekonomi
Islam. Kami sebagai penulis dari makalah ini mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada dosen pengajar mata kuliah Sistem Ekonomi Islam dan pihak-pihak yang membantu
kami dalam pencarian dan pemberian ide tentang proses terbuat hingga terbentuknya makalah
ini. Dan kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di
dalam kelas dan proses pembelajaran di tahun pelajaran berikutnya. Dan karena tiada gading
yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Maka dari itulah kami mengharapkan kritik
dan saran yang diberikan kepada kami demi perbaikan makalah diwaktu yang akan datang.

Bengkulu, 21 juni 2022


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………….…………...……………………...……. 1
1.1 Latar Belakang …..……………….…………………………………………………….... 1
1.2 Rumusan Masalah ……..……………………………………………………….…….….. 1
1.3 Tujuan ……………………..…………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………….…………………………...………….…… 3
2.1 Pengertian sejarah dan paham kepemilikan …………………...……..………...………....3
2.2 Pengertian kepemilikan……………………………………………………… ..……..….. 3
2.3 Sebab-sebab Kepemilikan ….……………………………………….………………..….. 4
2.4 Macam-macam Kepemilkan…..…………………………………………………...…..…. 7
2.5 Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Sistem Ekonomi……………………………….. 9
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….... 14
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………... 14
3.2 Saran ……………………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..... 16
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep yang penting dalam perekonomian adalah konsep kepemilikan. Kepemilikan


menjadi posisi penting dari teori ekonomi mikro baik dalam Sistem ekonomi Islam maupun
kapitalis sebab pembahasan dalam bidang kepemilikan ini tidak hanya berkaitan dengan
aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menjadi perhatian bagi
aliran pemikir ekonomi Islam dan konvensional sampai saat ini.

Pada saat ini realita yang nampak adalah telah terjadi ketidakadilan dalam penguasaan
atau kepemilikan harta kekayaan baik individu, umum dan negara. Hal ini mengakibatkan
timbulnya monopoli kepemilikan harta kekayaan yang bertumpu pada satu golongan
sehingga harta kekayaan tidak tersebar secara merata di masyarakat. Menanggapi kenyataan
tersebut, ekonomi islam diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan
sekaligus menjadi sistem perekonomian suatu negara.

Islam sebagai sistem hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab
memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan
budaya. Seiring dengan perkembangan kajian tentang ekonomi islam dan kebutuhan solusi
krisis ekonomi yang ada saat ini mendorong terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis
keislaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami
oleh nilai-nilai Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud sejarah dan paham kepemilikan?
2. Apa yang dimaksud dengan kepemilikan?
3. Apa saja sebab-sebab kepemilikan?
4. Apa saja macam-macam kepemilikan ?
5. Apa saja Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Sistem Ekonomi: Islam,
kapitalisme, dan sosialisme?
1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari sejarah dan paham kepemilikan.


2. Untuk mengetahui pengertian kepemilikan.
3. Untuk mengetahui sebab-sebab kepemilikan.
4. Untuk mengetahui macam-macam kepemilikan.
5. Untuk mengetahui Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Sistem Ekonomi: islam,
kapitalisme, dan sosialisme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dan Paham Kepemilikan

Alqur’an telah memberikan gambaran tentang asal-usul harta atau hak milik yang
pertama kali diberikan oleh Allah kepada manusia pertama kemudian turun-temurun kepada
generasi berikutnya. Dengan demikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan awal manusia
itu sendiri.

Praktek kehidupan manusia di awal fase sejarah bersifat kelompok dalam mencari
kehidupan, antara manusia yang satu dengan yang lain tidak dapat lepas. Pada fase ini,
kepemilikan pribadi berarti juga milik keluarganya, mereka menjaga dan melindungi secara
bersama-sama kepemilikan tersebut dari ancaman pihak lain.

Pada fase awal, kepemilikan yang bersifat kolektif lebih dominan daripada
kepemilikan pribadi (individu), kemudian hak milik individu sedikit demi sedikit nampak
pudar seiring dengan mulai pudarnya sistem kepemilikan kolektif.

Filsafat Yunani menegaskan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan
akan merasa memiliki. Kepemilikan harus ada, baik bagi individu maupun bagi masyarakat
(kolektif). Aristoteles, berpendapat bahwa pribadi yang memiliki adalah faktor utama untuk
terwujudnya masyarakat ideal. Lebih jauh Aristoteles menentang pendapat gurunya Plato,
yang mengakui kepemilikan kolektif bahkan melibatkan anak-anak dan perempuan.

Menurut Aristoteles, pendapat gurunya Plato dapat menimbulkan kesengsaraan


masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat tergantung pada individu-individu yang bahagia.
Seseorang dalam masyarakat tidak akan bahagia tanpa rasa memiliki, sebab dengan hak
milik, manusia bergairah dan untuk berkarya.

2.2 Definini Kepemilikan


Kepemilikan menurut KBBI berarti kepunyaan; hak, sehingga kepemilikan kemudian
diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan milik baik berupa proses, perbuatan, dan
cara memiliki (Tatty, 2005).

Dalam Islam kepemilikan dikenal dengan nama al‐milkiyah. Al‐ milkiyah secara
etimologi berarti kepemilikan. Al‐milkiyah memiliki arti yaitu sesuatu yang dimiliki dan
dapat dimanfaatkan oleh seseorang, dan pengertian lain al‐milk adalah pemilikian atas
sesuatu (al‐mal atau harta benda) dan kewenangan seseorang bertindak bebas terhadapnya.
Ada beberapa pengertian tentang kepemilikan diantaranya yang dikemukakan oleh ulama
fiqh antara lain seperti definisi Muhammad Musthafa al‐ Syalabi adalah keistimewaan atas
suatu benda yang menghalangi pihak lain bertindak atasnya dan memungkinkan pemiliknya
melakukan perbuatan secara langsung atasnya selama tidak ada halangan syara’.

Sedangkan definisi yang diungkapkan oleh ulama Wahbah al‐Zuhaily dan Ahmad al‐
Zarqa tentang kepemilikan yaitu sama‐sama menekankan hak dalam mempergunakan
kewenangan kepada pemiliknya kecuali terdapat halangan hukum tertentu (Ambok, 2011).

Kepemilikan merupakan penguasaan seseorang terhadap sesuatu berupa barang atau


harta, baik secara riil maupun secara hukum yang memungkinkan pemilik melakukan
tindakan hukum, seperti jual beli, hibah, wakaf, dan sebagainya. Sehingga dengan kekuasaan
ini orang lain baik secara individu maupun lembaga terhalang untuk memanfaatkan atau
mempergunakan barang tersebut. Pada prinsipnya atas dasar kepemilikan itu, seseorang
mempunyai keistimewaan berupa kebebasan dalam berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
kecuali ada halangan tertentu yang diakui syara’ (Ali,2012).

2.3 Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam Islam

Dari ketentuan syara’ perihal sebab atau cara memperoleh kepemilikan,yakni: (1) Ihrazul
Mubahat, (2) Al-Uqud,(3) Al-Khalafiyah, (4) Al-Tawalluduminal mamluk.

1. Ihrazul Mubahat (Menimbulkan Kebolehan)

Ihrazul mubahat adalah memiliki sesuatu (benda) yangmenurut syara’ boleh dimiliki atau
disebut juga dengan Istila’ al-Mubahat . Istila’ al-Mubahat adalah cara pemilikan melalui
penguasaan terhadap harta yang belum dikuasaiatau dimiliki pihak lain. Al-Mubahat adalah
harta benda yang tidak termasuk dalam milik yang dilindungi (dikuasai oleh orang lain) dan
tidak ada larangan hukum (mani’ al-syar’iy) untuk memilikinya. Misalnya, air yang masih
berada dalam sumbernya,ikan yang berada di lautan, hewan dan pohon kayu di hutan,dan
lainnya.

Tujuan penguasaan atas al-mubahat (harta babas) dengan tujuan untuk dimiliki. Adapun
cara penguasaan harta bebas tersebut yaitu:

a. Ihya’al-mawat , yaitu membuka tanah (ladang) baru yang tidak dimanfaatkan orang
lain, tidak dimiliki dan berada diluar tempat tinggal penduduk

b.Berburu hewan. Allah menghalalkan buruan kecuali jika pemburu sedang berihram.

Firman allah.

‫ص ْي ِد َوَأ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم ۗ ِإ َّن هَّللا َ يَحْ ُك ُم َما‬ ْ َّ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأوْ فُوا بِ ْال ُعقُو ِد ۚ ُأ ِحل‬
َّ ‫ اَأْل ْن َع ِام ِإاَّل َما يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّي ال‬jُ‫ت لَ ُك ْم بَ ِهي َمة‬
‫ي ُِري ُد‬

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimubinatang


ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu)dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah: 1).

2. Al-Uqud (Perjanjian)

Akad berasal dari bahasa arab yang artinya perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa
diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Akad
adalah pertalian antara ijab dan qabul sesuai dengan ketentuan syara’ yang menimbulkan
pengaruh terhadap objek akad. Akad merupakan sebab kepemilikan yang paling kuat dan
paling luas berlaku dalam kehidupan menusia yang membutuhkan distribusi harta kekayaan.

3. Al-khalafiyah (Pewarisan)

Al-khalafiyah artinya pewarisan. Al-khalafiyah ada dua macam yaitu :

a. Khalafiyah Syakhsyun ‘an Syakhsyin (Warisan)


Penggantian atas seseorang oleh orang lain. Misalnya dalam hal
hukumwarisseorang ahli waris menggambarkan posisi pemilikan orang yang
wafatterhadap harta yang ditinggalkan.
b. KhalafiyahSyaa’in ‘an syaa’iinm (Menjamin kerugian)
Penggantian banda atas benda yang lainnya, seperti terjadi pada tadlmin
(pertanggungan) ketika seseorang merusak atau menghilangkan harta benda
oranglain, atau pada ta’widl (pengganti kerugian) ketika seseorang mengenakan
ataumenyebabkan kerusakan harta benda orang lain.

4. Al-Tawallud Minal Mamluk (Berkembang Biak)

Al-Tawalludminalamluk adalah sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yanglainya. Setiap


peranakan atau sesuatu yang tumbuh dari harta milik adalah milik pemiliknya. Prinsip ini
hanya berlaku pada harta benda yang dapat menghasilkan sesuatu yang lain/baru (produktif),
seperti bertelur, berkembang biak,menghasilkan air susu, dan lain-lain. Dari ketentuan
tersebut diatas terkandung nilai-niali filosofis:

a. Nilai rahmat (kemurahan).

Diperolehkannya seseorang memiliki sesuatuyang mubah, seperti air, rumput, pepohonan di


hutan, binatang buruan,dan lain-lain, dengan syarat sesuatu itu tidak berada dalam
pemilikan/kekuasaan orang lain serta maksud untuk memiliki sesuatutersebut, menunjukkan
begitu besar kemurahan Allah pada manusai yangdengan pemilikan secara mudah tanpa ganti
rugi itu menjadikan iamemiliki keudahan di dalam memenuhi kepentingan hidup
sertamenunjukkan perannya sebagai khalifah sekaligus hamba Allah. Lebihdari itu,
kebolehannay menempuh cara pemilikan seperti ini merupakan pengejawantahan dari watak
Islam “rahmatan lil ‘alamin”.

b. Nilai penghargaan, kepastian dan kerelaan.

Aqad/transaksi dikategorikansebagai suatu cara memperoleh hak milik menurut Islam. Dalam
akadterdapat sua atau lebih pihak yang melakukan perjanjian, masing-masing pihak dihargai
memiliki posisi yang sama, masing-masing memilikisesuatu yang bernilai sejak awal yang
sama-sama dihargai dalam aqad, halini mencerminkan bahwa dalam ketentuan Islam
terkandung nilai penghargaan terhadap setiap kepemilikan. Selanjutnya di dalam akad
yangterdapat persyaratan ijab dan qabul dan syarat-syarat lain menunjukkanadanya nilai
kepastian hukum dalam kepemilikan serta nilai kerelaan.

c. Nilai tanggungjawab dan jaminan kesejahteraan keluarga.

Salah satu carayang diatur Islam untuk memperoleh pemilikan adalah melalui khalafiyah
syakhsy ‘an syakhsy atau kewarisan. Waris menempati kedudukan muwaris (orang yang
mewariskan) dalam memiliki harta yang ditinggalkan oleh muwaris. Pewarisan harta
utamanya merupakan kosekuensi dari hubugan nasab dan pernikahan. Hak mewarisi bagi
warissangat kuat posisinya, muwaris harus memperhatikan nasib warisnya.Sehingga untuk
berwakaf, sadakah, hibah, dan lain-lain, ada batas maksimalnya (1/3), hal ini mencerminkan
nilai jaminan/kometmen Islam pada kesejahteraan keluarga lewat pengaturan kepemilikan.

2.4 Macam-macam Kepemilikan Dalam Islam


Kepemilikan dalam Islam diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu (Sulistiawati &
Ahmad, 2017) ;

a. Kepemilikan individu

Kepemilikan individu adalah hukum syara’ yang ditentukan pada zat ataupun
kegunaan (utility) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk
memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi baik karena barangnya diambil
kegunaannya oleh orang lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan
zatnya seperti dibeli dari barang tersebut.

b. Kepemilikan umum

kepemilikan umum adalah izin al-syari’ kepada suatu komunitas untuk bersama-sama
memanfaatkan benda atau barang. Sedangkan benda-bendayang tergolong kategori
kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh al-Syari’ sebagai benda-
benda yang dimiliki suatu komunitas secara bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh
hanya seorang saja. Karena milik umum, maka setiap individu dapat memanfaatkannya,
namun dilarang memilikinya, seperti fasilitas dan sarana umum, sumber daya alam yang
tabiat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu secara perorangan, dan
barang tambang yang depositnya tidak terbatas.

c. Kepemilikan Negara

Kepemilikan Negara adalah harta yang ditetapkan Allah menjadi hak seluruh rakyat,
dan pengelolaannya menjadi wewenang khalifah atau negara, dimana negara berhak
memberikan atau mengkhususkannya kepada sebagian rakyat sesuai dengan kebijakannya.
Kepemilikan negara pada dasarnya juga merupakan hak milik umum, tetapi hak
pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Meskipun demikian,
cakupan kepemilikan umum dapat dikuasai oleh pemerintah, karena ia merupakan hak
seluruh rakyat dalam suatu negara, yang wewenang pengelolaannya ada pada tangan
pemerintah.
d. Al milk At Tamm (milik sempurna)

Yaitu apabila materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh seseorang,
sehingga seluruh hak yang terkait dengan harta itu dibawah penguasaannya. Milik seperti ini
bersifat mutlak, tidak dibatasi waktu dan tidak boleh digugurkanorang lain. Ciri-cirinya
diantaranya, (a). sejak awal kepemilikan terhadap materi dan manfaat bersifat sempurna. (b)
Materi dan manfaatnya sudah ada sejak sejak pemilikan itu. (c) Pemilikannya tidak dibatasi
waktu. (d) kepemilikannya tidak dapat digugurkan.

e. Al Milk An Naqish (kepemilikan tidak sempurna)

Yaitu apabila seseorang hanya menguasai materi harta itu, tetapi manfaatnya dikuasai
orang lain. Adapun cirri-ciri nya adalah, (a) Boleh dibatasi waktu,tempat, dan sifatnya. (b)
Tidak boleh diwariskan. (c) orang yang menggunakan manfaatnya wajib mengeluarkan biaya
pemeliharaan.

Sistem ekonomi Islam, mengakui kepemilikan individu dan umum secara bersamaan,
masing-masing kepemilikan tersebut memiliki eksistensi masing-masing, tidak ada yang
diunggulkan antara yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian, baik kepemilikan
individu maupun umum, mesti digunakan untuk kemaslahatan umum, karena hak milik pada
prinsipnya datang dari Allah, sehingga mesti digunakan secara bertanggung jawab.

Setiap individu berhak untuk mengembangkan kepemilikan pribadinya dengan cara-


cara yang dibenarkan menurut syariah Islam. Islam melarang umatnya bermalas-malasan
sehingga menjadi miskin disebabkan sifat tersebut, tetapi Islam juga tidak membenarkan cara
mendapatkan kekayaan hanya dengan bermodalkan uang tanpa melakukan usaha tertentu.

2.5 Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Sistem Ekonomi: ISLAM, KAPITALISME,
DAN SOSIALISME

Dalam system ekonomi kapitalisme kepemilikan individu merupakan darah


perekonomiannya. Oleh karena itu, bagi mereka yang mampu menguasai Faktor produksi
maka dialah yang menguasai perekonomian. Ekonomi kapitalis berdiri berlandaskan pada
hak milik individu. Ia akan memberikan kebebasan sebesar-besarnya pada individu untuk
menguasai barang-barang yang produktif maupun yang konsumtif, tanpa ada ikatan atas
kemerdekaannya untuk memiliki, membelanjakan, mengembangkan, maupun
mengeksploitasi kekayaan. Falsafah yang digunakan adalah falsafah individualism, yang
memandang bahwa individu merupakan proses dari segalanya. Dalam sisitem ini setiap orang
di beri kebebasan untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya (kuantitas), dan
kebebasan cara memperolehnya.

Sedangkan dalam sisitem ekonomi sosialis selalu mengedepankan pada hak milik
umum atau hak milik orang banyak yang diperankan oleh Negara atas alat-alat produksi.
Tidak mengakui hak kepemilikan individu, jika hal itu mash menyangkut masalah
kepemilikan umum. Negara adalah satu-satunya pemilik alat produksi. Falsafah yang menjadi
landasannya adalah falsafah kolektivisme. Falsafah ini beranggapan bahwa dasar pokok
adalah banyak orang. Individu diberikan batasan dalam memperoleh jumlah kekayaan,
sedang dalam hal cara memperolehnya ia diberikan kebebasan.

System kepemilikan dalam Islam memiliki kekhususan yang berbeda, dan ia sanagt
relevan dengan kehidupan masyarakat. Jika seseorang diberikan kebebasan dalam jumlah dan
cara memperoleh harta, maka akan terjadai kesenjangan social. Karena, yang memiliki modal
akan berkuasa dan menindas yang miskin. Sedang jika seseorang di berikan batasan dalam
memperoleh harta dan kebebasan cara memperoleh, maka akan berakibat pada lemahnya etos
kerja. Islam hadir dengan system yang berbeda, Islam mengakui hak milik individu dan hak
milik kolektif. Ia memberikan lapangan tersendiri terhadap keduannya. System ini didirikan
atas lendaan kebebasan ekonomi yang terikat, artinya setiap individu diberikan kebebasan
untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, namun dengan cara-cara yang telah ditentukan
dalam syariat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem ekonomi Islam, mengakui kepemilikan individu dan umum secara bersamaan,
masing-masing kepemilikan tersebut memiliki eksistensi masing-masing, tidak ada yang
diunggulkan antara yang satu dengan yang lain. Walaupun demikian, baik kepemilikan
individu maupun umum, mesti digunakan untuk kemaslahatan umum, karena hak milik pada
prinsipnya datang dari Allah, sehingga mesti digunakan secara bertanggung jawab.

Setiap individu berhak untuk mengembangkan kepemilikan pribadinya dengan cara-


cara yang dibenarkan menurut syariah Islam. Islam melarang umatnya bermalas-malasan
sehingga menjadi miskin disebabkan sifat tersebut, tetapi Islam juga tidak membenarkan cara
mendapatkan kekayaan hanya dengan bermodalkan uang tanpa melakukan usaha tertentu,
semata-mata karena alasan opportunity cost, seperti nasabah yang menyimpan uang di bank
menerima bunga atas uangnya setiap bulan.

Sistem ekonomi Islam tidak menganut prinsip time value of money, sehingga istilah
time of money tidak cocok jika dihubungkan dengan sitem ekonomi Islam, sebab
kepemilikan utama dalam Islam adalah kasab.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7415725/Teori_Kepemilikan_Dalam_Islam

file:///C:/Users/acer/Downloads/KEPEMILIKAN%20DALAM%20ISLAM%20(Fadilah
%20Ulfah).pdf

https://docs.google.com/document/d/1EciyqQCFLhyQli86Wal223GCraZVTJQSaU-
3mATLFes/edit

https://docs.google.com/file/d/0B5DxaF_9ujxbemlDMmVHV0kydjg/edit?resourcekey=0-
pRklqjFBm6q_lx-vTfDmww

https://news.detik.com/berita/d-5110490/surat-al-maidah-ayat-1-32-dan-48-arab-latin-dan-
terjemahanny

https://kicaunews.com/2019/12/06/kepemilikan-dalam-islam/

https://www.gustani.id/2011/07/konsep-kepemilikan-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai