Anda di halaman 1dari 36

Dosen Mata Kuliah : Prof. Dr. drg. H. Masriadi, S.K.M, M.

Kes
Mata Kuliah : Epidemiologi Syariah

MATA KULIAH
EPIDEMIOLOGI SYARIAH
EPIDEMIOLOGI SYARIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH :

SITTI HUTAMI MEGANTARI

(0022.10.14.2020)

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Syariah
Judul Materi; “Epidemiologi Syariah Kesehatan Lingkungan”. Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca


untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Demikian semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalam

November, 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Daftar Isi .................................................................................................................i

Kata Pengantar .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Outline.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6

A. Definisi Kesehatan Lingkungan .............................................................6


B. Definisi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan .......................................6
C. Pengaruh Manusia Terhadap Kesehatan Lingkungan ............................7
D. Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit ...............................................10
E. Masalah Kesehatan Lingkungan ...........................................................11
F. Prinsip-Prinsip Etika Kesehatan Lingkungan .......................................12
G. Kesehatan Lingkungan dalam Islam......................................................18
H. Landasan Etika Lingkungan dalam Persepektif Islam..........................21
I. Akhlak Lingkungan ..............................................................................24
J. Peran Kesehatan Lingkungan Syariah Terhadap Upaya Pencegahan
Masalah Kesehatan ...............................................................................26
K. Peran Perilahal Kesehatan Lingkungan Dalam Islam .........................30

BAB III PENUTUP .............................................................................................33

A. Kesimpulan ...............................................................................................33
B. Penutup ......................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata, dan
termasuk manusia lainnya. Secara ilmiah manusia berinteraksi dengan
lingkungannya. Manusia terkadang memengaruhi lingkungan, dan
terkadang lingkungan yang memengaruhi manusia. Pentingnya
lingkungan dalam mendukung kehidupan di bumi ini, menghendaki
dilakukannya perilaku menjaga kebersihan dan pengelolaan secara
berkelanjutan agar lingkungan tetap sehat. 1
Dewasa ini masalah lingkungan telah menjadi isu global karena
menyangkut berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia.
Hal ini terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan yang terjadi saat ini sebenarnya bersumber pada
kesalahan fundamentalis-filosofis dalam pemahaman atau cara
pandang manusia terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam
keseluruhan ekosistem. Kesalahan itu menyebabkan kesalahan pola
perilaku manusia, terutama dalam hubungannya dengan lingkungan.
Perilaku manusia yang kurang atau tidak bertanggungjawab terhadap
lingkungan telah mengakibatkan terjadinya berbagai macam kerusakan
lingkungan. 2
Dalam Islam juga diajarkan bahwa manusia harus bertanggung
jawab terhadap alam semesta yang dihadiahkan kepadanya untuk
menjamin kelangsungan hidupnya. Sebagaimana telah kita ketahui
bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, maka sudah
sepatutnya manusia bertindak secara arif dan bijaksana untuk menjaga
dan mengatur lingkungan yang baik dan tertata. Islam merupakan
agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka bumi, termasuk
mengenai bagaimana manusia menjaga kebersihan lingkungan. Dalam
sumber ajaran islam yaitu al-Qur‟an dan al-Sunnah diterangkan
bagaimana ajaran Islam menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan

4
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa anjuran-anjuran untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan bukanlah hal baru
dalam Islam, karena sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian
alam, Islam tidak akan membiarkan manusia merusak atau mengotori
lingkungan sekitarnya. Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan manusia yang ada di sekitarnya,
oleh sebab itu menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya
dengan menjaga kebersihan diri agar terhindar dari berbagai macam
penyakit.1
Akan tetapi masih banyak individu yang tidak menyadari akan
pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Permasalahan
lingkungan masih banyak kita lihat, tidak sedikit sungai dan laut yang
rusak dan tercemar, sampah berserakan di jalan bahkan disekitar
lingkungan rumah. Dalam kaitan ini, sangat ironis apabila hubungan
manusia dengan lingkungannya berjalan secara tidak sehat, sehingga
menimbulkan situasi yang mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup
manusia dan lingkungannya. 2 1

B. Outline
a. Definisi Kesehatan Lingkungan
b. Definisi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
c. Pengaruh Manusia Terhadap Kesehatan Lingkungan
d. Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit
e. Masalah Kesehatan Lingkungan
f. Prinsip-Prinsip Etika Kesehatan Lingkungan
g. Kesehatan Lingkungan dalam Islam
h. Landasan Etika Lingkungan dalam Persepektif Islam
i. Akhlak Lingkungan
j. Peran Kesehatan Lingkungan Syariah Terhadap Upaya Pencegahan
Masalah Kesehatan
k. Perihal Penelitian Kesehatan Lingkungan dalam Islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan Lingkungan

World Health Orgaization (1993) mendefinisikan kesehatan


lingkungan sebagai aspek kesehatan manusia, termasuk kualitas hidup,
yang ditentukan oleh faktor fisik, biologis, sosial dan psikososial di
lingkungan. Hal ini juga mengacu pada teori dan praktek menilai,
mengoreksi, mengendalikan dan mencegah faktor-faktor di lingkungan
yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan generasi sekarang dan
mendatang. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinisi
kan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia. Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkunganya yang berakibat atau mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan salah
satu cabang ilmu kesehatan masyarakat, yang memperhatikan terhadap
segala macam bentuk kehidupan, bahan-bahan, kekuatan, dan kondisi di
sekitar manusia yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan. 3 4

B. Definisi Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

Istilah Epidemiologi Lingkungan mengacu pada studi penyakit dan


kondisi kesehatan (yang terjadi pada populasi) yang terkait dengan faktor
lingkungan, bahwa paparan yang sebagian besar berada diluar kendali
individu, biasanya dapat dianggap tidak disengaja. Menurut Achmadi,
(1991). Epidemiologi Kesehatan Lingkungan atau Epidemiologi
Lingkungan adalah studi atau cabang keilmuan yang mempelajari faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya (kejadian) suatu
penyakit, dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan
interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi

6
bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif
lainnya. Menurut Cordis, (1994) Epidemiologi lingkungan dapat
didefinisikan sebagai studi tentang lingkungan yang mempengaruhi
distribusi dan determinan penyakit pada populasi manusia. 5 6

C. Pengaruh Manusia Terhadap Kesehatan Lingkungan

Gambar 1. Interaksi antara aktivitas manusia dan lingkungan fisik dan


biologis Sumber: Diadaptasi dari WHO (1992)

Definisi WHO tentang kesehatan lingkungan menyoroti hubungan


antara keadaan lingkungan dan pengalaman kesehatan individu dan
masyarakat. Hubungan antara aktivitas manusia dan lingkungan berpotensi
merusak atau meningkatkan kesehatan. Gambar 1. memberikan contoh
hubungan antara aktivitas manusia, kesehatan dan lingkungan fisik dan
biologis. Lingkungan dapat diperbaiki dengan aktivitas manusia, misalnya
dengan mengeringkan tempat perkembangbiakan nyamuk di rawa atau
dengan memperbaiki perumahan. Aktivitas manusia dapat dengan mudah
merusak kesehatan, dengan melepaskan bahan kimia beracun ke atmosfer
dan mengubah lingkungan fisik. Beberapa agen lingkungan bertanggung
jawab atas kerusakan kesehatan tanpa campur tangan manusia, misalnya,
sinar ultraviolet dari matahari, mengarah pada perkembangan kanker kulit;

7
atau kekurangan mineral seperti yodium atau selenium dalam tanah dan
makanan dapat mengurangi nutrisi.

Diketahui bahwa sebagian besar pencemar lingkungan dikeluarkan


melalui aktivitas manusia dalam skala besar seperti penggunaan mesin
industri, pembangkit listrik, mesin pembakaran, dan mobil. Karena
kegiatan ini dilakukan dalam skala besar, sejauh ini mereka merupakan
kontributor utama polusi udara, dengan mobil diperkirakan bertanggung
jawab atas sekitar 80% polusi saat ini. 3

Beberapa aktivitas manusia lainnya juga mempengaruhi


lingkungan kita pada tingkat yang lebih rendah, seperti teknik budidaya
lapangan, pompa bensin, pemanas tangki bahan bakar, dan prosedur
pembersihan , serta beberapa sumber alam, seperti letusan gunung berapi
dan tanah serta kebakaran hutan. Klasifikasi polutan udara terutama
didasarkan pada sumber yang menghasilkan polusi. Oleh karena itu, perlu
disebutkan empat sumber utama, mengikuti sistem klasifikasi: Sumber
utama, Sumber area, Sumber bergerak, dan Sumber alami. Sumber utama
termasuk emisi polutan dari pembangkit listrik, kilang, dan petrokimia,
industri kimia dan pupuk, metalurgi dan pabrik industri lainnya, dan,
akhirnya, pembakaran kota. Sumber area dalam ruangan termasuk
kegiatan pembersihan rumah tangga, binatu, percetakan, dan pompa
bensin. Sumber seluler termasuk mobil, mobil, kereta api, saluran udara,
dan jenis kendaraan lainnya. Akhirnya, sumber alami termasuk, seperti
yang dinyatakan sebelumnya, bencana fisik seperti kebakaran hutan, erosi
gunung berapi, badai debu, dan pembakaran lahan pertanian. 3

8
Gambar 2. Kekuatan pendorong perubahan lingkungan
Sumber: Diadaptasi dari Kuby et al. (1998)
Kondisi yang dapat mempengaruhi aktivitas manusia seperti
industri dan penyediaan dan penggunaan jasa dan konsumsi rumah tangga.
Pada gilirannya, ini menyebabkan perubahan lingkungan melalui
penggunaan energi dan redistribusi bahan dan dengan manipulasi biologis
langsung. Ini dapat menyebabkan konsekuensi manusia dan alam yang
merugikan seperti polusi udara; hilangnya habitat masyarakat adat;
perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. 3

Melihat Gambar 2. Mata rantai pertama dan paling berpengaruh


dalam rantai ini adalah 'kekuatan penggerak manusia'. Aktivitas manusia
mempengaruhi kesehatan lingkungan, baik secara positif maupun negatif.
Untuk memahami sepenuhnya proses ini, perlu untuk menyelidiki tekanan
yang mengarah pada aktivitas manusia, sehingga memungkinkan
pengambilan kebijakan dan keputusan yang tepat tentang masalah
kesehatan lingkungan. Hal ini kemudian dapat mengarah pada situasi di
mana pembangunan berkelanjutan dapat berlangsung, dan di mana
perubahan lingkungan yang merugikan dapat diminimalkan. 3

Komponen utama dari 'kekuatan pendorong manusia tersebut


tercantum di bawah ini dan bagian selanjutnya dari bab ini akan berfokus
pada beberapa di antaranya: 3

• Populasi dan Urbanisasi

• Kemiskinan (misalnya variasi dalam penyediaan layanan


kesehatan. Faktor-faktor ini dianggap tidak adil.)

• Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

• Sistem Politik dan Ekonomi

• Nilai-nilai Budaya.

9
D. Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit

Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya


penyakit. Faktor ini disebut "faktor ekstrinsik". Faktor lingkungan dapat
berupa lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial ekonomi. 4

1. Lingkungan fisik
Yang termasuk lingkungan fisik antara lain geografik dan keadaan musim.
Misalnya, negara yang beriklim tropis mempunyai pola penyakit yang
berbeda dengan negara yang beriklim dingin atau subtropis. Demikian
pula antara negara maju dengan negara berkembang. Dalam satu negara
pun dapat terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara daerah pantai
dan daerah pegunungan atau antara kota dan desa.
2. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis ialah semua mahluk hidup yang berada di sekitar
manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah
dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda.
Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus patogen, ulah
manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakitr,
bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.
3. Lingkungan kimia
Potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses produksi maupun kehidupan sehari-hari. Potensi bahaya ini
dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap, asap, daya racun bahan (toksisitas); cara
masuk ke dalam tubuh.

10
4. Lingkungan sosial ekonomi
Yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi adalah pekerjaan, urbanisasi,
perkembangan ekonomi dan bencana alam. 4
E. Masalah Kesehatan Lingkungan
1. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa
ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa
dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa
berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai
pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan
pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan
yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak
kesehatan lingkungan, seperti munculnya permukiman kumuh dimana-
mana.
2. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga
dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agent dan vektor penyakit
menular.
3. Penyediaan sarana air bersih Berdasarkan survei yang pernah dilakukan,
hanya sekitar 60% penduduk Indonesia mendapatkan air bersih dari
PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan
sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat
terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.
4. Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas
normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan
bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah
nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan
untuk lahan pertanian dan perkebunan.

11
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan
industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai
atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan
MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan
apabila di-gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
6. Bencana alam/pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering
terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya
menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan. 4
F. Prinsip-Prinsip Etika Kesehatan Lingkungan

Etika lingkungan merupakan nilai-nilai keseimbangan dalam


kehidupan manusia dengan interaksi dan interdependesi terhadap
lingkungan hidupnya yang terdiri dari aspek abiotik, biotik, dan kultur
(Marfai, 2013). Etika lingkungan mempersoalkan bagaimana sebaiknya
perbuatan sesorang terhadap lingkungan hidupnya. Etika lingkungan
adalah berbagai prinsip moral lingkungan yang merupakan petunjuk atau
arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan. Dengan adanya etika lingkungan, manusia tidak hanya
mengimbangi hak dengan kewajibannya terhadap lingkungan, tetapi juga
membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai
kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan.
Kelentingan lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk berusaha
pulih karena gangguan, asalkan gangguan ini masih dapat diterima. Jika
gangguan melebihi batas, maka lingkungan akan kehilangan
kelentingannya. 7

Keraf mencoba untuk merumuskan beberapa prinsip-prinsip moral


yang relevan untuk lingkungan hidup. Ia merumuskan setidaknya ada
sembilan prinsip moral yang dapat dijadikan sebagai pegangan atau

12
tuntunan bagi perilaku manusia dalam memperlakukan alam ini. Prinsip-
prinsip tersebut yaitu:

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

Terlepas dari perbedaan cara pandang diantara antroposentrisme,


biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme, semua teori etika
lingkungan tersebut sama-sama mengakui bahwa alam semesta
perlu dihormati. Bedanya antroposentrisme menghormati alam
karena kepentingan manusia bergantung pada kelestarian dan
integritas alam. Sebaliknya, biosentrisme dan ekosentrisme
beranggapan bahwa manusia mempunyai kewajiban moral untuk
menghargai alam semesta dengan segala isinya karena manusia
adalah bagian dari alam dan karena alam mempunyai nilai pada
dirinya sendiri. Dengan mendasarkan diri pada teori bahwa
komunitas ekologis adalah komunitas moral, setiap anggota
komunitas (manusia atau bukan) mempunyai kewajiban moral
untuk saling menghormati. Secara khusus, sebagai pelaku moral,
manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghormati
kehidupan, baik pada manusia maupun pada makhluk lain dalam
komunitas ekologis seluruhnya. Bahkan menurut teori Deep
Ecologi, manusia pun dituntut untuk menghargai dan menghormati
benda-benda yang non hayati, karena semua benda di alam semesta
mempunyai hak yang sama untuk berada, hidup dan berkembang.
Alam memiliki hak untuk dihormati, bukan hanya karena
kehidupan manusia bergantung pada alam, tetapi lebih pada karena
manusia merupakan bagian dari kesatuan alam itu sendiri. Manusia
merupakan anggota komunitas ekologis, maka ketika manusia
menjaga dan menghormati alam ini, sejatinya ia telah menjaga dan
menghormati dirinya sendiri.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)


Manusia, sebagai bagian dari alam semesta, memiliki tanggung
untuk menjaga dan memelihara alam ini. Tanggung jawab ini tidak

13
hanya bersifat individual melainkan juga kolektif. Prinsip tanggung
jawab moral ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa,
usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk
menjaga alam semesta dengan segala isinya. Dengan prinsip
tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab bersama itu,
setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab
memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa
memiliki yang tinggi seakan milik pribadinya. Tanggung jawab ini
akan muncul seandainya pandangan dan sikap moral yang dimiliki
adalah bahwa alam bukan sekadar untuk kepentingan manusia.
Ketika alam dilihat sekadar untuk kepentingan manusia, memang
milik bersama lalu dieksploitasi tanpa rasa tanggung jawab.
Sebaliknya, kalau alam dihargai sebagai bernilai pada dirinya
sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya
dalam diri manusia, meskipun yang dihadapinya sebuah milik
bersama.

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity) Sama halnya dengan


kedua prinsip di atas, prinsip solidaritas muncul dari kenyataan
bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih
dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai
kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk
hidup lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri
manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam
dan dengan sesama makhluk hidup lain. Manusia kemudian bisa
ikut merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk hidup lain di
alam semesta ini. Manusia bisa merasa sedih dan sakit ketika
berhadapan dengan kenyataan berupa rusak dan punahnya makhluk
hidup tertentu.

Ia ikut merasa apa yang terjadi dalam alam, karena ia merasa satu
dengan alam. Prinsip solidaritas kosmis ini lalu mendorong
manusia untuk menyelamatkan lingkungan hidup, semua

14
kehidupan di alam ini. Ia mendorong manusia untuk mengambil
kebijakan yang pro-alam, pro-lingkungan hidup, atau menentang
setiap tindakan yang merusak alam.

4. Prinsip Kasih Sayang dan kepedulian terhadap Alam (Caring for


Nature)

Prinsip kasih sayang dan kepedulian adalah prinsip moral satu


arah, menuju yang lain, tanpa mengharapkan balasan. Ia tidak
didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi semata-
mata demi kepentingan alam. Semakin manusia mencintai dan
peduli kepada alam, manusia akan semakin berkembang menjadi
manusia yang matang, sebagai pribadi dengan identitasnya yang
kuat. Karena, alam memang menghidupkan, tidak hanya dalam
pengertian fisik, melainkan juga dalam pengertian mental dan
spiritual. Dengan mencintai dan peduli terhadap alam, manusia
juga akan menjadi semakin kaya dan semakin merealisasikan
dirinya sebagai pribadi ekologis. Manusia semakin tumbuh
berkembang bersama alam, dengan segala watak dan kepribadian
yang tenang, damai, penuh kasih sayang, luas wawasannya seluas
alam, demokratis seperti alam yang menerima dan mengakomodasi
perbedaan dan keragaman.

5. Prinsip “No Harm”

Berdasarkan keempat prinsip moral tersebut, prinsip moral lainnya


yang relevan dengan lingkungan hidup adalah prinsip no harm.
Artinya, karena manusia mempunyai kewajiban moral dan
tanggung jawab terhadap alam, paling tidak manusia tidak akan
mau merugikan alam secara tidak perlu. Ketika manusia merasa
dirinya sebagai bagian dari anggota komunitas ekologis, manusia
merasa solider dengan dan peduli terhadap alam beserta segala
isinya. Kewajiban, sikap solider dan kepedulian ini bisa mengambil
bentuk minimal berupa tidak melakukan tindakan yang merugikan

15
atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta ini
(no harm), sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral
untuk melakukan tindakan yang merugikan sesama manusia.
Kewajiban dan tanggung jawab moral bisa dinyatakan dalam
bentuk maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care),
melindungi, menjaga, dan melestarikan alam. Sebaliknya,
kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama bisa mengambil
bentuk minimal dengan tidak melakukan tindakan yang merugikan
alam semesta dan segala isinya, seperti tidak menyakiti binatang,
tidak menyebabkan musnahnya spesies tertentu, tidak
menyebabkan matinya ikan di laut atau sungai, tidak menyebabkan
keanekaragaman hayati di hutan musnah dengan membakar hutan,
tidak membuang limbah seenaknya, dan sebagainya.

6. Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam

Keraf, mengutip dari Arne Naess bahwa: “simple in means, but


rich in ends an values"; “High quality of life yes! High standard of
living!” dan “not having but being”. Dengan prinsip-prinsip ini,
yang ditekankan adalah nilai, kualitas, cara hidup yang baik, dan
bukan kekayaan, sarana standard material. Yang ditekankan bukan
rakus dan tamak mengumpulkan harta dan memiliki sebanyak-
banyaknya, tetapi yang lebih peting adalah mutu kehidupan yang
baik.14 Prinsip ini sangat penting karena, terutama di kehidupan
modern saat ini, manusia cenderung konsumtif, tamak, dan rakus.
Tentu saja tidak berarti bahwa manusia tidak boleh memanfaatkan
alam untuk kepentingannya. Kalau manusia memahami dirinya
sebagai bagian integral dari alam, ia harus memanfaatkan alam itu
secukupnya. Ada batas sekadar untuk hidup secara layak sebagai
manusia. Maka, prinsip hidup sederhana menjadi prinsip
fundamental. Bersamaan dengan itu, ia akan hidup seadanya
sebagaimana alam itu. Ia akan mengikuti hokum alam, yaitu hidup
dengan memanfaatkan alam sejauh dibutuhkan, dan berarti hidup

16
selaras dengan tuntutan alam itu sendiri. Ia tidak perlu menjadi
rakus, tidak perlu banyak menimbun sehingga membuatnya
mengeksploitasi alam tanpa batas. Hal ini berarti, bahwa pola
konsumsi dan produksi manusia modern harus dibatasi. Harus ada
titik batas yang bisa ditolerir oleh alam.

7. Prinsip Keadilan

Berbeda dengan ke-enam prinsip di atas, prinsip ini tidak berbicara


tentang perilaku manusia terhadap alam semesta. Prinsip ini
membahas tentang bagaimana manusia harus berperilaku satu
terhadap yang lain dalam kaitan dengan alam semesta dan
bagaimana sistem sosial harus diatur agar berdampak positif pada
kelestarian lingkungan hidup. Prinsip keadilan ini telah masuk
dalam wilayah politik ekologi, dimana pemerintah dituntut untuk
membuka peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok dan
anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan publik
(khususnya di bidang lingkungan hidup) dan dalam memanfaatkan
alam ini bagi kepentingan vital manusia. Termasuk di dalamnya
prinsip bahwa semua kelompok dan anggota masyarakat harus
secara proporsional menanggung beban yang disebabkan oleh
rusaknya alam semesta yang ada.

8. Prinsip Demokrasi

Prinsip ini merupakan yang terkait erat dengan hakikat alam. Isi
alam semesta selalu beraneka ragam. Keanekaragaman dan
pluralitas adalah hakikat alam, hakikat kehidupan itu sendiri.
Artinya, setiap kecenderungan reduksionistis dan antikeragaman
serta anti pluralitas bertentangan dengan alam, dan antikehidupan.
Prinsip demokrasi di sini sangat relevan dalam bidang lingkungan
hidup, terutama dalam kaitan dengan pengambilan kebijakan di
bidang lingkungan hidup yang menentukan baik buruk, rusak
tidaknya, tercemar tidaknya lingkungan hidup. Ini juga merupakan

17
sebuah prinsip moral politik yang menjadi garansi bagi kebijakan
yang pro-lingkungan hidup. Sebaliknya, ada kekhawatiran yang
sangat besar bahwa kehidupan politik yang tidak demokratis, dan
sistem politik yang tidak menjamin adanya demokrasi, akan
membahayakan bagi upaya perlindungan lingkungan hidup.

9. Prinsip Integritas

Moral Prinsip ini terutama dimaksudkan untuk pejabat publik.


Prinsip ini menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan
perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip-
prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik. Pejabat
publik dituntut untuk tidak melakukan penyelewengan terhadap
kekuasaannya, memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.
Prinsip ini berkaitan erat dengan lingkungan hidup, karena selama
pejabat publik tidak mempunyai integritas moral, sehingga
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingannya dan
kelompoknya dengan mengorbankan kepentingan masyarakat,
maka bisa ditebak lingkungan hidup pun juga akan mudah
dirugikan. Secara konkret, hal ini berlaku baik dalam kaitan
kebijakan publik yang berdampak pada rusaknya lingkungan hidup
maupun dalam kaitan dengan pemberian izin yang mempunyai
dampak merugikan bagi lingkungan hidup. 7

G. Kesehatan Lingkungan dalam Islam


Islam adalah agama yang paling ramah lingkungan (eco-friendly).
sekitar seperdelapan dari semua ayat al-Quran yang mendorong kaum
beriman untuk menelaah, merenungkan, dan menyelidiki alam. Ekologi
secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah
tangga dan kata logos yang berarti ilmu, sehingga ekologi bisa berarti
sebuah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk yang ada dalam rumah
tangga makhluk hidup. Sedangkan secara terminologi, ekologi berarti
sebuah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya. Dari definisi ini, setidaknya

18
terdapat tiga kata kunci penting untuk merumuskan ekologi, yaitu
hubungan timbal balik, hubungan antar sesama organisme, dan hubungan
organisme dengan lingkungannya. 8 9
Dalam perspektif al-Qur’an, istilah ekologi diperkenalkan dengan
berbagai term. Paling tidak ada tiga belas macam term ekologi dalam al-
Qur’an, yaitu lingkungan hidup (al-biah), seluruh alam (al-‘alamin), langit
atau jagad raya (al-sama’), bumi (al-ard), manusia (al-insan), fauna (alan’a
m atau dabbah), flora (al-nabat atau al-h{arts), air (ma’), udara (al-rih),
matahari (al-syams), bulan (al-qamar), bintang (al-buruj), dan gunung
(jabal). 9
1. QS. Al-A’raaf Ayat 56

“Dan janganlah kamu merusak di muka bumi setelah Tuhan


memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan),
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dengan orang-orang yang
berbuat baik”.
2. QS. Al-A’raaf ayat 85

”Dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang


takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudahnya Tuhan memperbaikinya”.

19
3. QS. Al-Qashash ayat 77

”Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah padamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, karena Allah
tidak menyenangi orang-orang yang suka berbuat kerusakan”.
4. QS. Ar-Rum ayat 41

”Telah timbul kerusakan di daratan dan lauatan disebabkan


perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar)”.
5. QS. Al-Mulk ayat 3

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-


kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
6. QS. Al-An’am ayat 141

20
“Dan Dialah (Allah) yang menjadikan tanaman yang merambat dan
yang tidak, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya,
tanaman zaitun dan dilema yang serupa dan tidak serupa. Makanlah
buahnya apabila tanaman tersebut telah berbuah dan berikanlah
haknya (zakat) pada waktu memetik hasilnya, akan tetapi janganlah
berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan.
7. QS. Tha-ha ayat 53

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang


telah menjaikannya pula bagimu jalan-jalan dan menurunkan dari
langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan tersebut
berjenis dan bermacam tumbuhan. 10

Allah SWT menciptakan lingkungan hidup dengan sungguh-


sungguh dan tidak main-main sebagaimana ditegaskan di dalam Surat al-
Anbiya ayat 16, Surat al-Ankabut ayat 44, dan Surat al-Ahqaf ayat 3. Allah
juga menciptakan lingkungan hidup dalam pola-pola tertentu yang teratur
sebagaimana di dalam Surat al-Furqan ayat 2, dan Surat al-Qamar ayat 49.
Selain sebagai ciptaan, lingkungan hidup adalah karunia Tuhan, lingkungan
hidup diciptakan dengan tujuan agar manusia bisa melakukan kebaikan dan
meraih kebahagiaan. Berikut ini beberapa tujuan keberadaan alam menurut
al-Quran 11, yaitu:
1. Tanda kekuasaan Allah bagi yang berakal (QS. Ali Imran: 190)
2. Tanda kekuasaan Allah bagi yang mengetahui (QS. al-Rum: 22)
3. Tanda kekuasaan Allah bagi yang bertakwa (QS. Yunus: 6)

21
4. Tanda kekuasaan Allah bagi yang mau mendengarkan pelajaran
(QS. al-Nahl: 65)
5. Tanda kekuasaan Allah SWT bagi yang memikirkan (QS. al-
Ra’d: 3)
6. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (QS. al-Baqarah: 29)
7. Sebagai suatu rahmat dari Allah (QS. al-Jatsiah: 13)
8. Untuk kepentingan manusia (QS. Luqman: 20)
9. Untuk menyempurnakan nikmat dan ujian bagi semua manusia
(QS. Hud: 7)
10. Untuk mengetahui siapa-siapa yang lebih baik amalannya
dalam hidup ini (QS. al-Mulk: 2) 10
H. Landasan Etika Lingkungan dalam Persepektif Islam
1. Ramah Terhadap Lingkungan
Yusuf al-Qaradawi dalam menggagas konsep Islam sebagai agama
ramah lingkungan berpijak pada konsep al-ihsan. Istilah ini menurutnya
mempunyai dua arti. Pertama, berarti melindungi dan menjaga dengan
sempurna. Definisi tersebut berdasarkan hadis Jibril, yaitu bahwa al-ihsan
adalah hendaknya Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau
melihatNya, dan sekiranya engkau tidak melihat-Nya maka Dia
melihatmu. Pengertian pertama ini bisa dipahami dalam konteks ibadah.
Kedua, al-ihsan berarti menyayangi, memperhatikan, merawat serta
menghormati. Definisi ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Nisa’
ayat 30. Menurut Yusuf al-Qaradawi kedua definisi tersebut pada
kenyataannya diperlukan manusia dalam konteks interaksi dengan
lingkungan. Oleh karena itu, wajib bagi setiap Muslim untuk
memperlakukan lingkungan dengan cara melindungi dan menjaganya
dengan ramah dan penuh perhatian. 6
Untuk mendukung penerapan konsep al-ihsan dalam hubungan
manusia dengan lingkungannya, Yusuf al-Qaradawi juga berdasar pada
hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim dari Syadad bin Aus:
“Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala
sesuatu”. Berdasarkan hadis ini, Yusuf al-Qaradawi berpendapat bahwa

22
konsep berbuat baik (al-ihsan) berlaku bagi semua komponen lingkungan,
baik makhluk hidup maupun makhluk tidak hidup, serta yang berakal
maupun yang tidak berakal. Atau, dengan kata lain, prinsip tersebut
berlaku mencakup manusia, hewan, tumbuhan, dan benda mati. Untuk
mewujudkan konsep Islam agama ramah lingkungan, Yusuf al-Qaradawi
memandang perlu adanya tuntunan etis dalam berperilaku terhadap
lingkungan. Tuntunan-tuntunan etis ini mencakup lima hal pokok yang
merupakan proposisi bagi konsepsi Islam agama ramah lingkungan; (1).
Etika terhadap sesama manusia , (2). Etika terhadap tumbuhan, (3). Etika
pemeliharaan hewan, (4).Etika pemeliharaan air, (5). Etika pemeliharaan
tanah 6

2. Menjaga Lingkungan dari Perusakan

Islam menentang keras setiap bentuk tindakan yang merusak


lingkungan maupun menghancurkan elemen-elemennya. Islam
menganggap hal ini sebagai tindakan terlarang yang akan memperoleh
hukuman dari Allah. Setiap larangan wajib dihindari serta diubah, baik
dengan menggunakan tangan, perkataan, ataupun hati. Yusuf al- Qaradawi
menggolongkan perusakan lingkungan berdasarkan motif yang
melatarbelakanginya, antara lain adalah:

1) Motif kekerasan. Perusakan lingkungan dalam bentuk tindakan


kekerasan terhadap makhluk Allah, terutama terhadap spesies
binatang, dilarang dalam ajaran Islam. Menurut Yusuf al-Qaradawi,
pada suatu saat ada seorang perempuan yang telah mengurung
seekor kucing sampai mati kelaparan. Nabi kemudian
menceritakannya dengan bersabda, “Seorang perempuan masuk
neraka karena telah mengikat seekor kucing, tanpa memberinya
makan atau membiarkannya bebas di atas bumi mencari makan”.
Bagi Yusuf al- Qaradawi, hal ini menunjukkan betapa kerasnya hati
perempuan dan pudarnya kasih sayang yang dia miliki terhadap
6 12
makhluk lemah, sehingga layak mendapat siksa di neraka.

23
2) Motif amarah. Amarah seringkali menyebabkan seseorang
terjebak dalam tindakan membabi-buta serta hilangnya budi
pekerti. Rasa marah merupakan ekspresi emosional dan sumber
keburukan. Karena itu, seorang beriman harus memenangkan rasio
atas luapan emosinya, sehingga ia tetap bisa memiliki kelebihan
dibanding binatang buas. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
“Seekor semut telah menggigit salah seorang Nabi, lalu Dia
mendatangi lubang semut itu dan membakarnya. Maka Allah
berfirman kepada Nabi tersebut, ‘Apakah hanya karena satu semut
telah menggigitmu lalu kamu bakar segerombolan umat yang
mensucikan asma Allah? Secara eksplisit, hadis ini mengandung
larangan menyiksa makhluk apa pun dengan dilandasi amarah, dan
larangan membunuh atau menyiksanya dengan mengunakan api.6 12

3) Motif yang sia-sia. Perusakan lingkungan dengan motif yang


siasia merupakan tindakan perusakan yang dilakukan tanpa tujuan
atau manfaat yang diperoleh. Salah satu hadis yang berkenaan
dengan larangan ini adalah yang diriwayatkan oleh Ibn Umar.
Suatu hari Ibn Umar berjalan melewati dua orang Quraisy yang
tengah menjebak burung dara atau ayam seraya melemparinya. 6
Ketika melihat Ibn Umar, kedua pemuda tadi langsung kabur. Lalu
Ibn Umar berkata, “Siapakah yang telah melakukan ini? Allah akan
melaknat orang yang telah melakukannya. Karena Nabi melaknat
siapapun yang menyiksa makhluk bernyawa dengan sengaja!” 6 12

3. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Masalah kebersihan lingkungan merupakan salah satu masalah


serius yang sedang dihadapi masyarakat saat ini. Apabila diperhatikan
secara seksama, kondisi lingkungan hidup yang masih terabaikan adalah

24
masalah kebersihan, mulai dari kebersihan di sekitar tempat tinggal yang
belum bebas dari kotoran sampah, selokan air yang tersumbat sampah,
sungai yang tercemar oleh limbah domestik, air laut yang tercemar oleh
zat-zat berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup. Hal ini lebih banyak
disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan atau
ketidak pedulian mereka atas kebersihan lingkungan. Sebenarnya, salah
satu karakteristik perilaku peradaban Islam adalah perhatian yang tinggi
terhadap kebersihan. Perhatian yang tinggi ini tidak pernah ada
tandingannya dalam agama-agama sebelumnya, tidak pula dalam filsafat
mana pun. Islam telah memasukkan kebersihan ke dalam aturannya yang
bersifat ritual ibadah. Oleh karena itu, kebersihan dalam pandangan Islam
6
hendaknya merupakan budaya keseharian seorang Muslim.

Dalam fikih Islam, kebersihan menjadi salah satu syarat sah shalat,
yang mencakup kebersihan pakaian, tubuh, serta tempat shalat. Bagi Yusuf
al-Qaradawi, kebersihan bukan hanya diterapkan dalam hal ibadah, tapi
anjuran kebersihan juga menyangkut pada diri manusia dalam
kesehariannya, seperti anjuran menggosok gigi, mandi, memotong kuku,
memotong rambut, dan lain-lain. Di samping itu, seorang muslim juga
dianjurkan membersihkan lingkungannya, seperti kebersihan rumah,
kebersihan jalan dan kebersihan masjid. Dari sini jelas apabila umat Islam
benar-benar memperhatikan anjuran agamanya dalam hal kebersihan,
maka setiap tindakan dan pola pikir terhadap lingkungannya akan
6
mempertimbangkan aspek kebersihan.

I. Akhlak terhadap Lingkungan


1. Larangan Melakukan Kerusakan di Muka Bumi

25
“Makan dan minumlah rizki yang diberikan Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Al-Baqarah (2):
60).
“Orang-orang yang fasik (ialah) orang-orang yang melanggar perjanjian
Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang
diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk dihubungkannya dan
membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang
merugi”. (Al Baqarah (2) 27).
“Orang yang melanggar batas ialah orang yang berbuat kerusakan di
muka bumi dan tiada mengadakan perbaikan” (Al-Syu’ara’ (26): 152).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
dan harapan” (Al-A’raf (7): 56.
2. Larangan Merusak Tanaman dan Binatang
“Dan apabila ia berpaling dari mukamu, ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman dan binatang,
padahal Allah tiada menyukai kebinasaan” (Al-Baqarah (2): 205).
3. Larangan Mencemari Air Laut
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar”
(Ar-Rum (30) 41).
4. Menjaga Keamanan Lingkungan
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah
mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangannya dan kakinya
dengan bertimbal balik atau dibuang, dari negeri tempat kediamannya”
(Al Maidah (5): 33).
6. Menjaga Kebersihan, seperti Baju, Rumah, dan Masjid
Allah berfirman: “Dan bersihkanlah bajumu” (Al-Muddassir (74): 4).
Nabi bersabda: “Sungguh Allah Maha Suci senang kepada kesucian,
Maha Bersih senang kepada kebersihan, Maha Mulia senang kepada

26
kemuliaan, Maha Dermawan senang kepada kedermawaan, maka
bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu meniru orang
Yahudi” (At-Tirmizi, dari Sa’ad dari Hasan, Al-Jami’Al-Sagir 11, 239).
Disebutkan dalam suatu Hadits, “Dari Samurah bin Jundub, ia berkata:
Kami diperintahkan oleh Nabi SAW mendirikan masjid di rumah-
rumah kami dan kami diperintahkan supaya selalu membersihkannya”
(Musnad Ahmad, V: 17).
7. Menjaga Kebersihan Jalan
Nabi bersabda: “Setiap langkah yang dilakukan untuk menuju kepada
salat adalah sadaqah, dan menyingkirkan kekotoran yang menyakitkan
dari jalan adalah sadaqah” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari). Nabi SAW
bersabda: “Menyingkirkan kotoran dari jalan Allah sadaqah” (Sahih Al-
Bukhari, II Kitab Al Mazalim 46). Dalam suatu hadits disebutkan:
“Singkirkanlah kotoran dari jalan orang-orang Islam” (Sahih Muslim, II
: 443 dari Abi Barzah). 12 10

J. Peran Kesehatan Lingkungan Syariah Terhadap Upaya Pencegahan


Masalah Kesehatan
1. Menjaga Kebersihan Air
Air adalah asal kehidupan dan menjaga sumber-sumbernya adalah
kewajiban, karena air yang tercemar dapat menyebabkan tersebarnya
berbagai penyakit. Islam sungguh-sungguh menganjurkan agar tidak
mengotori air, karena air merupakan salah satu sumber kebutuhan pokok
manusia. 13
Oleh karena itu Islam melarang membuang kotoran, najis dan
kencing ke dalam air. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: Dari Abi
Hurairah ra dari Nabi saw: “Janganlah kalian kencing pada tempat air
tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya”. (HR. Bukhari)
Ternyata sabda Nabi saw mengenai larangan membuang hajat pada
sumber air memiliki fakta ilmiah, kebanyakan wabah seperti kolera,
thypoied, poliomyelitis, infeksi pada usus besar, kebanyakan menularnya
melalui air dan hidup di dalamnya. Sedangkan bakteri penyakit kuning

27
berpindah melalui air kencing yang masuk ke dalam air dan berkembang
biak di dalamnya kemudian menular lagi kepada orang yang mandi atau
minum darinya. Adapun ankylostoma, ia berkembang melalui tinja dan
hidup di dalam tanah kemudian menular pada manusia yang sehat. 14
Menurut Mahmud Ahmad Nadjib, orang Islam janganlah buang
hajat di tempat-tempat sumber air dan yang tergenang. Hal ini mencegah
penyebaran penyakit bilharziasis (schistosomiasis) yang menyebabkan
kanker kandung kemih. Kerusakan hati berjangkit karena bilharziasis yang
mengakibatkan pembengkakan hati, limpa dan bisa menjadi kanker hati,
demikian pula wabah korela dan radang hati. 15
2. Menjaga Kebersihan Tempat Umum
Tempat umum atau tempat-tempat yang biasa dikunjungi dan
dimanfaatkan oleh masyarakat umum merupakan milik bersama bukan
milik pribadi sehingga kewajiban untuk menjaga kebersihan dan
kelestariaannya merupakan tanggung jawab bersama. Rasullullah saw
bersabda: “Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu buang hajat pada
sumber air, tempat berlalunya manusia dan pada tempat berteduh” (HR.
Abū Dāwud).
Dalam ilmu pencegahan penyakit (preventif disease) dan ilmu
pengetahuan alam diketahui bahwa membiarkan lingkungan kotor atau
tidak membersihkannya dari najis, kotoran atau semua perantara yang
menyebabkan penyebaran wabah, tentu akan memberi dampak buruk yang
sangat besar terhadap manusia. Salah satu sumber penularan penyakit
demam berdarah terjadi di tempat-tempat umum, oleh karena itu tempat-
tempat umum perlu menjadi perhatian utama dalam pemberantasan
penyakit. Terjadinya penyakit tersebut disebabkan lingkungan yang buruk
dan perilaku yang tidak sehat seperti tidak menggunakan air bersih,
membuang sampah sembarangan, membiarkan air tergenang dan
kebiasaan merokok di tempat umum. Kondisi lingkungan yang buruk dan
perilaku yang tidak sehat di tempat-tempat umum dapat menimbulkan
berbagai penyakit. 16
3. Menjaga Kebersihan Rumah

28
Rumah merupakan tempat tinggal, tempat berteduh, beristirahat
dan berkumpul bersama keluarga. Oleh karena itu kebersihan dan
kesehatan lingkungan sekitar rumah tidak boleh diabaikan begitu saja,
karena lingkungan rumah yang kotor dapat mengganggu dan menimbulkan
bahaya bagi kesehatan. Rasulullah saw bersabda: Sesunguhnya Allah itu
baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci (bersih) dan menyukai
sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, Allah itu
penderma dan menyukai kedermawanan maka bersihkanlah teras
rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi (HR. Tirmidzi)
Rumah yaitu suatu bangunan untuk tempat tinggal, dalam
pengertian yang luas rumah bukan hanya sebuah bangunan struktural,
melainkan tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan
layak dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah yang
ideal adalah rumah yang terletak di lingkungan pemukiman yang bersih
dan sehat, antara lain mencakup cukup cahaya, udara, air, sanitasi kamar
mandi,
Para ilmuwan telah menetapkan beberapa karakteristik rumah yang
sehat yang pada prinsipnya tidak keluar dari kerangka yang ditetapkan
sunnah Nabi saw yang mulia. Semuanya itu dimaksudkan untuk
menghindari dari berbagai jenis penyakit menular. 13 17 18
4. Larangan Menebang Pohon
Larangan menebang pohon sembarangan merupakan tuntutan untuk
menjaga kelestarian pepohonan yang memiliki manfaat besar bagi
lingkungan, karena itu manusia dilarang menebang pohon sembarangan
kecuali dengan kadar dan perhitungan yang baik, dan sebisa mungkin
menanam pohon lain sebagai penggantinya. Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa menebang pohon bidara maka Allah akan membenamkan
kepalanya dalam api neraka." Abu Dawud pernah ditanya tentang hadits
tersebut, lalu ia menjawab, "Secara ringkas, makna hadits ini adalah bahwa
barangsiapa menebang pohon bidara di padang bidara dengan sia-sia dan
zhalim; padahal itu adalah tempat untuk berteduh para musafir dan hewan-
hewan ternak, maka Allah akan membenamkan kepalanya di neraka."

29
Bencana alam yang terjadi seperti banjir, tanah longsor, cadangan
air dalam tanah berkurang dan pemanasan global, dikarenakan hutan-hutan
mulai gundul. Manusia sering menebang pohon secara sembarangan dan
tidak menanam pohon kembali. Hutan yang seharusnya ditumbuhi
tanaman dan pepohonan yang merupakan produsen oksigen dan peresap
air berubah menjadi perumahan, mall, pabrik, jalan tol, dan lain
sebagainya. Pohon sangat berfungsi dalam kesehatan, dan rumusan
kesehatan yang diperoleh dari pohon tersebut ialah:
(1). Manfaat orologis, akar pohon dan tanah merupakan satu
kesatuan yang kuat, sehingga mampu mencegah erosi atau
pengikisan tanah.
(2). Manfaat hidrologis, dalam hal ini di maksudkan bahwa
tanaman pada dasarnya akan menyerap air hujan.
(3). Manfaat klimatologis, dengan banyaknya pohon, akan
menurunkan suhu setempat, sehingga udara sekitarnya akan
menjadi sejuk dan nyaman. Maka, kehadiran kelompok pohon-
pohon pelindung sangat besar artinya.
(4). Manfaat edaphis, ini manfaat dalam kaitan tempat hidup
binatang. Di lingkungan yang penuh dengan pohon, satwa akan
hidup dengan tenang karena lingkungan demikian memang sangat
mendukung.
(5). Manfaat ekologis, lingkungan yang baik adalah seimbang
antara struktur buatan manusia dan struktur alam.
(6). Manfaat protektif, yaitu manfaat karena pohon dapat
memberikan perlindungan, misalnya terhadap terik sinar matahari,
angin kencang, penahan debu, serta peredam suara. Disamping juga
melindungi mata dari silau.
(7). Manfaat hygienis, adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang
hari menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di perlukan oleh
manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida)
yaitu udara kotor hasil gas buangan sisa pembakaran. 18 19

30
K. Penelitian Perihal Kesehatan Lingkungan dalam Islam
1. Endang Syarif Nurulloh, Pendidikan Islam dan Pengembangan
Kesadaran Lingkungan. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Tasikmalaya
7.(2): 1-18 (2019).
Menyebutkan , Bentuk pengembangan kesadaran lingkungan dalam
pendidikan Islam bisa diimplementasikan dengan cara menginternalisasi
nilai-nilai keagamaan berbasis lingkungan di lembaga pendidikan Islam,
program eco-pesantren, dan program madrasah adiwiyata. Internalisasi
nilai-nilai keagamaan berbasis lingkungan di lembaga pendidikan Islam
dapat dilakukan melalui pendekatan terwujudnya metode pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai agamis dalam setiap
pembelajaran khususnya nilai-nilai agama yang berbasis lingkungan dan
terwujudnya teladan dari pendidik yang memiliki akhlak mulia khususnya
memiliki kepedulian terhadap lingkungan. 20
2. Muh. Syamsuddin, Krisis Ekologi Global Dalam Perspektif Islam.
Jurnal Sosiologi Reflektif. Yogyakarta 11.(2): 1-24 (2017)
Menyatakan, Kehadiran teknologi abad modern ini, tidaklah harus ditakuti
sejauh teknologi buatan manusia itu dipegang oleh orang-orang yang
beriman, berpengetahuan, mempunyai moralitas dan responsibilitas
individu dan sosial sebagai tanggung jawab hamba terhadap Allah yang
telah menitipkan seluruh alam raya ini kepada kita semua. Oleh karena itu,
manusia sebagai khalifah di muka bumi sebagaimana disebutkan di atas
berkewajiban untuk dapat menjabarkan petunjukpetunjuk yang tecantum
dalam al-Quran dan sunnah Rasul yang berkenaan dengan lingkungan
hidup. Dengan demikian para umat Islam diharapkan lebih mendalam
meneliti peran aktif agama Islam dalam pengelolaan lingkungan hidup,
baik melalui pendidikan formal, maupun informal. Kelebihan dan
keistimewaan manusia itu menempatkan berbagai mahluk yang terhormat
dan memperoleh martabat yang tinggi diantara mahluk lainnya, bahkan ia
dimuliakan oleh Allah. SWT. 21

31
3. Rafique Anjum, Konsep Keseimbangan Ekologis dan Pelestarian
Lingkungan Perspektif Islam. Suraj Punj Journal For Multidisciplinary
Research. Kashmir 8 (12): 45-58 (2018).
Menyatakan, Kesadaran lingkungan dan perlindungan sumber daya alam
merupakan bagian integral dari keyakinan Islam. Sebagai khalifah Allah di
muka bumi ini, kita harus memanfaatkan sumber daya alam secara
berkelanjutan agar Karunia Allah tetap lestari. Islam sangat mementingkan
pelestarian lingkungan secara keseluruhan. Karena lingkungan dan semua
makhluk hidup di dalamnya diciptakan oleh Tuhan; sebagai manusia, kita
telah dipercaya untuk melestarikan dan mengembangkannya. Pelestarian
lingkungan karena itu tidak hanya kewajiban manusia tetapi juga
kewajiban agama. Memang, orang percaya harus melakukan tanggung
jawab ini lebih dari siapa pun. Tidak ada individu Muslim yang peduli dan
beriman akan lupa bahwa dia bertanggung jawab atas bagaimana dia
memperlakukan tidak hanya manusia tetapi semua makhluk, atau bahwa
suatu hari dia akan dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana dia
bertindak. 22
4. Omnia El Omrani, Elsevier Planetary Health1 (5):1-2 (2021)
Menayatakan, Kontribusi Islam Untuk Kesehatan PlanetMenyatakan ,
Sebagai sumber ekoedukasi, Al-Qur'an memberikan gambaran yang
komprehensif tentang bagaimana alam bekerja dan panggilan untuk
penggunaan sumber daya alam yang bertanggung jawab dan etis, ditandai
dengan moderasi dan kepedulian terhadap kesetaraan dan tanpa
pemborosan, seperti yang ditunjukkan dalam bagian berikut: yang
menjadikan kebun-kebun, yang dibudidayakan dan yang liar, dan kurma,
dan ladang dengan segala jenis hasil, dan zaitun dan delima, serupa (dalam
jenisnya) dan beraneka ragam. Makanlah buahnya pada musimnya, tetapi
berikan (orang miskin) haknya pada hari panen. Kami menyerukan kepada
semua pemimpin, cendekiawan, dan institusi Islam untuk mengadvokasi
kesehatan planet dan mempromosikan nilai-nilai Islam yang berkelanjutan.
Kami lebih lanjut menyampaikan seruan kami kepada komunitas

32
kesehatan planet untuk menyambut dan memperkuat suara dan tanggapan
berbasis Islam dan agama lainnya terhadap kesehatan planet. Sekarang
saatnya bagi dunia Muslim untuk mewujudkan tugas mereka sebagai wali
Bumi dan bergabung dengan mobilisasi global untuk kesehatan planet.23
5. R.Sabrina, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam
Perspektif Islam. Bircu Journal. 3 (4) :2975-2985 (2020)
Menyatakan , Konsep Islam tentang lingkungan sudah ada sejak Al-Qur'an
diturunkan. Hal ini terlihat dari kontribusi Al-Qur'an terhadap lingkungan
berikut ini: Dialah Allah yang menciptakan kamu dari unsur tanah dan
memerintahkan kamu untuk memakmurkan dan mengelola lingkungan.
Menurut Ibnu Katsir, adalah melaksanakan pembangunan dan pengelolaan
bumi, artinya kemakmuran di muka bumi ini terjadi apabila manusia
memanfaatkan lingkungan dengan baik dan benar dalam perspektif
ekologis.
Hal ini sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Umat Islam
harus ikut menyebarkan nilai-nilai lingkungan dan mengamalkannya
melalui berbagai profesi atau jabatan yang diemban oleh ajaran Islam.
Sedangkan untuk menghadapi tantangan global, umat Islam harus belajar
ilmu pengetahuan dan teknologi, menghentikan eksploitasi lingkungan
yang berlebihan dan dunia industri berperan dalam mengatasi kerusakan
lingkungan. 24

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep kebersihan dan kesehatan lingkungan dalam Al- Quran dan
Hadis sama dengan konsep etika lingkungan biosentrisme yaitu teori yang
memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan
berharga sehingga manusia memiliki kewajiban moral terhadap
lingkungan. Oleh karena itu manusia harus selalu menjaga kebersihan
sumber air, kebersihan rumah, kebersihan tempat umum dan tidak
menebang pohon dan tanaman di tempat-tempat umum tanpa tujuan yang
tidak jelas. Anjuran Al-Quraan dan hadis untuk mejaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan tidak hanya terkait pada etika tetapi juga bernilai
ibadah. Sehingga dengan mengamalkan hadis-hadis tersebut niscaya dapat
terwujud lingkungan yang bersih dan sehat.
B. Saran
Sebagai seorang muslim kita memiliki kewajiban untuk
memperhatikan dan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Diharapkan bagi penyusun paper selanjutnya memberikan tambahan
referensi lainnya yang relevan.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Sumantri. Kesehatan Lingkungan.; 2010.

2. Slamet JS. Kesehatan Lingkungan.; 2004.


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj

3. Moreau P. Health and sustainable development. Soins Aides - Soignantes.


2015;12(66):10-11. doi:10.1016/j.sasoi.2015.08.001

4. Purnama GS. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Progr Stud Kesehat


Masyarakat, Fak Kedokteran, Univ Udayana,. Published online 2017:1-
161.

5. Achmadi. Epidemiologi Kesehatan Lingkungan.; 1991.


doi:10.1038/132817a0

6. Qardawi YA-. Islam Agama Ramah Lingkungan. Pustaka Al- Kautsar;


2001.

7. Keraf AS. Etika Lingkungan Hidup.; 2010.

8. Hudha AM, Rahardjanto A, Universitas P, Malang M. Etika Ingkungan.

9. Zulfikar E. WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG EKOLOGI Kajian


Tematik Ayat-ayat Konservasi Lingkungan. Qof. 2018;2(2):113-132.
doi:10.30762/qof.v2i2.578

10. AL QUR’AN Pdf TERJEMAHAN. Vol 1.; 2014.

11. Ahsin Sako Muhammad, Husein Muhammad RM. Fiqih Lingkungan (Fiqh
Al-Bi’ah). Consrvation International Indonesia; 2006.

12. Abiyanzahid. Hadist Shahih Muslim.; 2010.

13. Abdul Basith S. Rasulullah Sang Dokter. (Habibubrahim MH, ed.). Tiga
Serangkai; 2006.

14. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Vol 1. (Widyastuti P, ed.).;


2006.

35
15. Najib MA. Pemeliharaan Kesehatan Dalam Islam.; 1994.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/868/modul;jsessi
onid=BDFA1F7950BBE9E1120AA11A98F7003B?sequence=1

16. Mahmud MH. Terapi Air : Kemampuhan Air Dalam Mengatasi Aneka
Penyakit Berdasarkan Wahyu Dan Sains. (Hidayat A, ed.).; 2007.
doi:10.1145/3132847.3132886

17. Frick H. Arsitektur Ekologis. Kansius; 2006.

18. Agama D. Pelestarian Lingkungan Hidup.; 2009.

19. Sastrawijaya T. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta; 2000.


doi:10.3389/fpubh.200.00014

20. Nurulloh ES. Pendidikan Islam dan Pengembangan Kesadaran Lingkungan.


J Penelit Pendidik Islam. 2019;7(2):237. doi:10.36667/jppi.v7i2.366

21. Syamsudin M. Krisis Ekologi Global Dalam Perspektif Islam. J Sosiol


Reflektif. 2017;11(2):83. doi:10.14421/jsr.v11i2.1353

22. Anjum R, Wani DB. The Concept of Ecological Balance and


Environmental Conservation: An Islamic Perspective. SSRN Electron J.
2021;8(12):45-58. doi:10.2139/ssrn.3870765

23. Omrani O El, Essar MY, Alqodmani L, et al. The contribution of Islam to
planetary health. Lancet Planet Heal. 2021;5(6):e333-e334.
doi:10.1016/S2542-5196(21)00134-0

24. Sabrina R. Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif


Islam. Published online 2018:2975-2985.

36

Anda mungkin juga menyukai