DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
1.Favian Meilano NIM 201490
2.Wulan Sari NIM 201492
Puji syukur kehadirat Allah swt. karena dengan limpah rahmat dan karunia nya lah
kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul " Akhlak Dalam Bidang Ekonomi " tepat
pada waktu yang telah ditentukan Sholawat beserta salam tidak lupa kita haturkan kepada
Baginda Nabi Muhammad yang insyaallah menjadi syafaat diyaumil akhir kelak.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah metode pengajaran pai
yang dibimbing oleh bapak Fahmi Fikri S.Ag M.Si makalah ini juga yang insyaallah
dapat membantu kita untuk mempelajari dan memahami tentang“Akhlak Dalam Bidang
Ekonomi”penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada rekan semua yang
telah ikut membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mengingat bahwa kurang
nya informasi, dan tempat untuk mencari materi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
9) A.Kesimpulan .......................................................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya dunia perekonomian, islam sudah sejak dulu membahas
dunia perekonomian. Ini terbukti dari bangsa Arab yang melakukan kegiatan perdagangan
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Perekonomian sangat berpengaruh pada
kehidupan manusia, semakin banyak materi yang di miliki maka manusia itu akan hidup
bahagia tapi di sisi lain moral islam mengarahkan pada kenyataan bahwa hak milik harus
berfungsi sebagai pembebas manusia dari sifat materialistis.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Permasalahan ekonomi umat manusia yang fundamentalis bersumber dari
kenyataan bahwa kita mempunyai kebutuhan dan kebutuhan ini pada umumnya tidak
dapat dipenuhi tanpa mengeluarkan sumber daya, energi manusia dan peralatan materiil
yang terbatas. Bila kita memiliki sarana yang tidak terbatas untuk memenuhi semua jenis
kebutuhan, maka masalah ekonomi tidak akan timbul.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana akhlak islam dalam bidang produksi?
4
C. Tujuan Penulisan
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Produksi juga merupakan bagian penguat sekaligus sumber yang mencukupi kebutuhan
masyarakat. Allah berfirman (Qs. Al Mulk : 15 ):
ُ ش ْوا فِ ْي َمنَا ِك ِب َها َو ُكلُ ْوا ِم ْن ِ ِّر ْزقِ ٖۗه َواِلَ ْي ِه ال ُّن
ش ْو ُر ُ ض ذَلُ ْو اْل فَا ْم ْ ه َُو الَّ ِذ
َ ي َج َع َل لَ ُك ُم ْاْلَ ْر
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-
Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
3. Tujuan Produksi
1) Merespons kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk yang memiliki ciri
keseimbangan.
8
2) Memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Mempersiapkan sebagian kebutuhan terhadap ahli warisnya dan generasi
penerusnya.
4) Pelayanan sosial dan berinfak di jalan Allah.
Tujuan produksi menurut perspektif fiqh ekonomi Khalifah Umar bin Khattab
adalah sebagai berikut (Al Haristi, 2008)
9
kamu melepaskan apa yang ada di tangan manusia! Sebab tidaklah seseorang
melepaskan dari sesuatu yang di tangan manusia melainkan tercukupkan darinya.
Dan hindarilah ketamakan, karena sesungguhnya ketamakan adalah kemiskinan”
4. Melindungi harta dan mengembangkannya
Harta memiliki peranan besar dalam Islam. Ada yang mengatakan “kemiskinan
dekat pada kekafiran.” Sebab tanpa harta, seseorang tidak akan istiqomah dalam
agamanya, dan tidak tenang dalam hidupnya, bahkan mereka cenderung
melakukan berbagai hal sebagai jalan pintas untuk memperkaya
diri.Dalam fikih ekonomi Umar r.a terdapat banyak riwayat yang menjelaskan
urgensi harta adalah sebagai kemuliaan dan kehormatan, serta lebih melindungi
agama seseorang.Umar r.a mengatakan: “Niagakanlah harta anak yatim! Janganlah
sampai dia termakan oleh zakat.” Dan beliau berpendapat sedikitpun harta akan
tetap ada jika dipelihara dan dikembangkan, sedangkan harta yang banyak akan
habis jika tidak dikembangkan.Beliau berkata, “Wahai manusia, perbaikilah
hartamu yang telah dikaruniakan oleh Allah Ta’ala kepadamu, sebab sedikit dalam
kehati-hatian lebih baik daripada banyak dalam kecerobohan.”
5. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk
dimanfaatkan
Sesungguhnya Allah telah mempersiapkan di bumi ini sumber ekonomi yang
melimpah bagi manusia, namun pada umumnya tidak dapat memenuhi semua
hajat insani bila dieksplorasi oleh manusia dalam kegiatan produksi untuk dapat
dimanfaatkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mulk :15.
6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi
Produksi merupakan sarana terpenting dalam kegiatan ekonomi. Bangsa yang
produktif adalah bangsa yang sangat baik dibandingkan bangsa yang
konsumtif.Dengan masyarakat yang produktif maka laju perekonomian di dalam
sebuah Negara tersebut akan maju. Sedangkan masyarakat yang konsumtif akan
terus menjadi tawanan belenggu perekonomian dan politik dari bangsa lain.
7. Taqarrub kepada Allah SWT
10
Seorang produsen muslim akan mendapat pahala dari Allah disebabkan karena
aktivitas produksinya, baik untuk memperoleh keuntungan, merealisasikan
kemapanan, mengelola harta serta mengembangkannya, serta tujuan lain selama ia
menjadikan aktivitasnya tersebut sebagai sarana pertolongan dari Allah dan
sebagai upaya untuk lebih mendekati serta menaatinya.Dalam suatu riwayat Umar
r.a berkata : “Wahai kaum muslimin, demi Allah, sungguh bila aku mati diantara
dua kaki untaku dikala aku mencari hartaku di muka bumi dari sebagian karunia
Allah, adalah lebih aku sukai daripada aku mati di atas tempat tidurku.”
11
6. Menghindari praktik muslim yang haram. Seorang produsen muslim islam
menghindari praktik produksi yang mengandung unsur haram dan riba, pasar
gelap, dan soekulasi sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 90:
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berkorban untuk
pahala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (termasuk
perbuatan setan). Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keuntungan”.
12
Dalam berkonsumsi tidak ada batasan untuk mencapainya.Sebagaimana ditegaskan
Mundell, setiap individu atau kelompok memiliki hasrat memaksimumkan keinginannya.
Keinginan yang dimaksud adalah kesenangan (happiness). Dasar dari pemenuhan
happiness tersebut adalah keinginan. Konsumsi itu sendiri bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan. Dengan konsumsi, seseorang dapat terhindar dari kesulitan dan problem
yang menghalanginya. Oleh karena itu dengan konsumsi kelangsungan kehidupan bisa
diteruskan.
1. Dasar-Dasar Konsumsi dalam Islam
Ada tiga prinsip dasar konsumsi yang digariskan oleh Islam, yakni konsumsi
barang halal, konsumsi barang suci dan bersih, dan tidak berlebihan.Dalam hal konsumsi,
al-Qur‟an memberi petunjuk yang sangat jelas dan mudah dipahami, al-Qur‟an
mendorong untuk menggunakan barang-barang yang baik (halal) dan bermanfaat serta
melarang untuk hidup boros dan melakukan kegiatan konsumsi untuk hal-hal yang tidak
penting, al-Qur‟an juga melarang untuk bermewah-mewahan dalam hal pakaian ataupun
makan,
Sesuai dengan firman Allah surat al-Baqarah : 168.“Hai sekalian
manusia,makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.”
Telah disediakan oleh Allah kepada mereka. Mereka juga diperintahkan agar tidak
mengikuti langkah-langkah syaitan yang berusaha menggoda manusia untuk mau
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.
13
disembelih diserukan nama selain nama Allah dengan maksud dipersembahkan sebagai
kurban untuk memuja berhala atau tuhan-tuhan lain, dan persembahan bagi orang-
orang yang dianggap suci atau siapa pun selain Allah.
2) Prinsip kebersihan, mengandung makna yang sempit dan luas.Makna yang sempit
berarti barang dikonsumsi harus bersih dan sehat (bebas daripenyakit) yang bisa
diindera secara konkrit. Makna yang luas berarti harus bersih dari larangan shara..
3) Prinsip kesederhanaan, mengandung maksud sesuai dengan kebutuhan dan tidak
berlebih-lebihan karena hal ini merupakan pangkal dari erusakan dan kehancuran baik
bagi individu maupun masyarakat.
4) .Prinsip kemurahan hati, mengandung maksud tindakan konsumsi seseorang harus
bersifat ikhlas dan bukan dipaksakan serta mempertimbangkan aspek sosial seperti
pemberian sedekah.
5) Aspek moralitas, mengandung arti bahwa perilaku konsumen muslim harus tetap
tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam Islam yang tercermin baik sebelum,
sewaktu dan sesudah konsumsi. Dengan demikian, ia akan merasa kehadiran Ilahi pada
waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya.
14
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur
dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mcngada-ngada fakta, tidak
bekhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur?
Karena berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas
berdosa, –jika biasa dilakukan dalam berdagang– juga akan mewarnal dan berpengaruh
negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh
lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat.
3. Tidak Menipu
Dalam suatu hadits dinyatakan, seburuk-buruk tempat adalah pasar. lantaran pasar
atau termpat di mana orang jual beli itu dianggap sebagal sebuah tempat yang di
dalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu, keserakahan, perselisihan
dan keburukan tingkah polah manusia lainnya.Oleh sehab itu, Rasulululah SAW selalu
memperingatkan kepada para pedagang untuk tidak mengobral janji atau berpromosi
secara berlebihan yang cenderung mengada-ngada, semata-mata agar barang
dagangannya laris terjual, lantaran jika seorang pedagang berani bersumpah palsu,
akibat yang akan menimpa dirinya hanyalah kerugian.
4. Menepati Janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat
menepati janjinya kepada Allah SWT.Janji yang harus ditepati oleh para pedagang
kepada para pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang
15
kwalitasnya, kwantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan
perjanjian semula, memberi layanan puma jual, garansi dan lain sebagainya.
Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya;
pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat.
5. Murah Hati
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah
tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh
tanggungjawab.
16
1. Keadilan
Keadilan dalam islam merupakan pondasi yang kokoh meliputi semua ajaran
dan hukum islam. Persoalan yang menjadi perhatian islam dalam keadilan adalah
pelarangan berbuat kezaliman. Ketidak seimbangan distribusi kekayaan adalah sumber
dari semua konflik individu dan sosial. Untuk itu, agar kesejahteraan sosial dapat
diwujudkan, penerapan prinsip moral keadilan ekonomi merupakan suatu keharusan.
Keadaan itu akan sulit dicapai bila tidak ada keyakinan dan prinsip moral tersebut.
2. Kebebasan
Nilai utama dalam bidang distribusi kekayaan adalah kebebasan. Nilai
kebebasan dalam islam memberi implikasi terhadap adanya pengakuan akan
kepemilikan individu. Setiap hasil usaha seorang muslim dapat menjadi miliknya
menjadi motivasi yang kuat bagi dirinya untuk melakukan aktivitas ekonomi.
17
Islam Dalam Berbisnis. Secara Umum Permasalahan-Permasalahan Tersebut
Dapatdikategorikan Sebagai Berikut:
1) Tauhid: Hal yang paling fundamental dalam ajaran Islam, dengan tauhid,
manusiamengimani bahwa: “tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah
SWT” dan“tidak ada pemilik langit bumi serta isinya kecuali Allah”, karena Allah
adalah penciptanya sekaligus pemiliknya. Manusia hanya diberi amanah untuk
memilikisementara waktu, sebagai ujian bagi mereka.Manusia diciptakan manusia
untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu segalaaktivitas manusia termasuk
aktivitas dalam bisnis harus diniatkan untuk beribadahkepada Allah SWT, karena
akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat.
2) Keadilan: Allah memerintahkan untuk berbuat adil Yang dimaksud dengan adil
adalah “tidak mendzalimi dan tidak dizalimi”.
3) Kenabian: Allah mengutus Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan manusia
pada umumnya dan pelaku bisnis muslim pada khususnya, karena beliau
mempunyaisifat-sifat yang pantas dicontohkan adalah:
a) Siddiq, artinya benar atau jujur. Sifat ini harus dimiliki oleh setiap muslim
dalamsemua aktivitas termasuk aktivitas bisnis. Implikasi bisnis dari sifat ini
18
adalah bahwa pelaku bisnis tidak boleh melakukan penipuan karena akan
merugikansalah satu pihak.
b) Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah ini harus dimiliki oleh
pelakubisnis agar tidak menimbulkan “negative thinking” antar anggotanya.
Sifat amanah ini memainkan peran yang amat penting dalam aktivitas bisnis,
karenatanpa adanya saling percaya antar anggotanya maka aktivitas bisnis ini
akanhancur
c) Fathanah, artinya cerdas. Manusia dikaruniai akal untuk berpikir oleh karena
itu,kita sebagai muslim harus memanfaatkan otak kita secara optimal dalam
segalaaktivitas kehidupan, termasuk dalam hal bisnis. Segala aktivitas
dilakukan denganilmu dan kecerdasan. Para pelaku bisnis harus pintar dan
cerdik agar usahanyalancar dan terhindar dari penipuan.
d) Tabligh, artinya menyampaikan. Setiap muslim mengemban tanggung jawab
da’wah yaitu menyeru, mengajak, dan member tahu. Sifat tabligh ini apabila
dimiliki oleh pelaku bisnis, maka akan menjadikan suksesnya sang pelaku
bisnis,karena sifat ini menelorkan prinsip-prinsip ilmu marketing, advertising,
maupunilmu-ilmu lain yang relevan dengan bisnis
19
4.)Ma’ad (hasil)Secara harfiah ma’ad berarti “kembali”. Akan tetapi, juga diartikan
sebagai imbalanatau ganjaran. Implikasi bisnis dari prinsip ini adalah bahwa pelaku
bisnis akanmendapat keuntungan atau profit, baik di dunia maupun diakhirat, jika
diawalidengan niat ibadah.Prinsip-prinsip tersebut hendaknya menjadi acuan dalam
akhlak berbisnis bagi pengusaha- pengusaha islam agar nantinya dapat memperoleh
keberkahan dunia dan akhirat.
20
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan
baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Dalam perspektif Islam, produksi adalah usaha
manusia untuk memperbaiki kondisi fisik material dan moralitas sebagai sarana
untuk mencapai tujuan hidup sesuai syariat islam, kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pandangan Islam tentang produksi bertentangan dengan produksi dalam
konvensional yang mengutamakan self interest. Dalam Islam kegiatan produksi
adalah ibadah. Sehingga tujuan dan prinsipnya harus dalam rangka beribadah.
B. Saran
Dalam menciptakan Akhlak Islami dalam berbisnis, seharusnya setiap lulusan
ekonomi perguruan tinggi di Indonesia, harus diberikan pelatihan akhlak bisnis yang
benar. Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam penindakan atas kasus
penyimpangan terhadap akhlak bisnis yang benar. Sebagai seorang pebisnis
sebaiknya kita tidak boleh sesekalipun melupakan Allah dan meninggalkan
kewajiban beribadah kepadaNya serta sebagai perilaku kegiatan ekonomi kita
haruslah jujur. Begitu pula dengan seseorang yang sudah memiliki harta yang
berlebih jangan pernah lupa dengan janji Allah, dan perintah-Nya untuk
membagikan hartanya kepada orang yang tidak mampu, karena dalam harta itu
terdapat harta orang lain.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ishak, K. (2015). Konsep Etika Produksi Dalam Sistem Ekonomi Islam Menurut Afzalur
Abdul Aziz. 2008. Ekonomi Islam Analisis Mikro Dan Makro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Masyarakat Perkotaan” Dalam Majalah Empirika, Vol. Xi. No. 01, ( 2007).
Mustaq Ahmad. 2003. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Muh. Said. 2008. Pengantar Ekonomi Islam Pekanbaru: Suska Press. Suherman Rosyidi.
2000
22