Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HARTA KEKAYAAN MENURUT FILSAFAT EKONOMI ISLAM


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
“Filsafat Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu :
Hendra Tohari, M.Ag.

Disusun Oleh :
Jinan Ummu Salmah
NIM : 202207005

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM GARUT
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan kasih sayang
kepada seluruh hamba-Nya, sehingga berkat rahmat, karunia dan inaya – Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ini.solawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada nabi muhammad SAW,

Alhamdulillah dengan kesempatan dan kesehatan yang masih diberikan, penulis dapat
menyelesaikan Makalah mengenai “ Harta Kekayaan menurut Filsafat Ekonomi
Islam ”. walaupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi penulis, umum nya bagi seluruh pembaca.

Garut, 1 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Konsep Harta dalam Islam...........................................................................................6
B. Konsep kepemilikan dalam islam.................................................................................8
C. Unsur-unsur hak milik dalam ekonomi islam.............................................................10
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan oleh Allah swt
kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasul.
Agama Islam sendiri dalam kitab rujukannya yakni Al-Qur’an dan Hadis tidak
lepas dari perintah untuk bekerja dan memperoleh harta kekayaan, baik dalam
kepentingan melanjutkan hidup serta sebagai sarana dalam menjalankan
perintah dan menjauhi larangan Allah swt. Hingga saat ini, bisnis merupakan
hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan merupakan salah satu
sarana yang popular dalam mencari rezeki atau harta kekayaan.
Meskipun pada kenyataannya banyak yang menalamikegagalan dalam
perintisannya, namun tidak sedikit yang telah merasakan hasil dari kerja
kerasnnya. Tidak heran jika Islam memberikan tuntunan bahkan
perhatiannyadalam hal kegiatan usaha sebagaimana juga telah dicontohkan
oleh Rasulullah saw.
Berkaitan dengan kebijaksanaan ekonomi yang lebih sesuai dengan ajaran
kemanusiaan Islam adalah kebijaksanaan yang lebih mendorong setiap
individu untuk mencari rezeki. Dengan kebebasan mencari rezeki tersebut
maka kaum Muslim dapat memuliakan hidup dengan mengolah sumber daya
alam dan manusia yang cukup melimpah, yang telah dikarunikan oleh Allah
swt. Inilah yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam
tidak pernah memisahkan ekonomi dan etika, sebagaimana tidak pernah
memisahkan ilmu dengan akhlak, polotik dengan etika, serta perang dengan
etika. Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara, dan materi dengan
spiritual sebagaimana yang dilakukakn Eropa dengan konsep
sekularismennya.
Semua benda yang dikaruniakan Allah di alam ini, merupakan bahan dasar
yang masih memerlukan pengolahan, dan tanpa kerja keras maka apa yang
diinginkan tidak bias di dapatkan. Oleh sebab itu, harta mesti dicari usaha dan
ikhtiar harus dilakukan. Dalam Islam sendiri, waktu yang tersedia diisi dengan
kegiatan beribadah dan mencari rezeki sebagai karunia dari Allah swt yang
maha pengasih dan penyayang.
Hal ini tidak terlepas dari alasan bahwa aktifitas ekonomi sangat terkait
dengan hajat hidup orang banyak. Karena itu Islam menekankan agar aktifitas
ekonomi dimaksudkan tidak semata-mata berorientasi sebagai pemuas
keinginan semata tetapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan dengan pencarian
kehidupan berkeseimbangan yang disertai dengan tuntunan syariat dan
perilaku positif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep harta dalam islam?
2. Bagaimana pola kepemilikan dalam pandangan islam?
3. Apa saja unsur-unsur sistem hak milik dalam ekonomi islam?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep harta dalam islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana pola kepemilikan dalam islam.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur sistem hal milik dalam ekonomi islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Harta dalam Islam


1. Definisi harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang berasal dari kata: maala-
yamulu-mailan yang berarti condong, cenderung dan miring. Harta sendiri
berarti kekayaan, property, aset, barang dan arti yang sejenisnya.
Berdasarkan kamus Lisanul Arab karya Ibnu Manzur, bahwa mal (harta)
berasal dari kata kerja mawwala yang dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang dimiliki.
Maka pengertian harta secara etimologis bisa dikatakan segala sesuatu yang
tidak dapat dimiliki manusia tidak dapat disebut sebagai harta seperti: ikan
yang berada di air sungai, ataupun burung yang ada di angkasa.
Adapun pengertian harta secara terminilogis, yaitu sesuatu yang diinginkan
manusia berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memberikannya atau
menyimpannya. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah al-mal, yaitu: “Segala
yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala
sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan.”
Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur:
a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara; sesuatu yang tidak disimpan atau
dipelihara secara nyata tidak dapat dikatakan harta.
b. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan; segala sesuatu yang tidak
bermanfaat, seperti daging bangkai atau makanan yang basi tidak dapat
disebut harta, atau bermanfaat tetapi menurut kebiasaan tidak
diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, segenggam tanah dan
sebagainya. Hal itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit hingga zatnya
tidak bias dimanfaatkan kecuali jika disatukan dengan hal lain.
Dalam istilah fiqih muamalah, ada beberapa penguraian mengenai harta ini,
antara lain definisi yang berkembang di kalangan ulama fuqaha’ hanafiyah,
bahwa harta adalah: “Segala sesuatu yang naluri manusia cenderung
kepadanya dan dapat disimpan sampai batas waktu yang diperlukan”.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa harta adalah sesuatu
selain manusia di mana manusia memiliki hajat terhadapnya untuk di
tasarufkan dan disimpan.
2. Kedudukan dan Fungsi Harta

Harta termaksud salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani


kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama Ushul Fiqhi persoalan harta
dimasukkan di dalam salah satu al-dhoruriyat al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri dari: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Selain
sebagai kebutuhan, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sarana
memenuhu kesenangan, dan sarana untuk menghimpun bekal bagi kehidupan
akhirat. Adapun fungsi harta bagi kehidupan manusia sangatlah banyak
adanya. Harta dapat menunjang kegiatan manusia baik dalam kebaikan atau
keburukan. Oleh karena itu manusia selalu berusaha untuk memiliki dan
menguasainnya. Biasannya cara memperoleh harta, akan berpengaruh
terhadap fungsi harta. Namun dalam pembahasan ini, fungsi harta yang akan
dikemukakan terkait dengan aturan syara’, antara lain untuk:
a. Kesempurnaan ibadah. Sebab dalam beribadah dibutuhkan alat-alat,
seperti shalat memerlukan kain untuk menutup aurat, serta bekal untuk
ibadah haji, zakat sedekah dan sebagainya.
b. Memelihara dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kepada Allah,
sebagaimana kefakiran dekat dengan kekufuran.
c. Meneruskan estafet kehidupan agar tiadak meninggalkan generasi yang
lemah. Sebagaimana firman Allah QS An-Nisa 5:9, yang artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka
hawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.”
d. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.
e. Bekal untuk mencari dan mengembangkan ilmu, karena menuntut ilmu
tanpa biaya akan terasa sulit.
f. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya
yang memberikan pekerjaan kepada orang miskin.
Mengenai fungsi harta sangat luas cakupannnya, akan tetapi tidak boleh
dalam penggunaannya bertentangan dengan syariat Islam, karena harta
akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
B. Konsep kepemilikan dalam islam
1. Pengertian kepemilikan
Kepemilikan dalam bahasa Arab disebut al-milk atau al-milkiyah. Kata al-
milkiyah ini berasal dari kata al-milk bentukan dari kata malaka – yamliku –
malkan wa mulkan wa milkan. Malaka artinya menguasai atau memiliki.
Secara bahasa al-milk berarti: “Pemilikan atas suatu harta benda dan
kewenangan bertindak secara bebas terhadapnya”.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa milik merupakan penguasaan
seseorang terhadap suatu harta atau benda sehingga seseorang mempunyai
kekuasaan khusus terhadap harta tersebut.
Muhammad Abu Zahro mendefinisikannya sebagai berikut: “Hak milik ialah
suatu kekhususan terhadap sesuatu harta yang menghalangi orang lain dari
harta tersebut dan memungkinkan pemiliknya bebas melakukan tasharruf
kecuali ada halangan syar’i”.
2. Kepemilikan
Sebagai contoh perspektif terhadap harta, dalam perspektif Filsafat
Ekonomi Syariah harta itu sejatinya adalah milik Allah Ta’ala. Manusia
diberikan hak untuk memilikinya, bahkan manusia juga diberikan karunia
mencintai harta.
Manusia diberikan wewenang untuk memiliki harta, sebagaimana
tertulid dalam firman-Nya:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.”
QS. Al-Hadid: 7.
Merujuk pada hakikat dari kepemilikan harta dalam perspektif Filsafat
Ekonomi Islam maka dapat disimpulkan bahwa sejatinya harta itu adalah
milik Allah Ta’ala, manusia diberikan hak untuk mengelolanya. Sehingga
dalam pengelolaannya harus sejalan dengan nilai-nilai syariah, misalnya
agar harta tidak beredar pada golongan orang kaya saja di antara mereka:
“supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu.” QS. Al-Hasyr: 7.
Filsafat ekonomi syariah mengkaji kenapa harus seperti ini?
jawabannya adalah bahwa karena harta itu hakikatnya milik Allah Ta’ala,
manusia hanya diberikan amanah untuk mengelolanya. Sehingga semua
yang terkait dengan harta haruslah didasarkan pada aturan Allah Ta’ala,
selain tentu saja banyak bagian lainnya yang bisa digunakan oleh manusia
untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Merujuk pada hal ini maka, terjadi kesinambungan antara wahyu Ilahi
dengan logika insani. Bahwa harta bis adigunakan oleh umat manusia
untuk segala bentuk kebutuhannya, namun beberapa bagian telah diatur
oleh wahyu.
C. Unsur-unsur hak milik dalam ekonomi islam
Dalam Islam terdapat tiga unsur-unsur kepemilikan, yaitu kepemilikan
individu (private property), kepemilikan umum (public property), dan
kepemilikan negara (state property).
1. Kepemilikan Individu/Private Property Kecenderungan pada kesenangan
adalah fitrah manusia, Allah menghiasi pada diri manusia kecintaan
terhadap wanita, anak-anak, dan harta benda. Islam tidak menghalangi
manusia untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya. Manuisa
diberikan kebebasan sebesar-besarnya dalam memperoleh kekayaan.
Hanya saja, Syariat membatasi dalam hal cara memperolehnya. Syariat
telah menentukan aturan-aturan dalam memperoleh kekayaan.
Islam memperbolehkan kepemilikan individu dan memberikan batasan
mekanisme dalam memperolehnya, bukan membatasi kuantitas. Cara ini
sangat sesuai dengan fitrah manusia, ia akan mampu mengatur hubungan
antar manusia dengan terpenuhinya kebutuhan.
2. Kepemilikan Umum/Public Property
Kepemilikan umum adalah izin Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat
untuk sama-sama memanfaatkan suatu barang atau harta. Benda-benda
yang termasuk ke dalam kepemilikan umum sebagai berikut:
a. Merupakan fasilitas umum, kalau tidak ada di dalam suatu negeri atau
suatu komunitas maka akan menyebabkan sengketa dalam
mencarinya.
b. Barang tambang yang tidak terbatas jumlahnya.
c. Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untul
dimiliki hanya oleh individu secara perorangan.
Rasulullah telah menjelaskan akan ketentuan bendabenda yang
termasuk ke dalam kepemilikan umum. Ibnu Abbas menuturkan
bahwa Rasulullah bersabda: “Kaum Muslimin bersekutu dalam tiga
hal: air, padang, dan api”. (HR. Abu Dawud). Anas meriwayatkan
hadis dari Ibnu Abbas tersebut dengan menambahkan: wa tsamanuhu
haram (dan harganya haram). Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
bersabda: “Ada tiga hal yang tidak akan pernah dilarang (untuk
dimiliki siapa pun): air, padang, dan api”. (HR. Ibnu Majah).
3. Kepemilikan Negara/State Property
Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum
Muslim, sementara pengelolaannya menjadi wewenang negara. Yang
termasuk harta Negara adalah fai, Kharaj, Jizyah dan sebagainya.
Perbedaan harta kepemilikan umum dan negara adalah harta
kepemilikan umum pada dasarnya tidak dapat diberikan negara kepada
individu. Sedangkan harta kepemilikan negara dapat diberikan kepada
individu sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan:
 Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang berasal dari kata: maala-
yamulu-mailan yang berarti condong, cenderung dan miring. Harta sendiri
berarti kekayaan, property, aset, barang dan arti yang sejenisnya.
Berdasarkan kamus Lisanul Arab karya Ibnu Manzur, bahwa mal (harta)
berasal dari kata kerja mawwala yang dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang dimiliki.
 Mengenai kepemilikan harta, dalam perspektif Filsafat Ekonomi Syariah
harta itu sejatinya adalah milik Allah Ta’ala. Manusia diberikan hak untuk
memilikinya, bahkan manusia juga diberikan karunia mencintai harta.
 Berbicara mengenai kepemilikan, dalam Islam terdapat tiga unsur-unsur
kepemilikan, yaitu kepemilikan individu (private property), kepemilikan
umum (public property), dan kepemilikan negara (state property).
B. Saran
Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis berharap saran dan kritik dari pembaca mengenai materi dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muhammad, Filsafat Ekonomi Islam

284-Article Text-354-1-10-20180728 (1).pdf

Dr. Arsyad Kamaruddin, Dr. Misno Abdurrahman, Filsafat Ekonomi Syariah,


Alauddin University press, samata kab.Gowa.

Anda mungkin juga menyukai