Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 4

“TEORI PRODUKSI ISLAM”

Mata Kuliah: Pengantar Ekonomi Islam


Dosen Pengampu: Dr. Itsla Yunisva Aviva, M.E.Sy

Disusun Oleh:

Dela Yukitanasari
2314140045
Eki Saputri
2314140051
Fahrina
2314140037

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,yang hanya kepadanya
kita menyembah dan kepada-Nya pula kita memohon pertolongan, atas limpahan
taufiq, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Teori Produksi Islam” dengan lancar. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga,
sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua


pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menjadi pendorong dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, penulis berharap kepada dosen pengampu agar dapat
memberikan masukan demi perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT
senantiasa memberkahi kehidupan kita. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Palangka Raya, 26 Mei 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II ISI ............................................................................................................ 3

A. Definisi Produksi....................................................................................... 3
B. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam .................................................... 5
C. Prinsip-Prinsip Produksi ........................................................................... 6
D. Faktor Produksi ......................................................................................... 9
E. Nilai-Nilai Islam dalam Kegiatan Produksi ............................................ 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam mengatur bagaimana manusia harus menjadi produsen yang


baik dengan mengacu pada teori produksi yang ada dalam ekonomi Islam.
Dalam ekonomi Islam produksi harus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia.Selain sebagai kebutuhan dasar manusia pada
umumnya, produksi juga menjadi suatui badah. Jadi, inilah alasan mengapa
Islam mendorong seorang muslim untuk memanfaatkan sumber daya alam
yang ada untuk memenuhi kebutuhan dengan caramengolah dan
memproduksinya. Islam juga mengatur bagaimana seharusnya
seorangmuslim menjadi produsen yang baik dengan mengacu pada teori
produksi yang adadalam ekonomi Islam. Tujuan produksi adalah untuk
menyediakan barang dan layananyang dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi konsumen yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia secara tingkat sedang, untuk mencari kebutuhan masyarakat dan
pemenuhannya, untuk mempersiapkan persediaan barang atau jasadimasa
yang akan datang, serta untuk memenuhi fasilitas kegiatan sosial dan
ibadahkepada Allah SWT. Dalam konsep ekonomi konvensional produksi
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Berbeda
dengan ekonomi konvensional,tujuan produksi dalam ekonomi islam adalah
memberikan hasil dan manfaat yang maksimal bagi konsumen. Dalam
ekonomi Islam juga seorang produsen tidak diberi batasan dalam hal
kreativitas melainkan produsen dilarang memproduksi barang haram.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan produksi?
2. Apa tujuan produksi dalam ekonomi islam?
3. Apa saja prinsip produksi?
4. Apa saja faktor produksi?
5. Apa saja nilai-nilai Islam dalam kegiatan produksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi produksi.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan produksi dalam ekonomi
islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip produksi.
4. Untuk mengetahui dan memahami faktor produksi.
5. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai islam dalam kegiatan
produksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Produksi
Kata produksi (production) dalam Bahasa Arab disebut al-intaj (‫)إنتاج‬.
Secara sederhana produksi dapat dimaknai dengan proses memproduksi,
membuat, menumbuhkan, atau menciptakan sesuatu barang sesuatu barang
sehingga memiliki nilai ekonomi.1
Secara umum, produksi didefinisikan sebagai kegiatan manusia
untuk menghasilkan barang dan jasa yang dimafaatkan oleh konsumen.
Selain itu, produksi juga didefinisikan sebagai proses penggabungan
berbagai input material dan input imateriel (rencana, pengetahuan) untuk
menghasilkan sesuatu untuk konsumsi (output). Produksi juga didefinisikan
sebagai kegiatan yang terorganisir dalam rangka mengubah sumber daya
menjadi produk jadi dalam bentuk barang dan jasa. Menurut Nejatullah
Siddiqi, produksi merupakan penyediaan barang dan jasa dengan
memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa produksi
adalah tindakan menciptakan dan menambah nilai guna barang atau jasa
yang memiliki nilai dan berkontribusi pada kegunaan individu. Dalam
menjalankan aktivitas produksinya, produsen cenderung untuk berproduksi
secara efisien dengan biaya seminimal mungkin. Motivasi efisiensi
mengarahkan produsen untuk berusaha menghasilkan output semaksimal
mungkin dengan menggunakan kombinasi sejumlah input tertentu, dengan
berusaha menghindari terjadinya pemborosan.2
Dalam pandangan Islam, produksi diartikan sebagai upaya mengolah
sumber daya alam agar menghasilkan bentuk terbaik yang mampu

1
Ahmad Dahlan, Pengantar Ekonomi Islam: Kajian Teologis, Epistemologis, dan Empiris.
(Jakarta: Prenadamedia, 2019), hlm 144
2
Azharsyah Ibrahim, dkk, Pengantar Ekonomi Islam. (Jakarta: Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syari’ah – Bank Indonesia, 2021) hlm 360-362

3
memenuhi kemaslahatan manusia. Pandangan melarang produsen untuk
memproduksi sesuatu yang merusak akidah, melucuti identitas umat,
memudarkan nilai-nilai agama dan akhlak, menyibukkan pada hal-hal yang
sia-sia dan menjauhkannya dari keseriusan, mendekatkan pada kebatilan,
menjauhkan dari kebenaran, mendekatkan dunia dan menjauhkan akhirat,
dan hanya bermotif pada keuntungan material semata. Dalam Islam,
produksi dipandang sebagai kewajiban karena bagian dari tugas manusia
sebagai khalifah Allah SWT untuk memakmurkan bumi dengan segala
sumber daya yang telah Allah SWT berikan, sebagaimana firman Allah
SWT dalam Alquran:
َ ُ ُ ْ َ ُ ‫َ ٰ َ ٌ َّ ُ ُ ا َ ا ُ ْ َ ُ َ ا ا ٰ َ َ ا ا َ ا َ َ َ ا‬
}33{‫ض ال َم ايتة ۖاح َيينها َواخ َرجنا ِمنها ح ًّبا ف ِمنه يأ كل اون‬ ‫واية لهم اْلر‬
ِۙ ‫َّ َ َّ ا َ ا َ َ ْ ُ ُ ا‬ َ
َ ‫ا َّ ا‬ َّ ‫َ َ َ ْ َ ا َ َ ّٰ ِّ ا‬
}34{‫اب وفجرنا ِفيها ِمن العيو ِن‬ ٍَ ‫ن‬ ‫ع‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬ٍ َ ِ ‫و ْج ُ ُعلنا ِفيهَا ج ِۙن ٍت م َ ا‬
‫ي‬ ‫خ‬ ‫ن‬ ‫ن‬
ُ ‫ا‬ َ َ َ ‫ُ ا ا‬ َ ‫ا‬
}35{‫ِل َيأ كل اوا ِمن ث َم ِره َو َما ع ِملته اي ِدي ِه ام ۗ افَل يشك ُر اون‬
Artinya: “Dan suatu tanda (kebesaran Allah SWT) bagi mereka
adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami
keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan
Kami pancarkan padanya beberapa mata air. Agar mereka dapat makan
dari buahnya, dan dari hasil usaha tangan mereka. Maka mengapa mereka
tidak bersyukur?” (Q.S. Yasin [36]: 33-35).
Produksi dalam perspektif Islam tidak hanya berorientasi pada
maksimalisasi keuntungan, meskipun juga tidak dilarang, tetapi lebih
kepada menyeimbangkan antara manfaat individu dan masyarakat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam tidak menolak motif
produksi yang ada dalam sistem ekonomi konvensional, tetapi
mengintegrasikan nilai-nilai moral pada setiap manfaat ekonominya
sehingga ia juga bisa bernilai ibadah yang berkonsekuensi akhirat. Berkaitan
dengan manfaat kegiatan produksi dalam ekonomi Islam, ada beberapa
persyaratan harus dipenuhi, yaitu:

4
1. Dibenarkan dalam syariat Islam, yang sejalan dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam Alquran dan hadis, ijmak, dan qiyas.
2. Tidak mengandung unsur-unsur yang dapat membahayakan
orang lain.
3. Cakupan manfaat produksi dalam ekonomi Islam meliputi dunia
dan akhirat.

B. Tujuan Produksi dalam Ekonomi Islam


1. Memenuhi Kebutuhan Manusia pada Tingkat Moderat
Dalam konteks ini, pertama, produsen hanya menghasilkan barang
dan jasa yang menjadi kebutuhan konsumen, Barang dan Jasa yang
dihasilkan haruslah memiliki manfaat riil bagi kehidupan, dan bukan
hanya memberikan kepuasan maksimum. Dalam konsep maslahat,
salah satu formulanya adalah memenuhi unsur manfaat. Kedua,
kuantitas produk yang diproduksi tidak berlebihan, tetapi hanya sebatas
pada kebutuhan yang wajar. Produksi barang dan jasa secara berlebihan
tidak hanya menimbulkan ketidaktepatan alokasi dalam pengelolaan
sumber daya ekonomi dan kemubaziran, tetapi juga akan menyebabkan
terkurasnya sumber daya secara cepat, padahal jumlah sumber daya
tersebut terbatas.
2. Menemukan Kebutuhan Masyarakat dan Memenuhinya
Produsen tidak hanya memproduksi berdasarkan permintaan
konsumen. Produsen harus mampu menjadi sosok yang kreatif.
proaktif, dan inovatif dalam menemukan barang dan jasa yang menjadi
kebutuhan manusia dan memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Menyiapkan Barang dan Jasa Unttuk Kebutuhan Saat Ini dan Masa
Mendatang
Sikap proaktif produsen juga harus berorientas ke depan. Produsen
harus mampu menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
kehidupan konsumen di masa mendatang. Dalam kerangka islami,
produsen tidak akan memproduksi barang-barang yang bertentangan

5
dengan syariat ataupun barang-barang yang tidak memiliki manfaat riil
bagi umat. Produsen harus mampu melakukan pengembangan produk
yang dapat memberikan kemaslahatan umat di masa mendatang.
Produsen harus menyadari bahwa sumber daya ekonomi tidak hanya
diperuntukkan bagi manusia yang hidup saat ini, tetapi juga untuk
generasi mendatang. Orientasi ke masa depan ini mendorong produsen
untuk terus-menerus melakukan riset dan pengembangan, yang
bertujuan meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya
ekonomi serta memilih teknologi yang akan digunakan dalam proses
produksi yang ramah lingkungan
4. Sebagai Sarana Bagi Kegiatan Sosial dan Ibadah Kepada Allah Swt.
Ini merupakan tujuan produksi yang tidak mungkin dapat dicapai
dalam ekonomi konvensional yang bebas nilai. Dalam ekonomi islam
tujuan produksi adalah untuk mendapatkan berkah yang secara fisik
belum tentu dapat dirasakan oleh produsen. Tujuan ini membawa
implikasi yang luas, di mana produksi tidak harus selalu bertujuan
untuk menghasilkan keuntungan material, tetapi juga mampu
memberikan keuntungan bagi orang lain dan agama. Produsen yang
islami harus mampu memaksimalkan keuntungan material sekaligus
memberikan keuntungan bagi masyarakat (sosial) dan agama. Saat ini,
pada sistem ekonomi konvensional telah berkembang mekanisme
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sarana tanggungjawab
sosial perusahaan kepada masyarakat. Mekanisme ini telah lebih dulu
ada dalam ekonomi Islam.3

C. Prinsip-Prinsip Produksi
Syariat Islam menjadi Prinsip utama dalam kegiatan ekonomi, di
mana seluruh kegiatan sejalan dengan Tujuan konsumsi itu sendiri. konsep
dalam konsumsi bagi orang muslim bertujuan untuk memperoleh Falah

3
Alexander Hery, Ekonomi Syari’ah: Pengantar Ekonomi Islam. (Bandung: Yrama Widya, 2022),
hlm 103-104

6
(kebahagiaan) sehingga tujuan dari produksi untuk menyediakan barang dan
jasa agar terwujud kebahagiaan yang dimaksud.4 Adapun implikasi
mendasar pada aktivitas produksi dan perekonomian sebagaimana tersebut
di bawah ini:5
A. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai dan technical
yang secara Islami. Tata kelola dalam manajemen produksi yakni
harus disertai dengan nilai budaya luhur akhlak Islami mulai dari
produksi itu dihasilkan kemudian cara menawarkan produksi
tersebut kepada konsumen. metwally (1992) Menerangkan bahwa
"putusan pimpinan perusahaan non muslim memberikan kebijakan
dan strategi ekonomi yang jauh berbeda dengan syariat baik
secaraStrategi maupun hasil produksi." apabila produksi barang dan
jasa itu keluar dari jalur nilai religiusitas Dan moralitas Maka
manusia sebagai konsumen produksi tersebut dilarang
menggunakannya.islam menentukan beberapa kriteria untuk
mewujudkan falah yakni:
1. Hayat
2. Maal
3. Sidiiq
4. Knowlegde
5. Dzuriat

B. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial


kemasyarakatan nilai keseimbangan dan keharmonisasi harus
bersinergi dan lingkungan sosial dan lingkungan hidup masyarakat
dalam setiap aktivitas produksi pada Jangkauan yang lebih luas.
sehingga masyarakat dapat menikmati hasil produksi dengan

4
Syamsudin Mochtar, “Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes dan Yusuf Qardhawi
tentang Produksi”, Li Falah: Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis Islam,
Vol. 4, No. 2, 2019, hlm. 275.
5
Mujetaba Mustafa dan M. Syukri Mustafa, “Konsep Produksi Dalam Al-
Qur’an”, Al-Azhar: Journal of Islamic Economics, Vol. 1, No. 2, 2019, hlm. 140.

7
kualitas terbaik. jadi kegiatan produksi bukan semata-mata
kepentingan produsen akan tetapi kepentingan baik di masyarakat
umum. dengan begitu tujuan pokok dalam perekonomian dapat
terwujud dengan meratakan manfaat dan keuntungan produksi bagi
masyarakat untuk dengan mekanisme terbaik.

C. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan Tetapi


lebih kompleks. langkahnya sumber daya ekonomi bukanlah
problem satu-satunya dalam memenuhi kebutuhan pokok akan tetapi
faktor internal lain seperti perilaku individu yang malas dalam
mengoptimalkan segala sesuatu pemberian Allah yaitu sumber daya
alam dan sumber daya manusia individu yang disifati berperilaku
tersebut termasuk orang orang yang zalim atau ingkar nikmat.
implikasinya adalah setiap prinsip produksi bukan hanya efisien,
tetapi secara global konsepnya adalah optimalisasi pemaafan supaya
daya ekonomi sebagai bentuk ketaatan atau terhadap Tuhannya.

Dilihat dari sudut pandang Islam produksi sifatnya Global sehingga


yang dikejar produsen bukan hanya keuntungan yang maksimum tetapi
keuntungan berorientasi pada pengalaman ajaran Islam untuk meraih palah
atau kebahagiaan di dunia maupun akhirat selanjutnya pondasi terpenting
lainnya dalam kegiatan produksi yakni nilai-nilai keadilan dan kebajikan
bagi manusia berikut beberapa prinsip produsen Islami diantaranya:
a. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan
produksi.
b. mencegah kerusakan di bumi termasuk membatasi polusi.
c. memelihara keserasian dan ketersediaan sumber daya alam.
d. produksi bertujuan agar Kebutuhan individu dan kelompok
mencatat kemakmuran.
e. produksi Islami tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian
umat.

8
f. produksi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sdm baik aspek
mental spiritual atau fisik.6

D. Faktor Produksi
Faktor produksi dalam Islam mengacu pada konsep-konsep ekonomi
yang ditemukan dalam ajaran agama Islam. Ada beberapa faktor produksi
utama dalam Islam, yaitu:
1. Al-'Arz (tanah): Tanah adalah sumber daya alam yang penting dalam
produksi. Dalam Islam, kepemilikan tanah diatur oleh prinsip-
prinsip keadilan, distribusi yang adil, dan penggunaan yang
produktif.
2. Al-Mal (modal): Modal mencakup semua bentuk kekayaan yang
digunakan dalam produksi, seperti uang, peralatan, dan aset lainnya.
Dalam Islam, penggunaan modal diatur oleh prinsip-prinsip
keadilan, kehalalan sumber dana, dan pembagian keuntungan yang
adil antara pemilik modal dan pekerja.
3. Al-'Amal (tenaga kerja): Tenaga kerja adalah faktor produksi yang
melibatkan manusia dalam kegiatan produksi. Dalam Islam,
pekerjaan dianggap sebagai ibadah, dan prinsip-prinsip keadilan,
kebebasan, dan perlindungan hak-hak pekerja ditekankan.7
4. Riadat Al'aema (kewirausahaan): Faktor kewirausahaan adalah
keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam
mengkoordinir faktor-faktor produk. Sumber daya pengusaha yang
disebut juga kewirausahaan. Berperan mengatur dan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka
meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.
Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai pemicu proses
produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat
diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor

6
Idri, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2021), hlm 197-198
7
"Ekonomi Islam: Teori dan Praktik" oleh Muhammad Syafii Antonio.

9
produksi, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.8

E. Nilai-Nilai Islam dalam Kegiatan Produksi


Nilai-nilai Islam yang relevan dengan kegiatan produksi
dikembangkan dari beberapa nilai utama dalam ekonomi Islam, yaitu
khilafah dan adil.
1. Menepati janji dan kontrak, yaitu tidak akan pernah
mengkhianati atau mengingkari kontrak kerja yang disepakati
hanya untuk mencari keuntungan yang lebih besar.
2. Memenuhi takaran, ketepatan, dan kebenaran, di mana hal ini
akan berimbas pada peningkatan kepercayaan konsumen
terhadap produsen.
3. Berpegang teguh pada kedisiplinan, yaitu mampu memenuhi
batas waktu dalam setiap kontrak kerjanya.
4. Mengutamakan kinerja dan produktivitas.
5. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi sehingga
per- saingan yang terdapat dalam ekonomi Islam bukanlah
persaingan yang saling mematikan, melainkan persaingan yang
tetap menjunjung tinggi prinsip dan syariat.
6. Menghormati hak milik individu, yaitu tidak mengambil hak
milik individu secara paksa.
7. Mengikuti syarat sah dan rukun akad atau transaksi.
8. Adil dalam bertransaksi dan tidak boleh ada eksploitasi, kedua
belah pihak harus berada pada posisi yang seimbang.
9. Memiliki wawasan sosial sehingga selalu menganggarkan dana
yang dialokasikan untuk keperluan sosial di jalan Allah Swt.
10. Pembayaran upah secara tepat waktu dan layak, serta tidak
mengeksploitasi hak-hak karyawan.

8
“Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi” oleh Rozalinda, hlm 116

10
11. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam
Islam meskipun memberikan keuntungan yang tinggi.9

9
Alexander Hery, Ekonomi Syari’ah: Pengantar Ekonomi Islam. (Bandung: Yrama Widya, 2022),
hlm 105-106

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, produksi didefinisikan sebagai kegiatan manusia
untuk menghasilkan barang dan jasa yang dimafaatkan oleh konsumen.
Menurut Nejatullah Siddiqi, produksi merupakan penyediaan barang dan
jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan bagi
masyarakat. Dalam pandangan Islam, produksi diartikan sebagai upaya
mengolah sumber daya alam agar menghasilkan bentuk terbaik yang
mampu memenuhi kemaslahatan manusia.
Tujuan produksi dalam ekonomi islam adalah untuk memenuhi
kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan kebutuhan
masyarakat dan memenuhinya, menyiapkan barang dan jasa unttuk
kebutuhan saat ini dan masa mendatang, dan sebagai sarana bagi kegiatan
sosial dan ibadah kepada allah swt.

B. Saran
1. Setelah penulis meneliti dan membahas pemikiran Yusuf dan Muhammad
Nejatullah Siddiq tentang konsep etika produksi, penulis ingin memberikan
saran kepada setiap produsen, pelaku produksi, seluruh individu dan
masyarakat baik dalam instansi pemerintah maupun swasta untuk
menjadikan pendapat kedua tokoh tersebut sebagi acuan dalam menjalankan
aktivitas produksinya
2. Bagi para cendikiawan muslim hendaknya dapat meneliti lebih lanjut
pendapat-pendapat lain dari Yusuf dan Muhammad Nejatullah Siddiqi agar
dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, ketentuan
pendapat tentang teori-teori masa kini.
3. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
sangat jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan juga kritik selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Ahmad. 2019. Pengantar Ekonomi Islam: Kajian Teologis,


Epistemologis, dan Empiris. Jakarta: Prenadamedia.
Ibrahim, Azharsyah, dkk. 2021. Pengantar Ekonomi Islam. Jakarta:
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syari’ah – Bank Indonesia.
Hery, Alexander. 2022 Ekonomi Syari’ah: Pengantar Ekonomi Islam.
Bandung: Yrama Widya.
Mochtar, Syamsudin. 2019. Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes
dan Yusuf Qardhawi tentang Produksi”, Li Falah: Jurnal Studi
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 2.
Mustafa, Mujetaba, dan Mustafa, M. Syukri. 2019. “Konsep Produksi Dalam
Al-Qur’an”, Al-Azhar: Journal of Islamic Economics, Vol. 1, No. 2.
Idri. 2021. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rozalinda. 2014. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas
Ekonomi. Depok: Rajagrafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai