Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AYAT EKONOMI

“Konsep Produksi dan Industri/bekerja”

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Rahma, Lc., SE., MA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
LUTHFI LISIKMIKO (0506202124)
MILA SASTIKA (0506202133)
MUTIA PUTRI NABILA LUBIS(0506202165)
NABILA TASYA NURHAFIFAH MANURUNG (0506202141)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang KONSEP
PRODUKSI DAN INDUSRTI/BEKERJA dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan dan kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-katayang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRODUKSI DAN INDUSRTI/BEKERJA .................................. 2


B. TUJUAN PRODUKSI DALAM EKONOMI ISLAM ........................................... 3
C. PANDANGAN HADIST TENTANG PRODUKSI............................................... 4
D. PRINSIP PRODUKSI ISLAM ............................................................................... 5

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi Islam merupakan istilah untuk sistem ekonomi yang dibangun atas dasar-dasar
dan tatanan Al-Qur‟an dan Al-Sunnah dengan tujuan maslahah(kemaslahatan) bagi umat
manusia, sehingga secara konsep dan prinsip ekonomi Islam adalah tetap, namun pada
prakteknya untuk hal-hal yang situasi dan kondisi tertentu bisa saja berlaku luwes bahkan
bisa mengalami perubahan. Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas
yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi
maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas produksi hendaknya
berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas. Sistem produksi berarti merupakan rangkaian
yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta faktor produksi. Prinsip produksi dalam
Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua proses
produksi mulai dari sumber bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik
berupa barang maupun jasa.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan produksi dalam ekonomi islam.
2. Bagaimana pandangan hadist dan Al-Quran terhadap produksi.
3. Apa saja konsep-konsep produksi dalam ekonomi islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian produksi dan industri/bekerja

Terminologi produksi tidak ditemukan pada nash-nash, baik Al-quran maupun


hadist.Akan tetapi, ada dua terminology yang bisa dipakai dalam menjelaskan makna
produksi, yaitu "al-kasab" atau "al-intaj" Kata "kasaba" merupakan isim masdar dari kata
"kasaba- yuksibu-kasban" yang berarti berusaha, bekerja, mencari nafkah, memperoleh, dan
lain sebagainya. Kasab juga diartikan bisnis yang dengan segala bentuknya telah terjadi dan
menyelimuti aktivitas manusia setiap harinya. Sedangkan Produksi Dalam bahasa yaitu al-
intaj dari akar kata nataja, yang berarti mewujudkan atau mengadakan sesuatu, atau
pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur- unsur
produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas.

Menurut Kahf mendifinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai usaha
manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas,
sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam,
yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Menurut Yusuf Qardhawi (1995), secara eksternal
perilaku produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu sehingga dapat
membangun kemandirian ummat.1

Sedangkan motif perilakunya adalah keutamaan mencari nafkah, menjaga semua sumber
daya (flora-fauna dan alam sekitar), dilakukan secara professional (amanah dan itqan) dan
berusaha pada sesuatu yang halal.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produksi secara
Islami lebih menekankan pada pengoptimalan efisiensi dan pengoptimalan keuntungan.
Sudah sangat jelas bahwa produksi secara Islami tidak hanya mencari keuntungan semata
(profit oriented)melainkan kepada (ibadah oriented) sehingga apa pun barang yang
diproduksi maka seorang produsen Islami akan menekankan etika dalam produksi.

Dalam Al-Qur’an surat al-Hadid ayat 7, Allah berfirman :

1
Idris, Hadis Ekonomi “Ekonomi dalam Presfektif Hadis Nabi”, (Jakarta : PrenadamediaGroup, 2015), h. 51

2
Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid ayat:7)

B. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam

Tujuan Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan manusia
dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, tujuan produksi dalam ekonomi islam untuk
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi lazim
diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu produk, barang dan
jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal
dan baik) .

Tujuan produksi dalam perspektif fiqh ekonomi khalifah Umar bin Khatab adalah sebagai
berikut:

1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin

Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin berarti ketika berproduksi bukan sekadar


berproduksi rutin atau asal produksi melainkan harus betul-betul memperhatikan realisasi
keuntungan, namun demikian tujuan tersebut berbeda dengan paham kapitalis yang berusaha
meraih keuntungan sebesar mungkin.

2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.

Seorang Muslim wajib melakukan aktivitas yang dapat merealisasikan kecukupannya dan
kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya.

3. Tidak mengandalkan orang lain

Umar r.a sebagaimana yang diajarkan dalam Islam tidak membenarkan/membolehkan


seseorang yang mampu bekerja untuk menengadahkan tangannya kepada orang lain dengan
meminta-minta dan menyerukan kaum muslimin untuk bersandar kepada diri mereka sendiri,
tidak mengharap apa yang ada ditangan orang lain.

4. Melindungi harta dan mengembangkannya

3
Harta memiliki peranan besar dalam Islam. Sebab dengan harta, dunia dan agama dapat
ditegakkan. Tanpa harta, seseorang bisa saja tidak istiqamah dalam agamanya serta tidak
tenang dalam kehidupannya. Dalam fiqh ekonomi Umar r.a. terdapat banyak riwayat yang
menjelaskan urgensi harta, dan bahwa harta sangat banyak dibutuhkan untuk penegakan
berbagai masalah dunia dan agama. Sebab, di dunia harta adalah sebagai kemuliaan dan
kehormatan, serta lebih melindungi agama seseorang. Didalamnya terdapat kebaikan bagi
seseorang, dan menyambungkan silaturahmi dengan orang lain. Karena itu, Umar r.a
menyerukan kepada manusia untuk memelihara harta dan mengembangkannya dengan
mengeksplorasinya dalam kegiatan-kegiatan produksi.

5. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk dimanfaatkan.

Rezeki yang diciptakan Allah Swt. bukan hanya harta yang berada ditangan seseorang
saja, namun mencakup segala sesuatu yang dititipkan oleh Allah Swt. di muka bumi ini
sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangannya. Allah
Swt. telah mempersiapkan bagi manusia di dunia ini banyak sumber ekonomi, namun pada
umumnya untuk dapat dimanfaatkan harus dilakukan eksplorasi dalam bentuk kegiatan
produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia.

6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi

Produksi merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian ekonomi.


Bangsa yang memproduksi kebutuhan-kebutuhanya adalah bangsa yang mandiri dan terbebas
dari belengu ketergantungan ekonomi bangsa lain. Sedangkan bangsa yang hanya
mengandalkan konsumsi akan selalu menjadi tawanan belenggu ekonomi bangsa lain.

7. Taqarrub kepada Allah SWT

Seorang produsen Muslim akan meraih pahala dari sisi Allah Swt. disebabkan aktivitas
produksinya, baik tujuan untuk memperoleh keuntungan, merealisasi kemapanan, melindungi
harta dan mengembangkannya atau tujuan lain selama ia menjadikan aktivitasnya tersebut
sebagai pertolongan dalam menaati Allah SWT. 2

C. Pandangan Hadis tentang Produksi

2
Mozer Kafh, Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, (Yoqyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995), h. 37.

4
Rasulullah mendorong umat Islam agar rajin bekerja untuk mencari karunia Allah agar dapat
memberi dan berbagi nikmat kepada ornag lain, tidak meminta, minta dan agar dapat
memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggung jawab mereka.12 Nabi
bersabda :Dari Abu Hurayrah r.a., katanya, aku mendengarkan Rasulullah SAW bersabda :
“Hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu
bersedekah dengannya dan menjaga diri ( tidak meminta-minta) dari manusia lebih baik dari
pada meminta kepada seseorang baik ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada
tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu(HR.
Muslim)

Adapun maksud dan tujuan dari hadist Rasulullah SAW yaitu;

(a) dorongan untuk rajin bekerja dengan berangkat pagi-pagi sekali,

(b) dorongan untuk rajin bekerja dan berproduksi,

(c) dorongan untukmelakukan distribusi,

(d) dorongan untuk hidup kesatria dengan tidak meminta-minta dan

(e) doronganuntuk bertanggung jawab dalam ekonomi keluarga.

Hadis tersebut lebih menegaskan untuk tidak melakukan meminta-minta walaupun orang
tersebut baik atau tidak, tetap saja tidak dianjurkan. Rasulullah menganjurkan untuk manusia
umatnya bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan orang yang menjadi
tanggung jawabnya.

Sebaliknya, Rasulullah sangat mencela seseorang Muslim yang malas, tidak mau bekerja, dan
suka meminta-minta pada orang lain sebagaimana sabadanya

Dari Abu Hurayrah, katanya :

Rasulullah SAW bersabda :“Barangsiapa meminta-minta harta kepada orang lain dalam
rangka untuk memperbanyak (hartanya), sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendalah
ia mepersedikit atau memperbanyaknya .”(HR Muslim).

D. Prinsip Produksi Islam

5
Ada lima prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh pelaku produksi diantaranya adalah:

a) Prinsip Tauhid (at-Tawhid).

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan ketuhanan prinsip Ketuhanan


menjadikan seorang Muslim tidak akan mengambil barang yang bukan miliknya dan tidak
akan memakan harta yang bukan haknya. Hal ini dikarenakan adanya perasaan selalu diawasi
oleh allah SWT. Setiap pelaku ekonomi hendak melakukan kegiatan produksi maka sudah
sepantasnyalah ia mengacu pada prinsip tauhid sehingga tindakannya tidak mendatangkan
mudharat.

Implementasi dari prinsip tauhid dalam kegiatan produksi terwujud dari produksi yang
dihasilkan berupa produk-produk halal dan baik. Begitu juga dengan kegiatan produksi yang
merupakan manifestasi dari ketundukan pada sang khalik, seperti yang terdapat dalam QS.
Ibrahim ayat 32:

Artinya : Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air (hujan) dari
langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai
rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu.(QS. Ibrahim ayat 32)

b) Prinsip Kemanusiaan (al-Insaniyyah) Prinsip kemanusiaan, pertama adalah kewajiban


manusia untuk menyembah Allah Swt dan memakmurkan bumi.Dalam kegiatan produksi,
prinsip kemanusiaan di implementasikan secara luas di mana semua manusia mempunyai hak
untuk mengaktualisasikan kemampuan produktifnya untuk meningkatkan kapasitas
kesejahteraannya. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai kebutuhan spesifik, menjadi
pengelola dan pengambil manfaat dan sumber daya alam. Maka sudah seharusnya dalam
kegiatan produksi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia bukan hanya
sebagian orang saja.

c) Prinsip Keadilan (al-„Adl)

Implementasi prinsip keadilan bisa meningkatkan kapasitas produksi dengan tujuan


memperbesar volume kesejahteraan manusia secara umum baik bagi konsumen maupun

6
produsen Sehingga penerapan prinsip keadilan ini antara produsen dan konsumen sama-sama
merasakan keuntungan atau manfaat dari hasil produksi

Dalam beraktivitas di dunia kerja Islam mengharuskan untuk berbuat adil tak terkecuali
kepada pihak yang tidak disukai. Seperti yang terdapat dalam QS Al. Maidah ayat 8:

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena
Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang
kamu kerjakan. (QS Al. Maidah ayat 8)

d) Prinsip Kebajikan (al-Maslahah)

Dalam prinsip kebajikan, ada prinsip bahwa dengan mengelola sumber daya ekonomi,
sesungguhnya manusia telah mengaktualisasikan kebaikannya sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya yaitu mengaktualisasikan potensi alamiahnya secara optimal untuk
mendudukkan fungsinya di dunia dan memuliakan perintah Allah Swt. Berdasarkan ini maka
mencari sumber penghidupan dunia melalui kegiatan produksi dan berbuat kebaikan kepada
manusia lain adalah perintah dan kewajiban manusia. Secara umum, prinsip ini adalah
landasan kegiatan produksi dalam Islam yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia secara
kolektif. Dalam pemberlakuan prinsip kebajikan dalam produksi ini, produsen tidak semata-
mata mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumberdaya alam kecuali disertai tindakan
pemeliharaan dan pelestarian.

e) Prinsip Kebebasan (al-Hurriyah) dan Tanggung Jawab (al-Fardh)

Implementasi konsep kebebasan menandakan bahwa prinsip kebebasan dan tanggung jawab
bermakna untuk menjadi manusia yang berkualitas maka setiap perbuatan bebas manusia
harus mengandung implikasi moral dan psikologi yaitu tanggung jawab kepada diri,
masyarakat dan Tuhannya.Setiap manusia dianugerahi kebebasan melakukan produksi.
Namun harus disertai tanggung jawab untuk menjalankan produksi secara baik dan
menditribusikan harta. Prinsip tanggung jawab adalah barisan yang membatasi kebebasan
manusia agar tidak semena-mena. Dengan prinsip ini manusia harus
7
mempertanggungjawabkan perbuatannya sebagi konsekuansi dari misinya sebagai misi
khalifah fi al-ardh3. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. (Al-Baqarah ayat 30).

3
Fordebi dan Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis
Islam., h. 259.

8
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Konsep ekonomi Islam merupakan istilah untuk sistem ekonomi yang dibangun atas

dasar-dasar dan tatanan Al-Qur‟an dan Al-Sunnah dengan tujuan maslahah

(kemaslahatan) bagi umat manusia dengan memiliki empat prinsip yaitu tauhid,

keseimbangan, kehendak bebas serta tanggung jawab.

Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan

akumulasi dari semua proses produksi. Prinsip produksi dalam ekonomi Islam

bertujuan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kegiatan

produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam dan sesuai dengan maqashid al-syari‟ah.

Tidak memproduksi barang/jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap agama,

jiwa, akal, keturunan dan harta, prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas

kebutuhan yaitu dharuriyyat, hajyiyat dan tahsiniyat, kegiatan produksi harus

memperhatikan aspek keadilan, sosial, zakat, sedekah, infak dan wakaf, mengelola

sumber daya alam secara optimal, tidak boros, tidak berlebihan serta tidak merusak

lingkungan, distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen

dan karyawan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mozer Kafh, Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam,
(Yoqyakarta: Pustaka Pelajar, 1995)

Idris, Hadis Ekonomi “Ekonomi dalam Presfektif Hadis Nabi” (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2015)

Fordebi dan Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan
Bisnis Islam

10

Anda mungkin juga menyukai